Syntax Literate
: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 4, No. 12 Desember 2019
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION �UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DASAR DAN
PENGUKURAN LISTRIK SISWA KELAS X TITL-1 SMK NEGERI 3
KUNINGAN
Ade Supriatna
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3
Kuningan
Email: [email protected]
Abstrak
Model pembelajaran
Group Infestigation dalam pengaplikasiannya
menekankan pada partisipasi serta aktivitas siswa agar dapat mencari sendiri
materi atau informasi pelajaran yang akan dibahas melalui bahan bahan yang
tersedia. Maka dilaksanakan Penelitian tindakan
kelas dengan rumusan masalah Bagaimana aktivitas belajar Siswa Kelas X TITL-1
SMK Negeri 3 Kuningan terhadap pembelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation? Bagaimana
hasil belajar Pengukuran Listrik yang dilakukan oleh Siswa Kelas X TITL-1 SMK
Negeri 3 Kuningan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation?, dan apakah model pembelajaran ini dapat meningkatkan �keaktifan dari hasil belajar Pengukuran
Listrik oleh Siswa Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan? Penelitian
dilaksanakan dua siklus, dibantu oleh dua observer, pengumpulan data menggunakan
tes dan pengamatan. Berdasarkan
data, analisis data, serta pada pembahasan dan hasil penelitian disimpulkan Respon Siswa
Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan�
dalam proses pembelajaran Pengukuran Listrik� menggunakan Model Pembelajaran Group Investigation� dalam kategori �Cukup�, nilai rata-rata
(83,1); Kompetensi belajar Pengukuran Listrik�
Siswa Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan� menggunakan Model Pembelajaran Group
Investigation� dalam kategori �Cukup
Kompeten�, nilai rata-rata (81,9); Proses pembelajaran Pengukuran Listrik� pada Siswa Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3
Kuningan menggunakan Model Pembelajaran Group
Investigation� terlaksana dengan �baik�,
nilai rata-rata (85,0); Proses pembelajaran Pengukuran Listrik menggunakan
Model Pembelajaran Group Investigation�
dapat meningkatkan kompetensi Siswa Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan
, hal ini terbukti indikator yang diamati dan dinilai mengalami peningkatan
yang positif. Respon Siswa terhadap pembelajaran meningkat (3,7%), Kompetensi
belajar Pengukuran Listrik� meningkat
(2,5%), Ketuntasan belajar meningkat (17,3%). Dan proses pembelajaran meningkat
(8,1%).
Kata
kunci:� Kompetensi Pengukuran Listrik, Menggunakan
Group Investigation
Pendahuluan
Perkembangan teknologi
daninformasi, khususnya yang terjadi di indonesia terjadi sangat dinamis (Cholik, 2017). Perkembangan teknologi tersebut
menyebabkan banyak perubahan
dalam pemakaian
sistem peralatan diseluruh bidang termasuk
pengukuran listrik.� Hasil
Belajar Dasar dan Pengukuran Listrik Siswa Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3
Kuningan, masih rendah. Nilai rata-rata (76,2) masih di bawah Kriteri
Ketuntasan Minimal (KKM=). Jumlah siswa yang tuntas dalam belajar hanya
(44,1%). Model� pembelajaran Group Infestigation. Dalam
pengaplikasiannya menerapkan pada partisipasi serta aktivitas siswa untuk dapat
mencari sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari dengan
bahan bahan yang tersedia.
1.
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation
Menurut Agus menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation ialah salah satu dari tipe model
pembelajaran kooperatif yang berupa kegiatan belajar yang memfasilitasi siswa
untuk dapat belajar dalam kelompok kecil yang heterogen, dimana siswa yang
berkemampuan tinggi bergabung dengan siswa yang berkemampuan rendah agar dapat
belajar bersama dan menyelesaikan suatu masalah yang di tugaskan oleh guru
kepada siswa (Suprijono, 2015). Rusman
mengatakan, �Implementasi dari model group investigation sangat tergantung dari
pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial� (Rusman, 2014).
2.
Hasil
Belajar
Menurut
Sudjana hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiiki siswa setelah mengikuti
pembelajaran. Dimana hasil belajar adalah suatu puncak proses belajar (Sudjana, 2016).
Menurut Woordworth dalam Abdul Majid, hasil belajar ialah perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari proses balajar
(Majid & Rochman,
2014).
Hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang diukur secara langsung, hasil
pengukuran belajar inilah akhirnya akan dapat diketahui seberapa jauh tujuan
pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan perubahan
yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap serta tingkah lakunya (W.S, 2014).
3.
Bahan-bahan
Listrik
Bahan-bahan listrik ialah bahan yang berwujud cair,
padat, ataupun gas. Wujud dari bahan tertentu dapat berubah karena pengaruh
dari suhu. Selain pengelompokkan berdasarkan wujud, dalam teknik listrik bahan-bahan
juga dapat dikelompokkan sebagai
bahan
penghantar (konduktor), Bahan
Penyekat (isolator/insulator), dan bahan setengah penghantar (semi konduktor).
Materi bahan-bahan listrik dimaksudkan untuk
menanamkan kesadaran kepada peserta didik tentang pentingnya memahami konduktor
dan isolator serta bahan semikonduktor. Materi ini diberikan setelah peserta
didik telah memahami konsep arus dan potensial listrik. Menentukan dan
memeriksa bahan-bahan listrik merupakan kompetensi dasar yang harus diketahui oleh
peserta didik.
Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan saintifik,
meliputi tiga langkah kunci, ialah melakukan peninjauan, menginferensi, dan
mengomunikasikan. Pengamatan yang dilakukan ialah berfungsi untuk
mengumpulkan data serta informasi, dengan pancaindra dan atau juga dengan alat
ukur yang cocok. Kegiatan inferensi mencakup merumuskan penjelasan sesuai
dengan pengamatan yang telah dilakukan, untuk mendapatkan pola-pola, hubungan-hubungan,
serta mnemukan prediksi. Hasil dan temuan kemudian dikomunikasikan kepada teman,
baik dengan lisan maupun tulisan. Yang dikomunikasikan juga termasuk data yang
disajikan berupa tabel, grafik, bagan, serta gambar yang relevan. Tiga
keterampilan ini merupakan kunci untuk melakukan pengamatan, menginferensi,
serta mengomunikasikan inilah yang harus dilatihkan secara berkesinambungan
dalam pembelajaran Dasar Listrik ini.
Aktivitas belajar dimulai dengan memberikan lembaran
kerja pengamatan (LKP 1) ke peserta didik untuk mengkajibenda-benda
disekitar kehidupan dengan diskusi kelompok. Peserta didik dapat mengumpulkan
data melalui kegiatan mengamati benda-benda di sekitarnya yang diberikan oleh
guru, meliputi benda padat dari tembaga, perak, besi, emas,kaca, kayu, plastik,
dan kertas. Kemudian peserta didik melakukan inferensi secara berkelompok untuk
menemukan pola dan hubungan serta prediksi berdasarkan sifat elektronnya.
Setelah mampu menjawab tiga pertanyaan yang mendasar, apa, bagaimana, dan
mengapa terkait dengan derajad kebebasan elektron dari benda-benda yang
diamatinya, dengan mengkaji berbagai sumber informasi (buku maupun internet).
Kemudian harus mempresentasikan hasil kegiatan belajarnya di depan kelas untuk
mendapat tanggapan dari teman sekelasnya. Melalui aktivitas ini diharapkan
peserta didik belajar secara konseptual dan faktual tentang sifat fisik dan
elektrik konduktor dan isolator.
Elektron bebas adalah elektron-elektron yang tidak
terikat pada intinya, serta dapat bebas bergerak menjauhi atom serta mengapung
dalam ruang antar atom yang saling berdekatan. Pada beberapa jenis bahan,
semacam logam, elektron yang terdapat pada lintasan (orbit) terluar dari atom amat
mudah lepas dari ikatan bergerak secara sembarang dalam ruang antar atom dari
bahan tersebutlah akibat dari energi panas dari pada suhu ruangan. Setiap elektron
yang bergerak merata menelusuri konduktor, masing-masing elektron saling
mendorong dari pangkal hingga ujung, yang mengakibatkan seluruh elektron
bergerak bersamaan sebagai kesatuan kelompok. Elektron dari berbagai tipe atom
yang berlainan memiliki derajat kebebasan yang berbeda dalam bergerak mengelilingi
inti.
Kemampuan suatu benda baik cair, padat maupun gas
untuk menghantarkan arus listrik atau elektron yang berbeda-beda.� Ditinjau dari kemampuan dari suatu benda untuk menghantarkan arus listrik, maka
bahan listrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1)
penghantar (konduktor).
2)
isolator (non konduktor).
Pengelompokkan bahan listrik tersebut berdasarkan pada kemampuan
konduktansinya dan berdasarkan oleh nilai resistansi bahan listrik. Mobilitas elektron pada
suatu bahan dinamakan dengan konduktivitas listrik. Konduktivitas ini ditentukan
oleh jenis atom dalam bahan (jumlah proton dalam setiap inti atom menentukan identitas
kimianya) serta bagaimana kumpulan atom itu dapat terhubung bersama satu dengan
yang lain. Bila dalam suatu bahan memiliki mobilitas elektron yang tinggi (banyak
elektron bebas) dinamakan konduktor, karena bahan-bahan tersebut mempunyai
konduktivitas tinggi.
Tingkat
konduktivitas dapat ditentukan dan dapat dinyatakan dengan nilai konduktansi
yang diukur dengan satuan ohm. Jika pada bahan konduktor yang memiliki
konduktivitas tinggi maka nilai konduktansinya pun tinggi. Sudah dipastikan,
nilai dari konduktivitas pada tiap bahan konduktor berbeda-beda, ada yang
bernilai tinggi ada juga yang rendah.
Lawan dari
konduktivitas ialah resistansitas. Bila pada bahan konduktor dinyatakan
mempunyai konduktivitas tinggi, maka hasil nilai resistansinya rendah, demikian
pula sebaliknya bila bahan konduktor yang dinyatakan memiliki konduktivitas
rendah maka nilai resistansinya tinggi. Untuk menyatakan tingkat resistansitas
suatu bahan konduktor dapat diukur dalam satuan ohm. Bahan konduktor yang
mempunyai resistansitas rendah, berarti memiliki nilai resistansi rendah. Untuk
keperluan praktis, resistansi dinyatakan dengan huruf kapital R, sedangkan
konduktasi dinyatakan dengan huruf kapital G.
Aktivitas selanjutnya dilakukan dengan memberi
lembaran kerja pengamatan 2 (LKP2) ke peseta didik berupa percobaan
untuk memeriksa nilai� resistansi dan
resistivitas konduktor (bahan penghantar listrik) yang telah disiapkan oleh
guru. Bahan penghantar yang harus disiapkan oleh guru antara lain kawat email
dari berbagai ukuran (0,2 mm, s.d. 0,8 mm), dan kawal nikelin (0,2 mm s.d 0.8
mm). Peserta didik mengumpulkan data hasil pengukuran resistansi dari berbagai
bahan penghantar. Kemudian peserta didik melakukan inferensi secara berkelompok
untuk menemukan pola dan hubungan serta prediksi berdasarkan tabulasi data yang
telah disusunnya. Dengan menjawab tiga pertanyaan yang mendasar, apa,
bagaimana, dan mengapa yang berhubungan dengan nilai resistansi konduktor,
dengan mengkaji dari berbagai sumber informasi, baik buku, dan internet.
Diharapkan mampu mempresentasikan hasil kegiatan belajarnya di depan kelas
untuk memperoleh tanggapan dari teman sekelasnya. Dalam hal ini peserta didik
harus mencari hubungan dari bentuk fisik konduktor, yang dilihat dari panjang
konduktor yang digunakan dalam (m), luas penampang konduktor yang digunakan
dalam (m2), dan jenis bahan konduktor yang digunakan. Dimana resitansi bahan
enghantar listrik berbanding lurus dengan jenis dan panjang penghantar dan
berbanding terbalik dengan luas penampang.
Aktivitas belajar selanjutnya dilakukan dengan
memberi lembaran kerja pengamatan 3 (LKP 3) ke peserta didik untuk belajar secara faktual
tentang aplikasi kabel listrik. Sesuai dengan kelompoknya, peserta didik mengumpulkan data melalui katalog atau data atau spesifikasi teknis tentang kabel listrik dari
beberapa produsen kabel listrik. Data terpenting yang harus dikaji oleh para peserta didik diantaranya
adalah jenis kabel, ukuran kabel, bahan yang digunakan sebagai konduktor, jenis
isolasi, daan aplikasi kabel. Kemudian peserta didik melakukan inferensi secara berkelompok untuk
menemukan sifat fisik dan elektrik kabel listrik, serta kelas
isolasi bahan penyekat (isolator) yang diamatinya. Kemudian mempresentasikan hasil kegiatan
belajarnya di depan kelas untuk mendapat tanggapan dari teman sekelasnya.
Melalui aktivitas ini diharapkan peserta didik belajar secara faktual dan
konseptual tentang konduktor dan isolator
listrik.
b.
Resistansi Konduktor
Seperti yang telah
diketahui, listrik atau arus listrik ialah pergerakkan kumpulan elektron yang
bebas didalam suatu bahan, tanpa arah atau kecepatan tertentu, serta
terpengaruh oleh gaya sehingga bergerak secara terkoordinasi melalui suatu
bahan konduktif. Sama seperti halnya air mengalir melalui pipa, elektron juga dapat
bergerak melalui ruang kosong pada atom-atom dari konduktor. Konduktor mungkin
nampak seperti benda padat, namun bahan yang tersusun dari atom-atom sebagian
besar adalah ruang kosong. Analogi dari aliran air, begitu cocok sehingga
pergerakan elektron melalui suatu konduktor sering dinamakan sebagai �aliran�.
Untuk keperluan
penyaluran arus listrik secara efektif dan efisien, maka diperlukanlah bahan
konduktor yang mempunyai konduktivitas tinggi atau memiliki nilai resistansinya
yang rendah. Berikut merupakan contoh dari bahan konduktor yang biasa digunakan
untuk keperluan penghantaran arus listrik ialah perak, tembaga, emas, aluminium,
merkuri, dan grafit. Bahan yang mempunyai konduktivitas rendah diantaranya
adalah gelas, karet, minyak, aspal, serat kaca, porselen, keramik, kuarsa,
kapas, kertas, kayu, plastik, udara, berlian, dan air murni.
Konduktor (penghantar listrik) merupakan bahan listrik yang memiliki daya
hantar listrik yang besar, sehingga arus amat mudah mengalir di dalamnya. Yang
termasuk kedalam jenis konduktor ialah semua logam dan campurannya. Jenis logam
yang memiliki daya hantar listrik besar dan banyak digunakan ilalah tembaga,
dan alumunium. Arus listrik yang dimaksudkan adalah dapat berupa arus kuat
(electric current) dan dapat berupa arus lemah (signal).
Nilai resistansi konduktor dapat diukur dalam satuan ohm, lazimnya
bervariasi mulai dari: 0,000 001 atau 1x10-6 ohm, 0,00001� atau 1x10-5 ohm, 0,0001 atau 1x10-4
ohm hingga 0,001 atau 1x10-3 ohm.
Isolator listrik ialah bahan
yang tidak dapat atau sulit untuk
berpindah muatan listriknya. Dalam
bahan isolator valensi elektronnya terikat
kuat pada atom-atomnya. Bahan-bahan ini biasa digunakan dalam peralatan listrik dan elektronika
untuk keamanan dan pencegahan pada bahaya sengatan arus listrik. Isolator berfungsi pula sebagai
penopang beban atau pemisah antara konduktor tanpa
membuat adanya arus mengalir ke luar atau antara konduktor.
Kaca, kertas, atau teflon merupakan
bahan isolator yang amat bagus. Beberapa bahan sintetis juga masih
"cukup bagus" digunakan sebagai isolator kabel. Contohnya seperti plastik dan
karet. Bahan ini digunakan sebagai isolator kabel karena lebih mudah
dibentuk atau diproses sementara masih bisa menyumbat aliran listrik pada
voltase menengah (ratusan, mungkin ribuan volt).
Isolator atau non konduktor ialah bahan listrik yang memiliki nilai resistansi atau daya hambat listrik yang sangat tinggi, hingga arus listrik tidak dapat mengalir
melewatinya ini diakibatkan karena sifat yang tidak menghantarkan arus listrik maka
bahan ini banyak digunakan sebagai pelindung terhadap bahaya sengatan arus
listrik.
Bahan isolator padat seperti gelas, mika, plastik, porselin, PVC, dan karet adalah bahan yang sering digunakan. Bahan isolasi cair misalnya minyak. Beberapa jenis minyak isolasi dapat dikelompokkan berdasarkan
dari bahan pembuatnya. Minyak isolasi terdiri dari minyak isolasi yang berasal
dari olahan minyak bumi, yang sering digunakan dan yang saat ini banyak
diteliti ialah minyak isolasi yang berasal dari tumbuhan atau dinamakan minyak
nabati atau minyak organik. Contoh minyak nabati yang memiliki potensi sebagai
bahan isolasi adalah Minyak jarak, Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil), Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil), dan Minyak kedelai.
Bahan isolasi gas misalnya udara dan gas SF 6. Gas
SF6 ialah salah satu sarana isolasi yang baik, dan berfungsi semacam penyekat
antara bagian bertegangan dengan bagian ground hanya dengan jarak yang amat
pendek jika di bandingkan dengan isolasi udara. Selain itu bila terjadi
percikan api atau busur api pada peralatan yang di isolasi gas SF6, maka gas
tersebut akan berfungsi sebagai pemadam busur api, sehingga tidak terjadi
kerusakan yang lebih parah pada peralatan tersebut.
Nilai resistansi isolator dalam satuan ohm, biasanya bervariasi mulai dari: 10x109 = 10.000.000.000 Ω, hingga 10 x 1015 = 10.000.000.000.000.000 Ω.
Metode
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilakukan dengan cara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya
peneliti bekerjasama dengan guru kelas, sedangkan partisipatif artinya peneliti
dibantu oleh teman sejawat (observer).
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Kemmis
dan Mc. Taggart. Pelaksanaan penelitian tindakan mencakup empat langkah yaitu,
perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan
refleksi (reflection). Penelitian tindakan kelas
dilaksanakan di SMK Negeri 3 Kuningan, tempat Peneliti melaksnakan tugas
mengajar, yang beralamat di Jalan� Raya
Cirendang - Cigugur, Kuningan �45518, Telepon/Faksimile (0232) 876833 Kuningan
Jawa Barat.
Hasil
Dan Pembahasan
A.
Gambaran
Hasil Penelitian Pratindakan
�
Respon
Siswa Kelas X TITL-1� terhadap
pembelajaran Pengukuran Listrik� kurang,
nilai rata-rata (77,1);
�
Kompetensi
belajar Pengukuran Listrik� Siswa Kelas X
TITL-1� pada Pratindakan belum kompeten,
nilai rata-rata hasil belajar (76,2). Masih di bawah KKM (80,0);
�
Siswa
yang tuntas dalam belajar hanya 15 orang (44,1%) dari jumlah 34 Siswa;
�
Proses
pembelajaran berjalan kurang epektif (76,7), karena proses pembelajaran pasif
masih terpusat pada guru (Centered
Teacher).
B.
Gambaran
Hasil Penelitian Siklus 1
Secara
umum proses pembelajaran Pengukuran Listrik�
Siswa Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan� menggunakan Model Pembelajaran Group Investigation �mengalami
peningkatan yang positif, yaitu respon Siswa dalam kategori cukup, nilai
rata-rata (81,6). Siswa cukup kompeten
dalam belajar, nilai rata-rata kompetensi belajar Pengukuran
Listrik� (80.9). Siswa yang tuntas dalam belajar berjumlah 26 orang atau (76,5%) dari
jumlah 34 siswa.
Namun bukan berarti pelaksanaan PBM sudah maksimal,
karena masih ada 8 siswa atau (23,,5%) yang perlu dimotivasi lebih lanjut.
C.
Gambaran
Hasil Penelitian Siklus 2
Hasil
pengamatan dan penilaian yang dilakukan pada Siklus 2 proses pembelajaran
Pengukuran Listrik� Siswa Kelas X TITL-1
SMK Negeri 3 Kuningan� menggunakan Model
Pembelajaran Group Investigation �mengalami peningkatan yang signifikan, respon
Siswa dalam kategori baik, nilai rata-rata (80,8). Siswa sudah kompeten dalam belajar, nilai rata-rata kompetensi
(80,2). Siswa yang tuntas dalam
belajar pada Siklus 2 berjumlah 30 orang atau (89,7%) dari jumlah 34 siswa.
Hanya empat siswa atau� (10,3%) yang
harus diremedial.
Kesimpulan
Berdasarkan
data, analisis data, dan pembahasan, hasil penelitian tindakan kelas (PTK)
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Respon
Siswa Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan�
dalam proses pembelajaran Pengukuran Listrik� menggunakan Model Pembelajaran Group
Investigation �dalam kategori �Cukup�, nilai rata-rata
(83,1);
2. Kompetensi
belajar Pengukuran Listrik� Siswa Kelas X
TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan� menggunakan
Model Pembelajaran Group Investigation
�dalam
kategori �Cukup Kompeten�, nilai rata-rata (81,9);
3. Proses
pembelajaran Pengukuran Listrik� pada
Siswa Kelas X TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan�
menggunakan Model Pembelajaran Group
Investigation� terlaksana dengan
�baik�, nilai rata-rata (85,0);
4. Proses
pembelajaran Pengukuran Listrik�
menggunakan Model Pembelajaran Group
Investigation �dapat meningkatkan kompetensi Siswa Kelas
X TITL-1 SMK Negeri 3 Kuningan , hal ini terbukti indikator yang diamati dan
dinilai mengalami peningkatan yang positif. Respon Siswa terhadap pembelajaran
meningkat (3,7%), Kompetensi belajar Pengukuran Listrik� meningkat (2,5%), Ketuntasan belajar
meningkat (17,3%). Dan proses pembelajaran meningkat (8,1%).
BIBLIOGRAFI
Cholik, C. A. (2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk
Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 2(6), 21�30.
Majid, A., & Rochman, C. (2014). Pendekatan ilmiah dalam implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rusman. (2014). Model -Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Bandung: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. (2016). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Suprijono, A. (2015). Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
W.S, W. (2014). Prinsip-prinsip,Pembelajaran Efektif. Ciamis:
Famili Publishers.