Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 5, No. 2 Februari 2020
�
PENGARUH EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS
NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMK YPIB MAJALENGKA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
2019
Ayu Idaningsih dan
Fitri Oktarini
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) YPIB Majalengka
Email: [email protected] dan
[email protected]
Abstract
Dysmenorrhea (dysmenorrhea)
is pain that is felt during menstruation caused by uterine muscles that
overcome spasms. One effort to reduce the intensity of dysmenorrhea can be done
with dysmenorrhea gymnastics. This research aims to know the effectiveness effect of
dysmenorrhea gymnastic on decreasing the intensity of dysmenorrhea pain in young girls in the Vocational high
school YPIB of Majalengka 2019. The kind of research that is experimental
research with pretest-posttest Control Group design. The sample from this
research amount to 30 girl student class X and XI in the Vocational high school
YPIB of Majalengka that is 15 experiment groups and 15 control groups. That
research is done on 15 April-15 May 2019. Data analysis uses univariate
analysis with frequency distribution, normality test and bivariate analysis
with paired t-test. The results of the research indicated that before dysmenorrhea gymnastic more than
half (66,7%) young girl have experienced pain intensity when doing dysmenorrhea gymnastic and after do it
too. Effectiveness dysmenorrhea gymnastic decrease pain intensity on young girl
in vocational high school YPIB of Majalengka 2019. The level of decreasing pain
intensity before and after doing dysmenorrhea gymnastic amount of 1,8. For parties of vocational
high school YPIB of Majalengka need to upgrade information about reproduction
health on young girl especially about dysmenorrhea through some activities such
as counseling cooperate with public health office or public health center,
discussion about menstruation, using madding to share insight for student about
menstrual discussion and treatment and optimize the role of the School Health
Unit (UKS) in handle students who feel menstrual pain.
Keywords
: Dismenore, Intensitas Nyeri, Senam Dismenore
Abstrak
Dismenore (dysmenorrhea) adalah rasa nyeri yang dialami ketika menstruasi yang disebabkan oleh otot uterus yang
mengalami kejang. Salah satu upaya untuk menurunkan
intensitas dismenore dapat dilakukan dengan senam dismenore.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas senam dismenore
terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMK YPIB
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019 Jenis penelitiannya yaitu penelitian eksperimen dengan desain Pretest-Postest Control
Group Design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang siswi kelas X dan
XI di SMK YPIB Majalengka yaitu 15 kelompok eksperimen dan 15 kelompok kontrol.
Penelitiannya dilakukan pada tanggal 15 April-15
Mei 2019. Analisis datanya menggunakan analisis
univariat dengan distribusi frekuensi, uji normalitas dan analisis bivariat
dengan uji t berpasangan. Hasil
penelitian menyatakan bahwa sebelum senam dismenore lebih
dari setengah (66,7%) remaja putri mengalami intensitas nyerinya sedang dan
sesudah senam dismenore lebih dari setengah (77,3%) remaja putri mengalami
intensitas nyerinya ringan saat dismenore. Senam dismenore efektivitas terhadap
penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMK YPIB Majalengka
Kabupaten Majalengka Tahun 2019. Besarnya penurunan intensitas nyeri sebelum
dan sesudah senam dismenore sebesar 1,8. Bagi
pihak SMK YPIB Majalengka perlu meningkatkan informasi tentang kesehatan
reproduksi pada remaja terutama tentang dismenore melalui beberapa kegiatan
seperti penyuluhan bekerja sama dengan dinas kesehatan atau puskesmas terdekat,
diskusi remaja seputar menstruasi, memanfaatkan sarana informasi seperti mading
untuk menyebarkan wawasan kepada siswa tentang pencegahan dan penanganan
menstruasi, serta mengoptimalkan peran Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dalam
menangani siswi yang mengalami nyeri menstruasi
Kata kunci: Dismenore,
Intensitas Nyeri, Senam Dismenore
Pendahuluan
Masa
remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
dewasa, ditandai adanya percepatan perkembangan
fisik, emosi, mental dan sosial (Laila,
2015). Perubahan-perubahan
fisik yang dialami oleh remaja yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa remaja yaitu
pertumbuhan tubuh seperti badan semakin tinggi dan panjang. Diikuti dengan
mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan menstruasi pada wanita) menstruasi ini sebagai tanda seksual
sekunder pada remaja dan ada beberapa remaja yang mengalami gangguan pada saat
menstruasi yaitu mengalami nyeri pada saat
menstruasiatau dismenore (Marmi., 2014).
Menurut data World Health
Organization atau WHO (Savitri, 2015), didapatkan
kejadian dismenore pada wanita sebanyak 1.769.425 jiwa (90%) dengan 10-15%
mengalami dismenore
berat.
Studi epidemiologi di Mesir melaporkan kejadian dismenore pada
75% remaja perempuan pubertas dengan jumlah ketidakhadiran di sekolah sebesar
20,3% yang dihubungkan dengan beratnya gejala (Laila, 2015). Menurut
(Dahlan,
2017) hampir 90% wanita di Amerika Serikat mengalami
dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, akibatnya penderita tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Sedangkan 80%
remaja usia 19-21
tahun mengalami dismenore ini hasil dari penelitian dari
Swedia, 15% membatasi aktifitas harian mereka ketika menstruasi dan membutuhkan
obat-obatan untuk mengurangi dismenore, 8-10% tidak mengikuti atau masuk
sekolah dan hampir 40% finansial dan kualitas hidup perempuan berdampak tidak
baik (Oktasari, 2015).
Begitu pula angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi
yaitu sebesar 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Dahlan,
2017). Adapun angka kejadian dismenore di
Jawa Barat tahun 2015 yaitu sebesar 72,89% dismenore primer
dan 27,11% dismenore
sekunder
(Andriyani,
2016).
Nyeri merupakan
perasaan yang mengganggu kenyamanan akibat suatu hal, keadaan ini hanya dapat
dijelaskan oleh penderita nyeri tersebut terkait sebab dan/atau tempat dimana
rasa nyeri itu timbul. Secara umum rasa nyeri merupakan perasaan tidak nyaman
yang erat kaitannya dengan gangguan tubuh dan factor lain. Salah satu skala nyeri diantaranya menggunkan Numeric Rating Scale (NRS) (Subandi, 2017).
Dismenore (dysmenorrhea) adalah nyeri yang dirasakan selama menstruasi yang disebabkan oleh
otot uterus yang mengalami kejang (Price, 2016). Dismenore bisa terjadi akibat prostaglanding yang dikandung oleh endometrium
berada pada jumlah yang tingggi, hal ini disebabkan oleh progesterone selama
fase luteal pada siklus haid, ��prostaglandin mencapai
tingkat maksimum pada awal haid, sehingga menyebabkan kontraksi miometrium yang
kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, menyebabkan iskemia, disintegrasi
endometrium, perdarahan dan nyeri (Manuaba, 2015). Dismenore dapat
menghambat aktivitas remaja yang berdampak pada penurunan prestasi remaja di
sekolah karena ketidakhadirannya dalam proses pembelajaran. Studi yang lain
melaporkan bahwa dismenore menyebabkan 14% remaja
sering tidak masuk sekolah (Perry dan Potter, 2015).
Tingkat nyeri dibagi atas skala kategorik (tidak nyeri, sakit
ringan, sakit sedang dan sakit berat). Nyeri
merupakan keadaan dimana seseorang membuat alasan untuk dirinya mencari bantuan
perawatan kesehatan yang menjadi penyebab
dari pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit
atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan (Perry dan Potter,
2015).
Senam dismenore merupakan salah satu bentuk relaksasi yang sangat
dianjurkan. Tujuan dilakukannya senam dismenore adalah mengurangi dismenore
yang dialami oleh beberapa wanita tiap bulannya (Suparto, 2015). Hal
ini disebabkan saat melakukan olahraga atau senam, tubuh akan menghasilkan
hormon endorphin. Endorphin dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang
belakang. Hormon ini berperan sebagai obat penenang alami yang diproduksi
oleh otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Haruyama,
2014). Pada
seorang atlet yang teratur berolahraga memiliki tingkat prevalensi kejadian
dismenore lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang mengalami obesitas, dan
pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur (Laila, 2015).
Hasil penelitian di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati menunjukkan bahwa ada pengaruh senam
dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja putri
dengan nilai r sebesar 0,041.
Hasil penelitian
(Sormin, 2014) menunjukkan bahwa senam dismenore efektif dalam mengurangi dismenore pada remaja
putri di SMP Negeri 2 Siantan dengan nilai r sebesar 0,000.
Berdasarkan data dari SMK YPIB Majalengka tahun ajaran 2018/2019
diketahui jumlah seluruhnya sebanyak 399 orang, yang terdiri dari tiga jurusan,
yaitu Farmasi sebanyak 199 siswa, Keperawatan sebanyak 145 siswa dan Analis Kimia
sebanyak 55 orang. Untuk siswa kelas X hanya ada dua jurusan yaitu Farmasi dan
Keperawatan. Jumlah kelassiswa X sebanyak 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak
106 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan 100 perempuan, kelas XI sebanyak 5 kelas
dengan jumlah siswa sebanyak 156 orang yang terdiri dari 16 laki-laki dan 140
perempuan dan kelasXII sebanyak 5 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 137 orang
yang terdiri dari 20 laki-laki dan 117 perempuan. Penelitian ini dilakukan pada
siswa kelas X dan XI, dikarenakan siswa kelas XII pada bulan Maret-April 2019
akan melaksanakan ujian nasional sehingga tidak dapat diikutsertakan pada
penelitian ini.
Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21 Januari 2019 terhadap
30 remaja puteri di SMK YPIB Majalengka, diketahui sebanyak 15 orang (50%) mengalami
dismenore.Secara keseluruhan remaja belum tahu tentang senam dismenore dan dari
15 orang yang dismenore sebanyak 8 orang mengatakan ketika dismenore mereka
minum obat untuk mengatasi nyeri dan 7 orang lainnya tidak melakukan apa-apa
atau hanya istirahat saja.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian eksperimendengan desain
penelitian Pretest-Postest Control Group
Design.Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 30 orang yang sedang mengalami dismenore. Responden tersebut
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang dismenore dan diberi
perlakuan dan kelompok kontrol yang dismenore tidak diberi perlakuan
masing-masing berjumlah 15 orang. Penelitian ini telah
dilakukan di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka pada tanggal 15 April-15 Mei 2019. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalahkuesioner lembar observasi. Kuesioner pada penelitian ini yaitu
tentang pengukuran skala nyeri model Visual Analog Scale (VAS).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.
Hasil
a.
Analisis
Univariat
1)
Gambaran
Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Senam Dismenore
Tabel 1
Distribusi Frekuensi
Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Senam Dismenore pada Remaja Putri pada Kelompok Eksperimen di SMK YPIB
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019
No |
Intensitas Nyeri Pada Kelompok Eksperimen |
Pengukuran
yang ke-1 �(Pretest) |
Pengukuran
yang ke-2 �(Postest) |
||
F |
% |
F |
% |
||
1 |
Sangat berat |
0 |
0 |
0 |
0 |
2 |
Berat |
2 |
13.3 |
0 |
0 |
3 |
Sedang |
10 |
66.7 |
4 |
26.7 |
4 |
Ringan |
3 |
20.0 |
11 |
73.3 |
5 |
Tidak nyeri |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
Jumlah |
15 |
100 |
15 |
100.0 |
Berdasarkan table 1 diketahui bahwa dari 15 siswi sebelum senam
dismenore yang intensitas nyerinya sangat berat tidak ada (0%), yang intensitas
nyerinya berat sebanyak 2 orang (13,3%), yang intensitas nyerinya sedang
sebanyak 10 orang (66,7%), yang intensitas nyerinya ringan sebanyak 3 orang
(20,0%) dan yang tidak nyeri tidak ada (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebelum senam dismenore lebih dari setengah
(66,7%) remaja putri pada kelompok eksperimenmengalami intensitas nyerinya sedang saat dismenore. Adapun
sesudah senam dismenore dari 15 siswi yang intensitas nyerinya sangat berat
tidak ada (0%), yang intensitas nyerinya berat tidak ada (0%) yang intensitas
nyerinya sedang sebanyak 4 orang (26,7%), yang intensitas nyerinya ringan
sebanyak 11 orang (73,3%) dan yang tidak nyeri tidak ada (0%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa sesudah senam dismenore lebih dari setengah (77,3%) remaja putri
pada kelompok eksperimen mengalami
intensitas nyerinya ringan saat dismenore.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi
Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Senam Dismenore pada Remaja Putri pada
Kelompok Kontrol di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019
No |
Intensitas Nyeri Pada Kelompok Kontrol |
Pengukuran
yang ke-1 (Pretest) |
Pengukuran
yang ke-2 (Postest) |
||
F |
% |
F |
% |
||
1 |
Sangat berat |
0 |
0 |
0 |
0 |
2 |
Berat |
1 |
6.7 |
1 |
6.7 |
3 |
Sedang |
12 |
80.0 |
11 |
73.3 |
4 |
Ringan |
2 |
13.3 |
3 |
20.0 |
5 |
Tidak nyeri |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
Jumlah |
15 |
100 |
15 |
100.0 |
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 15 siswi kelompok kontrol pada
pengukuran yang ke-1 (pretest) yang intensitas nyerinya sangat berat tidak ada
(0%), yang intensitas nyerinya berat sebanyak 1 orang (6,7%), yang intensitas
nyerinya sedang sebanyak 12 orang (80,0%), yang intensitas nyerinya ringan
sebanyak 2 orang (13,3%) dan yang tidak nyeri tidak ada (0%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol lebih dari setengah (80,0%) remaja putrimengalami intensitas nyerinya sedang
saat dismenore pada saat pengukuran yang ke-1. Adapun pada pengukuran yang ke-2
dari 15 siswi kelompok kontrol yang intensitas nyerinya sangat berat tidak ada
(0%), yang intensitas nyerinya berat sebanyak 1 orang (6,7%), yang intensitas
nyerinya sedang sebanyak 11 orang (73,3%), yang intensitas nyerinya ringan
sebanyak 3 orang (20,0%) dan yang tidak nyeri tidak ada (0%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol lebih dari setengah (73,3%) remaja putrimengalami intensitas nyerinya sedang
saat dismenore pada saat pengukuran yang ke-2.
b.
Analisis
Bivariat
1)
Efektivitas
Senam Dismenore Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore
Sebelum
dilakukan uji t, sebagai salah satu syaratnya data diuji normalitas terlebih
dahulu. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk� karena memiliki sampel kurang dari 50 subjek
atau responden. Adapun hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilksebagai berikut:
Tabel 3
Distribusi Uji Normalitas Efektivitas Senam Dismenore Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Dismenore pada Remaja Putri di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun
2019
Variabel |
Saphiro Wilk |
||
Statistic |
df |
r value |
|
Eksperimen |
|
|
|
Nyeri sebelum (pretest) |
.936 |
15 |
.333 |
Nyeri sesudah (postest) |
.807 |
15 |
.058 |
Kontrol |
|
|
|
Nyeri sebelum (pretest) |
.924 |
15 |
.224 |
Nyeri sesudah (postest) |
.924 |
15 |
.218 |
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwadidapatkan hasil uji normalitas dengan uji Shapiro Wilkdiperoleh rvalue untuk data pada
kelompok eksperimen nyeri sebelum (pretest) adalah 0,333, nyeri sesudah
(postest) adalah 0,058, sementara untuk data pada kelompok kontrol nyeri
sebelum (pretest) adalah 0,224, nyeri sesudah (postest) adalah 0,218. Hal ini
menunjukkan bahwa rvalue dari keempat data
tersebut > 0,05 dengan demikian data berdistribusi normal. Karena data hasil
penelitian berasal dari distribusi yang normal maka analisisnya dapat
dilanjutkan dengan uji t berpasangan ataupaired
sample t-test.
Tabel 4
Efektivitas Senam Dismenore
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore pada Remaja Putri di SMK YPIB
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019
Variabel |
Mean |
N |
Beda Mean |
SD |
t |
r value |
Nyeri sebelum senam dismenore |
5.07 |
15 |
1,8 |
1.486 |
8,088 |
0,0001 |
Nyeri sesudah senam dismenore |
3.27 |
15 |
1.033 |
Berdasarkan
tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata intensitas nyeri dismenore pada
kelompok eksperimen sebelum senam dismenore sebesar 5,07 dengan standar deviasi
sebesar 1,468, sementara rata-rata intensitas nyeri sesudah senam dismenore
sebesar 3,27 dengan standar deviasi sebesar 1,033. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah senam dismenore sebesar
1,8.
Hasil
penghitungan statistik dengan paired
sample t-test diperoleh t-value =
8,088 dan r value = 0,0001 yang berarti r value < α (0,05), sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian
maka senam dismenore efektifitas terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore
pada remaja putri di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019.
2.
Pembahasan
a.
Gambaran
Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Senam Dismenore
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum senam dismenore lebih dari setengah
(66,7%) remaja putri pada kelompok eksperimen mengalami intensitas nyerinya sedang saat dismenore dan sesudah senam dismenore lebih dari setengah
(77,3%) remaja putri pada kelompok eksperimen mengalami intensitas nyerinya ringan saat dismenore. Sementara
pada kelompok kontrol, lebih
dari setengah (80,0%) remaja putri mengalami intensitas nyerinya sedang saat dismenore pada
saat pengukuran yang ke-1 dan lebih dari setengah (73,3%) remaja putri mengalami intensitas nyerinya sedang
saat dismenore pada saat pengukuran yang ke-2. Hal ini menunjukkan bahwa pada
remaja puteri yang diberi perlakuan senam dismenore mengalami perubahan
intensitas nyeri yang signifikan dibanding yang tidak diberi perlakuan. Pada
remaja puteri yang diberi senam dismenore, banyak yang mengalami penurunan
nyeri dari skala sedang menjadi ringan, sedangkan pada remaja puteri yang tidak
diberi perlakuan cenderung tetap atau tidak ada perubahan.
Siswi yang mengalami intensitas nyeri saat dismenorepada penelitian dapat
dikarenakan kurang informasi tentang penanganan nyeri secara non farmakologis
seperti senam dismenore yang mudah dan tanpa biaya. Kurang mengetahui cara
tersebut sehingga apabila siswi mengalami nyeri dismenore cenderung tidak
dilakukan penanganan apa pun. Hal ini juga didukung kondisi mading
(majalah dinding) di SMK YPIB
Majalengka yang minim informasi berkaitan dengan kesehatan respoduksi remaja
khususnya tentang pencegahan dan penanganan nyeri diosmenore.
Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasil penelitian Sormin (2014)
di SMP Negeri 2 Siantan Kabupaten Pontianak menurut hasil penelitiannya senam
dismenore terbukti efektif dalam mengurangi dismenore dan dapat dijadikan
sebagai salah satu intervensi keperawatan non-farmakologis dalam mengurangi
dismenorea. Demikian juga hasil penelitian Marlinda (2013) pada remaja putri di
Desa Sidoharjo Kecamatan Pati menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada remaja
puteri sebelum senam sebagian besar adalah nyeri sedang (65%) dan sesudah senam
sebagian besar menurun menjadi nyeri ringan (70,0%).
Dismenore sering kali menyerang sebagian besar perempuan.Dismenore
merupakan gejala, bukan penyakit.Gejalanya berupa nyeri dibagian perut bawah. Kasus-kasus
tertentu, nyeri dapat dirasakan sampai seputar panggul dan sisi dalam paha.
Nyeri terasa terutama pada hari pertama dan kedua menstruasi. Penyebabnya
bermacam-macam dari meningkatnya prostaglandin sampai perubahan hormonal. Berdasarkan
penyebabnya, nyeri menstruasi dibedakan menjadi dua, yaitu nyeri menstruasi
primer dan sekunder (Oktasari,
2015).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.Skala nyeri dapat dibagi atas pasien
yang memiliki kemampuan verbal dan dapat melaporkan sendiri rasa sakitnya (self
reported) (Perry dan Potter, 2015). Dismenore biasanya terjadi pada saat
fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini terjadi peningkatan hormon
prolaktin dan hormon estrogen.Sesuai dengan sifatnya, prolaktin dapat
meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga terlibat dalam dismenore adalah
hormon prostaglandin (Manuaba,
2015).
Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu
yaitu Prostaglandin-F2 alfa, dari sel sel endometrium uterus. Prostaglandin-F2
alfa adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan
konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang
secara normal terjadi pada menstruasi, sehingga timbul rasa nyeri hebat (Manuaba,
2015).
Cara mengurangi dysmenorrhea
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Kompres
hangat atau mandi air hangat, latihan fisik, massase, hipnoterapi, tidur yang cukup, distraksi seperti mendengarkan musik serta relaksasi seperti yoga
dan nafas dalam merupakan upaya non farmakologi (Muttaqin,
2015).
Senam dismenore merupakan salah satu bentuk relaksasi yang sangat
dianjurkan. Tujuan dilakukannya senam dismenore adalah mengurangi dismenore
yang dialami oleh beberapa wanita tiap bulannya (Suparto,
2015). Hal ini disebabkan saat melakukan
olahraga atau senam, tubuh akan menghasilkan hormon endorphin. Endorphin
dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang. Hormon ini berperan
sebagai obat penenang alami yang diproduksi oleh otak sehingga menimbulkan rasa
nyaman (Haruyama,
2014). Pada seorang atlet yang teratur
berolahraga memiliki tingkat prevalensi kejadian dismenore lebih rendah
dibandingkan dengan wanita yang mengalami obesitas, dan pada wanita yang
memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur (Laila,
2015).
Masih banyaknya remaja puteri yang mengalami intensitas nyeri saat
menstruasi dengan skala ringan, sedang bahkan berat, maka bagi pihak sekolah
sebaiknya bekerja sama dengan petugas kesehatan melakukan penyuluhan cara
mengatasi dismenore denganyang mudah dan murah yaitu dengan senam dismenore dan
bagi remaja yang mengalami dismenore jangan dibiarkan begitu saja harus segera
dilakukan senam, juga perlu memanfaatkan mading di sekolah untuk mensosialisasikan
tentang cara mengatasi dismenore selain dengan senam juga dapat dilakukan
dengan cara lain yang juga praktis seperti kompres hangat. Perlunya komunikasi
dengan guru atau orang tua, atau bisa berkonsultasi dengan petugas kesehatan
jika mengalami keluhan yang tidak wajar saat dismenore, seperti nyeri sangat
hebat dan kondisi tubuh melemas agar mendapatkan penanganan dengan tepat.
b.
Efektivitas
Senam Dismenore Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwasenam dismenore berpengaruh terhadap terhadap
penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMK YPIB Majalengka
Kabupaten Majalengka Tahun 2019. Besarnya penurunan intensitas nyeri sebelum
dan sesudah senam dismenore sebesar 1,8. Adanya pengaruh hal ini dikarenakan
senam dismenore dapat mengurangi kekhawatiran yang timbul ketika menstruasi. Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat
dianjurkan untuk mengurangi dismenorea.
Hal
ini disebabkan karena saat melakukan olahraga/senam, otak dan susunan saraf tulang
belakang akan menghasilkan endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat
penenang alami dan menimbulkan rasa nyaman.
Sama halnya dengan penelitian (Rahayu, 2015) mengenai
pada mahasiswa Program Studi D III
Kebidanan Karawang menunjukakn bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara derajat dismenore sebelum senam dan sesudah senam. Juga
hasil penelitian (Nuraeni, 2015) pada remaja putri SMK 1 Tapango Kabupaten Polewali Mandar menunjukan bahwa ada pengaruh diberikan dan tidak diberikan senam
dismenore terhadap penurunan nyeri. Demikian juga dengan (Deharnita, 2014) tentang
mengurangi nyeri dengan senam dismenore
menunjukkan adanya perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi
senam dismenore.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori bahwa senam dismenore merupakan salah satu
bentuk relaksasi yang sangat dianjurkan. Tujuan
dilakukannya senam dismenore adalah mengurangi dismenore yang dialami oleh
beberapa wanita tiap bulannya (Suparto, 2015). Hal
ini disebabkan saat melakukan olahraga atau senam, tubuh akan menghasilkan
hormon endorphin. Endorphin dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang
belakang.Hormon ini berperan sebagai obat penenang alami yang diproduksi oleh
otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2014).
Senam
dismenore merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat menghasilkan hormon β-endorphin, hormon ini diproduksi
oleh otak dan susunan syaraf tulang belakang (Perry dan Potter, 2015). Senam dismenore adalah latihan-latihan olahraga yang ringan yang berguna untuk mengurangi
dismenore (Laila, 2015).
Tujuan
dilakukan senam dismenore adalah untuk mengurangi derajat nyeri dismenore.
Adapun manfaatnya antara lain dapat meningkatkan kebugaran, mengoptimalkan daya
tangkap, meningkatkan mental dan relaksasi fisik, meningkatkan perkembangan
kesadaran tubuh, mengurangi ketegangan otot (kram), mengurangi nyeri otot, dan
mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (dismenore) (Laila, 2015).
Perlunya
meningkatkan informasi dan bimbingan serta pengawasan baik oleh orang tua
maupun guru-guru di sekolah mengenai dismenore, pemanfaatan media informasi di
sekolah (mading) untuk menginformasikan tentang masalah remaja puteri khususnya
mengenai dismenoredan penanganan dismenore dengan senam atau pun dengan cara
lainnya seperti kompres hangat serta peningkatan peran Unit Kesehatan Sekolah
(UKS) dalam menangani siswi yang mengalami nyeri dismenore. Bagi remaja puteri
agar berkomunikasi dengan guru atau orang tua mengenai masalah nyeri menstruasi,
agar aktif mengakses informasi dari media tentang carasenam dismenore dan
berkonsultasi dengan petugas kesehatan jika mengalami keluhan.
Kesimpulan
Sebelum
senam dismenore lebih dari setengah (66,7%) remaja putrimengalami intensitas
nyerinya sedang dan sesudah senam dismenore lebih dari setengah (77,3%) remaja
putrimengalami intensitas nyerinya ringan saat dismenore. Senam
dismenore efektivitas terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja
putri di SMK YPIB Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2019. Besarnya
penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah senam dismenore sebesar 1,8.
BIBLIOGRAFI
Andriyani. (2016). Hubungan Antara Usia
Menarche Dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri.
eprints.ums.ac.id.
Dahlan, A. (2017). Pengaruh Terapi Kompres Hangat
Terhadap Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi Smk Perbankan Simpang Haru Padang. Journal
Endurance, 2(1) February 2017.
Deharnita. (2014). Mengurangi Nyeri Dengan Senam
Dismenore. Jurnal Parallela, 1(Nomor 1, Juni 2014).
Haruyama. (2014). The Female Body. Batam: Interaksara.
Laila, N. N. (2015). Kesehatan Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, I. (2015). Ilmu kebidanan Penyakit
Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Marmi. (2014). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Muttaqin, A. (2015). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Nuraeni. (2015). Pengaruh Senam Dismenore
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Remaja Putri SMK 1 Tapango Kecamatan Tapango
Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Ilmiah
Bidan, Vol II No.II No. 1, 2017.
Oktasari,�
dkk. (2015). Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin Terhadap Penurunan Dismenorea Pada Remaja Putri. Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Perry dan Potter. (2015). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep,. Proses,dan Praktik. Alih Bahasa : Renata. Komalasari, dkk. Jakarta:
EGC.
Price, S. (2016). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Rahayu. (2015). Efektifitas Senam Dismenore
Dalam Mengurangi Dismeneore Pada Mahasiswa Program Studi D III Kebidanan
Karawang. Jurnal Prodi Kebidanan Unsika.
Savitri, R. (2015). Gambaran Skala Nyeri Haid
pada Usia Remaja. Artikel Penelitian. Jurnal Prodi Kebidanan Unsika.
Sormin. (2014). Efektivitas Senam Dismenore
Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri di SMP Negeri 2 Siantan Kabupaten
Pontianak. Jurnal Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura.
Subandi, E. (2017). Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Melati
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2017. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 2(5), 58�74.
Suparto. (2015). Efektivitas Senam Dismenore
Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri.
Phederal Journal.