Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 1 Januari 2020
�
GAMBARAN
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN LETAK
SUNGSANG DI RS KESDAM JAYA TAHUN 2018
Siti Nurdiyana
Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari peneitian ini yaitu untuk
mengetahui gambaran karakteristik Ibu Bersalin dengan Letak Sungsang di RS Kesdam Jaya tahun 2018. Deskriptif retrospektif yang dijadikan desain dalam penelitian ini. Pada penelitian ini
menggambarkan tentang karakteristik Persalinan Sungsang di RS Kesdam Jaya Cijantung Jakarta Timur tahun 2018. Hasil penelitian pada 35 responden tentang karakteristik persalinan sungsang berdasarkan berat badan lahir yang paling tinggi adalah berat badan lahir normal (2500-4000 gram)
sebanyak 32 responden (91%) dan yang
paling rendah adalah berat badan lahir rendah (< 2500)
sejumlah 1 responden (3%). Diketahui bahwa dari 35
responden mayoritas terjadinya persalinan letak sungsang adalah pada ibu bersalin dengan usia reproduksi sehat sebanyak 28 responden (80%), sedangkan
terendah pada usia reproduksi
tisak sehat. Ibu bersalin dengan
letak sungsang di RS Kesdam Jaya, mayoritas usia reproduksi sehat. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian sumiati (2015) bahwa Usia >
35 tahun dapat menjadi faktor risiko persalinan sungsang. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan mulai terjadinya
regenerasi sel-sel tubuh terutama endometrium akibat usia biologis
jaringan dan adanya penyakit yang dapat menimbulkan kelainan letak. Sedangkan Persalinan sungsang yang terjadi pada usia < 20 tahun dipengaruhi oleh bentuk anatomi panggul ibu yang sempit dan kematangan organ reproduksinya.
Kata kunci: Karakteristik, Ibu Hamil, Ibu Bersalin
Pendahuluan
Diketahui
bahwa tingkat kehamilan didunia mencapai 160 ibu hamil per tahun. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung
aman. Namun, komplikasi yang mengancam jiwa ibu tercatat
sepertiga dari penderita komplikasi berat. Kondisi ini mengakibatkan kematian pada ibu untuk setiap tahunnya.
Diperkirakan 90% dialami
oleh negara Asia dan Afrika, 1% dinegara maju dan 10% terjadi pada negara berkembang lainnya. Dinegara maju terjadi
resiko kematian kurang dari 1 dalam
6000 sedangkan 1 dalam 10 terjadi dinegara berkembang (Geri Morgan: 2009) (Bardja, 2017).
Indikator yang paling peka dalam keberhasilan
program kesehatan ibu dan anak yaitu angka
kematian perinatal dan ibu bersalin, keadaan ini disebabkan oleh terjadinya malpresentasi termasuk diantaranya kelainan presentasi bokong, kejadian hipoksia dan trauma lahir (Jaworski et al., 2014).
Pada
presentasi bokong, baik ibu dan janin
mengalami peningkatan risiko yang besar dibandingkan dengan presentasi kepala. Sedangkan persalinan letak sungsang dengan prematuritas memiliki morbiditas dan mortalitas lebih tinggi (Putra, 2015).
Dalam
seluruh persalinan terjadi 3-4% letak sungsang. Kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30% ketika umur kehamilan
28 minggu dan presentasi kepala terjadi pada usia kehamilan 34 minggu (Insani, 2018).
Di Indonesia
angka kejadian letak sungsang sekitar 3�5 % dari seluruh persalinan tunggal. Insiden persalinan letak sungsang meningkat pada kehamilan ganda.: 25% pada
gemelli janin pertama dan
50% pada gemelli janin kedua
(Nugrahantoro et al., 2017). Beberapa angka kejadian letak sungsang yang tercatat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4,6%, Rumah Sakit dr Pirngadi
Medan 4,4% dan Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang
7,6%. Di RSUD dr. R Koesma Tuban
tercatat pada tahun 2014 ditemukan 98 kasus persalinan letak sungsang dari 987 persalinan (Jain, 2018).
Data yang diperoleh dari di
RS Kesdam Jaya Cijantung
Jakarta Timur pada tahun 2015 ditemukan
sebanyak 22 (5,47%) persalinan
letak sungsang dari 402 persalinan, tahun 2016 sebanyak 18 (4,53%) persalinan letak sungsang dari 397 persalinan dan tahun 2017 sejumlah 35 (7,67%) persalinan letak sungsang dari 456 persalinan.
Kehamilan
sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: multiparitas, prematuritas, kehamilan ganda, hidramnion, hidrosefalus,
anensefalus, plasenta
previa, panggul sempit,
kelainan uteri dan kelainan
bentuk uterus, implantasi plalsenta di kornu
fundus uteri (Fitriani & Maulana, 2016).
Persalinan
dengan letak sungsang dapat mengakibatkan kegawatan pada janin seperti keracunan
air ketuban dan asfiksia, sedangkan pada ibu kemungkinan dapat terjadi robekan jalan lahir dan terjadinya partus lama sehingga dapat terjadi infeksi. Persalinan dengan letak sungsang dapat dilakukan per-vaginam apabila pasien bukan merupakan
primigravida tua, nilai
sosial janin tinggi (high social
value baby), riwayat persalinan
tidak buruk (bad obstetric history), janin tidak besar
(tidak lebih dari 3,5 kg), tidak adanya kesempitan panggul dan tidak prematuritas (Utami, 2010).
Secara
global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus 5%. Faktor
yang berperan pada komplikasi
persalinan yang menyebabkan
kematian ibu salah satunya adalah kelainan letak (sungsang) (Setyaningsih, n.d.) Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia
trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan (Prawirohardjo, 2014)
Dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) diperlukan strategi yang efektif yaitu meningkatkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat diberikan adalah dengan asuhan
persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap
menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya (Luthviatin, 2012).
Penempatan
bidan didesa maupun kota haruslah
adil dan merata. Upaya ini diharapkan
dapat mengurangi kesenjangan di daerah-daerah yang
diinginkan. Upaya tersebut harus bersifat non-deskriminatif, sehingga setiap ibu yang membutuhkan pertolongan bidan wajib memperoleh pelayanan tersebut. Pelayanan yang diberikan bidan harus berkualitas
dan terjamin keamanannya, efektif dan pembayaran yang terjangkau oleh setiap ibu hamil.
Adapun
kompetensi, integritas dan objektifitas bidan menjadi sangat penting dalam memberikan
pelayanan kepada ibu hamil. Tidak
hanya itu, kerja teamwork menjadi komponen yang harus tetap dibangun demi ketepatan dan kecepatan dalam persalinan dan tidak adanya kesalahan.
Jadi, pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas dari bidan maupun
tim yang akan membantu bidan dalam persalinan baik di perkotaan maupun di pedesaan (Luthviatin, 2012)
Peran
seorang bidan adalah mendeteksi secara dini kehamilan
dengan letak sungsang dan segera merujuk apabila ada kegawatan dalam
kehamilan ataupun persalinannya. Persalinan dengan letak sungsang
apabila tidak ditangani secara benar hal ini
akan dapat mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi meningkat
dan juga akan meningkatkan
AKI dan AKB di Indonesia (Utami, 2010).
Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif. Desain
penelitian ini memiliki tujuan utama yaitu untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dengan melihat ke
belakang (Ainy, Khoiri, & Herawati, 2015). Pada
penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik Persalinan Sungsang
di RS Kesdam Jaya Cijantung
Jakarta Timur tahun 2018.
Hasil Dan pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada
35 responden tentang karakteristik persalinan sungsang
berdasarkan berat badan lahir yang paling tinggi
adalah berat badan lahir normal (2500-4000
gram)
sebanyak 32 responden (91%) dan yang paling rendah adalah berat badan lahir rendah (< 2500) sejumlah
1 responden (3%).
1.
Karakteristik Ibu Bersalin
dengan Letak Sungsang Berdasarkan Usia Ibu
Berdasarkan
data yang diperoleh dapat diketahui bahwa dari 35 responden mayoritas terjadinya persalinan
letak sungsang adalah
pada ibu bersalin dengan
usia reproduksi sehat sebanyak 28 responden (80%), sedangkan terendah pada
usia reproduksi tisak sehat.
Ibu bersalin dengan letak sungsang di RS Kesdam Jaya,
mayoritas usia reproduksi sehat. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sumiati
(2015) bahwa Usia > 35 tahun dapat menjadi
faktor risiko persalinan sungsang. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan mulai terjadinya regenerasi sel-sel tubuh terutama endometrium akibat usia biologis
jaringan dan adanya penyakit yang dapat menimbulkan kelainan letak. Sedangkan Persalinan sungsang yang terjadi pada usia < 20 tahun dipengaruhi oleh bentuk anatomi panggul ibu yang sempit dan kematangan organ reproduksinya.
2.
Karakteristik Ibu Bersalin
dengan Letak Sungsang Berdasarkan Paritas
Berdasarkan
distribusi menurut paritas didapatkan jumlah tertinggi pada multipara yaitu sebanyak 19 responden (52%), kemudian pada
primipara sebanyak 14 responden
(40%) dan yang terendah pada grandemultipara
yaitu 2 responden (8%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Putra, 2015) dengan hasil yang didapatkan angka
kejadian tertinggi pada persalinan letak sungsang adalah multipara
yaitu sebesar 98 orang dari total sampel 152 (64,5%).
Hal ini sesuai dengan teori
hubungan paritas dengan letak sungsang
yaitu dimana ibu telah melahirkan
banyak anak sehingga rahim menjadi elastis dan memicu janin berputar
hingga minggu ke-37 hingga
akhirnya terjadi letak sungsang. Perut gantung terjadi
pada grandemultipara, hal ini disebabkan oleh regangan uterus yang terus-menerus
karena kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi
uterus, sehingga uterus menjadi
jatuh ke depan. Kondisi perut gantung berdampak
pada ibu hamil, dimana posisi uterus yang menggantung kedepan sehingga janin tidak dapat menekan,
rapat dan berhubungan langsung dengan segmen bawah rahim.
Akhirnya janin dapat mengalami kelainan letak, seperti letak sungsang
(Sunarto et al., 2011).
3.
Karakteristik Ibu Bersalin
dengan Letak Sungsang Berdasarkan Usia Kehamilan
Berdasarkan
distribusi menurut usia kehamilan didapatkan jumlah tertinggi persalinan letak sungsang pada usia kehamilan aterm (37-42 minggu) yaitu
sebanyak 30 responden
(86%).
Penelitian ini tidak sejalan
dengan teori yang menyatakan bahwa kejadian letak sungsang banyak terjadi pada usia kehamilan kurang bulan dan pada usia kehamilan cukup bulan biasanya ialah letak kepala.
Hal ini juga ditemukan pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan Dengah (2011), ditemukan kasus tertinggi pada usia kehamilan 37-41 minggu yaitu sebanyak 74 orang (85,05%).
4.
Karakteristik Ibu Bersalin
dengan Letak Sungsang Berdasarkan Jenis Persalinan
Berdasarkan
distribusi menurut jenis persalinan didapatkan bahwa semua persalinan letak sungsang dilakukan secara perabdominal (operasi sesar) yaitu sebanyak
35 responden (100%).
Semua ibu bersalin
dengan letak sungsang di RS Kesdam Jaya, dilakukan persalinan secara
perabdominal (secsio caesarea). Hal
ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2014) bahwa indikasi dilakukannya tindakan seksio antara lain
ibu yang primi tua, bekas seksio sesaria, ada indikasi janin untuk mengakhiri
persalinan (hipertensi, KPD), dan curiga panggul sempit.
Hasil serupa juga
dilaporkan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Putra, dkk (2016) bahwa
yang mendapatkan jenis persalinan perabdominal pada persalinan letak sungsang sebanyak
119 kasus (78,3%).
5.
Karakteristik Ibu Bersalin
dengan Letak Sungsang Berdasarkan Berat Badan Lahir
Terjadinya
persalinan sungsang biasanya disebabkan oleh berat badan lahir bayi. Dimana yang sering terjadi persalinan sungsang adalah bayi dengan
berat lahir rendah, yaitu berat
lahir < 2500 gram. Hal ini
dapat disebabkan oleh bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak
dan kepala anak relative besar (Dalminarti, 2015).
Berdasarkan
distribusi menurut berat badan lahir didapatkan jumlah tertinggi pada berat
badan lahir normal (2500 � 4000 gram) yaitu
sebanyak 32 responden
(91%), diikuti pada berat badan lahir lebih (>4000
gram) sebanyak 2 responden (6%), sedangkan yang terendah pada berat badan lahir rendah (<2500 gram) yaitu
1 responden (3%).
Penelitian ini sejalan dengan� penelitan
Dengah (2011), didapatkan jumlah
tertinggi berat
badan lahir pada persalinan letak sungsang adalah pada
berat badan lahir 2500 �
3000 g yaitu sebanyak 37 kasus (42,52%).
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran karakteristik ibu bersalin dengan
letak sungsang di RS Kesdam Jaya Tahun 2018,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Karakteristik
ibu bersalin dengan letak sungsang
berdasarkan usia sebagian besar responden adalah usia reproduksi sehat sebanyak 28 responden (80%).
b.
Karakteristik
ibu bersalin dengan letak sungsang
berdasarkan paritas sebagian besar adalah multipara sebanyak 19 responden (52%).
c.
Karakteristik
ibu bersalin dengan letak sungsang
berdasarkan usia kehamilan sebagian besar terjadi pada usia kehamilan aterm (37-42 minggu) sebanyak 30 responden (86%).
d.
Karakteristik
ibu bersalin dengan letak sungsang
berdasarkan jenis persalinan, semua persalinan dilakukan secara perabdominal (operasi SC) sebanyak 35 responden (100%).
e.
Karakteristik
ibu bersalin dengan letak sungsang
berdasarkan Berat Badan Lahir (BBL) sebagian besar terjadi pada berat badan lahir normal (2500 �
4000 gram) sebanyak 32 responden
(91%).
BIBLIOGRAFI
Ainy, Q., Khoiri, A., & Herawati, Y. T. (2015). Analisis
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pelayanan Antenatal Care di
Wilayah Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2015. diakses 29 Oktober 2017 [13.42].
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas JEMBER.
Bardja, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Hipertensi Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Gunung Jati Tahun 2015. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(11), 151�161.
Fitriani, K., & Maulana, M. (2016). Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SD Kelas V Melalui
Pendekatan Matematika Realistik. Mimbar Sekolah Dasar, 3(1),
40�52.
Insani, M. (2018). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal
pada Ny �E� dengan Persalinan Sungsang di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 04
September 2018. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Jain, M. (2018). Contemporary urbanization as unregulated
growth in India: The story of census towns. Cities, 73, 117�127.
Jaworski, E., Narayanan, A., Van Duyne, R.,
Shabbeer-Meyering, S., Iordanskiy, S., Saifuddin, M., � Chung, M. (2014). Human
T-lymphotropic virus type 1-infected cells secrete exosomes that contain Tax
protein. Journal of Biological Chemistry, 289(32), 22284�22305.
Luthviatin, N. (2012). Dasar-Dasar Promosi Kesehatan &
Ilmu Perilaku.
Nugrahantoro, A., Miranda, A., Fiitriani, N., Stefanny, V.
B., Husna, N. N., Maharani, B. C., � Virlist, U. Y. (2017). Laporan Pelaksanaan
Kuliah Kerja Nyata Reguler Universitas Ahmad Dahlan Periode LXI Tahun Akademik
2016/2017 Divisi XIII. C. 2 Di Dusun Banyu Urip, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan
Dlingo, Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta. Laporan Pelaksanaan Kuliah
Kerja Nyata Reguler Universitas Ahmad Dahlan Periode Lxi Tahun Akademik
2016/2017 Divisi XIII. C. 2 Di Dusun Banyu Urip, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan
Dlingo, Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, Pt. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Putra, I. (2015). Putu Santika dkk. 2016. Pengaruh tingkat
literasi keuangan, experienced regret, dan risk tolerance pada pemilihan jenis
investasi. Journal of Business and Banking, 5(2).
Setyaningsih, I. I. N. (n.d.). Upaya Meningkatkan
Kecerdasan Otak Melalui Permainan Ice Breaker Pada Kelompok B TK Tunas Rimba di
Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun Ajaran 2012/2013.
Sunarto, A., McColl, K. A., Crane, M. S. J., Sumiati, T.,
Hyatt, A. D., Barnes, A. C., & Walker, P. J. (2011). Isolation and
characterization of koi herpesvirus (KHV) from Indonesia: identification of a
new genetic lineage. Journal of Fish Diseases, 34(2), 87�101.
Utami, C. W. (2010). Manajemen Ritel_Strategi dan
Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern Di Indonesia. 2010-ISBN:
978-979-061-127-6�Salemba Empat.