Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 1 Januari 2020
�
HUBUNGAN
KECEMASAN DENGAN PENCAPAIAN TARGET KOMPETENSI PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR MAHASISWA
PRODI KEPERAWATAN UPI KAMPUS SUMEDANG
Sri
Wulan Lindasari, Reni Nuryani dan Popi Sopiah
Universitas Pendidikan
Indonesia Kampus Sumedang
Email: [email protected]
Abstrak
Dalam pendidikan keperawatan banyak metode yang dapat digunakan untuk mencetak perawat agar mempunyai sikap profesionalisme. Salah satu metode pembelajaran
keperawatan yang digunakan
pada saat mahasiswa dapat melihat pasien
secara langsung di lapangan disebut pembelajaran praktek klinik keperawatan. Seringkali mahasiswa keperawatan yang praktik klinik di rumah sakit akan mengalami
kecemasan di awal praktik. Penyebab kecemasan
antara lain tidak bisa berkomunikasi dengan pasien, tidak bisa melaksanakan
tindakan keperawatan,
target kompetensi tidak tercapai dan karena baru pertama kali praktek di Rumah Sakit. Selama praktek di Rumah Sakit mahasiswa harus dapat mencapai
target kompetensi yang sesuai
dengan kurikulum. Dengan adanya kecemasan
yang dialami oleh mahasiswa
dapat mempengaruhi terhadap pencapaian target kompetensi yang harus dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kecemasan dengan pencapaian target kompetensi dalam praktik klinik keperawatan dasar pada mahasiswa Tingkat II Prodi Keperawatan
UPI Kampus Sumedang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
deskriptif korelasional. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan questioner
ZSAS untuk kecemasan dan lemar checklist untuk pencapaian target kompetensi.
Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata tingkat kecemasan pada mahasiswa berada pada kecemasan ringan,
rata-rata mahasiswa saat praktek klinik keperawatan dasar menunjukan pencapaian kompetensi baik dan �tidak ada hubungan antar kecemasan dengan pencapaian kompetensi� dengan nilai sig 0,687. Oleh karena masih adanya
mahasiswa yangmengalami kecemasan, disarankan agar dilakukan terapi modalitas untuk mengatasi masalah kecemasan dalam menghadapi praktek klinik keperawatan..
Kata kunci: Kecemasan, Target pencapaian
Kompetensi, Keperawatan dasar
Pendahuluan
Pembelajaran praktek klinik keperawatan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencetak calon perawat agar mempunyai sikap yang profesionalisme dengan cara langsung melihat
pasien di lapangan. Pembelajaran klinik dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama belajar di akademik kepada situasi nyata dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada pasien secara
langsung sesuai dengan lingkup praktek keperawatan.
Praktek klinik Keperawatan Dasar merupakan praktek klinik yang pertama kali dilakukan oleh mahasiwa selama menempuh pendidikan di D-III keperawatan. Praktek ini memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan pendekatan proses keperawatan yaitu melakukan pengkajian, merumuskan diagnose keperawatan, membuat intervensi keperawatan, melakukan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi. Selama praktek ini juga mahasiswa diharuskan untuk dapat mencapai
target kompetensi yang sudah
ditentukan dalam kurikulum praktek klinik keperawatan dasar.
Pembelajaran praktik klinik merupakan salah
satu sumber kecemasan terbesar bagi kalangan mahasiswa
keperawatan (Shahsavari, Yekta,
Houser, & Ghiyasvandian, 2013). Berdasarkan
hasil penelitian (Rahayuningsih, 2012) sebanyak 62% mahasiswa mengalami kecemasan sedang dan sebanyak 68% mengalami cemas ringan selama dalam
pembelajaran klinik. Penelitian Pertiwi (2017) diperoleh
data bahwa sebanyak 19,2% mahasiswa merasa cemas dan belum siap untuk praktik
di klinik karena belum pernah praktik
di rumah sakit sebelumnya. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan (Linawati, 2018) didapatkan hasil bahwa 100% mahasiswa mengalami kecemasan dalam menghadapi praktek klinik keperawatan dasar.
Penyebab kecemasan antara lain tidak bisa berkomunikasi
dengan pasien, tidak bisa melaksanakan
tindakan keperawatan, target
kompetensi tidak tercapai dan karena baru pertama kali praktek di Rumah Sakit. Dengan adanya
kecemasan bisa mengakibatkan berbagai macam reaksi tubuh
seperti ada yang susah tidur, otot-otot
jadi tegang, nyeri kepala, pusing,
badan lemas, sering BAK,
dan bahkan sampai konsentrasi mudah teralihkan. Pendapat
ini sejalan dengan penelitian (Syahrial, 2018) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aspek psikologis
terhadap ketercapaian kompetensi �dimana kompetensi individu akan meningkat
dengan adanya peningkatan aspek psikologis yang meliputi persepsi, kepribadian, motivasi, kemampuan belajar dan sikap.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara kecemasan dengan pencapaian target kompetensi mahasiswa tingkat II Prodi Keperawatan UPI Kampus Sumedang dalam praktik klinik
keperawatan Dasar di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Sumedang.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross
sectional untuk menjelaskan
hubungan antara kecemasan dengan pencapaian keterampilan target kompetensi pada mahasiswa Prodi Keperawatan Universitas
Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat II Prodi Keperawatan UPI Kampus Sumedang yang mau lagi praktek klinik
keperawatan Dasar sebanyak
139 orang. Sampel yang digunakan
adalah total Sampling.
Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Juli-23 Juli 2019 di
Prodi Keperawatan UPI Kampus
Sumedang. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Pencapaian
target kompetensi dan variabel
independent nya
adalah kecemasan.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) untuk mengukur tingkat kecemasan. Instrumen ini terdiri
dari 20 pernyataan dan hasilnya digolongkan ke dalam empat
tingkatan yaitu nilai 0-20 tidak ada kecemasan, nilai 21-50 cemas ringan, nilai 51-60 cemas sedang dan nilai 61-80 cemas berat. Instrumen yang kedua adalah lembar
checklist untuk menilai pencapaian
target kompetensi keperawatan
dasar. Instrumen ini dikembangkan berdasarkan kurikulum yang harus dicapai mahasiswa
selama praktek klinik keperawatan dasar dengan jumlah 46
item target kompetensi yang digolongkan
kedalam empat tingkatan yaitu kurang dengan nilai <59, cukup dengan nilai 60-70, baik rentang nilai
71-85 dan sangat baik dengan nilai 86-100.
Pada
penelitian ini variabel yang dianalisa secara univariat adalah kecemasan dan pencapaian
target kompetensi yang dilakukan
dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis bivariate yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Pearson Product Moment.
Hasil
dan Pembahasan
Tabel 1 Hasil
Analisis Karakteristik Usia Mahasiswa
Variabel |
Mean |
Median |
SD |
Min-Maks |
Usia |
19,34 |
19 |
0,676 |
18-22 |
Berdasarkan
tabel 1 menunjukan bahwa 139 mahasiswa yang melakukan praktek klinik keperawatan dasar memiliki rata-rata usia 19,34 tahun dengan rentang usia paling muda berada pada usia 18 tahun dan paling tua pada usia 22 tahun serta
median 19.
Tabel 2 Hasil
Analisa Karakteristik Jenis
Kelamin Mahasiswa
Variabel |
F |
% |
Jenis Kelamin |
|
|
|
30 |
21,6 |
|
109 |
78,4 |
Total |
139 |
100 |
Berdasarkan
tabel bahwa mahasiswa yang mengikuti Praktek Belajar Klinik adalah lebih
banyak perempuan (78,4%).
Tabel 3 Hasil
Analisa Kecemasan Mahasiswa
saat Praktek Klinik Keperawatan Dasar
Variabel |
Mean |
Median |
SD |
Min-Maks |
Kecemasan |
36,02 |
36 |
5,77 |
24-54 |
Berdasarkan
tabel 3 bahwa nilai rata-rata tingkat kecemasan yang terjadi pada� mahasiswa
saat melakukan praktek klinik keperawatan dasar adalah 36,02 menunjukan tingkat kecemasan ringan, dengan nilai minimal 24 dan maksimal 54.
Tabel 4 Hasil
Analisa Pencapaian Kompetensi
Mahasiswa saat Praktek Klinik Keperawatan Dasar
Variabel |
Mean |
Median |
SD |
Min-Maks |
Pencapaian Kompetensi |
79,71 |
85 |
16,729 |
39-100 |
Pada
tabel 4 berdasarkan rentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan yaitu bahwa nilai rata-rata mahasiswa saat praktek klinik keperawatan dasar menunjukan pencapaian kompetensi baik dengan skor 79,71� dan nilai
minimal 39 serta nilai maksimal 100.
Tabel 5 Hasil
Analisis Bivariat Hubungan Kecemasan dengan Pencapaian Kompetensi Mahasiswa saat Praktek Klinik
Keperawatan Dasar
Variabel |
R |
p value |
Hubungan Kecemasan dengan Pencapaian Kompetensi |
-0,35 |
0,687 |
Berdasarkan
hasil analisis pada tabel 5 diperoleh nilai sig 0,687 dengan Nilai korelasi Pearson sebesar -0,35
yang menunjukan bahwa tidak adanya hubungan
antara kecemasan mahasiswa dengan pencapaian kompetensi saat melakukan praktek klinik keperawatan dasar.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa usia responden
adalah termasuk dalam kelompok usia dewasa awal (18-21 tahun). Proses perkembangan mahasiswa telah memasuki fase dewasa awal
yang tidak hanya menuntut untuk meningkatkan kualitas pengetahuan saja, tetapi keterampilan dan kualitas pribadi sebagai bekal hidup
mandiri.
Mahasiswa
dewasa awal memiliki motivasi untuk belajar lebih
tinggi dari pada mahasiswa dewasa tengah karena mahasiswa
dewasa tengah mempunyai beban hidup yang lain sehingga perhatiannya tidak hanya untuk belajar.
Selain itu, mahasiswa dewasa awal merupakan masa kerja yang produktif. Penelitian Marinki dalam (Sudono, Setya Dhani, Atiningtyas, & Rif, 2017) menyebutkan bahwa mahasiswa berusia 18-25 tahun
berada pada tahap peralihan dari masa perguruan tinggi menuju masa kerja produktif. Selain
itu juga usia pada masa dewasa
awal terjadi perkembangan intelegensia dan pola pikir yang sudah matang. Dengan
bertambahnya usia maka mahasiswa sudah mampu mempersiapkan
dirinya dalam menghadapi praktek belajar di klinik.
Berdasarkan hasil analisis jenis kelamin pada tabel 2 diatas bahwa mahasiswa yang mengikuti Praktek Belajar Klinik adalah lebih banyak
perempuan (78,4%). Menurut (Sularyo, 2007) bahwa kebutuhan
tenaga kesehatan sampai saat ini
masih banyak pada perempuan,� hal ini berkaitan
bahwa perempuan lebih menyayangi dan lebih sabar dalam� hal keperawatan termasuk kemampuan dalam praktik klinik di rumah sakit. Pada perempuan masa dewasa awal hampir dua
kali lebih mungkin menderita kecemasan dibandingkan dengan laki-laki. Para ahli syaraf menemukan bahwa kepekaan ini dipengaruhi oleh gen, estrogen, progesteron dan fenomena bawaan biologis otak (Brizendine, 2006)
Pada
tabel 3 berdasarkan rentang tingkat kecemasan dimana tidak cemas jika
nilai 0-20, cemas ringan jika nilai
21-50, cemas sedang jika nilai 51-60 dan cemas berat jika
nilai 61-80, bahwa nilai rata-rata tingkat kecemasan yang terjadi pada mahasiswa saat melakukan praktek klinik keperawatan dasar adalah 36,02 menunjukan tingkat kecemasan ringan, dengan nilai minimal 24 dan maksimal 54.
Sebagian besar mahasiswa mengalami kecemasan ringan. Kecemasan ringan ini dapat
juga dipengaruhi oleh persiapan
mereka sebelum praktek klinik keperawatan dasar. Penelitian (Fidment, 2012) mengatakan bahwa persiapan sebelum praktek klinik di Rumah Sakit merupakan strategi untuk beradaptasi dengan kecemasan yang dialami. Dalam situasi tertentu,
kecemasan dapat menjadi pemicu bagi mahasiswa untuk memfokuskan dan menggunakan kemampuan dirinya untuk menghadapi
situasi nyata sehingga dengan begitu penampilan mereka akan lebih
baik dalam mencapai target kompetensi.
Mahasiswa
yang mempersiapkan dirinya dengan baik atau
memiliki kompetensi yang baik maka dapat
mengurangi kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik (Putri, 2017). Hal
ini sesuai dengan penjelasan (Amir, Iryani, & Isrona, 2016) bahwa kecemasan pada tingkat ringan justru berefek positif bagi pelajar
karena dapat memotivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas sehingga persiapan dalam ujian akan
lebih baik.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nilai untuk
pencapaian target kompetensi
praktek klinik keperawatan dasar dalam kategori baik (79,71). Hal ini sejalan dengan penelitian (Syahreni & Waluyanti, 2007) bahwa keberhasilan pembelajaran klinik dipengaruhi oleh kesiapan pengetahuan, mental, emosi dan ketersediaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Dalam
semester 3 ini mahasiswa harus siap melakukan
praktik klinik keperawatan dasar di rumah sakit meskipun
hal ini merupakan
pengalaman baru atau pertama kalinya
mereka masuk ke Rumah Sakit
untuk memberikan asuhan keperawatan langsung berhadapan dengan pasien. Rasa ingin tahu yang besar tentang bagaimana
kondisi dan suasana pada saat praktik di rumah sakit ini
akan membuat mahasiswa berinisiatif sendiri mencari informasi tentang bagaimana praktik di rumah sakit melalui
mahasiswa yang pada tahun sebelumnya. Pada umumnya mahasiswa sangat menyenangi praktik di rumah sakit karena
praktik klinik merupakan kegiatan atau pengalaman yang berbeda, mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman bagaimana mempraktekkan prosedur tindakan keperawatan secara langsung kepada pasien berdasarkan
teori dan praktik yang sebelumnya telah dilakukan di laboratorium.
Mahasiswa
yang praktik di klinik dan berperan sebagai seorang perawat, akan membentuk motivasi mahasiswa untuk bisa menjalankan
pekerjaan sebagai seorang perawat (Pertiwi &
Ermayani, 2017) Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian target kompetensi adalah motivasi belajar. Dengan motivasi belajar yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan keperawatan yang baik, maka mahasiswa akan mencapai target pencapaian kompetensi secara baik (Agustin, 2018) Motivasi belajar akan meningkatkan
kesiapan praktek klinik di rumah sakit, artinya motivasi secara individual mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kesiapan belajar mahasiswa (Amperiana, 2010). Empat sumber
utama dari motivasi intrinsik, yaitu: tantangan, keingintahuan, kontrol dan fantasi (Malloy & Gambrell,
2012)
Berdasarkan
hasil analisis pada table 5
diperoleh nilai sig 0,687 dengan Nilai korelasi Pearson sebesar -0,35 yang menunjukan bahwa tidak adanya
hubungan antara kecemasan mahasiswa dengan pencapaian kompetensi saat melakukan praktek klinik keperawatan dasar. Kecemasan pada tingkat ringan akan berefek positif
bagi mahasiswa karena dapat memotivasi
proses pembelajaran dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas
sehingga persiapan dalam praktek belajar
klinik akan lebih baik
Hal
ini sejalan dengan penelitian (Amir et al., 2016) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan mahasiswa FK Unand dalam menghadapi
OSCE dengan kelulusan OSCE dengan (p > 0,05). Kecemasan dalam menghadapi praktek klinik keperawatan dasar bukan merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap pencapaian target kompetensi mahasiswa. Hal ini sejalan dengan
penelitian (Asni & Sarake, 2013) yang
menyatakan bahwa tingkat kecemasan tidak memiliki hubungan dengan hasil OSCE. (Brand & Schoonheim‐Klein, 2009) juga
menemukan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan performa mahasiswa ketika melakukan ujian.
Adanya
kepercayaan yang diberikan dari dosen dan tenaga kesehatan kepada mahasiswa akan meningkatkan rasa percaya diri sehingga� mahasiswa tidak mengalami kecemasaan saat praktik klinik keperawatan dasar. Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan
untuk menerapkan teori yang dipelajari di kelas ke dalam
praktik, tetapi diharapkan lebih aktif dalam setiap
tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam melakukan
tindakan sesuai dengan teori. Dengan
adanya praktek klinik keperawatan dasar ini dapat
memberikan kesempatan yang baik untuk dapat
melihat secara langsung dan mendapatkan pengalaman penting bagaimana� melakukan asuhan keperawatan pada pasien dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Keberhasilan mahasiswa dalam mengendalikan kecemasan, ini juga dapat meningkatkan rasa kepuasan tersendiri dalam melakukan pelayanan kesehatan bagi pasien. Menurut
(Ruliana, 2012) bahwa dalam melakukan
praktik di lapangan, perlu bagi seseorang
untuk mendapatkan dukungan (Supportiveness), yang berarti
dukungan dari lingkungan sekitar baik teman, teman
kerja, guru atau atasan
Semua mahasiswa yang mengikuti praktek klinik keperawatan dasar ini merupakan pengalaman
pertama yang mereka ikuti untuk melakukan
praktek ke klinik atau rumah
sakit. Kecemasan yang dialami beberapa responden merupakan reaksi terhadap suatu hal yang mereka belum pernah
alami sebelumnya.� Hasil penelitian (Fidment, 2012) melaporkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang pertama kali mengikuti OSCE dengan mahasiswa yang pernah mengikuti OSCE sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut kekerapan
mengikuti OSCE tidak berpengaruh terhadap kecemasan yang dialami responden.
Kesimpulan
Tingkat kecemasan yang terjadi
pada mahasiswa pada saat akan melakukan praktek klinik keperawatan dasar adalah kecemasan ringan. Pencapaian kompetensi
mahasiswa pada saat praktek klinik keperawatan dasar menunjukan
pencapaian kompetensi baik dengan skor 79,7. Dan tidak adanya hubungan antara kecemasan mahasiswa dengan
pencapaian kompetensi saat melakukan praktek klinik keperawatan dasar dengan
diperoleh nilai sig 0,687 dengan Nilai korelasi Pearson sebesar -0,35. Oleh
karena itu intitusi keperawatan dapat mengalokasikan waktu kepada mahasiswa
untuk latihan mandiri, berdiskusi tentang tips sukses menghadapi praktek
klinik, dan melakukan terapi untuk menurunkan kecemasan mahasiswa.
BIBLIOGRAFI
Agustin, D. (2018). Hubungan Antara Persepsi Dan Minat
Belajar Terhadap Mata Pelajaran Kimia Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI
IPA SMAN 4 Tanjungpinang. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Amir, D. P., Iryani, D., & Isrona, L. (2016). Hubungan
Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Objective Structured Clinical Examination
(OSCE) dengan Kelulusan OSCE pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1).
Amperiana, S. (2010). Pengaruh motivasi, prestasi dan
konsep diri Terhadap kesiapan praktek klinik Kebidanan bagi Mahasiswa tingkat
ii Akademi kebidanan pamenang Pare Kabupaten Kediri. Universitas Sebelas
Maret.
Asni, M., & Sarake, M. (2013). Faktor yang Berhubungan
dengan Penyalahgunaan Narkotika dan Bahan Adiktif (Narkoba) pada Remaja di SMA
Kartika Wirabuana XX-1 Makassar Tahun 2013.
Brand, H. S., & Schoonheim‐Klein,
M. (2009). Is the OSCE more stressful? Examination anxiety and its consequences
in different assessment methods in dental education. European Journal of
Dental Education, 13(3), 147�153.
Brizendine, L. (2006). The female brain. Broadway
Books.
Fidment, S. (2012). The objective structured clinical exam
(OSCE): A qualitative study exploring the healthcare student�s experience. Student
Engagement and Experience Journal, 1(1), 1�18.
Linawati, L. (2018). Single digit pada pembiayaan Bank BRI
Syariah Kantor Cabang Pembantu Ploso Jombang. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Malloy, J. A., & Gambrell, L. B. (2012). Motivation to
read. Reading Researchers in Search of Common Ground: The Expert Study
Revisited, 154�169.
Pertiwi, G. H., & Ermayani, M. (2017). The Relationship
of Motivation Provision by Clinical Instructor with Student�s Readiness to
Experience Clinical Practice in Hospital. NurseLine Journal, 2(1),
30�35.
Rahayuningsih, A. (2012). Hubungan Lingkungan Belajar Klinik
dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa pada Program Pendidikan Ners. NERS Jurnal
Keperawatan, 8(1), 16�23.
Ruliana, D. I. K. A. (2012). Perbedaan Hasil Dan Aktivitas
Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Cooperatif Learning Antara Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) Dengan Tipe Number Head Toghether
(NHT) Pada Siswa Kelas Viii Smp Muhammadiyah 1 Malang Tahun Ajaran 2011/2.
University of Muhammadiyah Malang.
Shahsavari, H., Yekta, Z. P., Houser, M. L., &
Ghiyasvandian, S. (2013). Perceived clinical constraints in the nurse student�instructor
interactions: A qualitative study. Nurse Education in Practice, 13(6),
546�552.
Sudiana, H. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Terjadinya Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Panti Wredha Welas Asih. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(2), 31�36.
Sudono, B., Setya Dhani, D. S., Atiningtyas, H., & Rif,
A. (2017). Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis Perawat Primer Dalam Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Islam Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indonesia, 10(1), 81�82.
Sularyo, T. S. (2007). Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja. Edisi.
Syahreni, E., & Waluyanti, F. T. (2007). Pengalaman
mahasiswa S1 keperawatan program reguler dalam pembelajaran klinik. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 11(2), 47�53.
Syahrial, A. S. (2018). Pengaruh Komposisi Warna &
Objek Pendukung Pada Window Display Terhadap Customer Perceived Value Dari
Produk Batik Keraton Yogyakarta. Lintas Ruang: Jurnal Pengetahuan Dan
Perancangan Desain Interior, 6(1).