Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 2 Februari 2020
�
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN
ANTROPOMETRI BAYI BARU LAHIR DI UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2018
Lia Natalia
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
YPIB Majalengka
Email: [email protected]
Abstract
Low Hb levels in pregnant women
can have a bad impact on the health condition of the born baby. The number of
pregnant mothers with low hemoglobin levels in the UPTD Health Center in
Sumberjaya year 2016-2017 increased by 1.67% from 10.5% in 2016 to 12.17% in
2017. This research aims to determine the relations of hemoglobin levels
of pregnant women in the trimester III with the anthropometry of newborn babies
in the UPTD Health Center in Sumberjaya, Majalengka regency in 2018. This
type of research is quantitative research with a cross-sectional design
approach. The samples in this research were mothers who gave birth in the
UPTD Health center of the Sumberjaya regency of Majalengka in February-April in
2018 as many as 54 people with accidental sampling techniques. Data
analysis uses univariate analysis with frequency distribution and bivariate
analysis with the Chi-Square test. The results showed that over half (51.9%)
Newborns are abnormal anthropometry, a small part (25.9%) trimester III
pregnant mothers are moderately anemic. There is a connection between the
hemoglobin levels of the trimester III of pregnant mother with anthropometry
newborn babies in UPTD Health center of the regency of Majalengka in 2018 =
0.001). For health officer need to motivate expectant pregnant mothers to
conduct regular pregnancy screening, counseling about the consumption of Fe
tablets and inform mothers to consult their complaints during
pregnancy. And for expectant mothers to make contact with health officers
each trimester corresponds to a standard of at least 1 time in the trimester I,
1 time in the trimester II and 2 times in the trimester III, consume a Fe tablet
at least 90 tablets during pregnancy with Water or orange juice and avoid
drinking with tea water, and consult a health officers if you have a complaint.
Keywords: Hemoglobin, anthropometry,
pregnant women, newborn
Abstrak
Kadar Hb rendah pada ibu hamil ini bisa berdampak buruk terhadap
kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan. Jumlah ibu hamil dengan kadar
haemoglobin rendah di UPTD Puskesmas Sumberjaya
tahun 2016-2017 mengalami kenaikan sebesar 1,67% yaitu dari 10,5% pada tahun
2016 menjadi 12,17% pada tahun 2017. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar haemoglobin ibu hamil pada
trimester III dengan antropometri bayi baru lahir di UPTD Puskesmas Sumberjaya
Kabupaten Majalengka tahun 2018. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di
UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka pada bulan Februari-April tahun
2018 sebanyak 54 orang dengan teknik accidental sampling. Analisis datanya menggunakan analisis univariat dengan
distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya
(51,9%) bayi
baru lahir antropometrinya tidak
normal, sebagian kecil (25,9%) ibu hamil trimester III mengalami anemia sedang. Ada hubungan antara kadar
haemoglobin ibu hamil trimester III dengan antropometri bayi baru lahir di UPTD
Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2018 (r value = 0,001). Bagi petugas kesehatan perlu memotivasi ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur, memberi konseling tentang konsumsi tablet
Fe serta memberi tahu ibu agar segera berkonsultasi apabila mengalami keluhan
pada masa kehamilan. Dan bagi ibu hamil agar melakukan kontak dengan petugas
kesehatan setiap trimester sesuai dengan standar yaitu minimal 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III,
mengkonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dengan air putih atau
air jeruk dan hindari minum dengan air teh, serta berkonsultasi ke petugas
kesehatan jika mengalami keluhan.
Kata
kunci:
Hemoglobin, Antropometri, Ibu Hamil, Bayi Baru Lahir
Pendahuluan
Kesehatan ibu dan anak merupakan
harapan masa depan bagi semua orang.
Masalah kurang diperhatikanya ibu dan anak sudah menjadi hal biasa dari dulu,
masalah ini dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya situasi dan kondisi. Masalah
kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang perlu perhatian lebih karena
masalah itu merupakan masalah yang mempengaruhi generasi muda yang akan
terbentuk (RI, 2017).
Indikator derajat
kesehatan dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Menurut laporan World Health Organization (WHO) sampai dengan
tahun 2014, AKI di dunia mencapai 289.000 jiwa dan AKB di dunia sebesar 34 per
1.000 kelahiran hidup.� AKI di
negara-negara Asia Tenggara yaitu Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup,
Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup,
dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB di Asia Tenggara 24
per 1.000 kelahiran hidup (World Health Organization (WHO),
2014).
Penurunan AKI di Indonesia
terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun
demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, sedangkan AKB di Indonesia
pada tahun 2014 sebesar 25 per 1.000 kelahiran dan pada tahun 2015 sebesar
22,23 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2017).
Masih tingginya angka
kematian terutama AKI dan AKB di Indonesia dapat dikarenakan oleh beberapa
faktor, yaitu� masih banyaknya ibu hamil yang melahirkan di
rumahnya masing-masing dibandingkan di puskesmas atau rumah sakit, sehinggi
menyebabkan infeksi dan pendarahan saat persalian. Prevalensi penyebab utama
kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), sementara
penyebab tidak langsung adalah anemia (51%), sementara prevalensi penyebab utama kematian bayi adalah
prematuritas sebesar 27%, penyakit infeksi 26% dan 23% asfiksia (RI, 2017).
Kadar haemoglobin adalah suatu patokan yang digunakan dalam dunia
medis untuk mengenali apakah seseorang mempunyai kadar haemoglobin rendah,
normal atau tinggi (Sondakh, 2013). Kadar haemoglobin (Hb) rendah dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2014). Penurunan jumlah
hemoglobin dalam
darah akan menyebabkan penurunan kadar oksigen yang dibawa oleh sel darah merah
sehingga menyebabkan penurunan pasokan oksigen pada organ tubuh (Muis & Anjani, 2017).
Sangat besar resiko pendarahan pada
ibu hamil yang mengalami anemia, sekitar 20%-25%. Semakin meningkatnya tingkat
pendarahan kadar Hb akan semakin menurun. Sedangkan ketika kita menginginkan
kontraksi pada raham, perlu adanya suplai energi dan oksigen dari darah. Sementara
makin tipis suplai kebutuhan tadi, kemampuan kontraksi pun makin lemah (Sumantri, 2017).
Tingkat
ibu hamil di Indonesia cukup tinggi, sedangakan presentasi �anemia yang dialami ibu hamil dari keluarga
miskin terus meningkat �seiring
bertambahnya usia kehamilan (8% trimester I, 12% trimester II dan 29% pada
trimester III). Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, bahwa
prevalensi ibu hamil dengan kadar Hb rendah sebesar 37,1%. Untuk mencegah kadar
Hb rendah diharapkan mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet
selama kehamilan (RI, 2017).
Prevalensi ibu hamil
dengan kadar Hb rendah di Provinsi Jawa Barat masih terbilang cukup tinggi yaitu pada tahun
2015, sekitar 40-43% kasus pada ibu hamil yang menderita anemia.
Jika dibanding tahun 2012 hanya 35% artinya mengalami kenaikan sekitar 5% (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat., 2016).
Berdasarkan
data dari UPTD Puskesmas Sumberjaya pada tahun 2016, ibu hamil yang kadar Hb
rendah sebanyak 112 orang (10,5%) dari jumlah ibu hamil sebanyak 1.058
orang.� Pada tahun 2017, jumlah ibu hamil
yang kadar Hb rendah sebanyak 126 orang (12,17%) dari jumlah ibu hamil sebanyak
1.035 orang. Adapun jumlah bayi baru lahir tahun 2017 sebanyak 189 bayi dan
bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram sebanyak 16 bayi (8,46%) dan
panjang bayi yang kurang dari 48 cm sebanyak 38 bayi (20,1%). Dengan demikian
jumlah ibu hamil dengan kadar Hb rendah di UPTD Puskesmas Sumberjaya tahun
2016-2017 mengalami kenaikan sebesar 1,67%.
Pemeriksaan kadar
haemoglobin (Hb) selama kehamilan merupakan pemeriksaan yang penting dilakukan
bagi ibu hamil. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kejadian anemia sedini
mungkin. Pada pemeriksaan kadar haemoglobin
selama kehamilan, hasil yang didapatkan akan menunjukkan tingkat keparahan
anemia yang dimiliki ibu (Manuaba, 2009).
Kadar Hb rendah pada ibu hamil
umumnya disebabkan oleh perubahan fisiologis saat kehamilan dan diperberat
dengan keadaan kurang gizi. Kekurangan kadar Hb yang sering dijumpai pada
kehamilan adalah akibat kekurangan zat besi. Hal ini terjadi karena
meningkatnya kebutuhan zat besi untuk mensuplai fetus dan plasenta, dalam
rangka pembesaran jaringan dan masa sel darah merah (Walyani, 2015).
Kadar Hb
rendah pada ibu hamil ini bisa berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan bayi
yang dilahirkan (Mochtar, 2013). Menurut (Proverawati, 2014) dampak anemia pada ibu hamil di trimester I dapat
mengakibatkan abortus, missed abortus
dan kelainan kongenital. Pada trimester II dapat mengakibatkan prematur,
gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, berat badan lahir rendah, dan mudah
terkena infeksi. Pada trimester III diantaranya dapat mengakibatkan febris puerpurolis dan involusio uteri.� Sedangkan menurut (Mochtar, 2013), bahwa ibu hamil dengan anemia memiliki dampak
pada berat badan lahir rendah, karena dengan adanya anemia pada ibu dapat
mengganggu nutrisi pada janin. �Kondisi anemia pada ibu hamil
menyebabkan adanya penurunan sel darah merah atau haemoglobin sehinga berakibat
pada janin yang tidak mendapatkan nutrisi secara adekuat melalui placenta. Untuk bayi dengan berat badan lahir rendah
(< 2000 gram) atau berat badan lahir sangat rendah (< 1.500 gram)
biasanya berkaitan dengan asupan zat besi dan asam folat yang kurang seimbang.
Dengan berat badan lahir rendah maka akan meningkatkan risiko kematian pada
bayi.
Kondisi ibu hamil dengan kadar Hb
rendah dapat mempengaruhi kondisi bayi saar lahir. Bayi
baru lahir perlu dilakukan pengkajian secara fisik, untuk menilai status
kesehatannya. Pengkajian secara fisik pada bayi baru lahir bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang valid, mengetahui keadaan fisik secara umum, mengetahui
normal/abnormal (Ikatan Bidan Indonesia., 2016).
Pengukuran status kesehatan
bayi baru lahir melalui pengkajian fisik termasuk ke dalam bidang antropometri.
Antropometri adalah studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran
tubuh manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan
tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya (Mochtar, 2013). Menurut (Ikatan Bidan
Indonesia., 2016), ukuran bayi baru lahir normal yaitu memiliki
berat rata-rata bayi 2.500-4.000 gram, lingkar kepala rata-rata 35 cm, panjang
rata-rata bayi 48-51 cm dan lingkar dada normalnya 30-33 cm (Mitayani, 2013)
Menurut studi yang dilakukan oleh (Putri, 2014) bahwa nilai Hb
trimester ketiga berpengaruh kepada nilai antropometri bayi baru lahir. Anemia
pada kehamilan trimester ketiga dapat mengurangi nilai rata-rata berat bayi
lahir, panjang badan lahir, lingkar kepala, dan lingkar dada. Ukuran bayi baru lahir normal yaitu
memiliki berat rata-rata bayi 2.500-4.000 gram, ukuran panjang/tinggi rata-rata
bayi 48-51 cm, ukuran lingkar kepala bayi baru lahir rata-rata 35 cm, dan
ukuran lingkar dada bayi baru lahir normal 30-33 cm.
Hasil
penelitian (Putri., 2014) tentang hubungan antara kadar haemoglobin ibu
hamil pada trimester ketiga dengan antropometri bayi baru lahir di RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar haemoglobin ibu
hamil trimester III dengan berat badan bayi lahir. Juga hasil penelitian (Fanny, 2017) tentang hubungan usia gestasi dan kadar haemoglobin trimester 3 kehamilan dengan
berat lahir bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi
2017 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar haemoglobin trimester 3
kehamilan dengan berat lahir bayi. Penelitian (Budiastuti, 2014) tentang hubungan anemia
kehamilan trimester III dengan keajdian berat bayi lahir rendah di Puskesmas
Purwanegara I Banjarnegara tahun 2012-2014, menunjukkan ada hubungan antara
anemia kehamilan trimester III dengan keajdian berat bayi lahir rendah.
Berdasarkan uraian tersebut maka
saya tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan
kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan antropometri bayi baru lahir
di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka tahun 2018.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
melahirkan di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka pada tanggal 1
Februari � 30 April 2018 sebanyak 54 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dengan
rekam medik untuk mencatat kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dan data
primer untuk mencatat hasil pengukuran antropometri bayi baru lahir meliputi
berat badan, panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala. Analisis datanya
menggunakan distribusi frekuensui dan uji chi
square.
Hasil dan Pembahasan
1.
Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi
Frekuensi Antropometri Bayi Baru Lahir
No |
Antropometri Bayi Baru Lahir |
F |
% |
1 |
Tidak
normal |
28 |
51.9 |
2 |
Normal |
26 |
48.1 |
|
Jumlah |
54 |
100.0 |
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa bayi baru lahir yang
antropometrinya tidak normal sebanyak 28 bayi (51,9%) dan yang
antropometrinya normal sebanyak 26 orang (48,1%). Hal ini menunjukkan
bahwa lebih dari setengahnya (51,9%) bayi baru lahir di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2018 antropometrinya
tidak normal.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kadar
Haemoglobin Ibu Hamil pada
Trimester Ketiga
Kadar Haemoglobin Ibu Hamil pada Trimester Ketiga |
F |
% |
Anemia berat |
0 |
0 |
Anemia sedang |
14 |
25.9 |
Anemia ringan |
15 |
27.8 |
Tidak anemia |
25 |
46.3 |
Jumlah |
54 |
100.0 |
Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa ibu hamil
trimester III yang mengalami anemia sedang sebanyak 14 orang (25,9%), yang anemia ringan
sebanyak 15 orang (27,8%) dan yang tidak anemia sebanyak 25 orang (46,3%), sementara yang mengalami
anemia berat tidak ada (0%). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian kecil (25,9%) ibu
hamil trimester III di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2018 mengalami
anemia sedang.
Tabel 3
Hubungan antara Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan
Antropometri Bayi Baru Lahir
Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III |
Antropometri
Bayi Baru Lahir |
Total |
p value |
||||
Tidak normal |
Normal |
||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
||
Anemia sedang |
13 |
92,9 |
1 |
7,1 |
14 |
100 |
0,001 |
Anemia ringan |
8 |
53,3 |
7 |
46,7 |
15 |
100 |
|
Tidak anemia |
7 |
28,0 |
18 |
72,0 |
25 |
100 |
|
Jumlah |
28 |
51,0 |
26 |
48,1 |
54 |
100 |
Berdasarkan
data pada tabel �3, diketahui
bahwa proporsi ibu
hamil trimester III dengan anemia sedang dan antropometri bayi baru lahir tidak
normal sebanyak 13
orang (92,9%),
proporsi ibu hamil trimester III dengan anemia
ringan dan antropometri bayi baru lahir tidak normal sebanyak 8 orang (53,3%), sementara
proporsi ibu
hamil trimester III tidak anemia dan antropometri bayi baru lahir tidak normal sebanyak 7 orang (28,0%).
Hal ini menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil trimester III anemia sedang dan
bayi baru lahir dengan antropometri tidak normal lebih tinggi dibanding proporsi ibu
hamil trimester III anemia ringan atau tidak anemia dan bayi baru lahir dengan
antropometri tidak normal.
Hasil
penghitungan statistik dengan uji chi square dengan
α = 0,05 diperoleh r value = 0,001 (r value < α), sehingga hipotesis
nol ditolak yang berarti ada hubungan antara kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan
antropometri bayi baru lahir di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka
Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kadar
haemoglobin ibu hamil trimester III dengan antropometri bayi baru lahir di UPTD
Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2018 (r value = 0,001). Adanya hubungan hal ini dapat
dikarenakan ibu yang mengalami anemia menyebabkan ibu kekurangan zat besi dan
juga kelelahan, sehingga asupan ke janin juga menjadi terganggu akibatnya
perkembangan dan pertumbuhan janin selama kehamilan menjadi tidak normal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Putri., 2014) tentang hubungan antara kadar haemoglobin ibu
hamil pada trimester ketiga dengan antropometri bayi baru lahir di RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar haemoglobin ibu
hamil trimester III dengan berat badan bayi lahir dengan r value = 0,025.
Juga mendukung hasil penelitian (Fanny, 2017) tentang hubungan usia gestasi dan kadar haemoglobin trimester 3 kehamilan dengan
berat lahir bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi
2017 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar haemoglobin trimester 3
kehamilan (r value = 0,044) dengan berat
lahir bayi.
Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Ruchayati., 2014) mengenai Hubungan Kadar
Hemoglobin dan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Trimester III dengan Panjang Bayi
Lahir di Puskesmas Halmahera Kota Semarang menunjukkan kadar hemoglobin
berhubungan dengan panjang bayi lahir (r value = 0,033).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa
kadar haemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang merupakan penyebab dari ibu hamil yang
menderita anemia, tidak hanya itu pendaharan pada saat melahirkan bahkan dapat
menyebabkan kematian jika ibu hamil tersebut mengalami anemia berat. Anemia
tersebut bisa disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan
oksigen pada placenta
yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.
Juga mendukung teori
bahwa faktor
yang juga berhubungan dengan berat lahir bayi adalah kadar haemoglobin ibu saat
kehamilan trimester. Pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb) selama kehamilan
merupakan pemeriksaan yang penting dilakukan bagi ibu hamil. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kejadian anemia sedini mungkin. Pada pemeriksaan kadar haemoglobin
selama kehamilan, hasil yang didapatkan akan menunjukkan tingkat keparahan
anemia yang dimiliki ibu. Anemia adalah keadaan dimana sirkulasi sel darah
merah mengalami penurunan dari batas normal dimana ibu hamil yang tergolong
anemia memiliki kadar Hb < 11 g/dl13 (Fanny, 2017).
Mencegah
anemia pada ibu hamil trimeter III sangat penting agar bayi yang dilahirkan
dapat berlangsung lancar dan normal, Maka petugas kesehatan perlu meningkatkan
pelayanan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan standar dan petugas kesehatan
perlu memotivasi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
agar dapat memantau kemajuan dan perkembangan janin, memberi konseling tentang
konsumsi tablet Fe serta memberi tahu ibu agar segera berkonsultasi apabila
mengalami keluhan pada masa kehamilan. Bagi ibu hamil agar melakukan kontak
dengan petugas kesehatan selama kehamilan minimal 4 kali sesuai dengan jadwal
yaitu 1 kali di trimester I, 1 kali di trimester II dan 2 kali di trimester
III, mengkonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet dengan air putih atau air jeruk
dan hindari minum tablet Fe dengan air teh.
Kesimpulan
1.
Lebih dari sebagian bayi baru lahir di UPTD Puskesmas Sumberjaya
Kabupaten Majalengka Tahun 2018 antropometrinya tidak
normal.
2.
Sebagian kecil ibu hamil trimester III di UPTD Puskesmas Sumberjaya
Kabupaten Majalengka Tahun 2018 mengalami anemia sedang.
3.
Ada hubungan antara
kadar haemoglobin ibu hamil trimester III dengan
antropometri bayi baru lahir di UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka
Tahun 2018.
BIBLIOGRAFI
Budiastuti. (2014). Hubungan Anemia Kehamilan
Trimester Iii Dengan Keajdian Berat Bayi Lahir Rendah di Puskesmas Purwanegara
I. Banjarnegara.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. (2016). Derajat
Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Bandung: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Barat.
Fanny, D. R. (2017). Hubungan Usia Gestasi dan Kadar
Hemoglobin Trimester 3 Kehamilan dengan Berat Lahir Bayi.
Ikatan Bidan Indonesia. (2016). Asuhan pada Ibu Hamil dan
Bersalin.
Kemenkes, R. I. (2017). Profil kesehatan Republik Indonesia
tahun 2017. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Manuaba, I. A. C. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri.
EGC.
Mitayani. (2013). Mengenal Bayi, Baru Lahir dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Praninta Offset.
Mochtar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Muis, S. F., & Anjani, G. (2017). Status Gizi dan Tingkat Kecukupan
Zat Gizi Pada Remaja Putri Anemia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia,
2(12), 1�8.
Proverawati, A. (2014). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putri. (2014). Hubungan Antara Kadar Haemoglobin Ibu Hamil
Pada Trimester Ketiga Dengan Antropometri Bayi Baru Lahir di RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad.
RI, K. K. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Ruchayati. (2014). Hubungan Kadar Hemoglobin dan Lingkar
Lengan Atas Ibu Hamil Trimester III Dengan Panjang Abyi Lahir Di Puskesmas
Halmahera. Semarang.
Saifuddin, A. B. (2014). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sondakh. (2013). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan.
Sumantri, A. W. (2017). Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi
Tablet Fe Terhadap Kejadian Anemia Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Kemalaraja
Kabupaten Oku Tahun 2015. Masker Medika, 5(1), 11�17.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
World Health Organization (WHO). (2014). Juvenile
Deliquency.