Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 1 Januari 2020
�
SELEKSI PENENTUAN
KONSULTAN PERENCANA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Warkianto Widjaja
Universitas Kebangsaan
Email:
warkiw@yahoo.com
Abstrak
Dalam menentukan konsultan perencana, banyak sekali kriteria�kriteria yang harus dimiliki oleh perusahaan pemberi tugas sebagai syarat
dalam menentukan pemenang lelang pekerjaan perencanaan rekayasa. Masing�masing perusahaan pasti memiliki kriteria�kriteria untuk menentukan peserta yang terpilih sebagai pemenang lelang pekerjaan perencanaan. Pelaksanaan lelang pekerjaan perencanaan dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk menentukan konsultan perencana yang paling kompeten sehingga didapat proses dan hasil desain yang bermutu baik dari segi
biaya, mutu dan waktu. Untuk membantu
penentuan dalam menetapkan perusahaan yang layak melaksananakan pekerjaan perencanaan maka dibutuhkan sebuah sistem pendukung
keputusan.Pada penelitian ini diangkat suatu kasus yaitu mencari
alternatif terbaik bedasarkan kriteria�kriteria yang
telah ditentukan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).Penelitian� dilakukan� dengan� mencari� nilai� bobot� untuk �setiap� kriteria,� kemudian� dilakukan proses perankingan yang
akan menentukan alternatif yang optimal, yaitu konsultan perencana terbaik.
Kata kunci: AHP, konsultan perencana, nilai bobot, lelang
Pendahuluan
Keberadaan
perusahaan baik itu perusahaan nasional maupun swasta mendorong usaha pemerintah dalam meningkatkan perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Namun krisis ekonomi
yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini mengakibatkan banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya, bahkan tidak sedikit yang mengalami kebangrutan dan menutup usaha karena
kehabisan modal (Kamaludin, 2017).
Perusahaan berkewajiban
menjamin
proses lelang
yang bermutu dan tidak berpihak terhadap setiap pesertanya
dan setiap peserta lelang berhak untuk mendapatkan penilaian yang adil. Proses lelang
yang bermutu memberikan
pengaruh
yang besar pada proses perencanaan, hasil perencanaan yang baik, dan sebagainya.
Hasil perencanaan pengembangan
yang baik pada suatu perusahaan menunjukkan
seberapa
berhasilnya
suatu perusahaan
dalam mencapai tujuannya.
Dalam rangka
meningkatkan arah pengembangan yang sesuai dengan rencana induk, perusahaan melaksanakan
berbagai kegiatan seperti kegiatan lelang pekerjaan perencanaan yang bermutu. Namun terkadang kegiatan pekerjaan perencanaan tidak berjalan
dengan
efektif, dimana hal ini disebabkan
oleh tidak
tepatnya pemilihan
konsultan perencana yang
disebabkan oleh data identifikasi
pelaksana pekerjaan perencanaan yang kurang akurat. Seringkali
ditemukan
terjadi
kesalahan dalam
menentukan kelayakan penerima pekerjaan
perencanaan tersebut. Masalah seperti ketidaktepatan sasaran penentuan konsultan perencana tentunya harus segera diatasi dan
dicari solusinya
agar tidak terulang lagi pada paket-paket kegiatan di masa yang
datang.
Seringkali
proses seleksi konsultan perencana lebih banyak di tujukan
pada aspek
administratif karena lebih mudah dinilai, padahal
sebenarnya
banyak aspek yang lebih menentukan dalam menentukan konsultan yang kompeten. Melihat hal ini tentunya
pihak
yang menyelenggarakan lelang pekerjaan perencanaan membutuhkan informasi mengenai keadaan perusahaan peserta lelang baik dari aspek
administratif maupun aspek teknis, sehingga
mereka dapat mengetahui
jika dilihat dari sisi
pengelaman perusahaan, kompetensi perencana, metodologi pelaksanaan perencanaan dan kemampuan inovasi yang harus
di prioritaskan untuk diberikan
penilaian.
Melihat permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu sistem
yang dapat menentukan konsultan perencana yang terbaik. Dimana informasi
yang dihasilkan
dapat membantu pihak pengambil
keputusan dalam
hal ini perusahaan pelaksana lelang dalam mengambil
atau menentukan
konsultan perencana. Suatu sistem berjalan dengan
baik atau mencapai tujuannya jika didukung atau diterapkan suatu metode. Dalam penentuan konsultan perencana ini,
digunakan
beberapa indikator
atau
kriteria yang
dianggap mampu mempengaruhi penentuan hasil perencanaan yang bermutu.
Melihat hal ini Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan
suatu metode
yang
dianggap efektif
untuk menentukan konsultan yang terbaik.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang
biasanya di terapkan
pada suatu
sistem
pengambilan keputusan atau yang biasanya digunakan
dalam pemecahan masalah yang melibatkan
banyak alternatif
pilihan sehingga dapat membantu pengguna dalam
mengambil keputusan
dengan cepat
dan tepat.
Metode AHP dianggap efektif diterapkan
pada penentuan konsultan perencana ini
karena sebelum dilakukan
proses perangkingan setiap
alternatif yang ada, terlebih
dahulu
nilai
setiap
alternatif dilakukan
normalisasi.
Nilai-nilai
setiap
alternatif
tersebut diperoleh
dari pemenuhan setiap
kriteria perencana yang kompeten. Tingkat kompetensi diurutkan
dari nilai
alternatif
yang tertinggi. Semakin rendah nilai alternatif
semakin
rendah pula tingkat kompetensinya.
Menurut
little mendefinisikan Sistem
Pendukung keputusan atau Decition Support System (DSS) sebagai sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dari penilaian guna membantu para manager mengambil keputusan (Turban et al., 2005).
Sampai
saat ini tidak ada kesepakatan
mengenai karakteristik standar DSS, berikut karakteristik yang diharapkan ada di DSS (Turban et al., 2005):
1) Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilian manusia dan informasi terkomputerisasi
2) Dukungan untuk semua level manajerial, dari ekskutif puncak sampai manajer lini.
3) Dukungan untuk individu dan kelompok.
Permodelan
dalam pembangunan DSS dilakukan langkahlangkah sebagai berikut (Kusrini & Kom, 2007):
1) Studi kelayakan (Intelligence)
2) Perancangan
(Design)
3) Pemilihan
(Choice)
4) Membuat
DSS
Komponen-komponen
sistem pendukung keputusan terdiri dari data-management
subsystem, model management subsystem, user
interface subsystem, dan knowledge-based
management subsystem. Komponen-komponen sistem pendukung keputusan dapat dilihat pada Gambar 1 (Turban, 2007)
Gambar
1 Komponen SPK (Turban, 2007)
a. Data-management
subsystem
Data-management subsystem termasuk database yang berisi data yang
relevan untuk situasi dan dikelola oleh perangkat
lunak
yang disebut Database Management
System (DBMS). Data-management subsystem
dapat saling berhubungan dengan
data warehouse yang
berguna untuk data yang
berkaitan
dengan
pengambilan
keputusan. Biasanya
data disimpan atau diakses melalui web
database server.
b. Model management subsystem
Model magamenet subsystem adalah paket perangkat lunak yang
memberikan kemampuan analitis sistem dan manajemen perangkat
lunak yang sesuai.
Software ini sering disebut Model Base Management System (MBMS). Komponen ini �dapat
�disambungkan
�ke �penyimpanan
�eksternal �dari �suatu
model. Metode dan manajemen sistem diterapkan
dalam development system
(seperti java) agar
dapat dijalankan pada server aplikasi.
c. User interface subsystem
Pengguna sistem berkomunikasi dan berinteraksi dengan SPK melalui subsistem ini.
Pengguna dianggap
bagian
dari SPK. Peneliti
menegaskan
beberapa kontribusi yang unik dari SPK berasal
dari interaksi yang
intensif antara
komputer
dan pembuat keputusan.
d. Knowledge-based management subsystem
Subsistem ini dapat mendukung subsistem lainnya atau bertindak
sebagai komponen independen.
Subsistem ini dapat
saling berhubungan
antara repositori pengetahuan organisasinya yang
merupakan bagian dari sistem
manajemen pengetahuan.
Subsistem ini biasanya
disebut organizational
knowledge base.
Ada banyak
metode yang telah diimplementasikan dalam pengembangan kecerdasan
buatan, seperti yang
diimplementasikan
pada bahasa
pemrograman Java dan mudah untuk mengintegrasikan ke dalam
komponen SPK
lainnya.
Dalam pengambilan
keputusan disarankan
untuk mengikuti
proses pengambilan keputusan
yang sistematis.
(Simon, 1977) dalam (Turban, 2007) mengatakan bahwa
proses ini melibatkan tiga
tahap utama:
intelligence, design,
dan
choice. Kemudian Simon menambahkan
tahap keempat, yaitu implementation. Model Simon adalah model yang
memiliki karakterisasi yang
paling ringkas
dan telah lengkap
dalam mengambil
keputusan
yang rasional.
Gambar konseptual proses� pengambilan keputusan ditunjukkan pada Gambar
2 (Turban, 2007).
Gambar 2 Proses Pengambilan Keputusan (Turban, 2007)
Proses pengambilan keputusan dimulai dengan intelligence phase atau fase
pengetahuan. Dimulai dengan memeriksa keadaan yang sebenarnya, lalu melakukan
identifikasi terhadap permasalahan��
yang�� muncul�� dan diselesaikan. Dalam design phase atau
fase desain, model yang mewakili sistem dibangun dengan membuat asumsi yang
dapat menyederhanakan keadaan sebenarnya dan menuliskan hubungan antara semua
variabel. Model ini kemudian divalidasi dan kriteria ditentukan sebagai prinsip
dalam pilihan untuk evaluasi program. Choice
phase atau fase pilihan meliputi
pemilihan solusi yang diusulkan untuk model yang telah dibuat sebelumnya.� Solusi ini diuji untuk menentukan apakah
solusi yang diberikan tepat dan sesuai dengan model yang telah dibuat. Setelah
solusi yang dihasilkan dirasa sesuai dengan permasalahan yang dihadapi,
maka�� tahap berikutnya adalah
implementation phase atau fase implementasi. Hasil dari implementasi diharapkan
berhasil dalam memecahkan masalah yang sebenarnya. Jika terjadi kegagalan maka
proses mengarah ke fase awal (Turban, 2007)
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini
metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Jenis metode
kuantitatif yang digunakan adalah metode survei,
yang bersifat
deskriptif
dan asosiatif
hubungan kausal. Menurut
(Sugiyono, 2017) metode survei merupakan
salah satu metode kuantitatif
adalah
sebagai
berikut:
�Metode penelitian survei adalah metode penelitian
kuantitatif
yang digunakan untuk
mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini, tentang
keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan untuk
menguji beberapa hipotesis
tentang variabel sosiologis
dan�
psikologis dari
sampel �yang diambil �dari
�populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan
pengamatan (wawancara atau
kuesioner) yang tidak�mendalam,
dan
hasil
penelitian
cenderung untuk digeneralisasikan.�
Teknik
penentuan kriteria yang digunakan
pada penelitian ini adalah
dengan melakukan
wawancara singkat
dengan pihak perusahaan
mengenai teknik
penentuan dan penilaian
peserta lelang. Selain itu pengumpulan data juga dilakukan dengan cara melakukan studi pustaka
terkait
dengan lelang terbuka dan kriteria
apa saja yang digunakan
untuk
menentukan pemenang lelang tersebut. Pengumpulan data dan seleksi awal dilakukan
panitia lelang yang mendapat tugas dari perusahaan. Setelah data
yang diperlukan
lengkap, maka
selanjutnya
yang dilakukan adalah
analisis data. Analisis data dilakukan data yang
digunakan tepat dan benar-benar
dapat menggambarkan kondisi peserta lelang saat ini, setelah itu baru dilakukan
pengolahan data
tersebut. Pengolahan data ialah melakukan penetapan kriteria yang akan
digunakan
dalam penelitian ini, pemberian bobot pada setiap kriteria menggunakan metode MADM. Penentuan
alternative dan penentuan pemenang
lelang menggunakan metode AHP.
Hasil dan Pembahasan
Alternatif yang digunakan dalam
penelitian
ini
merupakan 4 perusahaan konsultan tipe besar berbadan
hokum berbentuk Perusahaan Terbatas
(PT). Adapun alternatif tersebut sebagai berikut:
Tabel 1
Alternatif�Perushaan�Konsultan
Alternatif |
Kondisi Perusahaan Terbatas
(PT) |
A1 |
Berpengalaman,
tenaga ahli sedang sibuk, konsep desain sangat baik. |
A2 |
Berpengalaman,
tenaga ahli sedang sibuk, konsep desain kurang lengkap. |
A3 |
Berpengalaman,
tenaga ahli tersedia, konsep desain cukup lengkap. |
A4 |
Kurang berpengalaman, tenaga
ahli kurang, konsep desain tidak lengkap. |
Selain alternatif,
yang diperlukan dalam
perhitungan
metode AHP adalah bobot kriteria.
Berdasarkan
tabel
3, maka bobot preferensi adalah sebagai berikut:
W
= (0.06, 0.16, 0.02, 0.14, 0.02, 0.60)
Data mengenai kompetensi peserta lelang didapat dari dokumen lelang
dan bahan paparan yang disampaikan kepada panitia lelang. Mengacu pada data
dokumen lelang dan paparan yang telah diterima, maka
rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria ditentukan
sebagai berikut:
Tabel 2 Rating Nilai Alternatif
untuk
Setiap Kriteria
Mengacu pada tabel 2 untuk C1 sampai nilai C6 nilai
terbesar adalah terbaik maka diasumsikan
sebagai
kriteria
keuntungan
(benefit). Sehingga untuk melakukan
normalisasi C1
sampai dengan C6 dilakukan normalisasi
menggunakan
persamaan yang menggunakan nilai
maksimum.
Setelah matriks keputusan
di buat,
maka
selanjutnya dilakukan normalisasi
terhadap matriks tersebut.
Normalisasi
terhadap matriks dilakukan
dengan bantuan program
Microsoft Excel. Perhitungan dengan
metode AHP ini dengan nilai konsistensi
0,094 < 0,1 berarti dapat
dianggap konsisten dan dapat diterima. Jika
di urutkan
berdasarkan nilai tertinggi ke terendah
maka urutannya sebagai berikut:
Tabel 3 Rangking�Nilai Alternatif
Mengacu pada tabel 6 di atas, dapat dilihat
urutan nilai tertinggi sampai terendah untuk semua peserta lelang. Berdasarkan rangking nilai tersebut di atas,
para pengambil
keputusan atau dalam
hal ini pihak panitia lelang dapat
mengambil keputusan perusahaan
peserta lelang mana yang menjadi pemenangnya. Dalam hal ini
peserta lelang yang menjadi pemenang adalah perusahaan A3.
Kesimpulan
Penelitian
ini dilakukan dengan
tujuan agar dapat mengetahui kriteria dan nilai bobot dari
setiap kriteria dalam menentukan pemenang peserta lelang terbuka bidang rekayasa. Hasil dari penelitian
ini adalah informasi mengenai rangking nilai dari semua
peserta lelang sehingga
diharapkan
hasil dari penelitian ini
dapat dijadikan
acuan perusahaan dalam
menentukan
pemenang lelang. Perusahaan peserta lelang dengan
tingkat kompetensi terbaik yaitu
perusahaan konsultan A3, kiranya
dapat diprioritaskan untuk dijadikan pemenang lelang tersebut, dan selanjutnya dipanggil untuk dilakukan negosiasi dari segi biaya penawaran. Selain itu, informasi
yang dihasilkan dari
sistem
yang dibangun pada penelitian
ini diharapkan
dapat
membantu mempermudah pihak panitia lelang dalam menyajikan laporan mengenai rangking dan pemenang lelang tersebut.
BIBLIOGRAFI
Kamaludin, A. (2017). Pengaruh Strategi Promosi Dan
Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Di Pt Sarana Panca Karya
Nusa Distributor Kabupaten Majalengka). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 2(3), 1�27.
Kusrini, M. K., & Kom, M. (2007). Konsep dan Aplikasi
Sistem Pendukung Keputusan.
Simon, H. A. (1977). The organization of complex systems. In Models
of discovery (pp. 245�261). Springer.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitaif,
Kualitatif, Dan R&D. ALFABETA, cv.
Turban, E. (2007). Information technology for management:
Transforming organizations in the digital economy. John Wiley & Sons,
Inc.
Turban, E., Aronson, J. E., & Liang, T. P. (2005).
Decission Support System and Intelligent System. Indiana: Pearsan Hall
Universitas Indiana.