������ Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
������
e-ISSN : 2548-1398
������
Vol. 5 , No.1 Januari 2020 �
�
PENERAPAN
ASESMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN����� KEMAMPUAN
INKUIRI MELALUI PEMBELAJARAN LEVELS OF
INQUIRY SISWA SMA
Irma Kusumastuti,
Sri Anggraeni dan Wahyu Surakusumah
Universitas Islam Al-ihya, Kuningan dan FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia
Email
: [email protected],
[email protected],
�dan [email protected]
Abstrak
Kemampuan inkuiri adalah kemampuan untuk memperoleh informasi melalui
observasi atau eksperimen. Asesmen kinerja dalam meningkatkan kemampuan inkuiri
di sekolah belum diterapkan. Oleh karena itu untuk mencapai kemampuan inkuiri
tersebut penerapan asesmen kinerja diperlukan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menerapkan asesmen kinerja dalam meningkatkan kemampuan inkuiri
melalui pembelajaran Levels of Inquiry siswa SMA pada sub topik pemanasan
global. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Instrumen asesmen kinerja yang diterapkan terdiri dari enam task
(LKS discovery learning, task laporan hasil diskusi, LKS interactive
demonstration, LKS inquiry lesson, LKS inquiry lab dan task laporan hasil unjuk
kerja) dan rubrik di setiap tingkat pada pembelajaran Levels of Inquiry.
Instrumen penilaian kinerja kemampuan inkuiri diuji kelayakannya dengan
validasi ahli, kemudian menerapkan asesmen kinerja pada satu kelas
implementasi, kemudian menguji efektivitas penerapan asesmen kinerja kemampuan
inkuiri dan menguji pengaruhnya. Untuk menguji efektivitas, penelitian ini
melibatkan siswa SMA (N = 33) pada tahun ajaran 2017/2018 sebagai partisipan.
Pengumpulan data menggunakan lembar validasi, tes keterampilan inkuiri, task
dan rubriknya, lembar observasi kinerja. Validitas instrumen penilaian kinerja
kemampuan inkuiri memiliki rerata 34 dengan persentase 85%, yang dikategorikan
"validitas tinggi". Rerata N-gain siswa dalam kemampuan inkuiri
adalah 0,58 dengan kategori �sedang�. Teknik analisis data yang digunakan untuk
melihat pengaruh penerapan asesmen kinerja terhadap peningkatan kemampuan
inkuiri siswa adalah dengan menggunakan uji Friedman, berdasarkan perhitungan
uji Friedman diperoleh probabilitas = 0,000 dengan taraf signifikansi 0,05,
maka artinya nilai Probabilitas < 0,05(5), yaitu 0,000 < 0,4117. Hasil
ini menunjukkan bahwa penerapan asesmen kinerja kemampuan inkuiri cukup efektif
dalam meningkatkan kemampuan inkuiri dan penerapan asesmen kinerja kemampuan
inkuiri berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan inkuiri.
Kata kunci:
Penilaian Kinerja, Kemampuan
Inkuiri, Levels of Inquiry
Pendahuluan
National Science Education Standards dalam (Wenning, 2005) menyatakan bahwa, inkuiri bagi peserta
didik sebagai kegiatan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman tentang ide-ide ilmiah, serta pemahaman bagaimana cara ilmuwan mempelajari
dunia alam. Sehingga dengan pembelajaran berbasis inkuiri, kemampuan berinkuiri
siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang. Model pembelajaran� inkuiri menciptakan� kemampuan�
berfikir� peserta� didik�
dan� mampu bersikap ilmiah dan komunikasi (Muslihat, 2017). Hal ini sesuai dengan tuntutan pemerintah
pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup
Namun demikian hingga kini masih menjadi persoalan
besar dalam pembelajaran Biologi. Pembelajaran Biologi di sekolah khususnya
sekolah menengah (SMP, SMA, dan SMK) masih menekankan kepada penguasaan konsep,
belum melatihkan kemampuan-kemampuan dasar sains kepada diri siswa misalnya
kemampuan berinkuiri. Rendahnya kemampuan inkuiri ini tidak terlepas dari model
pembelajaran yang digunakan selama ini. Metode yang sering digunakan dalam
pembelajaran Biologi masih didominasi oleh guru (teacher oriented).
Penerapan pendekatan inkuiri ilmiah sebaiknya tidak
dilaksanakan secara sekaligus kepada seluruh siswa karena tidak semua siswa
terbiasa mencari, menemukan, dan mandiri dalam belajar. Oleh karena itu,
pendekatan inkuiri ilmiah sebaiknya diajarkan secara bertahap, dengan sedikit
demi sedikit mengurangi bimbingan oleh guru kepada siswa sehingga pada akhirnya
siswa mandiri dan sudah dapat terbiasa melakukan proses pencarian dan penemuan.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang memberikan
solusi terhadap permasalahan tersebut yaitu melalui pendekatan levels of inquiry. Pendekatan ini
dikembangkan untuk mempermudah guru mengajarkan sains khususnya mata pelajaran
Biologi dengan menggunakan inkuiri melalui beberapa tahapan yang disesuaikan
dengan tahap kemampuan berpikir siswa. Levels
of inquiry terdiri atas lima level, yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry
lab, dan hypotethical inquiry (Wenning,
2010). Pendekatan
Levels of Inquiry ini dimaksudkan
untuk mempermudah guru atau pendidik dalam menerapkan inkuiri secara bertahap
dan berkesinambungan dengan memperhatikan kemampuan intelektual siswa. Pada
penelitian ini, level dalam Levels of
Inquiry yang akan dilakukan dibatasi hanya pada empat level saja, yaitu discovery learning, interactive
demonstration, inquiry lesson, inquiry lab.
(Moyer, Hackett, &
Everett, 2007) mendefinisikan inkuiri sebagai
proses-proses sains yang mencerminkan metode saintifik. Inkuiri dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran dan penilaian (Branch & Oberg, 2004). Inkuiri dalam proses belajar membuat siswa lebih
berpikir logis dan membawa� pengertian
serta pengetahuan awal yang harus ditambah, dimodifikasi, diperbaharui, di
revisi dan diubah oleh informasi yang baru diperolehnya dalam proses belajar (Council, 2000). Sedangkan indikator� inkuiri�
dalam� proses� penilaian�
dapat� diterapkan� pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Indikator� inkuiri untuk
aspek kognitif dapat sisipkan dalam soal yang dapat memacu siswa untuk mampu
merumuskan pertanyaan, mengevaluasi sumber informasi, membuat prediksi,
merencanakan dan melaksanakan penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasi
data,� serta� mengkomunikasikan� hasilnya. Sehingga diharapkan dengan adanya
asesmen yang disesuaikan dengan indikator inkuiri tersebut siswa mampu melatih
kemampuan berpikir dalam mengerjakan soal dari hafalan dan pengetahuan menuju
mengaplikasikan, menganalisis dan menginterpretasi, mengevaluasi, dan
mengkreasikan sehingga dapat membentuk pola berpikir yang� logis.
Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan guru salah satu SMA di kota Bandung, diperoleh fakta bahwa meskipun di SMA
tersebut sudah menerapkan kurikulum 2013, namun pembelajaran Biologi yang
dilakukan di kelas belum memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan
inkuiri dan siswa masih bersifat pasif hanya menerima pelajaran dari guru saja,
serta belum terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal yaitu pembelajaran Biologi yang dilaksanakan di sekolah tidak
berangkat dari fenomena-fenomena ilmiah yang akrab dengan siswa, pembelajaran
Biologi kurang dibelajarkan melalui penyelidikan ilmiah berupa kegiatan
eksperimen yang bermakna, dan pembelajaran di kelas terfokus pada metode
ceramah dan pembelajaran yang di dominasi oleh guru. Kegiatan eksperimen yang
dilakukan selama ini cenderung berupa praktikum verifikasi dan praktikum yang
dilakukan dengan cara siswa melakukan praktikum sesuai dengan task LKS yang sudah tersedia (Arief, 2015). Hal tersebut berarti bahwa siswa tidak dilatih dalam
merancang percobaan yang akan dilakukan dan mengidentifikasi variabel-variabel
dalam eksperimen. Siswa melakukan kegiatan eksperimen yang bersifat verifikatif
sesuai dengan LKS yang sudah ada dan guru tidak membuat sendiri LKS tersebut
sesuai kebutuhan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga kemampuan yang
diharapkan sulit tercapai. Oleh karena itu, dengan menerapkan asesmen kinerja
kemampuan inkuiri diharapkan siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat mengembangkan kemampuan inkuirinya.
Pemanasan global merupakan salah satu materi pada mata
pelajaran biologi. Dalam materi pemanasan global ini banyak fenomena-fenomena
ilmiah yang berkaitan dan erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Selain itu, pada materi pemanasan global ini dapat diajarkan dengan pembelajaran
Levels of Inquiry dengan penyelidikan ilmiah. Materi pemanasan global
ini merupakan salah satu materi yang sulit karena bersifat abstrak dan proses
yang terjadi tidak dapat terlihat secara langsung, namun dampaknya langsung
dirasakan pada lingkungan sekitar. Pemanasan global juga merupakan materi yang
penting, mengingat materi pemanasan global ini merupakan masalah lingkungan
yang mendunia. Pemanasan global mengakibatkan kerusakan lingkungan yang semakin
parah dan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem yang ada dibumi yang
memberi dampak pada kehidupan di bumi seperti terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Kerusakan mengarah pada
degradasi lingkungan, meskipun tidak mencapai tingat yang membahayakan, namun
sudah mencapai tingkat yang dapat menurunkan kualitas bumi sebagai tempat
tinggal (Ardianti, Fahmi, &
Ratnawati, 2008). Oleh karenanya, pembelajaran melalui Levels of Inquiry dirasa tepat untuk
digunakan pada materi pemanasan global. Materi Pemanasan global merupakan salah
satu materi yang dibahas dalam materi perubahan lingkungan yang diangkat karena
di dalam materi tersebut terdapat berbagai contoh kasus otentik yang sangat
berkaitan dengan materi yang diajarkan di sekolah dan dijadikan bahan belajar
serta diskusi.
Namun selain menerapkan pendekatan yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan inkuiri siswa, guru juga perlu menerapkan teknik
penilaian atau teknik asesmen dalam pembelajaran yang dapat menunjang
meningkatnya kemampuan inkuiri siswa dan tergalinya kemampuan tersebut.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui hasil belajar
peserta didik, dan juga untuk mengetahui bagaimanakah proses belajar berlangsung.
Oleh karena itu, proses belajar juga perlu dinilai. Atas dasar pemikiran
tersebut, lingkup penilaian dapat diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu
proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran
menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan peserta didik, pola
interaksi guru-peserta didik dan keterlaksanaan program pembelajaran (Muslich, 2011). Menurut (Brown & Shavelson, 1996) penilaian sebagai suatu proses yang secara
berkelanjutan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pembelajaran siswa
dengan menggunakan berbagai macam prosedur.
Bentuk penilaian yang sudah ditentukan oleh pemerintah
di antaranya adalah penilaian atau assesmen autentik. Assesmen pembelajaran
sains dewasa ini lebih ditekankan pada pengembangan model-model assesmen
autentik. Assesmen autentik dapat mengembangakan kemampuan peserta didik lebih
komprehensif. Namun, assesmen ini sering luput dari perhatian guru. (Hart, 1994) menyatakan asesmen autentik merupakan
suatu penilaian yang dilakukan melalui penyajian atau penampilan oleh siswa
dalam bentuk pengerjaan tugas-tugas atau berbagai aktivitas tertentu yang
langsung mempunyai makna pendidikan. Tes obyektif� lebih sering menjadi satu-satunya penentu
keberhasilan siswa. Padahal hasil tes obyektif seringkali tidak menunjukkan
kemampuan siswa yang sesungguhnya, sulit mengukur pemahaman tentang hakekat
serta proses sains (Marzano et al., 1992). Penilaian otentik muncul akibat kritik terhadap
penilaian yang selama ini dilakukan kurang mencerminkan kemampuan siswa yang
sebenarnya. Misalnya kemampuan kinerja di tes dengan ujian tertulis atau dengan
ujian ketok. Hal tersebut tentu saja tidak sesuai. (Rustaman, 2006) menegaskan bahwa kinerja perlu dinilai
saat kegiatannya berlangsung.
Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam
proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan
program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai
perkembangan dari satu pencapaian program tersebut (Marhaeni, 2008). Asesmen pembelajaran sains mensyaratkan
pelaksanaan penilaian dengan teknik yang bervariasi. Tuntutan asesmen dewasa
ini telah bergeser ke arah pemahaman dan penalaran ilmiah (Council, 1996). Tes obyektif yang hanya menilai
pengetahuan ilmiah tidak sesuai lagi dengan kurikulum (Mokhtari, Yellin, Bull, & Montgomery, 1996). Tes semestinya mulai bergeser ke asesmen penalaran
yang lebih kompleks. Asesmen kinerja merupakan bentuk asesmen yang memungkinkan
siswa mendemonstrasikan serangkaian keterampilan atau perilaku, produk, serta
dalam konteks tertentu yang mendemonstrasikan keduanya. Target asesmen kinerja
adalah pengetahuan, penalaran, keterampilan, produk, dan afektif (Stiggins, 1994). Penilaian kinerja siswa dapat dilakukan
ketika siswa sedang melakukan unjuk kerja atau melalui produk yang dibuat oleh
siswa. Kinerja siswa yang dinilai harus disesuaikan dengan indikator
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut (Wulan, 2008), asesmen kinerja telah direkomendasikan
oleh para ahli asesmen sebagai penilaian autentik pada pembelajaran sains
tetapi besarnya potensi asesmen kinerja dalam menilai kemampuan proses sains
belum dimanfaatkan oleh sebagian besar guru sains di Indonesia. (Damayanti, 2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
efektifitas instrumen authentic assessment meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa sebesar 0.532, Penerapan authentic assessment pada pembelajaran pemanasan global secara umum
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis dengan signifikansi 0.00 dan
r2 0.974. Temuan lain mengungkapkan nahwa asesmen kinerja meningkatkan
kompetensi mahasiswa dalam praktikum karena indikator pada rubrik asesmen
kinerja mewakili seluruh aspek keterlaksanaan praktikum dan mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan praktikum biologi (Wulan, 2008), (Sudrajat, 2012).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul �Penerapan Asesmen Kinerja Dalam
Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Melalui Pembelajaran Levels of Inquiry Siswa SMA Pada Sub Topik Pemanasan Global�.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan asesmen kinerja kemampuan
inkuiri dalam meningkatkan kemampuan inkuiri siswa melalui pembelajaran Levels of Inquiry.
Metode
Penelitian
Metode penelitian
yang digunakan yaitu deskriptif dengan menerapkan asesmen kinerja kemampuan
inkuiri dalam meningkatkan kemampuan inkuiri pada materi pemanasan global
melalui pembelajaran Levels of Inquiry
siswa SMA pada kondisi belajar alamiah siswa SMA kelas X di SMAN 13 Bandung
sebagai partisipan. Pada penelitian
ini, level dalam Levels of Inquiry
yang akan dilakukan dalam pembelajaran dibatasi hanya pada empat level saja,
yaitu discovery learning, interactive
demonstration, inquiry lesson, inquiry lab. Sebelum
menerapkan asesmen kinerja kemampuan inkuiri, dilakukan perancangan asesmen
kinerja kemampuan inkuiri terlebih dahulu, yaitu dengan (1) menganalisis
pebelajar (atribut, kebutuhan dan karakteristik), biaya, keterbatasan,
alternatif penyampaian, dan kinerja yang diharapkan, (2) menyusun rencana
asesmen kinerja kemampuan inkuiri, meliputi kemampuan-kemampuan yang
diperlukan, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan instrumen asesmen kinerja
kemampuan inkuiri tersebut, (3) merancang instrumen asesmen kinerja kemampuan
inkuiri yang berupa task dan rubriknya serta lembar observasi. Merancang dan
menyediakan instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri yang dapat memacu dan
memunculkan kemampuan inkuiri siswa yang disesuaikan dengan indikator kemampuan
inkuiri sesuai tingkatannya pada pembelajaran levels of inquiry. Divalidasi oleh dosen ahli dan guru di lapangan.
Serta dilakukan uji terbatas, (4) Menerapkan asesmen kinerja kemampuan inkuiri
yang telah divalidasi oleh dosen ahli dan guru biologi di lapangan serta telah
dilakukan uji terbatas kemudian dilakukan revisi pada satu kelas, (5) Penilaian
terhadap asesmen kinerja kemampuan inkuiri yang telah diterapkan yang dijaring
melalui respon siswa pada akhir pembelajaran, mengenai kepraktisannya. Adapun
instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari angket judgement ahli, soal tes (pre-test
dan post-test), angket respon siswa.
Sedangkan untuk instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri terdiri dari task dan rubrik (LKS discovery learning, task laporan hasil diskusi, LKS interactive
demonstration, LKS inquiry lesson,
LKS inquiry lab dan task laporan hasil unjuk kerja), dan
lembar observasi kinerja siswa.
Teknik pengolahan untuk data angket
lembar judgement ahli diolah dengan persentase
mengikuti rumus (Suharsimi, 2006) dan (Sudjana, 2005)
serta menghitung rata-rata skor dengan kriteria hasilnya merujuk pada pedoman
penilaian (Azwar, 2001)
dan (Suharsimi, 2005). Data pretest dan posttest
untuk kemampuan inkuiri dianalisis dengan rumus Normalized Gain (N-Gain)
(Meltzer, 2002), data hasil analisis dari N-Gain
digunakan untuk menguji efektivitas dari instrumen asesmen kinerja kemampuan
inkuiri. Untuk mengetahui pengaruh penerapan instrumen asesmen kinerja
kemampuan inkuiri terhadap kemampuan inkuiri siswa melalui pembelajaran levels of inquiry pada sub topik
pemanasan global adalah dengan menggunakan uji Friedman. Uji Friedman digunakan
karena asumsi dalam statistik parametrik tidak terpenuhi, yaitu data sebarannya
tidak berdistribusi normal. Data diperoleh dari nilai siswa pada setiap task
yang diberikan yang terdiri dari 6 task
(LKS discovery learning, task laporan hasil diskusi, LKS interactive demonstration, LKS inquiry lesson, LKS inquiry lab dan task
laporan hasil unjuk kerja). Untuk menguji uji friedman, peneliti menggunakan
program SPSS versi 22. Data yang
diperoleh dari lembar observasi kinerja diolah dengan persentase mengikuti
rumus (Sudjiono, 2001)
dengan kriteria hasilnya merujuk pada pedoman penilaian (Suharsimi, 2005). Data yang diperoleh dari
angket respon siswa diolah dengan persentase mengikuti rumus (Suharsimi, 2006)
dan (Sudjana, 2005)
dengan kriteria hasilnya merujuk pada pedoman penilaian (Arikunto, 2009).
Hasil dan Pembahasan
Asesmen kinerja
kemampuan inkuiri yang dikembangkan dilakukan uji kelayakan dengan uji
kevalidan. Hasil validasi dari dosen ahli dan guru pelajaran biologi di
lapangan menunjukkan bahwa keenam instrumen asesmen kinerja (LKS Discovery Learning, LKS Interactive Demonstration, LKS Inquiry Lesson, LKS Inquiry Lab, Task Laporan
Hasil Diskusi dan Task Hasil Unjuk
Kerja) beserta rubrik yang dikembangkan memiliki kriteria validitas tinggi,
namun perlu sedikit revisi.
Tabel 1 Data Hasil Validasi Ahli |
||
Validator |
Total
Skor |
|
Dosen Ahli |
32 |
|
Guru Biologi |
36 |
|
Total Skor |
68 |
|
Jumlah Rata-Rata Skor |
34 |
|
Rata- Rata Persentase (%) |
85% |
|
Interpretasi |
Validitas Tinggi |
|
Data pada Tabel 1
menunjukkan bahwa instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri yang dikembangkan
memperoleh jumlah rata-rata skor validator sebesar 34 dan rata-rata persentase
sebesar 85% yang termasuk kategori validitas tinggi. Untuk mengetahui
efektivitas penerapan instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri yang telah
dibuat, maka digunakan uji N-gain.
��� Tabel 2 Hasil Uji N-Gain |
||||
Kelas |
Xmax |
Xmin |
x̅ |
Interpretasi |
Eksperimen |
0,83 |
0,4 |
0,58 |
Sedang |
Dari Tabel 2
terlihat bahwa rata-rata indeks gain pada kelas eksperimen ada pada kriteria
sedang dengan rata-rata 0,58, hal ini menunjukkan bahwa penerapan instrumen
asesmen kinerja kemampuan inkuiri cukup efektif digunakan. Adapun prosentase
indeks gain dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Persentase Gain |
|||
No |
Indeks
Gain |
Frekuensi |
Persentase
(%) |
1 |
NG ≥ 0,7 |
9 |
27,3 |
2 |
0,3 ≤ NG < 0,7 |
24 |
72,7 |
3 |
NG < 0,3 |
0 |
0 |
Dari Tabel 3 dapat terlihat bahwa
pada kelas eksperimen tingkat kemampuan inkuiri pada sub topik pemanasan global
sedang. Sebanyak 27,3% peningkatannya tinggi, 72,7% peningkatannya sedang, dan
tidak ada yang termasuk dalam katagori rendah.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian
tentang pengaruh penerapan instrumen asesmen kinerja terhadap kemampuan inkuiri
siswa pada sub topik pemanasan global adalah dengan menggunakan uji Friedman.
Untuk mengujinya, peneliti menggunakan software SPSS versi 22. Hasil pengujian dikatakan ada pengaruh penerapan
asesmen kinerja terhadap kemampuan inkuiri siswa jika nilai Probabilitas <
α dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05.� Hasil pengujianya tercantum pada Tabel 4.
.
Tabel 4
Hasil Uji Friedman |
|||
Task |
Mean
Rank |
|
|
LKS 1 |
1,18 |
|
|
Laporan Hasil Diskusi |
1,98 |
|
|
LKS 2 |
3,02 |
|
|
LKS 3 |
4,48 |
|
|
LKS 4 |
4,85 |
|
|
Laporan Hasil Unjuk Kerja |
5,48 |
|
|
N |
33 |
|
|
Chi-Square |
149,484 |
|
|
Df |
5 |
|
|
Asymp. Sig. |
.000 |
|
|
Berdasarkan �hasil pengolahan data uji friedman menggunakan
program SPSS versi 22 pada Tabel 11.
diperoleh nilai probabilitas = 0,000 dengan taraf signifikansi 0,05, maka
diperoleh hasil bahwa nilai Probabilitas < 0,05(5) dengan taraf
signifikansi 0,05, yaitu 0,000 < 0,4117 artinya bahwa penerapan asesmen
kinerja memberikan pengaruh terhadap kemampuan inkuiri siswa. Data hasil
analisis lembar observasi kinerja siswa untuk meningkatkan kemampuan inkuiri
siswa yang diterapkan melalui pembelajaran levels
of inquiry yang telah dianalisis dan dituangkan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 5
Data Hasil Analisis Lembar Observasi Per Individu |
|||
Tahapan
Levels of Inquiry |
Total
Persentase (%) |
Rata-Rata
Persentase (%) |
Interpretasi |
Discovery
Learning |
871,97 |
79,27 |
Tinggi |
Interactive
Demonstration |
740,14 |
74,01 |
Tinggi |
Inquiry
Lesson |
652,26 |
72,47 |
Tinggi |
Inquiry
Lab |
590,15 |
73,77 |
Tinggi |
Berdasarkan data hasil analisis lembar
observasi kinerja kemampuan inkuiri yang tercantum dalam Tabel 5 diperoleh
rata-rata persentase setiap tahap dalam levels
of inquiry dengan interpretasi tinggi. Data angket respon siswa tentang
penerapan instrumen asesmen kinerja dalam meningkatkan kemampuan inkuiri siswa
yang diterapkan melalui pembelajaran levels of inquiry sebanyak 17 pernyataan
dengan jumlah siswa yang mengisi angket 31 orang siswa yang telah dianalisis
dan dituangkan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 6
Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa |
||||
Jumlah
Total Skor Seluruh Aspek |
Rata-Rata
Jumlah Total Skor |
Jumlah
Total Persentase (%) |
Rata-Rata
Jumlah Total Persentase |
Interpretasi |
1538 |
90,5 |
1240,4 |
72,96 |
Tinggi |
Dari Tabel 6 secara keseluruhan
respon siswa terhadap penerapan instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri
berada pada kategori tinggi (Arikunto, 2009), yang artinya siswa merspon dengan
baik dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
instrumen asesmen kinerja untuk meningkatkan kemampuan inkuirinya.
Instrumen asesmen kinerja yang dirancang
dan digunakan dalam �meningkatkan
kemampuan inkuiri siswa adalah berupa task
dan rubrik kinerja dirancang dan dikembangkan yang disesuaikan dengan indikator
kemampuan inkuiri pada setiap� tahap
dalam pembelajaran Levels of Inquiry
dan didalamnya melatihkan indikator-indikator kemampuan inkuiri. Selain itu
dibuat juga alat pengumpul data berupa lembar observasi yang memuat kinerja
siswa sesuai dengan indikator kemampuan inkuiri. Penskoran kemampuan inkuiri
dilakukan oleh observer dengan mencentang setiap kemunculan kemampuan inkuiri. Task yang dikembangkan terdiri dari 6 task yaitu LKS 1 (LKS discovery learnig), task laporan hasil diskusi, LKS 2 (LKS interactive demonstration), LKS 3 (LKS inquiry lesson), LKS 4 (LKS inquiry
lab), dan task laporan hasil
unjuk kerja. Sebelum menerapkan asesmen kinerja kemampuan inkuiri, dilakukan
perancangan instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri terlebih dahulu.
Perancangan instrumen kemampuan inkuiri melalui lima tahapan.
Pada tahap pertama peneliti
menganalisis pebelajar (atribut, kebutuhan dan karakteristik), biaya,
keterbatasan, alternatif penyampaian, dan kinerja yang diharapkan.� Pada perancangan, peneliti menyusun rencana
penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan
penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut,
desain atau langkah-langkah penelitian. Merancang pembelajaran, merancang
produk instrumen asesmen kinerja sesuai dengan keperluan dan kebutuhan
penelitian.
Pada tahap kedua, peneliti menyusun
dan merancang asesmen kinerja kemampuan inkuiri yang berupa task dan �rubriknya serta lembar observasi. Pada tahap
ketiga, peneliti menyediakan atau menciptakan produk instrumen asesmen kinerja
kemampuan inkuiri tersebut yang dapat memacu dan memunculkan kemampuan inkuiri
siswa yang disesuaikan dengan indikator kemampuan inkuiri sesuai tingkatannya
pada pembelajaran levels of inquiry.
Divalidasi oleh dosen ahli dan guru di lapangan. Sintaks penerapan asesmen
kinerja yang dirancang dan diterapkan melalui pembelajaran Levels of Inquiry dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Sintaks Penerapan Asesmen Kinerja melalui Pembelajaran Levels of
Inquiry |
|||
Levels of Inquiry |
Kemampuan
Inkuiri |
Tujuan Pedagogik Dasar |
Task |
Discovery Learning |
Kemampuan Paling
Dasar 1.
Mengamati 2.
Merumuskan
konsep 3.
Memperkirakan 4.
Menarik
kesimpulan 5.
Mengkomunikasikan
hasil 6.
Mengelompokkan
hasil |
Mengembangkan
konsep berdasarkan pengalaman (fokus dan keterlibatan siswa secara aktif
untuk membangun pengetahuan). |
�
Untuk di
tingkatan ini task yang diberikan
dan digunakan adalah task dalam
bentuk lembar kinerja siswa sebagai task
1 yaitu task yang ada dalam LKS Discovery Learning. �
Task berikutnya untuk menggali dan mengembangkan indikator dalam
kemampuan inkuiri pada tingkatan ini adalah task laporan hasil diskusi. �
Mengkomunikasikan
hasil diskusi �
Guru
memberikan oral feedback secara
langsung �
Lembar
penilaian menggunakan rubrik dan lembar observasi kinerja kemampuan inkuiri |
Interactive Demonstration |
Kemampuan Dasar 1.
Memprediksi 2.
Menjelaskan 3.
Memperoleh
dan mengolah data 4.
Merumuskan
dan merevisi penjelasan ilmiah menggunakan logika dan bukti. |
Menjabarkan,
mengidentifikasi, menghadapi dan menyelesaikan konsepsi alternatif. |
�
Task yang diberikan adalah dalam bentuk task yang ada dalam LKS Interactive
Demonstration, yaitu berupa lembar kinerja siswa yang berisi arahan untuk
siswa dapat memprediksi sesuatu pola atau kejadian yang di demonstrasikan
oleh guru, selanjutnya arahan mengenai kinerja yang akan di demonstrasikan. �
Berikutnya
berisi pertanyaan investigasi tentang apa yang terjadi dan apa yang akan
terjadi serta bagaimana sesuatu tersebut mungkin terjadi. Dalam task disajikan juga tabel pengamatan
untuk meningkatkan data pengamatan siswa selama demonstrasi. �
Penilaian
dengan lembar observasi dan rubrik� |
Inquiry Lesson |
Kemampuan Menengah 1.
Merancang
penyelidikan ilmiah 2.
Mendeskripsikan
hubungan 3.
Mengukur 4.
Membuat
sebuah tabel data |
Siswa
mengidentifikasi prinsip-prinsip ilmiah dan atau hubungan ilmiah (kerja
kelompok yang digunakan untuk membangun pengetahuan yang lebih terperinci) |
�
Task yang diberikan berupa task
yang berada dalam lembar kinerja siswa (LKS) Inquiry Lesson yang meminta siswa untuk merancang percobaan
sederhana tentang penyebab dan penanggulangan pemanasan global. Task ini memungkinkan siswa untuk
menentukan judul penyelidikan dan menentukan variabel bebas dan terikat,
termasuk alat dan bahan apa yang akan digunakan dan tabel pengamatan yang
diperlukan untuk meningkatkan hasil pengamatan. �
Penilaian
dengan menggunakan lembar observasi kinerja dan rubrik |
Inquiry Laboratory |
Kemampuan Terpadu 1.
Melakukan
penyelidikan ilmiah 2.
Mengukur
secara metrik 3.
Menggunakan
teknologi dan matematika selama penyelidikan 4.
Menetapkan
hukum empiris berdasarkan bukti dan logika |
Siswa membuat
dan menetapkan hukum empiris berdasarkan pengukuran variabel (kerja
kolaboratif yang digunakan untuk membangun pengetahuan yang lebih terperinci) |
�
Task yang diberikan berupa task
yang ada dalam lembar kinerja siswa (LKS) Inquiry
Lab yang meminta siswa untuk melakukan eksperimen sesuai rancangan yang
telah dibuat pada task sebelumnya.
Menuliskan data pengamatan ke dalam tabel sampai membuat kesimpulan. �
Task berikutnya adalah task
laporan hasil praktikum yaitu, membuat laporan hasil kinerja praktikum. �
Penilaian
dengan menggunakan lembar observasi kinerja dan rubrik. |
Berdasarkan �hasil penilaian �instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri
oleh kedua pakar atau validator yaitu dosen ahli dan guru biologi di lapangan
diperoleh jumlah rerata skor validator sebesar 34 dan rerata persentase sebesar
85% yang termasuk kategori validitas tinggi. Penilaian tersebut menunjukkan
bahwa instrumen asesmen kinerja yang dikembangkan memiliki kualitas yang baik
dan layak untuk di terapkan dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran biologi
pada sub topik pemanasan global, setelah melakukan sedikit revisi.
Pada tahap keempat,� instrumen asesmen kinerja yang telah dirancang
dan telah divalidasi oleh dosen ahli dan guru biologi di lapangan diterapkan
pada satu kelas untuk menguji efektivitasnya. Pada tahap ini dilakukan
pengujian terhadap efektivitas instrumen asesmen kinerja dalam meningkatkan
kemampuan inkuiri siswa. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh rata-rata
indeks gain ada pada kriteria sedang dengan rata-rata 0,58,� dan prosentase gain sebanyak 27,3%� peningkatannya tinggi, 72,7% peningkatannya
sedang, dan tidak ada yang termasuk dalam katagori rendah, hal ini menunjukkan
bahwa penerapan instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri cukup efektif
digunakan. Selain itu, berdasarkan hasil pengolahan data uji friedman
menggunakan program SPSS versi 22
pada diperoleh nilai probabilitas = 0,000 dengan taraf signifikansi 0,05, maka
diperoleh hasil bahwa nilai Probabilitas < 0,05(5) dengan taraf
signifikansi 0,05, yaitu 0,000 < 0,4117 artinya bahwa penerapan asesmen
kinerja memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan inkuiri siswa.
Tahap kelima adalah penilaian
terhadap instrumen asesmen kinerja kemampuan inkuiri yang telah dirancang dan
diterapkan yang dijaring melalui respon siswa pada akhir pembelajaran, mengenai
kepraktisannya. Pemberian angket respon siswa bertujuan untuk mengetahui respon
siswa terhadap penerapan instrumen asesmen kinerja dalam meningkatkan kemmapuan
inkuiri pada sub topik pemanasan global serta tingkat kepraktisannya. Angket
respon siswa yang digunakan memuat 17 pernyataan dengan jumlah siswa yang
mengisi angket sebanyak 31 orang siswa. Berdasarkan hasil analisis angket
respon siswa, respon siswa terhadap penerapan instrumen asesmen kinerja
kemampuan inkuiri memperoleh rerata persentase sebesar 72,96% yang berada pada
kategori tinggi (Arikunto, 2009)� dan
kepraktisannya berada pada kategori praktis, yang artinya siswa merspon dengan
baik dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen
asesmen kinerja dalam meningkatkan kemampuan inkuirinya, dan memungkinkan untuk
digunakan dalam pembelajaran pada sub topik pemanasan global.
Kesimpulan
1.
Instrumen asesmen kinerja dalam
meningkatkan kemapuan inkuiri pada sub topik pemanasan global yang dirancang,
telah diterapkan melalui pembelajaran Levels
of Inquiry. Instrumen asesmen kinerja tersebut memiliki kualitas yang baik
dan layak untuk digunakan sebagai penilaian alternatif bagi siswa dalam
meningkatkan kemampuan inkuiri.
2.
Berdasarkan hasil analisis dan hasil
penelitian yang telah dilakukan, instrumen asesmen kinerja yang digunakan dalam
meningkatkan kemampuan inkuiri pada sub topik pemanasan global yang telah dirancang
dan diterapkan, menunjukkan bahwa instrumen asesmen kinerja tersebut valid,
efektif, berpengaruh terhadap kemampuan inkuiri dan praktis. Hal ini
ditunjukkan jumlah rerata skor dan rerata jumlah presentase hasil penilaian
kedua pakar menunjukkan kriteria validitas tinggi.
3.
Efektivitas instrumen kinerja yang telah
dirancang menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan dari hasil perolehan hasil
tes kemampuan inkuiri yang di uji dengan uji�
N-Gain dengan perolehan sebesar 0,58 dengan kategori peningkatan sedang.
4.
Hasil pengolahan data uji friedman
menggunakan program SPSS versi 22 pada diperoleh nilai probabilitas = 0,000
dengan taraf signifikansi 0,05, maka diperoleh hasil bahwa nilai Probabilitas
< 0,05(5) dengan taraf signifikansi 0,05, yaitu 0,000 < 0,4117 artinya
bahwa penerapan asesmen kinerja memberikan pengaruh terhadap kemampuan inkuiri
siswa.
5.
Kepraktisan instrumen asesmen kinerja
yang telah dikembangkan ditunjukkan dengan adanya respon positif siswa sebesar
72,96%.
BIBLIOGRAFI
Ardianti, Nadya Tanaya, Fahmi, Idqan, & Ratnawati, Anny. (2008).
Analisis perilaku konsumen kota bogor terhadap produk kosmetik hijau. Jurnal
Manajemen & Agribisnis, 5(1), 16�22.
Arief, Meizuvan Khoirul. (2015). Penerapan Levels Of Inquiry
Pada Pembelajaran IPA Tema Pemanasan Global Untuk Meningkatkan Literasi Sains. Edusentris,
2(2), 166�176.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan (edisi revisi).
Azwar, Saifuddin. (2001). Reliabilitas dan Validitas,
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Branch, Jennifer, & Oberg, Dianne. (2004). Focus on
inquiry: A teacher�s guide to implementing inquiry-based learning. Canada:
Alberta Education, Alberta.
Brown, Janet Harley, & Shavelson, Richard J. (1996). Assessing
Hands-On Science: A Teacher�s Guide to Performance Assessment. ERIC.
Council, National Research. (1996). National science
education standards. National Academies Press.
Council, National Research. (2000). Inquiry and the
national science education standards: A guide for teaching and learning.
National Academies Press.
Damayanti, R. Surya. (2017). Pengembangan Perangkat
Instrumen Authentic Assesment Untuk Keterampilan Berpikir Kritis Pada Pemanasan
Global Dengan Pendekatan Saintifik. Universitas Lampung.
Hart, Diane. (1994). Authentic Assessment: A Handbook for
Educators. Assessment Bookshelf Series. ERIC.
Marhaeni, AAIN. (2008). Pembelajaran Berbasis Asesmen Otentik
dalam rangka implementasi Sekolah Kategori Mandiri (SKM). Jurnal Penelitian
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Bali.
Marzano, Robert J., Pickering, Debra, Arredondo, Daisy E.,
Blackburn, Guy J., Brandt, Ronald S., & Moffett, Cerylle A. (1992). Dimensions
of learning. Association for Supervision and Curriculum Development
Alexandria, VA.
Mokhtari, Kouider, Yellin, David, Bull, Kay, & Montgomery,
Diane. (1996). Portfolio assessment in teacher education: Impact on preservice
teachers� knowledge and attitudes. Journal of Teacher Education, 47(4),
245�252.
Moyer, Richard, Hackett, Jay K., & Everett, Susan A.
(2007). Teaching science as investigations: Modeling inquiry through
learning cycle lessons. Prentice Hall.
Muslich, Masnur. (2011). Authentic assessment: Penilaian
berbasis kelas dan kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama.
Muslihat, Totong. (2017). Peningkatkan Kemampuan Interpretasi
Data Dan Komunikasi Dengan Menggunakan LKS Eksperimen Dan Non Eksperimen Pada
Konsep Larutan Elektrolit Dengan Model Pembelajaran Inkuiri. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(8), 124�134.
Rustaman, Nuryani Y. (2006). Penilaian otentik (authentic assessment)
dan penerapannya dalam pendidikan sains. Bandung: FPMIPA & Sekolah
Pascasarjana UPI.
Stiggins, R. .. (1994). Student Centered Classroom
Assessment. New York: Mac Millan College Publishing Company.
Sudjana, Nana. (2005). Metode statistika. Bandung: Tarsito,
168.
Sudjiono, A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Press.
Sudrajat, Ajat. (2012). Pengembangan Rubrik Asesmen Untuk
Mengukur Kompetensi Mahasiswa Merencanakan Praktikum. Jurnal Pendidikan MIPA
Universitas Lampung, 13(2).
Suharsimi, Arikunto. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Wenning, Carl J. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of
pedagogical practices and inquiry processes. J. Phys. Teach. Educ. Online.
Citeseer.
Wenning, Carl J. (2010). Levels of inquiry: Using inquiry
spectrum learning sequences to teach science. Journal of Physics Teacher
Education Online, 5(4), 11�19.
Wulan, Ana Ratna. (2008). Skenario baru bagi implementasi
asesmen kinerja pada pembelajaran sains di Indonesia. Jurnal Pendidikan,
32(3), 1�10.