Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 1 Januari 2020
�
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KELASI BESI DALAM
MENURUNKAN KADAR FERRITIN PADA PASIEN THALASEMIA ANAK DI RSUD 45 KUNINGAN
Cece
Supriatna, Bambang Karsidin Indriani dan Ratih Akbari
Prodi Profesi Apoteker dan Prodi Sarjana Farmasi STF YPIB
Cirebon
Email: cecesupriatna72@gmail.com,
[email protected] dan [email protected]
Abstrak
Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui kadar ferritin pada pasien Thalasemia
anak di RSUD 45 Kuningan saat pertama kali didiagnosa� menderita Thalasemia dan mengetahui ada atau
tidaknya penurunan kadar ferritin setelah pasien diberikan terapi obat kelasi
besi. Populasi yang digunakan adalah pasien Thalasemia di RSUD 45 Kuningan,
dengan sampel sebanyak 46 pasien. Setelah
melakukan penelitian, pengolahan data dan wawancara diperoleh hasil bahwa kadar
ferritin pasien Thalasemia anak ketika pertama kali didiagnosa menderita
Thalasemia adalah >500 mcg/L, dari 46 pasien yang dijadikan sampel, 5 orang
mengalami penurunan kadar ferritin dengan baik, 8 orang mengalami penurunan di
3 bulan pertama tetapi naik kembali di 3 bulan selanjutnya, sedangkan 33 pasien
lainnya cenderung tidak mengalami penurunan kadar ferritin. Hasil penelitian
tersebut semoga menjadi perhatian bagi semua bagian yang terkait agar tujuan
pengobatan pada pasien Thalasemia anak di RSUD 45 Kuningan bisa tercapai.
Kata kunci: Kadar
Ferritin, Obat Kelasi Besi, Thalasemia
Pendahuluan
Pengaruh era globalisasi di segala
bidang, perkembangan teknologi dan industri mengakibatkan perubahan pada
perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungan, seperti perubahan
terhadap pola konsumsi makanan yang serba instan, serta perkembangan dunia
teknologi dan komunikasi yang semakin meninggi membuat manusia seakan enggan
untuk bergerak dan berolahraga (Subandi, 2017).
Thalasemia adalah suatu gangguan
darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai globulin pada
hemoglobin (Susanto & Suryadi, 2010). Penyakit thalasemia
merupakan salah satu penyakit genetik terbanyak di dunia. Penyakit genetik ini
diakibatkan oleh ketidak mampuan sumsum tulang membentuk protein yang
dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin (Mandleco & Potts, 2007) Hemoglobin merupakan
protein kaya zat besi yang berada didalam sel darah merah yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh.
Badan kesehatan dunia atau WHO (2012)
menyatakan kurang lebih 7% dari penduduk dunia mempunyai gen �thalasemia dimana angka kejadian tertinggi
sampai dengan 40% adalah di Asia. Gejala awal yang muncul pada penderita
thalasemia antara lain pucat, lemas, dan tidak nafsu makan (Swayze, Hoffman, Stefanchik, Goldin, & Nobis,
2003). Pada kasus yang lebih
berat pasien thalasemia menunjukkan gejala klinis berupa hepatosplenomegali,
kerapuhan, penipisan tulang dan anemia. Anemia pada pasien thalasemia terjadi
akibat gangguan produksi hemoglobin.
Gejala anemia pada anak thalasemia
sudah dapat terlihat pada usia kurang dari 1 tahun. Derajat anemia yang terjadi
dapat bervariasi dari ringan sampai berat. Anemia merupakan masalah utama pada
thalasemia dan dapat diatasi dengan memberikan transfusi darah. Transfusi darah
bertujuan untuk mempertahankan kadar hemoglobin 9-10 g / dl (Rahayu, 2012) Akan tetapi pemberian
transfusi darah secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya penumpukan
besi pada jaringan parenkim hati dan disertai dengan serum besi dan
ferritin� yang tinggi.
Ferritin merupakan protein dalam
tubuh yang mengikat zat besi. Sebagian besar zat besi yang tersimpan dalam
tubuh terikat dengan protein tersebut. Zat besi bebas bersifat toksik atau
berbahaya bagi sel, tubuh memiliki mekanisme perlindungan untuk mengikat zat
besi bebas tersebut. Di dalam sel, zat besi disimpan dalam bentuk ikatan dengan
protein ferritin. Oleh karena itu, ferritin berfungsi menyimpan zat besi dalam
bentuk terlarut dan non toksik. Kadar ferritin dalam serum darah berkorelasi
dengan jumlah total simpanan zat besi tubuh sehingga pengukuran ferritin serum
adalah pemeriksaan laboratorium yang paling mudah untuk memperkirakan status
simpanan zat besi.
Darah
terdiri dari beberapa beberapa bagian seperti gambar 1
Gambar 1
Komponen Darah
Kelasi
besi adalah obat obatan yang ditujukan untuk mengurangi kadar zat besi dalam
darah terutama ferritin. Fungsi
dari kelasi besi ini adalah menurunkan jumlah ferritin dan serum iron dalam
darah supaya tidak mengganggu kerja organ organ vital dalam tubuh. macam-macam
obat kelasi besi adalah :
1.
Ferriprox (Deferiprone)
2.
Desferal (Deferoxamine)
3.
Exjade (Deferasirox)
Terapi
Deferasirox dapat dipertimbang kan jika pasien memilik serum feritin lebih
besar dari 300 mcg/L. Selain obat obat kelasi besi, pasien Thalasemia juga
membutuhkan suplemen asam folat 1-2 gram/hari untuk membantu meningkatkan kadar
hemoglobin, vitamin E 200-400 IU / hari untuk memperpanjang
umur sel darah merah dan Vitamin C 100-250 mg / hari untuk meningkatkan
ekskresi zat besi.
Metode
Penelitian
� Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional, dimana pengukuran variabelnya dilakukan hanya satu kali. Studi cross sectional mempelajari hubungan
antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan
pengukuran sesaat. Variabel resiko serta efek tersebut diukur menurut keadaan
statusnya pada waktu observasi (Sastroasmoro & Ismael, 2010)
Dalam
penelitian ini, jumlah populasi pasien thalasemia anak sebanyak 85 orang dan
batas toleransi kesalahan adalah 10%, maka sampel yang diperoleh berdasarkan
rumus Slovin adalah :��
n
= 45,9 atau 46 orang
Sampel sebanyak 46 pasien
yaitu pasien pengguna Deferiprone / Ferriprox sebanyak 23
orang dan pasien pengguna Deferasirox / Exjade sebanyak 23 orang dan
pemilihannya dilakukan secara random /
acak. Langkah langkah pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi prosedur
administrative dan prosedur tekhnis (Sastroasmoro & Ismael, 2010).
1.
Mencatat identitas pasien
thalasemia anak yang akan dijadikan sampel penelitian, meliputi : nama, nomor
rekam medis / medical record, tanggal
didiagnosa Thalasemia, tanggal pertama melakukan transfusi darah, jenis obat
kelasi besi yang digunakan dan dosis obat.
2.
Mencatat kadar ferritin
kadar ferritin awal sebelum melakukan pengobatan, kadar ferritin 3 bulan
pertama setelah minum obat kelasi besi, kadar ferritin 3 bulan kedua dan 3
bulan ketiga setelah minum obat kelasi besi.sesuai data dalam medical record
pasien.
Hasil
dan Pembahasan
Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 46 pasien Thalasemia anak, yaitu pengguna obat kelasi
besi Ferriprox (Deferiprone) sebanyak
23 pasien dan pengguna obat kelasi besi Exjade (Deferasirox) sebanyak 23 pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh
Dahlui, Hishamsah, Rahman dan Aljunid (2009) di malaysia menemukan bahwa
kualitas hidup pasien thalasemia berhubungan dengan kadar feritin, komplikasi
kelebihan zat besi, dan penghasilan keluarga. Penelitian yang berkaitan dengan
kualitas hidup anak thalasemia di Indonesia sudah pernah dilakukan di semarang
oleh Bulan (2009), menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
anak thalasemia diantaranya adalah kadar Hb, jenis kelasi besi dan kadar
feritin dalam darah.
Berdasarkan penurunan kadar ferritin
setelah menggunakan obat kelasi besi, sampel dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:
1.
Kelompok A yaitu kelompok
pasien pengguna Ferriprox� (Deferiprone)
yang menunjukkan penurunan kadar ferritin dengan baik, sebanyak 2 pasien atau
8,70%.
2.
Kelompok B yaitu kelompok
pasien pengguna Ferriprox� (Deferiprone)
yang menunjukkan penurunan kadar ferritin di 3 bulan pertama tapi kembali naik
di 3 bulan kedua, sebanyak 4 pasien atau 17,40%
3.
Kelompok C yaitu kelompok
pasien pengguna Ferriprox� (Deferiprone)
yang tidak menunjukkan penurunan kadar ferritin, sebanyak 17 pasien atau
73,90%.
4.
Kelompok D yaitu kelompok pasien pengguna
Exjade (Deferasirox) yang menunjukkan penurunan kadar ferritin dengan baik.
5.
Kelompok E yaitu kelompok pasien pengguna
Exjade (Deferasirox) yang menunjukkan penurunan kadar ferritin di 3 bulan pertama tapi kembali naik di 3
bulan kedua.
6.
Kelompok F yaitu kelompok pasien pengguna
Exjade (Deferasirox) yang tidak menunjukkan penurunan kadar ferritin.
Tabel 1
Data Pasien Pengguna Obat Ferriprox
(Deferiprone) kelompok A
No |
Nama Pasien / No. Medrec |
Jenis Obat Kelasi Besi |
Dosis Obat |
Kadar Feritin� Awal |
Kadar Feri tin 3 Bulan Perta ma |
Kadar Feri tin 3 Bulan Kedua |
Kadar
Feri tin
3 Bulan Selan jut nya |
A |
B |
E |
F |
G |
H |
I |
J |
1. |
Vira |
Ferri Prox |
3x2 tab |
7967 |
6948 |
6742 |
5501 |
2. |
Shelly |
Ferri Prox |
3x2 tab |
2920 |
2192 |
1825 |
1262 |
Tabel�
2
Data Pasien Pengguna Obat Ferriprox
(Deferiprone) Kelompok B
No |
Nama Pasien / No. Medrec |
Jenis Obat Kelasi Besi |
Do sis Obat |
Ka dar Feri tin�
awal |
Kadar Feri tin 3 Bulan Per tama |
Kadar Feri tin 3 Bulan Ke dua |
Kadar Feri tin 3 Bulan Selan jutnya |
A |
B |
E |
F |
G |
H |
I |
J |
1. |
M. Nabil |
Ferri prox |
3x2 tab |
2234 |
2050 |
3310 |
2059 |
2. |
Nur Afni Okta vin |
Ferr iprox |
3x2 tab |
4704 |
2285 |
3921 |
3510 |
3. |
Nizam Alfarizi |
Ferri prox |
3x1 tab |
1946 |
948 |
1718 |
1680 |
4. |
Yuda M Zaemali |
Ferri prox |
3x2 tab |
4543 |
1468 |
2005 |
1708 |
Tabel�
3
Data Pasien Pengguna Obat Ferriprox
(Deferiprone) Kelompok C
No |
Nama Pasien / No.
Medrec |
Jenis Obat Kelasi Besi |
Dosis Obat |
Kadar Feri tin�
Awal |
Ka dar Feri tin 3 Bu lan Pertama |
Ka dar Feritin 3 Bu lan Ke dua |
Ka dar Feritin 3 Bu lan Selanjutnya |
A |
B |
E |
F |
G |
H |
I |
J |
1. |
Haidar Mahasin |
Ferriprox |
3x1 cth |
2829 |
5168 |
4007 |
4126 |
2. |
M. Dzikri |
Ferriprox |
3x1 tab |
2752 |
6339 |
2049 |
3873 |
3. |
Novi Yanti |
Ferriprox |
3x2 tab |
1934 |
2009 |
2657 |
3079 |
4. |
Iryad Firmn Syah |
Ferriprox |
3x2 tab |
3419 |
3876 |
4421 |
6467 |
5. |
Vera Olivia |
Ferriprox |
3x2 tab |
1330 |
1330 |
1486 |
1773 |
6. |
Rizky Nur Fajar |
Ferriprox |
3x1 tab |
1441 |
1972 |
1141 |
1427 |
7. |
Reyhan Rizky |
Ferriprox |
3x2 tab |
2412 |
2577 |
3257 |
3878 |
8. |
Risky Wahyuni |
Ferriprox |
3x2 tab |
3874 |
3801 |
3098 |
3627 |
9. |
Ratna Sumiar |
Ferriprox |
3x2 tab |
1949 |
1960 |
2164 |
3264 |
10. |
Rania Aqila |
Ferriprox |
3x2 cth |
1601 |
1794 |
2226 |
2491 |
11. |
Rafa R |
Ferriprox |
3x1 tab |
3457 |
4955 |
7129 |
4031 |
12. |
Rizqy Langit |
Ferriprox |
3x2 tab |
1264 |
1261 |
5097 |
802 |
13. |
Rafif |
Ferriprox |
3x2 tab |
1358 |
1226 |
1314 |
1369 |
14. |
Stephani |
Ferriprox |
3x1 cth |
7719 |
8040 |
7012 |
8035 |
15. |
Syifa Nadira |
Ferriprox |
3x1 cth |
5362 |
7590 |
4953 |
5295 |
16. |
Febriansyah |
Ferriprox |
3x1 tab |
3791 |
3739 |
3178 |
3463 |
17. |
Fahri |
Ferriprox |
3x2 tab |
2148 |
2857 |
3265 |
3630 |
Diagram lingkaran untuk hasil
pengamatan kadar ferritin pada pasien pengguna obat Ferriprox� (Deferiprone) adalah sebagai berikut:
Diagram�
1
Data Pasien Thalasemia Anak Pengguna
Ferriprox (Deferiprone)
Tabel�
4
Data Pasien
Pengguna Obat Exjade (Deferasirox) Kelompok D
No |
Nama Pasien / No. Medrec |
Jenis Obat Kelasi Besi |
Dosis Obat |
Kadar Feritin� Awal |
Kadar Feritin 3 Bulan Pertama |
Kadar Feritin 3 Bulan Kedua |
Kadar Feritin 3 Bulan Selanjutnya |
A |
B |
E |
F |
G |
H |
I |
J |
1. |
M. Imdad D |
Exjade |
1x2 tab |
7592 |
5816 |
5722 |
5678 |
2. |
Alya Ramdhani |
Exjade |
1x1 tab |
1985 |
1760 |
1511 |
1500 |
3. |
Alif Falih |
Exjade |
1x1 tab |
4206 |
2678 |
1340 |
1210 |
Tabel 5
Data Pasien
Pengguna Obat Exjade� (Deferasirox)
Kelompok E
No |
Nama Pasien / No. Medrec |
Jenis Obat Kelasi Besi |
Do sis Obat |
Ka dar Feri tin�
awal |
Kadar Feri tin 3 Bulan Pertama |
Kadar Feri tin 3 Bulan Ke dua |
Kadar Feritin 3 Bulan Selan jutnya |
A |
B |
E |
F |
G |
H |
I |
J |
1. |
Dinda Afifah |
Exjade |
1x2 tab |
1655 |
889 |
2355 |
878 |
2. |
M. Fardan |
Exjade |
1x2 tab |
1466 |
1369 |
2081 |
1337,92 |
3. |
M. Rizky |
Exjade |
1x2 tab |
1354 |
1235 |
1635 |
1383 |
4. |
Mawar Wulansari |
Exjade |
1x2 tab |
3402 |
3234 |
4117 |
3907 |
Tabel�
6
Data Pasien Pengguna Obat Exjade� (Deferasirox) Kelompok F
No |
Nama Pasien / No. Medrec |
Jenis Obat Kelasi Besi |
Dosis Obat |
Kadar Feritin� awal |
Kadar Feri tin 3 Bulan Pertama |
Kadar Feri tin 3 Bulan Ke dua |
Kadar Feri tin 3 Bulan Selan jutnya |
A |
B |
E |
F |
G |
H |
I |
J |
1. |
Al Rizky |
Exjade |
1x2 tab |
1238 |
1732 |
1861 |
2039 |
2. |
Aida |
Exjade |
1x2 tab |
5509 |
8575 |
7983 |
8140 |
3. |
Andres J |
Exjade |
1x2 tab |
6995 |
9701 |
8717 |
8819 |
4. |
Arikan Zul |
Exjade |
1x2 tab |
5027 |
6625 |
5114 |
4846 |
5. |
Aftar |
Exjade |
1x1 tab |
1305 |
1333 |
1429 |
1528 |
6. |
Ardan |
Exjade |
1x2 tab |
1322 |
1322 |
1365 |
2145 |
7. |
Bang Kit |
Exjade |
1x2 tab |
1840 |
2556 |
3242 |
3652 |
8. |
Candy |
Exjade |
1x2 tab |
5585 |
5741 |
5673 |
8998 |
9. |
Daffa Sigit |
Exjade |
1x2 tab |
39778 |
4644 |
11921 |
5125 |
10. |
M. Adri An |
Exjade |
1x1 tab |
1621 |
2205 |
2808 |
3228 |
11. |
M. Fahry |
Exjade |
1x2 tab |
1400 |
1873 |
2005 |
2030 |
12. |
M. Azka T |
Exjade |
1x2 tab |
2705,98 |
2572,48 |
3806 |
4129 |
13. |
M. Azka Q |
Exjade |
1x2 tab |
2559 |
2951 |
1965 |
3221 |
14. |
Maureen |
Exjade |
1x1 tab |
8980 |
8836 |
9760 |
9034 |
15. |
M. Fahmi |
Exjade |
1x2 tab |
4932 |
4984 |
3766 |
6691 |
16. |
M. Fahmi Kaisan |
Exjade |
1x2 tab |
1932 |
2984 |
3766 |
6691 |
Diagram lingkaran untuk hasil pengamatan
kadar ferritin pada pasien pengguna obat Exjade (Deferasirox) adalah sebagai
berikut:
Diagram�
2
Data Pasien
Thalasemia Anak Pengguna Exjade (Deferasirox)
Ketiga kelompok diatas adalah:
1.
Kelompok D adalah kelompok
pasien pengguna Exjade (Deferasirox) yang menunjukkan penurunan kadar ferritin
dengan baik sebanyak 3 pasien atau 13%.
2.
Kelompok E adalah
kelompok pasien pengguna Exjade (Deferasirox) yang menunjukkan penurunan kadar
ferritin di 3 bulan pertama tapi kembali naik di 3 bulan kedua sebanyak 4
pasien atau 17,40%.
3.
Kelompok F adalah
kelompok pasien pengguna Exjade (Deferasirox) yang tidak menunjukkan penurunan
kadar ferritin sebanyak 16 pasien atau 69,60%
Obat kelasi besi yang ada di RSU 45
Kuningan ada 3 macam, yaitu Ferriprox (Deferiprone), Exjade (Deferasirox) dan
Desferal (Deferoxamine), pada penelitian ini pengamatan hanya dilakukan pada
pasien Thalasemia anak yang menggunakan obat kelasi besi Ferriprox
(Deferiprone) dan Exjade (Deferasirox). Penggunaan kelasi besi desferal
(Deferoxamine) tidak rutin digunakan setiap hari, hanya diberikan pada pasien
Thalasemia dengan kadar ferritin lebih dari 10.000 mcg/L dengan cara� disuntikkan. Dosis pemberian Desferal adalah
40 mg/ kg/ hari selama 5 hingga 7 hari setiap minggunya. Desferal bekerja
dengan mengikat zat besi dan mengubahnya menjadi ferrioxamine yang merupakan
kompleks stabil sehingga akan mudah dikeluarkan oleh ginjal. Deferoxamine
dimetabolisme di enzim plasma dan beberapa diekskresikan ke tinja dan urin.
Standar Prosedur Operasional (SPO) di
Klinik Thalasemia RSUD 45 Kuningan untuk pasien thalasemia anak yang pertama
adalah pemeriksaan Hemoglobin (Hb) karena pasien Thalasemia yang cenderung
anemis, terapi selanjutnya adalah transfusi darah yang dilakukan minimal satu
bulan sekali tergantung kondisi Hemoglobin (Hb) pasien. Obat kelasi besi
diberikan setelah pasien 5 kali mendapatkan transfusi darah, kemudian
selanjutnya rutin diberikan setiap 1 bulan sekali. Selain pemberian obat kelasi
besi yaitu Ferriprox (Deferiprone) atau Exjade (Deferasirox) biasanya diberikan
juga vitamin E dan asam folat. Sementara obat injeksi yaitu Desferal
(Deferoxamine) hanya diberikan pada pasien yang kadar ferritinnya mencapai
10.000 mcg/ L untuk mencegah keracunan zat besi secara cepat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
keluarga pasien, diperoleh�� informasi
mengapa sebagian besar pasien tidak mengalami penurunan ferritin atau bahkan
cenderung meningkat
1.
Kepatuhan dan pengetahuan
pasien dalam meminum obat, dari 46 pasien yang dijadikan sampel, 8 orang
menyatakan enggan minum obat kelasi besi karena efek samping obat yang bisa
menyebabkan mual dan pusing. 5 orang pasien merasa pengobatan cukup dengan
transfusi darah, 5 pasien lainnya menyatakan obat kelasi besi hanya diminum saat
mereka merasa lemas. Ketidak tahuan pasien terhadap pentingnya minum obat
kelasi besi menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya tujuan pengobatan.
2.
Tidak adanya dukungan dan
motivasi keluarga, selain pengetahuan tentang pentingnya minum obat kelasi besi,
pasien Thalasemia juga membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarga dan
lingkungan untuk bisa minum obat dengan teratur.� Peran orang tua sangat dibutuhkan, terutama
karena usia mereka yang masih kecil sehingga orang tualah yang harus
mengingatkan pada jam jam minum obat.
3.
Ketersediaan obat yang
terbatas, yaitu jumlah persediaan obat kelasi besi yang tidak sebanding dengan
jumlah pasien Thalasemia seringkali menjadi penyebab pasien tidak bisa
mendapatkan obat untuk dikonsumsi, terkadang pasien mengurangi sendiri dosis
obat yang diminum supaya jika obat di rumah sakit habis mereka masih bisa
meminumnya meskipun tidak sesuai dosis yang dianjurkan dokter.�� Mahalnya harga obat membuat mereka tidak
mampu untuk membeli obat sendiri saat obat tidak tersedia di rumah sakit.
4.
Aturan penyelenggara
kesehatan/ BPJS yaitu harus menyertakan surat protokol terapi setiap mengambil
obat ke apotek seringkali menjadi penyebab mereka tidak bisa mendapatkan obat
yang dibutuhkan jika tidak menyertakan protokol terapi tersebut. Protokol
terapi adalah surat bukti Pengobatan awal dari rumah sakit faskes 3, umunya
pasien RSUD 45 Kuningan mendapatkan surat protokol terapi dari dokter spesialis
hematologi anak di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta atau RS Hasan Sadikin Bandung.
Dari
analisa data terlihat bahwa kelompok A dan kelompok D berhasil mengalami
penurunan ferritin dengan baik karena mereka rutin minum obat kelasi besi,
kelompok B dan kelompok E mengalami penurunan ferritin di 3 bulan pertama
tetapi kembali naik di 3 bulan selanjutnya meskipun sebagian besar menyatakan
rutin minum obat, sedangkan kelompok C dan kelompok F sama sekali tidak
mengalami penurunan ferritin bahkan cenderung naik, karena mereka tidak rutin
minum obat kelasi besi dengan berbagai alasan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di
Klinik Thalasemia RSUD 45 Kuningan, diperoleh kesimpulan bahwa kadar ferritin
pada pasien Thalasemia anak setelah mendapatkan obat kelasi besi pada 46 pasien
yang dijadikan sampel dapat dibagi dalam 6 kelompok, yaitu:
1.
Kelompok A yaitu kelompok
pasien pengguna Ferriprox� (Deferiprone)
yang menunjukkan penurunan kadar ferritin dengan baik, sebanyak 2 pasien.
2.
Kelompok B yaitu kelompok
pasien pengguna Ferriprox� (Deferiprone)
yang menunjukkan penurunan kadar ferritin di 3 bulan pertama tapi kembali naik
di 3 bulan kedua, sebanyak 4 pasien.
3.
Kelompok C yaitu kelompok
pasien pengguna Ferriprox� (Deferiprone)
yang tidak menunjukkan penurunan kadar ferritin, sebanyak 17 pasien.
4.
Kelompok D yaitu kelompok
pasien pengguna Exjade (Deferasirox) yang menunjukkan penurunan kadar ferritin
dengan baik sebanyak 3 pasien.
5.
Kelompok E yaitu kelompok
pasien pengguna Exjade (Deferasirox) yang menunjukkan penurunan kadar ferritin
di 3 bulan pertama tapi kembali naik di 3 bulan kedua sebanyak 4 pasien.
6.
Kelompok F yaitu kelompok
pasien pengguna Exjade (Deferasirox) yang tidak menunjukkan penurunan kadar
ferritin sebanyak 16 pasien.
�����������
BIBLIOGRAFI
Bulan, S (2009), Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak thalasemia
beta mayor, diperoleh dari http://eprint.undip.ac.id/247/
Sandra_Bulan.pdf�
Dahlui, M., Hishamsah, M.I., Rahman, A., &
Aljunid, S.M. (2009) Quality of life in
transfusin dependent thalasemia patients on desferrioxamine treatment,
Singapore Med J, 50 (8), 794-799. Diperoleh dari http://smj.sma.org.sg/5008/5008a8.pdf
Mandleco, B. L., & Potts, N. L. (2007). Pediatric nursing: Caring for children and their families. Thomson Delmar Learning.
Rahayu, I. (2012). dkk. 2012. Panduan Lengkap Ayam.
Penerbit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis Ed. 3 Cet. 2. Jakarta: Sagung Seto.
Subandi, E. (2017). Pengaruh Senam Diabetes Perhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Upt Puskesmas Mundu
Kabupaten Cirebon Tahun 2017. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(7),
53�68.
Susanto, S., & Suryadi, D. (2010). Pengantar data
mining: mengagali pengetahuan dari bongkahan data. Penerbit Andi.
Swayze, J. S., Hoffman, D. B., Stefanchik, D., Goldin, M. A.,
& Nobis, R. H. (2003, March 11). Anastomosis device having improved
tissue presentation. Google Patents.
WHO. (201), The global
burden of disease up date. Diperoleh dari
www.who.int/healthinfo/global_burder_disease/GBD_report_2004update_full.pdf