�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 2, no 3Maret
2017
PELAKSANAAN
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH �DAN
KAITANNYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI SMK MEC MAJALENGKA
Tia Aprilia
Susnita
STIE
STMY Majalengka
Email
: [email protected]
Abstrak
Kepemimpinan kepala sekolah adalah
komponen penting dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya. Sebagai seorang
pemimpin tertinggi dalam sebuah institusi pendidikan, kepala sekolah memiliki
peran lebih, khususnya dalam hal peningkatan kinerja pegawai yang ada di bawah
kepemimpinanya. Dalam penelitian ini, melalui metode penelitian deskriptif,
penulis menerangkan bagaimana kaitan antara kepemimpinan seorang kepala sekolah
dan kinerja para pegawai di SMK MEC Majalengka. Menurut pengamatan penulis,
skor rata-rata yang diambil dari penilaian respon untuk variabel kepemimpinan
kepala sekolah ialah 3,82, yang dalam hal ini dikategorikan sebagai
kepemimpinan yang baik. Sedangkan untuk kinerja pegawai memiliki skor rata-rata
3,84, atau juga dalam kategori baik.�
Kategori baik tidaknya disini penulis ambil dari tabel kriteri
penafsiran kondisi variabel. Jika kedua hasil dari penalaran atas tanggapan
respon tentang kedua variabel dikaitkan, maka dapat disimpulkan bahwa varibel
kepemimpinan kepala sekolah SMK MEC Majalengka yang baik mempengaruhi variabel
kinerja pekerja yang ada di bawahnya. Dengan kata lain, kepemimpinan yang baik,
yang digunakan oleh kepala SMK MEC Majalengka, dapat mempengaruhi dan/atau
meningkatkan kinerja para pegawai yang berada di bawah kepemimpinannya.
Kata
Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Pegawai.
Pendahuluan
Salah satu hal yang
mempengaruhi keberhasian suatu sekolah adalah kemampuan kepala sekolahnya dalam
mengelola sumber daya manusia yang berada di bawah kepemimpinanya. Sebab,
seperti yang diketahui, kepala sekolah ialah seorang guru yang memiliki
kelebihan jika dibandingkan dengan rekan-rekan sejawatnya. Adapun kelebihan
yang dimaksud disini ialah kelebihan dalam hal kepemimpinan. Seorang kepala sekolah
diberikan tanggung jawab dan/atau hak untuk memimpin sebuah sekolah. Artinya, jika
ditelisik lebih jauh, kepala sekolah merupakan komponen penting yang mampu
memajukan sekolah jika kepemimpinannya baik, dan menjatuhkan sekolah jika
kepemimpinannya buruk. Selain memiliki peran dalam memajukan sekolah, seseorang
yang menjabat sebagai kepala sekolah juga harus memiliki andil dalam hal
meningkatkan kinerja straf dan pegawai sekolah. Di samping menjadi komponen
penting dalam meningkatkan kinerja staf dan pegawai, kepala sekolah juga
memiliki tanggung jawab �atas
administrasi, pembinaan tenaga pendidik, serta pendayagunaan dan pemeliharaan
sarana prasaran di sekolah (Mulyasa: 2004). Melihat gambaran tugas di atas,
dapat disimpulkan bahwa seorang kepala sekolah merupakan sosok penting dalam
pembangunan dan peningkatan mutu sekolah.
Kepala sekolah selaku
pemimpin tertinggi memang sangat berpengaruh dalam pembangunan dan peningkatan
mutu sekolah. Oleh karenanya, sebagai tahap awal, seseorang yang hendak menjadi
kepala sekolah harus mempunyai kemampuan administrasi, komitmen yang tinggi,
serta keluwesan dalam melaksanakan setiap pekerjaannya.� Di luar dari hal-hal disebutkan, kepala
sekolah juga harus mempunyai kemampuan memimpin yang baik, terlebih untuk
pegawai-pegawainya. Sebab, sebagai pemimpin tertinggi, kepala sekolah harus
mampu meningkatkan kinerja para pegawai di tiap lini, serta memberikan
peningkatan mutu dan kualitas sekolah yang dipimpinnya. Di luar daripada itu,
sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah juga diharuskan mampu menjawab setiap
kebutuhan peawagai sebagai bentuk penghormatan atas kinerja yang telah
diberikan.
Jika kinerja pegawai
diartikan, maka akan didapat dua pengertian yang terpisah. Kinerja sendiri
adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas (Ahuya: 1996), sedang pegawai adalah
orang perseorangan atau kelompok �yang
bekerja pada pemberi kerja, baik selaku pegawai tetap ataupun tidak berdasarkan
perjanjian dan/atau kontrak kerja yang tertulis ataupun yang tidak tertulis
(Yustinus Prastowo, dkk: 2011). Lebih lanjut, jika kedua pengertian di atas
digabungkan, penulis menyimpulkan bahwa kinerja pegawai ialah cara
pekerja/pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh sang pemberi
kerja. Dalam kasus ini, kepala sekolah ialahindividu dan/atau pihak yang
memberi pekerjaan, wewenang, dan perintah pada pegawai sekolah. Gunamenggapai
tujuan sekolah, dan demi kemajuan sekolah itu sendiri, seorang kepala
seyogyanya memberi perintah yang memiliki orientasi pada kemajuan sekolah itu
sendiri.
Perlu diketahui, sebuah
organisasi pada dasarnya akan selalu mengalami perubahan karena organisasi
adalah sistem yang tebuka, yang selalu berinteraksi dengan lingkungan yang ada
di sekitarnya. Adanya perkembangan yang terjadi di berbagai kehidupan
masyarakat mengharuskan suatu organisasi untuk senantiasa mernyesuaikannya.
Lingkungan umum organisasi dalam masyarakat meliputi beberapa faktor, seperti;
teknologi, ekonomi, politik, hukum, ekologi, kependudukan, dan kebudayaan (A.
Hasymi Ali, 2007;894). Perubahan dan/atau pembaharuan yang direncanakan ini
membutuhkan perhatian yang serius, terlebih dalam menghadapi permasalahan-permasalahan
dan tantangan dari berbagai pihak.
Begitu pun dalam
organisasi pendidikan selalu mengalami perubahan menuju sebuah organisasi nan efektif
dengan meningkatkan kinerja pegawainya. Dalam ranah kinerja pegawai, terkhusus
di lembaga sekolah, kerap kali timbul penurunan kinerja para pegawai dan staf
yang ada, baik dari sisi administratif,tenaga, maupun tenaga edukatif. Misalnya
saja dilihat dari beberapa hal,seperti; kerap kali staf dan/atau pegawai yang
datang terlambat atau tidak tepat pada waktunya, tidak adanya efisiensi
penggunaan waktu, terkhususdalam hal penyelesaian pekerjaan, produktivitas
kerja yang kianberkurang, motivasi berprestasi yang masih rendah, ketidakmampuan
beradaptasi dengan berbagai perubahan, baik dalam metode kerja maupun fasilitas
kerja yang baru, kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan program, dan
sebagainya. Faktor-faktor tersebut tentu akan mempengaruhi kinerja organisasi
secara keseluruhan.
Dalam pada itu, salah
satu kunci utama keberhasilan yang dimaksud ialahadanya skill memimpin yang memiliki orientasi pada kebutuhan, keadaan dan
kondisi pegawai yang dipimpinnya, lingkungan kerjanya serta beberapa faktor
lain yang dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai. Pencapaian tujuan
organisasi menjadi kurang efektif apabila pemimpinnya kurang memiliki kemampuan
dan motivasi kerja sehingga efektivitas kerja pegawai tidak akan terwujud. Oleh
karenanya, guna meningkatkan efektivitas kerja para pegawai, kepala sekolah
seyogyanya memberikan arahan yang berorientasi pada kebutuhan pegawai, pola
kerja, dan SOP yang telah ditetapkan. Dengan mempertimbangkan ketiga hal
tersebut, cepat atau lampat, kinerja pegawai akan meningkat dengan sendirinya.
Namun demikian, untuk lebih mematenkan peningkatan tersebut, kepala sekolah
sebaiknya tetap mengontrol setiap kinerja pegawai.
SMK MEC Majalengka
adalah satu dari sekian banyak sekolah yang berada di Kabupaten Majalengka.
Kaitannya dengan persoalan di atas, kepemimpinan yang diterapkan pada SMK MEC
Majalengka lebih dominan dengan kepemimpinan yang dalam penerapannya dilakukan
dengan mengadakan konsultasi dengan pegawai mengenai beberapa masalah yang
dihadapi mereka dan dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu, komunikasi
berjalan lancar, saran dibuat dalam dua arah, baik pujian maupun kritik yang
digunakan. Tanggung jawab membuat keputusan masih tetap ada pada pemimpin namun
bawahan ikut serta dalam penetapan saran dan pemecahan masalah, pemimpin
menciptakan situasi dimana individu dapat belajar, mampu menumbuhkan
kemampuannya sendiri, memperkenankan bawahan untuk menentukan saran yang
menantang, menyediakan kesempatan guna peningkatan model kerja dan peningkatan
pekerjaan serta mengakui pencapaian dan membantu pegawai belajar dari
kesalahan.
Namun dalam
kenyataannya, pada SMK MEC Majalengka, kepemimpinan yang diterapkan pada SMK
MEC belum mampu� meningkatkan efektivitas
kerja pegawai, hal ini disebabkan karena masih adanya ketidakpuasan dari
sebagian pegawai terhadap kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi, yang
kemudinan berujung pada ketidakmaksimalan efektivitas kerja yang dimiliki oleh
pegawai tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa pun dianggap baik
kepemimpinan yang telah diterapkan belum tentu mampu mewujudkan tujuan yang
ingin dicapai organisasi itu. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat diketahui
bahwa Kepala Sekolah SMK MEC Majalengka belum mampu menerapkan kepemimpinan
yang tepat, sehingga tidak terjadi peningkatan efektivitas kerja pegawai yang
merupakan salah satu tujuan yang diinginkan pemimpin.
Kepala
sekolah selaku pemimpin tertinggi harus cakap dalam hal memberikan pengawasan
dan petunjuk bagi pegawai, meningkatkan kemauan dan/atau skill tenaga kependidikan, menanamkan komunikasi dua arah, dan
mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2002 : 10) mengemukakan bahwa kepala sekolah
selaku pemimpindiharuskan mempunyai karakter yang khas, yang dalam hal ini
cakupannya� kepribadian, keahlian dan/atau
skill dasar, pengalaman dan
pengetahuan yang berorientasi pada professionalisme, serta pengetahuan tentang administrasi
dan pengawasan. Pada dasarnya kemampuan atau skill �yang harus dicapai
kepala sekolah selakupemimpin dapat dianalisis dari kepribadian (personality), pengetahuan terhadap
kependidikan (Knowledge), visi serta
misi sekolah, keterampilan mengambil keputusan, dan keterampilan berkomunikasi.
Adapun
cerminan kepribadian dari seorang kepala sekolah selaku� leader
dapat dilihat lewat beberapa sifat, seperti; (1) jujur (honest), (2) percaya diri (confidence),
(3) tanggung jawab (responsible), (4)
berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar (hight-minded), (6) emosi yang stabil (emotionally stable), (7) teladan.
Implementasi
keterampilan yang wajib dimiliki kepala sekolah tergambar dalam pelaksanaan
tugas, seperti; menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan
kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan
evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat,
mengambil keputusan, mengatur pembelajaran dan mengadakan hubungan masyarakat. Tugas
penyelenggaraan administrasi sendiri meliputi penyusunan perencaan, pengarahan
keuangan, pengorganisasian, penanganan kesiswaan, penyusunan kurikulum, sarana
prasarana, kepegawaian, dan lain-lain.
Jika
merujuk pada gambaran tugas di atas, seorang yang menjabat� sebagai kepala sekolah memang dituntut untuk
memiliki kemampuan memimpim, manajerial, serta tata administrasi yang baik.
Sebab, saat kepala sekolah tidak mempunyai keterampilan dan skill-skill di atas, bukan tidak mungkin
instansi pendidikan yang dipimpinnya akan rusak, tidak kondisif, atau mungkin
jauh dari yang dicita-citakan. Oleh karenanya, guna memaksimalkan peran dan
tugas-tugasnya, kepala sekolah harus memiliki apa yang telah disebutkan di atas.
Lebih lanjut, jika dirunut dari gambaran
dan deskripsi di atas, penulis menganggap bahwa kepemimpinan yang diterapkan Kepala
Sekolah belum mampu meningkatkan efektivitas kinerja para pegawai di SMK MEC
Majalengka. Dimana kenyataan yang terjadi pada SMK MEC Majalengka dalam menerapkan
kepemimpinan kurang diterapkan dengan tepat,sehingga tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan hal ini disebabkan karena kurang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam
penerapannya, memperhatikan tingkat kemampuan pegawai, motivasi pegawai,
prasarana dan sarana penunjang, lingkungan kerja yang baik dan pembiayaan yang
memadai dapat meningkatkan efektivitas kerja dan pegawai yang berkualitas.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Sugiyono (2011:38) mengatakan bahwa penelitian desktiptif adalah sebuah
penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau
fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk
menjawab masalah secara aktual. Dalam penelitian ini sendiri peneliti
menggunakan 2 variabel, yakni kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel X
(bebas) dan kinerja pegawai sebagai variabel Y (terikat). Sedang untuk teknik
pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik, yakni; studi
kepustakaan dalam bentuk pembelajaran buku, essay, dan teks yang berkaitan
dengan topik, serta studi lapangan yang berorientasi pada beberapa hal,
seperti; observasi, wawancara, dan angket.
Dalam
penelitian kali ini, penulis menggunakan seluruh pegawai SMK MEC sebagai
populasi. Populasi sendiri adalah keseluruhan subjek (Arikunto: 2006). Artinya,
jika dikaji lebih jauh, penulis menggunakan sedikitnya 30 pegawai SMK MEC sebagai
populasi penelitian. Sebab, jika dihitung secara keseluruhan, staf dan pegawai
yang aktif di SMK MEC berjumlah 30 orang. Sedang untuk teknik pengambilan
sampel sendiri peneliti menggunakan teknik noprobality
sampling. Secara mendasar, noprobality
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan tidak
mengedepankan sebagaian besar dan/atau sebagian kecil dari populasi sebagai
sampel. Artinya, dalam teknik pengumpulan sampel ini peneliti tidak menggunakan
sebagian populasi, melainkan semua populasi untuk dijadikan sampel. Lebih
lanjut, untuk penelitian kali ini, peneliti menggunakan seluruh, dalam hal ini
30 karyawan, sebagai sampel dalam penelitian. Adapun untuk teknik analisis,
peneliti menggunakan teknik deskriptif guna menganalisis setiap data yang
peneliti kumpulkan. Teknik analisis deskriptif sendiri adalah teknik analisis
yang diterapkan untuk menggambarkan dan/atau mendeskripsikan variabel
kepemimpinan kepala sekolah (X) dan kinerja pegawai (Y) melalui perhitungan
nilai rata-rata dari keduanya.�
Tabel 1
Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian
Rata-Rata
Skor |
Penafsiran |
4,2 � 5,0 |
Sangat baik |
3,4 � 4,1 |
Baik |
2,6 � 3,3 |
Cukup Baik |
1,8 � 2,5 |
Kurang baik |
1,0 � 1,7 |
Sangat kurang baik |
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
Statistik
Deskriptif
Berikut skor rata-rata dari
masing-masing varibel yang telah peneliti himpun, yang kemudian disajikan dalam
bentuk tabel di bawah ini:�
Tabel 2
Skor Rata-Rata Varibel X dan Y
Variabel |
N |
Rata - Rata |
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) |
82 |
3,82 |
Kinerja Pegawai (Y) |
82 |
3,84 |
Jika
merujuk pada tabel yang ada di atas, skor rata-rata variabel kepemimpinan
kepala sekolah (X) lebih rendah dari skor rata-rata variabel kinerja pegawai
(Y).�
Lebih
lanjut, guna memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perhitungan
statistik deskriptif� di atas, penulis
kemudian menyajikan skor rata-rata variabel melalui orientasi kriteria
penafsiran kondisi variabel penelitian sebagai berikut:
Tabel
3
Kriteria
Ketercapaian Skor Variabel
Variabel |
Rata-rata |
Kriteria |
Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1) |
3,82 |
Baik |
Kinerja
Pegawai (Y) |
3.84 |
Baik |
����������� Sumber: Hasil
Pengumpulan Data
B.
Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan peneliti, dan ditambah dengan tanggapan responden tentang
kepemimpinan kepala sekolah, dapat diketahui bahwa skor rata-rata untuk
variabel kepemimpinan kepala sekolah ada di kisaran 3,82. Lebih lanjut, jika
cocokkan dengan kriteria kondisi variabel penelitian, dapat dikakatan bahwa
variabel kepemimpunan kepala sekolah (X) ada pada kategori baik karena berada
pada angka 3,4 � 4,1.
Jika
merujuk pada data dan hasil di atas, dapat dikatakan bahwa kepmimpinan kepala
sekolah masih berada pada ketegori baik. Pun dengan pemahaman atas tugas dan
peran kepala sekolah dalam sebuah instansi pendidikan. Kemudian, jika dikaji
lebih jauh, menurut hemat penulis, model kepemimpinan yang digunakan oleh
kepala SMK MEC Majalengka adalah model kepemimpinan yang berorientasi pada
pendekatan guna mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab masing-masing. Adapun bentuk pendekatan yang dilakukan
kepala sekolah disini ialah memberikan keleluasaan pegawai dan/atau staf untuk
memberikan saran, kritik, dan ide untuk kemajuan dan pengembangan sekolah.
Lebih lanjut, jika dikaji lebih jauh, apa yang dilakukan kepala SMK MEC
Majalengka adalah upaya untuk mengembangkan pola pikir dan kemampuan
staf/pegawai untuk menentukan pilihan, tanggapan, saran, dan ide atas
permasalahan yang tengah dihadapi. Secara sederhana, apa yang dilakukan kepala
SMK MEC Majalengka adalah menstimulus pegawai atau staf agar berpikir kritis
dan maju, sebagai salah satu cara untuk memajukan sekolah yang dipimpinnya.
Berdasarkan
pengamatan peneliti, dan ditambah dengan tanggapan responden mengenai kinerja
pegawai SMK MEC, diketahu bahwa skor rata-rata variabel kinerja pegawai SMK MEC
(Y) adalah 3,84, atau lebih tinggi 0,02 dari variabel kepemimpinan kepala sekolah
(X). Jika skor rata-rata tersebut dipadukan dengan kriteria kondisi variabel
penelitian, maka disimpulkan bahwa variabel kinerja pegawai adalah pada
kategori baik, karena berada diantara skor 3,4 � 4,1.
Sebagaimana� hasil di atas, peneliti dan responden menilai
bahwa pegawai SMK MEC Majalengka memiliki kinerja yang baik. Hal itu tercermin
dari ketuntasan dan efektivitas pekerjaan yang dibebankan pada para pegawai. Di
sisi lain pegawai SMK MEC juga memiliki target dengan ketercapaian yang hampir
sempurna. Merujuk pada hal-hal di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
kinerja yang diberikan para pegawai SMK MEC Majalengka tergolong baik dan
sesuai dengan yang diharapkan.
Kesimpulan
Sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasannya mengenai Pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap
Kinerja pegawai di SMK MEC Majalengka, penulis memperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan
kepala sekolah yang ditampilkan sudah baik dan pemahaman terhadap tugas dan
peranannya sebagai seorang pemimpin cukup memadai. Tanpa adanya pemahaman
tentang kepemimpinan maka tujuan yang diharapkan sulit dicapai. Konsep
kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini� adalah pendekatan yang digunakan kepala
sekolah untuk mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya dalam melaksanakan
pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi sekolah.� Dimensi yang dijadikan ukuran� dalam kepemimpinan meliputi aspek-aspek
orientasi tugas (task orientation) dan orientasi orang (people orientation).
2. Kinerja
pegawai SMK MEC Majalengka
sudah berjalan dengan baik hal ini dapar dilihat dari hasil tanggapan responden
tentang kinerja pegawai (Y), diperoleh skor rata-rata sebesar� 3,84�
sesuai dengan kriteria penafsiran yang dikemukakan Sugiyono� berada diantara hubungan 3,4 � 4,1 maka
gambaran kinerja pegawai termasuk kategori baik
3. Hambatan-hambatan yang
dialami oleh kepala sekolah dalam kepemimpinannya terdapat pada sumber daya
manusianya, kurangnya disiplin kerja pegawai dan sarana prasarana.
4. Upaya serta tindak
lanjut yang dilakukan kepala sekolah untuk membangun dan mengatasi
hambatan-hambatan yang terjadi pada kepemimpinan adalah melakukan tindakan
yaitu dengan cara mengikut sertakan SDM dalam pelatihan. Memberikan
sanksi terhadap pegawai yang kurang disiplin hingga membuat pegawai tersebut
jera, sehingga sedikit demi sedikit tertanam kedisplinan dalam diri para
pegawai. Menanbah sarana dan prasarana penunjang guna meningkatkan kinerja
pegawai
BIBLIOGRAFI
Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik.
Jakarta :RinekaCipta.
A.
Hasyim
Ali, Ignatius Subekti. 2007. Kamus Asuransi (Cetakan Ketiga). Jakarta: Bumi
Aksara
A.
N.
Ahuya. 1996. Dictionary of Management. Singapura:
S. S. Mubarok & Brother ltd. hlm 23.
A.
R.
Murniati. 2008. Manajemen stratejik;
Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan. Bandung: Ciptapustaka Media
Perintis
Mulyasa,
E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan
KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Prastowo,
Yustinus, dkk. 2011. Buku Pintar
Menghitung Pajak Profesi, Badan Usaha, dan Peristiwa Khusus. Depok: Raih
Asa Sukses. hlm 132.
Sugiyono,
2011. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFBETA
Wahjosumidjo.
2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada