Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 6, Juni 2022

 

PENGARUH PARAMETER PERMESINAN MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL STAINLESS STEEL 304 PADA BRACKET CALIPER SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

 

Michael Setiawan, M. Sobron Y. Lubis, Rosehan

Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Dalam proses penggilingan, parameter cutting tool dan machining seperti spindle speed, feed rate, depth of cut dan cutting speed akan mempengaruhi kualitas kekasaran permukaan. Parameter yang tepat dan optimal akan memberikan kualitas permukaan yang merupakan kekasaran permukaan sesuai rencana. Oleh karena itu untuk meningkatkan efektivitas pemesinan, diperlukan metode untuk menghasilkan kualitas permukaan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecepatan spindel yang optimal, laju umpan, kedalaman cut and cutting speed pada Stainless Steel 304 dengan proses CNC untuk mendapatkan kekasaran permukaan terendah yang diukur dengan surface roughness tester. �Metode optimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode taguchi dibantu dengan software Minitab 19 untuk mendapatkan parameter pemesinan yang optimal. Kecepatan spindel, laju umpan, kedalaman pemotongan, kecepatan potong dan kekasaran permukaan merupakan data yang sangat penting dalam penelitian ini. Eksperimen dilakukan dengan parameter yang telah ditentukan. Penelitian dilakukan dengan mengamati perubahan nilai kekasaran permukaan pada tiga variasi 550 rpm, 500 rpm dan 450 rpm pada kecepatan Spindle, 180 mm/menit, 160 mm/menit dan 140 mm/menit pada laju umpan, 0,5, 0,4 dan 0,3 pada kedalaman pemotongan dan 150 m/menit, 140 m/menit, 130 m/menit pada kecepatan potong. Hasil penelitian menemukan bahwa pada kecepatan spindel 550 rpm, kecepatan kecepatan 160 mm/menit, dan kedalaman pemotongan 0,4 menghasilkan nilai Ra terbaik pada 0.978 μm.

 

Kata Kunci: kekasaran permukaan, taguchi, kecepatan spindel, laju umpan, kedalaman pemotongan, kecepatan potong

 

Abstract

In a milling process, cutting tool and machining parameters such as spindle speed, feed rate, depth of cut and cutting speed will affect the quality of the surface roughness. The right and optimum parameters will give the quality of the surface which is the surface roughness as planned. Therefore in order to increase the effectiveness of the machining, a method to generate the desired surface quality is needed. The purpose of this study was to determine the optimum spindle speed, feed rate, depth of cut and cutting speed on the Stainless Steel 304 with CNC process to obtain the lowest surface roughness that measured with surface roughness tester. Optimization methods used in this study was the taguchi method aided with software Minitab 19 to get optimum machining parameters. Spindle speed, feed rate, depth of cut, cutting speed and surface roughness are very important data in this study. Experiments are carried out with predetermined parameters. The study was conducted by observing changes on the value of surface roughness at three variation 550 rpm, 500 rpm and 450 rpm on Spindle speed, 180 mm/min, 160 mm/min and 140 mm/min on feed rate, 0,5, 0,4 and 0,3 on depth of cut and 150 m/min, 140 m/min, 130 m/min on cutting speed. The result of the study found that at 550 rpm spindle speed, 160 mm/min speed rate and 0.4 depth of cut delivered the best Ra value at 0,978 μm.

 

Keywords: surface roughness, taguchi, spindle speed, feed rate, depth of cut, cutting speed

 

Pendahuluan

Pada proses pemesinan milling juga terdapat beberapa parameter pemesinan yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari benda kerja, beberapa parameter permesinan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah spindle speed, feed rate dan depth of cut.

Parameter permesinan dalam proses pemesinan dapat mempengaruhi kekasaran permukaan pada benda kerja serta geram yang dihasilkan. �Parameter pemesinan harus ditentukan terlebih dahulu untuk mendapatkan tingkat kekasaran yang diinginkan dan efisiensi waktu dapat dicapai (Estriyanto, Sutrisno, & Saputra, 2021).

Dalam proses produksi terutama di industri diperlukan parameter permesinan yang optimal menjadi peranan penting untuk mendapatkan tingkat kekasaran permukaan yang sesuai dan efisiensi waktu dapat dilakukan dengan metode Taguchi dan dilakukan kajian ulang untuk mendapatkan hasil yang paling optimal.

Stainless steel 304 secara umum digunakan dalam industri yaitu untuk penyeduhan, pemrosesan susu, pembuatan anggur, jalur pipa, panci, proses fermentasi, tempat penyimpanan bahan baku, dan sparepart otomotif. Kemampuannya antara lain dapat menahan korosi yang disebabkan oleh berbagai macam zat kimia dari buah-buahan, daging, susu dan debu selain itu juga umum digunakan sebagai wastafel, meja, tempat minum, kulkas, kompor dan berbagai jenis alat perkakas serta peralatan memasak (Ritonga & Idris, 2017).

Proses milling adalah suatu proses permesinan yang pada umumnya menghasilkan bentukan bidang datar, bidang datar yang terbentuk dari pergerakan kerja mesin dimana proses pengurangan material benda kerja terjadi karena adanya kontak antara alat potong yang berputar pada spindle dengan benda kerja yang tercekam pada meja mesin (Milling, 2022).

 

 

 

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode eksperimental. Untuk mencapai objektif penelitian maka dilakukan proses pemesinan menggunakan mesin milling CNC yang bisa dilihat pada Gambar 1.

1.     Mesin CNC Milling OKUMA MB-46VAE-R

 

��� �����������

Gambar 1. Mesin CNC Milling OKUMA MB-46VAE-R

 

2.     Material benda kerja yang digunakan adalah Stainless Steel 304. ��

�

A picture containing text, wall, indoor

Description automatically generated

Gambar 2. Material Stainless Steel 304

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.     Mata pahat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pahat Carbide Tai Ya Hsin Dia 10x40x100x10x4 Flute.���

Gambar 3. Pahat Carbide Tai Ya Hsin Dia 10x40x100x10x4 Flute

 

Tabel� 1 Komposisi Kimia Stainless Steel 304 [4]

��������������������������������������� Chemical Composition % (≤)

ASTM

AISI (UNS)

C

Si

Mn

P

S

Cr

Ni

N

Product

 

ASTMA240

 

304 (UNS S30400)

0.07

0.75

2.00

0.045

0.03

17.5-19.5

8.-10.5

0.10

Plate, Sheet, and Strip

ASTM A276

0.08

1.00

2.00

0.045

0.030

18.0-20.0

8.0-11.0

-

Bars and Shapes

Tabel� 2

Sifat Mekanis Stainless Steel 304 [4]

Mechanical Properties

ASTM Type

AISI (UNS)

Tensile Strength (MPa) ≥

Yield Strength ≥(MPa) at 0.2% Offset

Elongation in 50 mm (%,≥)

Reduction�

of area, %, ≥

Brinell Hardness (HBW) ≤

Rockwell Hardness (HRBW) ≤

Product

Condition

ASTM A240/A240M

304 (UNS S30400)

515

205

40

-

201

92

Plate, Sheet, and Strip

-

ASTM A276A/276M

515

205

40

50

-

-

Bars and Shapes

Hot finished

620

310

30

40

-

-

Cold finished, Dia ≤ 12.7mm

515

205

30

40

-

-

Cold finished, Dia ≤ 12.7mm

 

 

 

 

 

 

Tabel 3

Sifat Fisik Stainless Steel 304 [4]

Physical Properties

Density, g/cm3

7.93

Melting point

1398-1454 �C (2550-2650 �F)

Magnetic in annealed condition

No

Magnetic permeability

1.02 (Approximate)

Specific heat capacity, J/(Kg.K)

500 (0-100 � C)

Electrical resistivity, Ω.m

0,73 (20 �C)

Modulus of elasticity (Elastic modulus), GPa (psi)

193 (28x)

Thermal diffusivity, mm2/s

3.84 (20-100 �C)

 

Thermal conductivity (W/m.K)

16.3 (100 �C) (212 �F)

21.5 (500 �C) (932 �F)

 

Mean coefficient of thermal expansion, (10-6/K)

17.2 (0-100 �C) (32-212 �F)

17.8 (0-315 �C) (32-600 �F)

18.4          (0-538 �C) (32-1000 �F)

 

4.     Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210

 

�

Gambar 4 Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210

 

5.     Jangka Sorong untuk pengukuran dimensi benda kerja.

 

Gambar 5. Jangka Sorong

 

6.     Metode yang digunakan untuk melakukan analisis parameter permesinan adalah dengan menggunakan metode Taguchi, metode Taguchi merupakan usaha peningkatan kualitas yang berfokus pada peningkatan rancangan produk dan proses. Sasaran metode tersebut adalah menjadikan produk tidak sensitif terhadap variabel gangguan (noise), sehingga disebut sebagai robust design. Desain eksperimen orthogonal array merupakan modifikasi dari desain fractional factorial yang kemudian dilengkapi transformasi respon dalam bentuk Rasio signal terhadap noise (S/N ratio) Taguchi ini tetap memiki risiko kesalahan pengambilan kesimpulan karena banyaknya eksperimen yang terpangkas (Halimah & Ekawati, 2020).

7.     Orthogonal Array merupakan sebuah matriks dari sejumlah baris dan kolom matriks faktor dan level yang tidak membawa pengaruh dari faktor atau level yang lain. Setiap kolom merepresentasikan faktor atau kondisi tertentu yang dapat berubah dari suatu percobaan ke percobaan lainnya. Array disebut orthogonal karena setiap level dari masing-masing faktor adalah seimbang (balance) dan dapat dipisahkan dari pengaruh faktor yang lain dalam percobaan (Andriani, 2014).

 


Flowchart Penelitian

Berikut ini merupakan diagram alir dari metode eksperimen yang akan dilakukan:

 

Gambar 6 Flowchart Proses Eksperimen

 

Nilai kekasaran permukaan dalam proses bubut harus sesuai dengan toleransi kekasaran permukaan N5�N8 yang digunakan pada proses bubut, milling dan reaming. Sementara itu variasi spindle speed yang digunakan 550 rpm, 500 rpm, dan 450 rpm, variasi feed rate yang digunakan 180 mm/min, 160 mm/min dan 140 mm/min, Variasi Depth of Cut 0,5 mm, 0,4 mm dan 0,3 mm, variasi cutting speed yang digunakan adalah 150 m/min, 140 m/min dan 130 m/minserta mengunakan satu mata potong agar menghindari keausan sebagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi nilai kekasaran permukaan. Setelah hasil proses pemesinan didapatkan akan diambil nilai kekasaran permukaan dengan surface roughness tester.

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil data dari penelitian diolah dalam bentuk tabel serta dianalisis dalam bentuk grafik.

 

Tabel 4

Orthogonal array L9 dan Tabel Hasil Experimen

Putaran Spindle

(rpm)

Feed Rate

(mm/min)

Depth of Cut

(mm)

Ra1

(μm)

Ra2

(μm)

Ra3

(μm)

Cutting Speed

�(m/min)

SNRA1

550

180

0,5

1,37

1,371

1,374

150

-2,745

550

160

0,4

0,978

1,032

1,018

150

-0,0829

550

140

0,3

1,136

1,333

1,127

150

-1,6012

500

180

0,4

1,408

1,329

1,393

140

-2,7793

500

160

0,3

1,333

1,329

1,331

140

-2,4836

500

140

0,5

1,754

1,774

1,781

140

-4,958

450

180

0,3

1,781

1,821

1,815

130

-5,1332

450

160

0,5

2,461

2,46

2,453

130

-7,8116

450

140

0,4

1,992

2,0

2,003

130

-6,0134

 

Level

Putaran
Spindle

Feed Rate

Depth
Of Cut

1

-6,319

-4,191

-3,073

2

-3,407

-3,459

-2,959

3

-1,476

-3,552

-5,172

Delta

4,843

0,731

2,213

Rank

1

3

2

Tabel 5

Pengaruh dari setiap level Tabel ranking parameter paling berpengaruh berdasrkan SNR

 

Main Effects Plot for SN ratios

Gambar 7. Pengaruh nilai (SNR) parameter permesinan kepada kekasaran� permukaan (semakin kecil semakin baik)

 

Dapat disimpulkan dari grafik diatas yang dihasilkan dari software MINITAB diperoleh nilai parameter yang paling optimal yaitu Spindle Speed (550 rpm), Feed Rate (160 mm/min) dan Depth of Cut (0,4 mm), berdasarkan hasil parameter yang paling optimal menurut software didapatkan nilai kekasaran permukaan (Ra) terkecil sebesar 0,978 μm.


Tabel 6

Pengaruh dari setiap level Tabel ranking parameter paling berpengaruh

Level

Putaran
Spindle

Feed Rate

Depth
Of Cut

1

-6,319

-4,191

-3,073

2

-3,407

-3,459

-2,959

3

-1,476

-3,552

-5,172

Delta

4,843

0,731

2,213

Rank

1

3

2

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 7

Tabel rata rata Signal to Noise Ratios (SNR) dari setiap percobaan

Percobaan

SNR1

Rata - rata

1

-2,745

-1,476

2

-0,083

3

-1,601

4

-2,779

-3,407

5

-2,484

6

-4,958

7

-5,133

-6,319

8

-7,812

9

-6,013

 

Menentukan Setting Level Optimum

Dalam menentukan setting level optimum dapat diketahui dari grafik signal to noise ratio yang tertera pada grafik 4.2, dimana hasil parameter yang paling optimum terhadap kekasaran permukaan berdasarkan hasil grafik signal to noise dapat dilihat dibawa ini:

Putaran Spindle (A)��������������� : level 3���������� : 550 mm/s

Feedrate (B) �������������������������� : level 2���������� : 140 mm/min

Depth Of Cut (C) ������������������ : level 2 ��������� : 0,4 mm

 

Tabel 8

Hasil Rata-rata Total Surface Roughness Ra (μm) SUS 304 tiap level

Cutting Speed

(m/min)

Putaran Spindle

(rpm)

Feed Rate

(mm/min)

Depth of Cut

(mm)

Rata-rata Total Surface Roughness Ra (μm)

150

550

180

0,5

1,372

150

550

160

0,4

1,009

150

550

140

0,3

1,199

140

500

180

0,4

1,376

140

500

160

0,3

1,331

140

500

140

0,5

1,770

130

450

180

0,3

1,806

130

450

160

0,5

2,458

130

450

140

0,4

1,998

 

Gambar 7. Spindle Speed (n) terhadap Kekasaran Permukaan (Ra) sus 304

�����������

Berdasarkan hasil rata-rata total nilai kekasaran permukaan tiap pemesinan pada Tabel 4. nilai perbandingan Spindle Speed (n) terhadap kekasaran permukaan dapat didefinisikan pada gambar 7. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai Ra yang didapatkan berbanding terbalik dengan nilai n. Hal ini dapat dibuktikan dari data dimana saat Spindle Speed (n) 550 rpm, nilai Ra rata-rata yang dihasilkan merupakan yang terendah sebesar 1,372 μm, 1,009 μm serta 1,199 μm dan semakin nilai n �diturunkan, hasil Ra yang didapatkan semakin meningkat, seperti pada saat Spindle Speed (n) 450 rpm didapatkan nilai Ra rata-rata yang dihasilkan merupakan yang tetyinggi yaitu sebesar 1,806 μm, 2,458 μm serta 1,998 μm .

Dari hasil data tersebut, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai n yang digunakan dalam penelitian maka semakin rendah nilai Ra yang bisa didapatkan atau semakin halus permukaan benda kerja yang dihasilkan dari proses pemesinan. Dengan begitu jika ingin mendapatkan permukaan dari spesimen atau benda kerja yang lebih halus dan nilai Ra (kekasaran permukaan) yang lebih rendah maka dapat menggunakan nilai n yang tinggi.

Hal ini dapat disebabkan kecepatan spindle yang lebih tinggi yang menyebabkan pahat berputar pada kecepatan yang lebih tinggi dan menghasilkan pergerakan yang lebih stabil serta peningkatan intenstias penyayatan terhadap permukaan benda kerja (Sunyapa, 2016).

Terdapat perbedaan dalam hasil akhir dari kekasaran permukaan yang tergantung dari variasi dari cutting speed. Semakin tinggi cutting speed yang digunakan, semakin kecil nilai kekasaran permukaan yang didapatkan dengan kata lain, kualitas permukaan benda kerja lebi baik. Jika putaran spindle tinggi maka cutting speed juga tinggi, dan alat potong bergerak dengan cepat untuk menyayat permukaan benda kerja (Lubis, Siahaan, Darmawan, Adianto, & Ronald, 2019).

 

Kesimpulan

Dari hasil penelitian secara experimental dengan judul Pengaruh Parameter Permesinan Milling terhadap Kekasaran Permukaan Material Stainless Steel 304 pada Bracket Caliper Sepeda Motor Menggunakan Metode Taguchi dapat disimpulkan bahwa: 1). Berdasarkan hasil optimasi Parameter dari software MINITAB diperoleh nilai parameter yang paling optimal yaitu Spindle Speed (550 rpm), Feed Rate (160 mm/min) dan Depth of Cut (0,4 mm), berdasarkan hasil parameter yang paling optimal menurut software didapatkan nilai kekasaran permukaan (Ra) terkecil sebesar 0,978 μm. 2). Berdasarkan hasil rata-rata total nilai kekasaran permukaan tiap pemesinan pada Tabel 7 nilai perbandingan Spindle Speed (n) terhadap kekasaran permukaan dapat didefinisikan pada gambar 7. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai Ra yang didapatkan berbanding terbalik dengan nilai n. Hal ini dapat dibuktikan dari data dimana saat Spindle Speed (n) 550 rpm, nilai Ra rata-rata yang dihasilkan merupakan yang terendah sebesar 1,372 μm, 1,009 μm serta 1,199 μm dan semakin nilai n �diturunkan, hasil Ra yang didapatkan semakin meningkat, seperti pada saat Spindle Speed (n) 450 rpm didapatkan nilai Ra rata-rata yang dihasilkan merupakan yang tetyinggi yaitu sebesar 1,806 μm, 2,458 μm serta 1,998 μm. 3). Berdasarkan hasil data pada gambar 7, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai n yang digunakan dalam penelitian maka semakin rendah nilai Ra yang bisa didapatkan atau semakin halus permukaan benda kerja yang dihasilkan dari proses pemesinan. Dengan begitu jika ingin mendapatkan permukaan dari spesimen atau benda kerja yang lebih halus dan nilai Ra (kekasaran permukaan) yang lebih rendah maka dapat menggunakan nilai n yang tinggi.

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Andriani, Debrina Puspita. (2014). �Metode Taguchi Pengendalian Kualitas.� Teknik Industri Universitas Brawijaya, 19�21.

 

Estriyanto, Yuyun, Sutrisno, Valiant Lukad Perdana, & Saputra, Taufik Wisnu. (2021). Studi Keselarasan Pembelajaran CNC/CAM Pada LPTK, SMK, Dan Industri Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0 Bidang Manufaktur. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 18(1), 111�120. Google Scholar

 

Halimah, Putri, & Ekawati, Yurida. (2020). Penerapan Metode Taguchi untuk Meningkatkan Kualitas Bata Ringan pada UD. XY Malang. JIEMS (Journal of Industrial Engineering and Management Systems), 13(1). Google Scholar

 

Lubis, M. Sobron Yamin, Siahaan, Erwin, Darmawan, Steven, Adianto, Adianto, & Ronald, Ronald. (2019). Variation of Cutting Parameters in the Process of Turning AISI 4340 Steel on Surface Roughness. Sinergi: Jurnal Teknik Mercu Buana, 23(2), 139�144. Google Scholar

 

Milling. (2022). Mesin Milling Adalah? [online].

 

Ritonga, D. A., & Idris, M. (2017). Karakteristik Bahan Steel 304 Terhadap Kekuatan Impak Benda Jatuh Bebas. Wahana Inovasi Volume 6 No, 2, 208�215.

 

Sunyapa, Bijak. (2016). Analisis Variasi Proses Milling CNC Terhadap Kekasaran Permukaan Baja ST41 dengan Metode Taguchi. Google Scholar

 

Copyright holder:

Michael Setiawan, M. Sobron Y. Lubis, Rosehan (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: