� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
�� e-ISSN :
2548-1398
�� Vol. 2, No 3
Maret 2017
MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA� MELALUI PENERAPAN
METODE OBYEK LANGSUNG �DALAM PEMBELAJARAN
MELUKIS DI KELAS IX SMP NEGERI 4 KUNINGAN
Subagja
SMP Negeri 4 Kuningan
Email : [email protected]
Abstrak
Berdasarkan
hasil observasi dan tes tentang kemampuan berkarya seni lukis pada siswa kelas
IX SMP Negeri 4 Kuningan� diperoleh
kesimpulan bahwa proses pembelajaran belum menunjukkan hasil yang optimal. Oleh
karena itu perlu dicarikan solusinya. Salah satu solusinya adalah dengan
pembelajaran melukis dengan metode objek langsung. Metode ini digunakan untuk
merangsang daya imajinasi siswa dalam berkarya seni lukis murni. Berdasarkan
fenomena di atas, PTK ini mengkaji masalah apakah melalui metode objek langsung
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 4 Kuningan� dalam pembelajaran melukis? Berkaitan dengan
masalah tersebut, PTK ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran melukis dengan menggunakan metode objek langsung di
kelas IX� SMP Negeri 4 Kuningan . Berdasarkan
hasil analisis PTK ini, diperoleh hasil yaitu adanya peningkatan yang cukup
signifikan dari nilai karya seni lukis siswa kelas IX� SMP Negeri 4 Kuningan� setelah menggunakan metode objek langsung.
Setelah menggunakan metode objek langsung ada peningkatan 5,72% pada siklus 1
dan 6% pada siklus 2.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Melukis
Pendahuluan
���� Salah satu
permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah rendahnya kompetensi siswa
dalam belajar, salah satunya terlihat dari rendahnya nilai yang diperoleh siswa
pada mata pelajaran yang diajarkan. Rendahnya kualitas hasil belajar ditandai
oleh pencapaian prestasi belajar yang belum mencapai standar kompetansi seperti
tuntutan kurikulum.
���� Sebagian besar kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa
terbatas pada penguasaan materi pelajaran pada saat pembelajaran di ruang kelas saja. Padahal menurut
tuntutan kurikulum yang berlaku siswa diharapkan bukan hanya sekedar dapat
mengakumulasi pengetahuan akan tetapi diharapkan dapat mencapai 4 (empat)
kompetensi dalam pendidikan, yakni perpaduan pengetahuan (Cognitif), sikap (Afektif) dan
keterampilan (Psycomotoric) yang
terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari (Faktual).
���� Akan
tetapi pada kenyataannya, hampir seluruh siswa dalam mengikuti pembelajaran
hanya diarahkan pada penguasaan materi pelajaran saja, termasuk pada mata
pelajaran seni dan budaya. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenyataan bahwa
hampir seluruh siswa tidak dapat mengaplikasikan dan menghubungkan antara
materi yang diperoleh di sekolah pada keadaan nyata. Hal ini pada ahirnya akan
berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam berimajinasi dan berfikir untuk
menghubungkan pengetahuan dengan keadaan sebenarnya tidak sebatas menggunakan
prediksi.
���� Padahal
Pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan
kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak
pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi
dan berapresiasi� melalui pendekatan:
�belajar dengan seni,� �belajar melalui seni� dan �belajar tentang seni.� Peran
ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.�
���� Salah satu
contohnya adalah dalam pembelajaran seni rupa, pembelajaran seni rupa memiliki
karakteristik tersendiri, dimana aspek motorik dan psikomotorik lebih
diutamakan. Pembelajaran lebih ditekankan kepada materi praktek. Salah satu
materi yang akan diangkat menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah melukis. Seringkali kegiatan melukis hanya terbatas di dalam ruangan
kelas saja. Siswa kurang diberikan pemahaman terhadap objek yang akan dilukis,
Sehingga siswa hanya dapat melukis �tanpa
mencapai 4 kompetensi pendidikan sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya.
���� Permasalahan yang sama
terjadi terhadap siswa di kelas IX di
SMP Negeri 4 Kuningan. �Hasil�
pembelajaran melukis dikelas IX sangat rendah artinya belum mencapai KKM
75. Kenyataan dilapangan peserta didik hanya mampu mencapai rata-rata 64,82.
Hal ini salah satunya disebabkan karena sebagian siswa masih lemah dalam
penguasaaan berimajinasi dan kreatifitas melukisnya.
���� Pemasalahan yang terjadi terhadap siswa di kelas IX di SMP Negeri 4 Kuningan mendorong penulis untuk
memperbaiki proses pembelajaran dalam mata pelajaran seni budaya dengan
menggunakan metode obyek langsung yang�
diharapkan dapat merangsang siswa untuk mengamati, berfikir, dan
sekaligus mengaplikasikan ke dalam gambar melalui penelitian tindakan kelas di
SMP Negeri 4 Kuningan.
Metode Penelitian
���� Metode yang digunakan dalam
penelitian ini metode deskriptif kualitatif (penelitian tindakan) dengan cara memberi
tindakan hasil karya pada proses pembelajaran melukis sebelum dan setelah diterapkannya sebuah tindakan terhadap siswa SMP kelas IX. Dalam penelitian ini, peneliti
akan menggunakan 2 jenis data yang akan dianalisis, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif didapat dari
hasil pembelajaran berupa karya lukis siswa kelas IX. Sedangkan data kuantitatif
diperoleh dari penilaian
terhadap hasil karya lukis siswa. Sehingga penulis menggunakan 2 instrumen dalam
penelitian, yaitu instrumen penilaian prestasi melukis �siswa dan instrumen
penelitian/pengamatan tentang data pendukung pembelajaran melukis �siswa.
���� Selanjutnya data yang telah
terkumpul (data pra tindakan dan data setelah tindakan) akan dianalisis dengan
cara membandingkan tingkat keberhasilan�
proses dan hasil PBM-nya dengan indikator keberhasilan yang digunakan
peneliti adalah 80% siswa
berhasil tuntas belajar dalam mata pelajaran Seni Budaya, kriteria tuntas
belajar mengacu pada nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan. Nilai KKM� mata pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 4 Kuningan adalah 75. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, dimulai
dari bulan september hingga Desember 2016 dengan subjek
penelitian adalah seluruh siswa di kelas kelas IX di SMP Negeri 4 Kuningan.
Pembahasan
���� Analisis
data pratindakan adalah pengamatan terhadap data nilai hasil proses belajar
siswa pada pembelajaran melukis di kelas IX B SMP Negeri 2 Jalaksana di
Kabupaten Kuningan sebelum dilakukan tindakan. Proses pembelajaran melukis
dilakukan di dalam kelas. Siswa membuat karya seni lukis dengan tanpa melihat
objek langsung. Dari kegiatan ini dihasilkan nilai karya siswa sebagai berikut
:
Tabel 1.� Nilai Siswa Pratindakan
Nilai |
Nilai ≥75 |
KKM Pelajaran Seni Budaya |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah siswa dengan� nilai <
75 |
29 |
80,56 |
75 |
Jumlah siswa dengan �nilai �≥75 |
7 |
19,44 |
|
Nilai tertinggi |
93 |
|
|
Nilai terendah |
67 |
||
Nilai rata-rata |
77,64 |
���� Dari data
nilai tabel di atas diketahui bahwa nilai siswa sebelum dilakukannya tindakan
adalah sebagai berikut :
1.
Siswa yang
memperoleh nilai kurang dari KKM sebanyak 29 siswa
2.
Siswa yang
memperoleh nilai sama atau lebih dari KKM sebanyak sebanyak 7 siswa
3.
Nilai
rata-rata kelas masih berada di bawah nilai KKM yakni 69,94 dan tergolong
rendah
Gambar
1. Nilai Karya Tulis Siswa Pratindakan
�� Rendahnya nilai belajar siswa di kelas IX di SMP Negeri 4 Kuningan pada
pembelajaran melukis, �salah satunya
disebabkan karena metode pembelajaran yang diterapkan hanya berpusat pada
kegiatan melukis semata tanpa mengusai diarahkan untuk memiliki 4 kompetensi
pendidikan yang telah dicanangkan. Hal itu menjadi catatan penulis untuk
melakukan perbaikan-perbaikan yang salah satu diantaranya adalah merubah metode
pembelajaran yang diterapkan.
�� Pada
tindakan siklus 1, penulis sudah mulai menerapkan metode obyek langsung dalam
pembelajaran melukis.� Dan setelah
dilakukan dilakukan perubahan pada metode pembelajaran pada tindakan siklus 1,
penulis sudah mulai menemukan perbedaan pada respon siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Ini tentunya akan berpengaruh pada nilai yang dicapai oleh siswa.
�� Setelah diperoleh data mengenai hasil belajar siswa, penulis
melakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Dan berikut rekapitulasi hasil
belajar siswa di kelas IX di SMP Negeri 4 Kuningan pada pembelajaran melukis.
Tabel
2.� Nilai siswa pada Tindakan Siklus 1
Nilai |
Nilai
≥75 |
KKM Mapel Seni Budaya |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah siswa dengan� nilai <
75 |
17 |
47,22 |
75 |
Jumlah siswa dengan �nilai �≥75 |
19 |
52,78 |
|
Nilai tertinggi |
93 |
|
|
Nilai terendah |
67 |
||
Nilai rata-rata |
77,64 |
�� Dari tabel
rekapitulasi di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Jika di lihat dari hasil belajar siswa berdasarkan
tabel di atas, maka terlihat jelas bahwa setelah dilakukannya tindakan pada
siklus 2, hampir sebagian besar siswa mengalami perubahan positif berupa
peningkatan terhadap hasil belajar pada pembelajaran melukis. Hal itu terlihat
dari nilai rata-kelas yang sudah melebih nilai KKM, yakni 77,64. Akan tetapi
jika dilihat dari persentasi kelulusan (tuntas belajar), maka siswa di kelas IX
B SMP Negeri 2 Jalaksana hanya 52,78% yang sudah lulus dalam pembelajaran
melukis. Masih terdapat 47,22% siswa yang belum tuntas belajar. Jika mengacu
pada indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan bahwa indikator
keberhasilan penelitian adalah 80% siswa merhasil tuntas belajar.
���� Oleh
karena indikator keberhasilan penelitian belum tercapai, maka penulis
melanjutkan penelitian dengan melakukan tindakan siklus 2.
���� Dalam
tindakan siklus 2, peneliti masih menggunakan metode obyek langsung dalam
pembelajaran melukis sebagaimana yang telah dilakukan pada tindakan siklus
pertama.� Meskipun demikian, dalam siklus
2 ini penulis melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan pada pengalaman saat
melakukan tindakan pada siklus 1 lalu.
���� Dalam
siklus 2 ini, penulis melihat banyak perubahan yang terjadi pada siswa terutama
mengenai teknis siswa dalam melukis. Jika pada pratindakan penulis menjumpai
sebagian besar siswa hanya melukis �gambar-gambar yang homogen, maka setelah
dilakukan tindakan pada siklus 2 sebagian besar siswa sudah mulai melukis
bangun ruang dan itu berbeda satu sama lain (heterogen).
���� Berikut hasil belajar siswa di kelas IX B SMP Negeri 2 Jalaksana
pada mata pelajaran Seni Budaya materi Melukis.
Tabel
3.� Nilai Siswa pada Tindakan Siklus 2
Nilai |
Nilai ≥75 |
KKM Mapel Seni Budaya |
|
Jumlah |
% |
||
Jumlah siswa dengan� nilai <
75 |
3 |
8,33 |
75 |
Jumlah siswa dengan �nilai �≥75 |
33 |
91,67 |
|
Nilai tertinggi |
93 |
|
|
Nilai terendah |
73 |
||
Nilai rata-rata |
83,31 |
�� Dari
data nilai tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai siswa pada siklus 2 adalah
sebagai berikut :
1. Siswa
yang memperoleh nilai kurang dari KKM sebanyak 3 siswa
2. Siswa
yang memperoleh nilai sama atau lebih dari KKM�
yang memperoleh nilai lebih dari KKM sebanyak 31 siswa
3. Nilai
rata-rata kelas pasa pembelajaran melukis adalah
�� Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa
pada siklus 2 ini, ketuntasan belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Jalaksana pada pembelajaran melukis mata pelajaran Seni
Budaya adalah 91,67% dengan nilai rata-rata kelas� mencapai 83,31. Sedangkan untuk yang belum
tuntas belajar (dengan nilai di bawah KKM) hanya 8,33% atau 3 siswa. Hal ini berarti
untuk indikator keberhasilan penelitian yang telah ditentukan� telah tercapai.
�� Untuk lebih
memudahkan melihat perubahan pada hasil belajar siswa pada tiap siklusnya,
berikut penulis sajikan perubahan nilai atau hasil belajar siswa pada pembelajaran
melukis.
Tabel
3.� Rekapitulasi Nilai Siswa pada Setiap
Siklusnya
Aspek Nilai |
Prasiklus |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
Refleksi
Kondisi� Awal Ke Kondisi Akhir |
Nilai Tertinggi |
78 |
90 |
95 |
Terjadi Peningkatan |
Nilai Terendah |
60 |
60 |
73 |
|
Nilai Rata-rata |
69,95 |
77,64 |
83,3 |
|
Nilai ≥ 75 |
7 |
17 |
33 |
|
19,44% |
47,22% |
91,67% |
||
Nilai < 75 |
29 |
19 |
3 |
|
80,56% |
52,78% |
8,33% |
||
Jumlah siswa |
36 |
36 |
36 |
Berikut penyajian
perbandingan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dalam bentuk grafik .
83,3 69,95
Gambar 2.� Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Siswa
Gambar
2.� Grafik Perbandingan Persentase� Ketuntasan Belajar Siswa
Kesimpulan
�� Hasil penilaian terhadap karya lukis siswa sebelum tindakan tergolong
rendah. Hasil karya siswa memiliki kecenderungan objek yang sama, yaitu
pemandangan alam dengan objek gunung, matahari, sawah, dan jalan. Mereka masih
membawa kebiasaan mereka waktu di sekolah dasar, yaitu tidak pernah dikenalkan
atau mencoba objek-objek yang lain.
Proses pembelajaran melukis dengan metode objek
langsung ternyata memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Siswa dibawa ke
luar kelas, mengamati objek-objek yang ada di lingkungan sekolah. Mereka
dibebaskan untuk melukis objek yang mereka sukai. Di lingkungan terbuka, siswa
diberikan pemahaman bahwa pohon memiliki bentuk yang beragam, gunung tidak
selamanya dua buah, dan pemandangan alam tidak terbatas hanya objek itu saja.
Dari aktifitas pembelajaran di ruang terbuka ternyata
mampu meningkatkan daya imajinasi siswa. Hal tersebut mempengaruhi terhadap
karya lukis siswa.
BIBLIOGRAFI
Akhmad
Harum, 2011. Sumber Belajar, Jenis-Jenis
Sumber Belajar Dalam Pendidikan, Fungsi Sumber Belajar, Kriteria Memilih Sumber
Belajar, Bagaimana Memanfatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar, Prosedur
Merancang Sumber Belajar dan Bagaimana Mengoptimalkan Sumber Belajar.
Diakses 12 November 2012 dari http://bukunnq.wordpress.com/2011/04/23/sumber-belajar-jenis-jenis-sumber-belajar-dalam-pendiidikan-fungsi-sumber-belajar-kriteria-
Amin, Moh. 2011. Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: INSPIRASI
Kusumah, Wijaya. 2008. Belajar, Pembelajaran, dan Sumber Belajar.Diakses
1 November 2012
darihttp://wijayalabs.wordpress.com/2008/09/19/belajar-pembelajaran-dan-sumber-belajar-2/
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakakarya
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun
2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006,
Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas
Piliang,
Yasraf A. 2005. Bahasa Rupa dan Budaya
Visual (Sembangan Pemikiran Dr. Primadi Tabrani). Bandung: Campus Center
ITB
Rusman. 2011. Model-Model
Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Sandiaz Yudhasmara, 2011. Prasejarah
Indonesia : Situs Purbakala Cipari, Kuningan Jawa Barat. Diakses 28 Oktober
2011 dari http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2011/03/20/prasejara indonesia-situs-purbakala-cipari-kuningan-jawa-barat/
Sony Kartika, Dharsono. 2004. Seni
Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains
_________, 2010. Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. Diakses
1 November 2012 dari http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/
_________, 2010. Pengertian
Pembelajaran. Diakses 2 November 2012 dari http://blog.tp.ac.id/pengertian-pembelajaran memilih-sumber-belajar-bagaimana
memanfatkan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar-prosedur-merancang-sumb/