� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
� e-ISSN : 2548-1398
�� Vol. 2, No 3 Maret 2017
PENGARUH
BAKTERI PADA BAK AERASI DI UNIT WASTE WATER TREATMENT
Indah
Dhamayanthie dan Ahmad Fauzi
Akamigas Balongan Indramayu
e-mail:
�[email protected]
Abstrak
Pengolahan air limbah secara biologi merupakan pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme lainnya. Mikro-organisme ini dimanfaatkan untuk menguraikan beberapa bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Adapun tujuan dari
penguraian ini sendiri adalah untuk menjadikan bahan-bahan tersebut menjadi bahan yang jauh lebih sederhana dan tidak berbahaya. Sedangkan alasan peneliti menggunakan mikro-organisme adalah
karena mikro-organisme memiliki enzim yang berfungsi sebagai pengurai
bahan-bahan organik. Jenis mikro-organisme yang kerap digunakan pada pengolahan limbah cair adalah mikro-organisme
dari jenis bakteri. Pada pengolahan dan/atau pengelolaan limbah cair secara biologis juga menggunakan lumpur aktif dimana tempat bakteri dan mikroorganisme tinggal. Limbah cair hasil pengolahan primer
dialirkan ke dalam tanki aerasi. Di tempat tersebut air limbah dicampur dengan
lumpur (sludge) yang diberi udara (oksigen) hingga bakteri-bakteri aerobik
lebih aktif disebut Activated Sludge. Aerasi merupakan proses penambahan udara kedalam air melalui kontak dekat yang terjadi pada air dan
udar. Adapun cara yang kerap digunakan disini adalah dengan penyemprotan air ke
udara atau dengan memberikan gelembung halus. Temperatur
berpengaruh pada keaktifan bakteri dalam mengurai limbah. Bakteri aerob bisa
bertahan pada kondisi yang tidak terlalu panas atau akan tetap hidup pada suhu
kurang dari 40�C.
Kata Kunci: Pengaruh
Bakteri, Bak Aerasi, Pengolahan Air Limbah
Pendahuluan
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah no. 16 Tahun 2005 mengenai �Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, air
limbah merupakan air bungan yang berasal dari rumah tangga, termasuk tinja
manusia dari lingkungan pemukiman. Dalam penerapannya, air limbah sendiri
terbagi ke dalam beberapa jenis, salah satunya adalah air limbah domestik. Limbah
cair domestik sendiri merupakan limbah cair yang diproduksi dari kegiatan dipemukiman,
rumah sakit, perkantoran, dan lain sebagainya (Menik Wahyuningsih, dkk: 2015).
Lebih lanjut, di samping air limbah domestik, limbah cair juga memiliki jenis
lain, yakni air limbah industri. Air limbah industri sendiri adalah air sisa
yang dihasilkan dari kegiatan industri, yang meliputi air sisa, air bekas
proses produksi, dan/atau air bekas pencucian peralatan industri (Latar
Muhammad Arief: 2016). Merujuk pada pengertian di atas, dapat dikatan bahwa
setiap air sisa, baik itu berasal dari kegiatan industri maupun pemukiman,
disebut sebagai air limbah. Jika demikian, bila bersandar pada jumlah industri
dan pemukiman yang ada di Indonesia, jumlah air limbah yang dihasilkan
Indonesia tentu sangat besar, mengingat banyak industri dan kebiasaan
masyarakat yang menjadikan got sebagai saluran pembuangan limbah cair rumah
tangga (Mutawakil: tanpa tahun). Air limbah, berapa pun jumlahnya, baik itu
kecil atau pun besar, akan sangat mengancam lingkungan jika tidak diproses dan
diolah terlebih dulu sebelum dibuang.�
Oleh karenanya, untuk menekan ancaman tersebut, baik pemerintah, warga,
dan pemilik perusahaan seyogyanya menerapkan teknologi yang dapat menekan
resiko akibat pembuangan limbah cair.
Pada dasarnya, sebagian
besar perusahaan di Indonesia telah menerapkan teknologi pengolahan dan/atau
pengelolaan air limbah yang terbilang efektif. Teknologi tersebut bernama
proses biologis. Teknologi ini mengedepankan peran mikro-organisme guna menguraikan
senyawa organik �yang� masuk dalam
kategori polutan� yang terdapat dalam limbah cair. Secara umum, pengolahan dan
pengelolaanlimbah cair secara biologis terbagi menjadi tiga jenis, yakni biakan
tersuspensi (suspended culture), biakan
yang melekat (attached culture) , dan
proses pengolahan dan/atau pengelolaan dengan sistem lagoon atau kolam. Di sisi lain,�
menurut proses pelaksanaannya, pengolahan limbah cair ini bisa dilakukan
dengan tiga cara berbeda, yakni aerobik (dengan udara), anaerobik (tanpa
udara), dan penggabungan dari kedua cara tadi, yakni aerobik dan anaerobik.
Pada prosesnya, pengolahan limbah yang berorientasi pada proses biologis
aerobik lebih mengedepankan pada pengolahan limbah dengan beban BOD (Biological Oxygent Demand) yang tidak
begitu besar. Sedang kebalikan daripada itu. Pengolahan limbah cair yang
berorientasi pada proses biologis anaerobik cenderung cocok dengan pengolahan
limbah dengan beban BOD yang relatif besar. Khusus untuk penggabungan proses
aerobik dan anaerobik, proses ini bisa dilakukan pada kondisi tengah. Artinya,
proses ini bisa dilakukan jika beban BOD tidak terlalu besar dan/atau tidak
terlalu kecil.
Proses
pengolahan dan pengelolaan air limbah yang berasal dari kegiatan industri
adalah proses pengolahan dan pengelolaan air limbah yang paling sering �menggunakan proses biologis. Di samping banyak
diterapkan, proses pengolahan dan pengelolaan air limbah secara biologis pada
limbah industri juga relatif cocok. Sebab, jika dikaji lebih jauh, jumlah
limbah cair industri yang relatif besar membutuhkan pengurai yang relatif
efektif. Dan salah satu pengurai efektif yang banyak digunakan di Indonesia
adalah mikro-organisme, yang dalam hal ini digunakan juga untuk proses
pengolahan air limba secara biologis. Namun demikian, seperti yang sudah
diketahui, proses penanganan air limbah secara biologik terdiri dari campuran
mikro-organisme yang mampu memetabolisme limbah organik (Betty dan Winiati:
1993). Lanjutnya, untuk memaksimalkan proses penguraian, pengguna proses ini
kerap menggunakan aerasi dan bakteri sebagai aspek penting guna menambah
tingkat keberhasilan penguraian. Aerasi sendiri adalah kegiatan dimana pengolah
limbah melibatkan penambahan dan/atau pengurangan udara dalam proses
pengolahan. Di samping menerapkan aerasi, pengolah limbah juga kerap
menggunakan bakteri guna mengurai senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam
limbah cair. Adapun jenis bakteri yang kerap digunakan disini ialah
kemoheterotrofik, sejenis bakteri yang menggunakan bahan organik sebagai sumber
energi dan karbon. Di samping menggunakan bahan-bahan organik sebagai sumber
energi, beberapa jenis dari bakteri di atas juga kerap mengoksidasi
senyawa-senyawa anorganik tereduksi, seperti NH3 untuk sumber energi
dan CO2 sebagai sumber karbon (Betty dan Winiati: 1993). Merujuk
pada gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa bakteri merupakan kelompok
mikro-organisme terpenting dalam sistem penanganan limbah cair. Dalam air dan
penanganan air limbah bakteri penting karena bersifat patogenik (menyebabkan penyakit) dan karena kultur bakteri dapat
digunakan untuk menghilangkan bahan-bahan organik dan mineral-mineral tidak
penting yang tidak dibutuhkan (Latar Muhammad Arief: 2016). Di samping alasan
di atas, bakteri juga digunakan karena efektivitasnya yangt tergolong baik,
khususnya dalam menguraikan senyawa-senyawa�
organik yang terdapat pada limbah cair.
Wastewater
Treatment adalah salah satu metode pengolahan limbah yang
banyak digunakan di banyak industri di dunia.�
Wastewater Treatment sendiri
kerap menggunakan proses biologis guna mengurai beberapa senyawa organik yang terkandung
di �limbah cair. Namun demikian, kendati
kerap digunakan dan dikenal oleh banyak kalangan, metode Wastewater Treatment sendiri tidak selalu membuahkan hasil yang
baik. Banyak pihak yang menganggap Wastewater
Treatment kurang efektif. Tidak sedikit pula yang mengganggap bahwa Wastewater Treatment adalah metode mahal
yang tidak terlalu berguna. Hal tersebut kemudian membuahkan pemikiran untuk
mencari penyebab dan solusi atas hal yang tengah terjadi.
Proses aerasi adalah
proses penting yang harus dilakukan dalam pengolahan limbah cair. Proses ini
sendiri melibatkan kontak dekat antara air dan udara. Pada penerapannya, kontak
dekat tersebut berbentuk semprotan air ke udara atau sebaliknya (pemanfaatan
gelembung halus).
Di samping gambaran di atas, proses aerasi juga dikatakan sebagai proses atau usaha
dalam menambahkan
konsentrasi oksigen yang terdapat dalam limbah
cair, agar proses oksidasi biologi oleh mikroba berjalan sesuai rencana. Aerasi
sendiri memerlukan alat yang disebut aerator. Prinsip
kerja aerator adalah menambahkan oksigen terlarut ke dalam air.� Adapun tugas utama dari sebuah aerator adalah
memperbesar permukaan kontak air dengan udara guna menaikkan jumlah oksigen
terlarut dalam limbahcair sehingga bermanfaat bagi kehidupan agar
perpindahan sesuatu komponen pada tiap medium berlangsung dengan lebih efisien,
maka yang terpenting adalah terjadinya turbulensi antara cairan dan udara,
sehingga tidak menimbulkan interface
yang diam dan �menyebabkan laju
perpindahan terhenti.
Merujuk pada gambaran-gambaran di atas,
dapat dikakatan bahwa proses aerasi memiliki peran yang cukup dominan dalam
pengolahan limbah cairan, khususnya dalam oksidasi biologi yang nantinya
berujung pada peningkatan efektivitas bakteri dalam mengurai senyawa-senyawa
organik. Karena peran aerasi dan pengoksidasi sangatlah penting, maka untuk
meningkatkan hasil pengolahan limbah, serta untuk meningkatkan efektivitas
oksidasi, peneliti kemudian mengarahkan penelitian pada bak aerasi yang ada
pada Wastewater Treatment. Bak
aerasi sendiri adalah bak yang berguna �untuk proses aerasi. Harapan peneliti, dengan
melakukan penelitian yang terpusat pada bak tersebut, peneliti dapat menemukan penyebab
atas ketidakmaksimalan dan meningkatkan efektivitas proses pengolahan dan
pengelolaan limbah cair menggunakan Wastewater
Treatment.
Metode
Penelitian
Penelitian
yang digunakan disini adalah penelitian yang berorientasi pada penelitian
deskriptif dan berskala laboratorium. Penelitian deskriptif sendiri adalah
sebuah desain penelitian yang memberi gambaran mengenai fenomena yang
ditelitinya (I Ketut Swarjana: 2012). Dengan kata lain, jika merujuk pada
pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa metode yang diaplikasikan di
penelitian ini akan menggambarkan pengaruh bakteri pada bak aerasi di unit wastewater treatment. Penulis sendiri
menggunakan Laboratorium Teknik Kimia Akamigas Balongan sebagai tempat
penelitian dan melibatkan bakteri sebagai varibel bebas dan bak aerasi sebagai
variabel terikat. Untuk waktu penelitian, peneliti melakukan penelitian pada
tanggal 4-6 Agustus 2016.
Unit Wastewater Treatment yang digunakan disini ialah Wastewater Treatment yang dibuat dengan
13 tahapan proses pengolahan. Adapun tahapan yang dimaksud disini ialah; (1)
tahapan screening �(penyaringan) yang dilakukan pada tahap paling
awal. Saringan untuk penggunaan umum (general
purpose screen) berguna untuk memisahkan aneka benda padat yang ada di
dalam air limbah, misalnya kertas, plastik, kayu, kain, dan benda dari metal
serta lainnya. Benda-benda tersebut apabila tidak dipisahkan akan �menyebabkan kerusakan pada beberapa sistem
pemompaan dan unit peralatan pemisah lumpur. (2) Tahap Ekualisasi
yang
mana di tahap ini semu alimbah di kumpulkan di suatu wadah/tempat yang disebut bak
ekualisasi. Limbah
cair yang masuk
ke
dalam
bak
ekualisasi
berasal
dari
berbagai
tempat di lokasi
pabrik
seperti
darip
roduksi, grey water (unit
pengolahan limbah
domestic), dapur, sanitasi
dan lain-lain�� karena saluran
pembuangan
cairan
dari
masing-masing
tempatdihubungkan
pada
satu
saluran yang berakhir di bak ekualisasi. Pada tahap ekualisasi
terdapat
mixer yang berfungsi
untuk
mengaduk
semua
limbah agar homogen.
(3) Tahap
oil and grase separator yang
merupakan tahapan
dimana
terjadi proses pemisahan
antara
minyak
dengan
limbah. Proses pemisahan minyak sendiri
terbilang penting mengingat jika konsentrasi minyak dalam limbah cair masih
tinggi,maka dapat mengganggu jalannya proses pengolahan dan pengelolaan air
limbah secara biologis serta mengakibatkan biaya pengolahan menjadi
mahal.Tujuan dari pemisahan minyak adalah untuk menghilangkan
senyawa
hidrokarbon.
Pemisahan minyak umumnya dilakukan dengan tidak melibatkan pencampuran bahan
kimia di dalamnya. Pada tahapan
ini
menggunakan
pompa
untuk
memompa
limbah
dari
bak
ekualisasi
keOil and Grase Separasi.(4)
Tahap Koagulasi yang adalah proses destabilisasi partikel koloid dengan cara
penambahan senyawa kimia yang disebut koagulan. Pada kondisi stabil
penggumpalan partikel kurang begitu terjadi,sehingga memberikan dampak pada
gerakan brown yang memungkinkan
partikel tetap berada sebagai suspensi. Permukan beberapa partikel tersebut umumnya bermuatan
listrik negatif. Karena bermuatan listrik negatif, partikel-partikel tersebut
kemudian menarik beberapa ion positif yang terkandung dalam air, serta menolak
ion-ion negatif. Selanjutnya ion-ion positif tersebut kemudian menyelimuti
partikel-partikel koloid serta membentuk lapisan rapat bermuatan yang disebut
dengan lapisan kokoh (fixed layer). (5) Tahap
Flokulasi
yang
merupakan tahap dimana dimana flok kecil yang telah
terbentuk dalam proses koagulasi. Agar partikel koloid bisa menggumpal,
gaya tolak-menolak elektrostatik antar partikel �harus dikurangi dan transportasi partikel
harus membuahkan kontak diantara partikel yang mengalami destabilisasi. Setelah
partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi (gerakacak), adalah penting untuk membawa partikel-partikel tersebut ke
dalam suatu kontak antara satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi
penggumpalan �dan membentuk membentuk
flok. Proses kontak ini disebut flokulasi. (6) Tahapan pre sedimentasi
yang
bertujuan untuk
menyisihkan
padatan-padatan yang mengendap
dan
pada
tahap
ini
terjadi
pengendapan
lumpur yang terikut
pada
limbah yang di proses. Bentuk pada wadah
presedimentasi
adalah
persegipanjang. (7) Tahap aerasi. Proses aerasisendiri
memanfaatkan mikroba berjenis bakteri filamen guna mereduksi zat-zat polutan
yang tersisa. Di bak aerasi, beberapa zat organik diubah menjadi
karbon dioksida dan air, dan sejumlah energi juga dihasilkan sehingga mikro-organisme
dapat berkembang biak. Bakteri aerobik memerlukan oksigen untuk menunjang
kehidupannya, suplai
oksigen digunakan motor
aerator yang secara
langsung menyuntikan oksigen ke dalam bak aerasi. Untuk menjaga proses
penguraian agar proses penguraian berjalan sempurna, maka harus dipenuhi pula
kebutuhan mikroba seperti pH antara 6,5-9, kecukupan oksigen, temperatur antara
20�C-30�C. (8) Tahapan Sedimentasi yang merupakan suatu unit
operasi untuk menyingkirkan materi tersuspensi secara gravitasidi samping
menjadi penampungan pada awal proses aerasi. Proses sedimentasi pada pengolahan
limbah cairberguna untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan
proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan yang tersusun pada proses
koagulasi cenderung kecil. Pada proses lanjutan, gumpalan-gumpalan ini akan terus
menggumpal dalam flokulasi hingga membesar. Dengan besarnya gumpalan padatan,
padatan pun kemudian mengendap dan diam di bagian dasar tangka sedimentasi. (9)Tahapan
sediemen 2 yang merupakan tahap dimana terjadi penambahan alum� dan penjernihan
dengan
pengendapan
lumpur. Pilihan bak sedimentasi yang
digunakan ada dua, yakni lingkaran dan segi empat. Pada bak-bak ini aliran air
limbah terbilang sangat tenang sehingga memberi kesempatan padatan/suspensi
untuk mengendap. (10) Tahap klorinisasi yang merupakan tahap dimana terjadi
pemberian klorin
serta
penambahan
kaporit
untuk
penjernihan
dan
pembunuhan
jentik-jentik yang terkandung
dalam
limbah. (11) Tahap filtrasi
yang
merupakan proses pengolahan limbah
cair dengan kandungan zat-zat tersuspensi melalui media pasir
atau
kerikil
ukuran
tertentu, baik
dengan/tanpa
penambahan
bahan
kimia
atau
biologis. (12) Tahapan Tickener yang merupakan tahapan
dimana proses pengolahan dilanjutkan dengan menerapkan pengental pada zat-zat tertentu
guna meningkatkan viskositas larutan atau campuran. Pada dasarnya bentuk tickener cenderung sama jika
dibandingkan dengan �kolam sedimentasi. Kendati
demikian, tinggi tickener umumnya
cenderung dominan, sebab tickener sendiri
menampung sludge sedimentasi dan sludge dari kolam lain. Keluaran
tickener �biasanya langsung memasuki Filter Press. Adapun tugas dari filter press sendiri adalah untuk menghilangkan
air pada sludge guna menghasilkan
limbah padatan. (13) Pada tahap
Press sludge
yang
merupakan tahap dimana lumpur ditekan
dengan
tekanan 5-10 bar untuk
menghilangkan
kadar air dalam
lumpur yang merupakan
residu
hasil
dari
pengolahan
limbah
cair.
Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah beberapa
hasil analisa effluent yang didapat
dari bak aerasi yang peneliti gunakan:
Tabel� 1
Sampel Air Bak
Aerasi
Tanggal |
No |
Parameter |
Satuan |
Analisa |
4/08/2016 |
1 |
pH |
|
7,75 |
2 |
SV30 |
mL
/L |
410 |
|
3 |
Suhu |
�C |
29,9 |
|
Tanggal |
No |
Parameter |
Satuan |
Analisa |
5/08/2016 |
1 |
pH |
|
6,81 |
2 |
SV30 |
mL
/L |
350 |
|
3 |
Suhu |
�C |
29,5 |
|
Tanggal |
No |
Parameter |
Satuan |
Analisa |
6/08/2016 |
1 |
pH |
|
7,35 |
2 |
SV30 |
mL
/L |
320 |
|
3 |
Suhu |
�C |
29,9 |
���� Dimana Standart SV30 = 400-600
mL/L
Hasil di atas masih
dalam keadaan normal. Hal
ini dikarenakan proses dan
alat
penunjang
dalam
keadaan
baik
dan optimal. Mikro-organisme masih
berada dalam lingkungan yang sangat mendukung seperti umpan yang masuk ke dalam
tangki aerator dalam keadaan baik karena telah melalui tahapan proses
sebelumnya, temperatur dijaga 30oC � 35oC, pH antara 6 �
8, kebutuhan oksigen serta nutrisi yang mendukung, sehingga hasil analisa masih
dalam keadaan normal, sehingga tahap selanjutnya dapat dilalui dengan baik.
Tabel 2
Hasil analisa SV30
dan TDS
No |
Tanggal |
SV30 (mL/L) |
TDS |
1 |
4/08/2016 |
262 |
545 |
2 |
5/08/2016 |
231,4 |
564 |
3 |
6/08/2016 |
267 |
512 |
SV30 (Sludge Volume
30) adalah perbandingan antara air dengan lumpur yang mengendap dengan satuan
mL/L (pegambilan sample SV30 terlampir). SV30 menunjukkan
seberapa aktif lumpur yang ada pada bak Aerasi. Lumpur yang aktif akan
menunjukkan endapan pada nilai 400 sampai dengan 600 mL/L. Dari tabel 2 dapat
lihat bahwa mikro-organisme dalam lumpur aktif menunjukkan kinerja yang baik.
Total
Dissolved Solid (TDS) adalah ukuran/volume
zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, misalnya garam dan
lain-lain) yang terdapat dalam sebuah larutan. Semakin tinggi kandungan TDS
dalam Air maka akan semakin buruk kualitas Air. Kadar maksimum 1000 mL/L.
Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan
di atas, penulis bisa menarik beberapa kesimpulan, seperti:
1.
Pengolahan air limbah pada
bak Aerasi dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik yang terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana dan
tidak berbahaya.
2.
Air limbah hasil pengolahan primer
dialirkan ke dalam tanki aerasi. Di tempat tersebut air limbah dicampur dengan
lumpur (sludge) yang diberi udara
(oksigen) hingga bakteri-bakteri aerobik lebih aktif disebut Activated Sludge.
3.
Memperhatikan kondisi linkungan Bakteri
dan
mikroorganisme
lain
memiliki
keaktifan
dalam
berfungsi
untuk
menguraikan
limbah.
BIBLIOGRAFI
Arief,
Muhammad, Latar. 2016. Pengolahan Limbah Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Yogyakarta: Penerbit Andi
Jennie,
Sri, Laksmi, Betty & Winiati Puji Rahayu.�
1993. Penanganan Limbah Industri
Pangan. Bekasi: Kanisius.
Mutawakil.
Tanpa Tahun. Pengolahan Limbah Got
Sebagai Peluang Usaha. Depok: Penebar Swadaya.
Peraturan
Pemerintah no. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Swarjana,
I Ketut. 2012. Metode Penelitian Kesehatan: Tuntutan Praktis Pembuatan Proposal
Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Wahyuningsih,
Menik, dkk. 2015. Lessons Learned Pola Investasi
Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Berbasis Komunitas. Jakarta: Pusat
Kajian Strategis Kementerian Pekerjaan Umum