Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5,
No. 2 Februari 2020
�
STRUKTUR NARATIF VLADIMIR PROPP DALAM CERITA RAKYAT KABUPATEN BREBES �JAKA POLENG�
Robert
Rizki Yono
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhadi Setiabudi Brebes
Email:
[email protected],
Abstract
The legend of
Jaka Poleng is a story that is believed to happen by the people of Brebes.
Folklore is an interesting topic to be examined. This study was conducted to describe
the narrative function and environmental action in the story of Jaka Poleng
using PROPP narrative structure theory. An objective approach is used in this
research. A qualitative descriptive method with structural narrative Vladimir
Propp was used in this study. Based on the analysis of the narrative structure
Vladimir Propp in Jaka Poleng folklore, the following results are obtained.
First, based on the results of the analysis on the story of Jaka Poleng found
30 narrative functions, among which there are several repetition of functions.
If referring to the type of function Vladimir Propp There are 21 types of
functions contained in the story Jaka Poleng not all stories are all functions
because there are stories that contain some functions. The narrative functions
in Jaka Poleng story are lack, departure, spatial translocationt, struggle,
neutrality, reaction, reconnaissance, reactions, lack is liquated, return,
unrecognized, transfiguration, branding, reaction, delivery, reaction,
delivery, connective incident ,delivery, exposure, recognition, unfounded
claims, interdiction, struggle, rescue, reaction, transfiguration, solution,
difficult tasks, and branding. Second, spheres of action in the story of Jaka
Poleng, spheres of action Laksito and Bi Ojah as the helper and spheres of
action Gusti Kanjeng Regent as princes and her father.�
Keywords: Narrative structure, folklore, Jaka Poleng
Abstrak
Legenda Jaka Poleng merupakan cerita yang dipercaya benar-benar terjadi
oleh masyarakt Brebes. Cerita
Rakyat merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Penelitian
ini dilakukan untuk mendeskripsikan fungsi naratif dan lingkungan tindakan
dalam cerita Jaka Poleng menggunakan teori struktur naratif Propp. Pendekatan objektif yang digunakan dalam penelitian ini. Metode deskriptif kualitatif dengan struktural naratif Vladimir Propp
yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan
analisis struktur naratif Vladimir Propp dalam cerita rakyat Jaka Poleng,
diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, Berdasarkan hasil analisis pada
cerita Jaka Poleng ditemukan 30 fungsi naratif yang diantaranya terdapat
beberapa perulangan fungsi. Jika merujuk jenis fungsi Vladimir Propp� ada 21 jenis funggsi yang terdapat dalam
cerita Jaka Poleng tidak semua cerita terdapat semua fungsi karena� ada cerita yang berisi beberapa fungsi.
Fungsi-fungsi naratif dalam cerita Jaka Poleng yaitu kebutuhan,� keberangkatan,
Perpindahan Tempat, Berjuang, Penetralan, Reaksi, Pengintaian, Reaksi,
kebutuhan terpenuhi, Kepulangan, Datang tak dikenali, Penjelmaan, Penandaan,
Reaksi, Penyampaian informasi, Reaksi, Penyampaian informasi, peristiwa
penghubung, penyampaian informasi, Penyingkap tabir, Dikenali, tuntutan yang
tidak mendasar, Larangan, perjuangan, Penyelamatan, Reaksi, Penjelmaan,
Penyelesaian, Tugas sulit, dan Penandaan. Kedua, lingkungan
tindakan dalam cerita Jaka Poleng yaitu lingkungan tindakan Laksito dan Bi Ojah
sebagai helper dan lingkungan tindakan Gusti Kanjeng Bupati sebagai princes and
her father.
Kata kunci:
struktur naratif, cerita rakyat, Jaka Poleng
Pendahuluan
Karakter
peserta didik pada zaman sekarang sedikit banyak dipengaruhi oleh adanya
sinetron-sinetron atau acara-acara yang terdapat di dalam televisi.
Pengadaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan dapat
memberikan suatu harapan bahwa karakter peserta didik akan
menjadi lebih baik. Pendidikan sebagaimana yang dimaksud seyogyanya dilakukan
oleh pemerintah dengan menyelipkan nilai-nilai moral dan berakhlak mulia di
dalam materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru (Perdana, 2017). Dalam pembelajaran cerita rakyat salah satunya.
Kabupaten
Brebes terletak di bagian utara paling barat Provinsi Jawa tengah dan berbatasan
langsung dengan Provinsi Jawa Barat. Kabupaten
yang berpenduduk sekitar 1.732.719 jiwa dan memiliki luas wilayah 1.902.37 KM.
Persegi. Kabupaten yang bersuku masyoritas Jawa dan
Sunda memiliki cerita rakyat.
Cerita
Jaka Poleng merupakan salah satu cerita
rakyat yang cukup populer di Kabupaten Brebes.
Cerita Jaka Poleng sebagai identitas Brebes yang harus
dilestarikan. Pelestarian cerita Jaka Poleng
diantaranya disampaikan secara turun temurun atau dari generasi ke generasi
berikutnya.
Selain
dari mulut ke mulut, pola penyampaian cerita Jaka Poleng dari generasi ke
genarasi memanfaatkan media cetak dan media internet.
Selaras dengan Thompson dalam (Sari & Hum, 2015) bahwa cerita
rakyat yaitu semua bentuk naratif, baik lisan maupun tulisan yang telah
disampaikan secara turun temurun.� Hal ini bertujuan agar cerita rakyat tersebut dapat dilestarikan
dan diselamatkan pemerintahan Kabupaten Brebes sebagai aset budaya Indonesia,
khususnya Brebes.
Cerita
rakyat Jaka Poleng tergolong legenda setempat karena masing-masing daerah
memiliki cerita yang berbeda. Legenda
Jaka Poleng merupakan cerita yang dipercaya benar-benar terjadi oleh masyarakt
Brebes. Hal ini diperkuat dengan adanya bukti bahwa
kamar dan sumur yang berada di lingkungan pendopo Kabupaten Brebes.
Cerita
Jaka Poleng terdapat beberapa nilai yang sangat bermanfaat, misalkan terlalu
memaksakan kehendak berakibat penyesalan. Gambaran tersebut
berharap bertujuan agar perilaku yang tidak baik seperti memaksakan kehendak
tidak ditiru karena akan merugikan sendiri. Nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita diantaranya merupakan
wejangan untuk masyarakat tersebut.
Cerita
ini diawali dengan pemaparan dan aksi tokoh utama�Ana wong enom bagus tur gagah, arane Laksito. Laksito kerjane
dadi tukang ngopeni jarane bupati Brebes. Kanjeng Bupati seneng karo
hasil kerjane Laksito sing sregep lan selalu resik.
Waktu kuwe, kaya biasane, Laksito arep lunga ning sawah arep luruh suket go
pakane Genta, jarane Kanjeng Bupati� dan dilanjutkan dengan
aksi-aksi berikutnya sampai dengan Bupati memberikan nama
baru kepada Laksito dengan sebutan Jaka Poleng.
Bagi
Propp yang terpenting bukanlah para tokoh melainkan aksi-aksi tokoh.
Aksi-aksi tokoh dalam hal ini berarti fungsi. Menurut
Propp dalam (Hakim, 2016) bahwa dalam
setiap cerita memiliki konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa motif. Motif terbagi menjadi dua jenis, yaitu unsur tetap terdri atas
perbuatan dan unsur tidak tetap terdiri atas pelaku dan penderita. Pandangannya mengenai cerita rakyat tidak harus memuat 31 fungsi.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dikatakan bahwa cerita rakyat merupakan topik yang
menarik untuk dikaji. Alasan cerita
rakyat jaka Poleng dijadikan objek
kajian. Pertama,
sebagai upaya pelestarian cerita rakyat Jaka
Poleng karena sebagai identitas Brebes yang harus dilestarikan sehingga perlu
dilakukannya penelitian. Kedua, berdasarkan hasil kajian struktur naratif Vladimir Propp
terhadap cerita rakyat Jaka Poleng
belum banyak dilakukan. Oleh karena itu penting
dilakukan penelitian dengan judul �Struktur Naratif Vladimir Propp dalam Cerita
Jaka Poleng�.
Penelitian
ini dilakukan untuk mendeskripsikan fungsi naratif dan lingkungan tindakan
dalam cerita Jaka Poleng menggunakan
teori struktur naratif Propp.
Penelitian
sebelumnya yang berkiatan dengan cerita rakyat dilakukan oleh Tasliyatun (2015),
Hakim (2015), Sahril (2018), Putri dan Parnaningroem (2018), dan Merdiyatna
(2019).
(Tasliyatun, 2015) meneliti cerita
rakyat Kabupaten Semarang dan bertujuan untuk�
mendeskripsikan proses pelestarian cerita-cerita rakyat Kabupaten
Semarang dan mengungkap hasil pelestarian cerita-cerita rakyat Kabupaten
Semarang dalam bentuk buku bacaan. (Hakim, 2016) meneliti cerita rakyat Bugis �Ratu Ular� yang bertujuan untuk
mengkaji morfologi cerita rakyat berdasarkan model analisis Vladimir Propp.
(Sahril, 2018) meneliti cerita rakyat Kabupaten Langkat �Mas Merah� yang betujuan
untuk mengetahui bagaimana pandangan dan persepsi masyarakat terhadap cerita
rakyat tersebut. (Puji Istiningdya Putri & Dyah
Woroharsi Parnaningrum, 2018) meneliti struktur naratif Propp dalam dongeng Die Zertanzten
schuhe karya Bruder Grimm yang bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi naratif
dan lingkungan tindakan dalam dongeng. (Merdiyatna, 2019) meneliti struktur, konteks, dan fungsi cerita rakyat
Karangkamulyan Kabupaten Ciamis yang bertujuan untuk mengkaji dari aspek
struktur, kontek, dan fungsi cerita rakyat.
Metode
Penelitian
Pendekatan objektif yang digunakan dalam penelitian ini.
Metode deskriptif kualitatif dengan strukturalisme naratif Vladimir Propp
digunakan dalam penelitian ini. �Objek
penelitian ini cerita Jaka Poleng
yang didalamnya terdapat aksi-aksi tokoh yang disebut sebagai fungsi dan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019-Januari 2020.
Sumber data penelitian ini terdapat dua sumber, yaitu
sumber data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu
tuturan-tuturan lisan yang diperoleh dari masyarakat pemiliknya. Data sekunder
dalam penelitian ini adalah referensi tambahan dari� internet, buku penunjang, dan penelitian yang
relevan dengan objek penelitian.
Pada Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
model pembacaan heuristik yaitu pembacaan menurut struktur bahasa.
Teknik analisis data yang dilakukan yaitu menganalisis
cerita Jaka poleng berdasarkan teori strukturalisme naratologi Propp,
mengklasifikasikan data sesuai� 31 jenis fungsi,
mendeskripsikan data setelah proses analisis, mengumpulkan hasil analisis
fungsi, mengklasifikasi data sesuai 7 jenis lingkungan tindakan dari teori
Propp, dan mendeskripsikan lingkungan tindakan yang terdapat dalam cerita Jaka Poleng.
Hasil
dan Pembahasan
Fungsi naratif dalam
cerita Jaka Poleng biasanya dimulai
dari kondisi awal dan kondisis awal ini bukan merupakan fungsi. Berikut kondisi
awal cerita Jaka Poleng.
1.
Situasi awal (α).
Jaka Poleng atau Laksito dikenal masyarakat sebagai pemelihara kuda Bupati Brebes.
�Ana wong enom apik tur gagah, arane
Laksito. Laksito kerjane dadi tukang ngopeni jarane bupati Brebes. Kanjeng
Bupati seneng karo hasil kerjane soale sregep lan resik�.
(Ada seorang pemelihara kuda. Ia seorang pemuda baik yang
berparas tampan, ia bernama Lasito. Laksito bekerja sebagai pemelihara kuda
Bupati Brebes. Kanjeng Bupati senang dengan hasil kerjanya karena giat dan
bersih).
Setelah situasi awal maka akan dilanjutkan dengan
fungsi-fungsi. Berikut fungsi-fungsi pada cerita Jaka Poleng.
2.
Kebutuhan (a)
Laksito akan pergi mencari rumput untuk memenuhi kebutuhan
makan kuda.
�Waktu kue, kaya biasa,
Laksito pang maning sawah luruh suket go pakane Genta, Jarane Kanjeng Bupati�.
(Waktu itu, seperti biasanya, Laksito
akan pergi ke sawah mencari rumput untuk makan Genta, kuda milik Kanjeng
Bupati).
3.
Keberangakatan (↑)
Laksito
bersiap berangkat ke sawah dengan berpamitan kepada Bi Ojah.
�Bi, Nyong ning sawah ndisit�. Laksito gemborang pamit
karo Bi Ojah, batire Kanjeng Bupati sing lagi gusrak-gusruk ning pawon�.
(Bi, saya mau pergi ke sawah dulu. Laksito dengan lantang berpamitan dengan
Bi Ojah, ia merupakan teman kanjeng Bupati yang sedang sibuk di dapur).
4. Perpindahan Tempat (G)
Laksito
sampai di tempat tujuan yaitu di area persawahan yang banyak rumput.
�Sampe anjog ning tempat sing akeh sukete deweke mbatin.
�ning kene kiye sukete ijo-ijo nemen, tak pastikena si Genta dokoh mangane�.
(sampai di
tempat yang banyak rumputnya dia membatin. �disini ni rumputnya hijau-hijau
sekali, saya pastikan Genta makannya banyak).
5. Perjuangan (H)
Laksito
berjuang untuk mengumpulkan rumput dengan susah payah.
�Laksito mulai mbabadi suket-suket sing ana ning
ngarepane. Sapisan-pisan. Laksito ngusapi keringet ning batuk anggo tangan.
Laksito terus mbabadi suket�.
(Laksito memulai memotongi rumput-rumput yang ada dihadapannya. Sesekali, Laksito
mengusap kerngat yang ada dikeningnya menggunakan tanggan. Laksito terus
memotongi rumput).
6. Penetralan (C)
Laksito
beristirahat untuk memulihkan tenaganya.
�Sawise olih sakarung melep-melep, Laksito kaya biasane
ngasoh ning ngisore wit tanduran. Dileg banyu kendi sing digawa sing ngumah.
Keringete gemrojos seawak sekojor. Laksito leye-leye glelengan iliran nggo
godong�
(Setelah mendapatkan satu karung penuh Laksito seperti biasa istirahat di
bawah pohon. Diminum air kendi yang dibawahnya dari rumah. keringat bercucuran
memenuhi tubuhnya. Laksito santai tiduran sambil kipasan menggunakan daun).
7. Reaksi (E)
Reaksi
Laksito melihat ular poleng.
�saat kuwe Laksito pan merem, deweke weruh ana ula poleng
sing endase ana makota emase. Laksito tangi terus ngintili ula kuwe�.
(Pada saat Laksito akan memejamkan mata, ia melihat ular poleng yang
kepalanya ada mahkota emasnya. Laksito bangun dan mengikuti ular tersebut).
8. Pengintaian (ε)
Laksito
mengintai ular poleng yang sedang ganti kulit.
�Ula kuwe akhire mandeg neng rerungseban. Laksito melu
mandeg, matane mentelengi ula poleng sing lagi nglungsumi. Ora sue, akhire
kulit ula kue nglocop�.
(Ular itu akhirnya berhenti di semak-semak. Laksito ikut berhenti. Matanya
melihat ular poleng yang sedang ganti kulit. Tidak lama, kemudian kulit
tersebut terlepas).
9. Reaksi (E)
Laksito
mengambil bekas kulit ular setelah ular tersebut pergi.
�Laksito mereki tempat kuwe sawise ula kuwe lunga, terus
Laksito njukutbekas kulit ulapoleng kuwe. Sawise kuwe dewek� balik maning ning wit gede mau soale pan
nerusaken luruh suket�.
(Laksito mendekati tempat tersebut setelah ular itu pergi, lalu Laksito
mengambil bekas kulit ular poleng itu. Setelah itu ia balik ke pohon besar tadi
karena hendak melanjutkan mencari rumput).
10. Kebutuhan Terpenuhi (K)
Laksito dapat
memenuhi kebutuhan makan dua karung yang berisi rumput untuk Genta terpenuhi.
�Akhire pragat, rong karung wis kebek�.
(Akhirnya
selesai, dua kantong sudah penuh).
11. Kepulangan (↓)
Laksito
bersiap untuk pulang sambil membawa kantong kandi.
��Balik ah, wis ngelih�. Laksito mbatin karo naleni
karung terus balik�.
(Pulang ah,
sudah lapar. Ucap Laksito dalam batin sambil mengikat karung lalu pulang).
12. Datang tidak dikenali� (O)
Kedatangan
Laksito tidak dapat dikenali Bi Ojah.
��Bi, nyong ngelih. Bi pan mangan� Laksito ngomong karo
Bi Ojah. �Lah, To, kowen ning endi?� Bi Ojah gemboran atas gara-gara kaget.
�Nyong ning iringane sampean Bi!� Laksito heran�.
�Bi, saya
lapar. Bi mau makan� kata Laksito kepada Bi Ojah. �Lah, To. Kamu di mana?� Bi
Ojah berteriak keras karena kaget. �Saya di sebelah anda Bi!� Laksito bingung).
13. Penjelmaan (T)
Laksito
menjelma sebagai sosok yang tidak dapat dilihat.
��Aja guyonan gen, To, Bibi ora weruh
kowen neng kene�. Bi Ojah rada wedi�.
(Jangan
bergurau yah, To, bibi tidak melihat kamu di sini�. Bi� Ojah agak takut).
14. Penandaan (J)
Laksito memberikan tanda keberadaannya kepada Bi Ojah dengan cara memegang
tangannya.
��Nyong neng kene, Bi� Laksito jawab karo nyekeli tangane
Bi Ojah�.
(Saya di
sini, Bi. Jawab Laksito sambil memegang tangannya Bi Ojah).
15. Reaksi (E)
Reaksi Bi
Ojah ketika merasakan ada yang memegangi tangannya.
�Bi Ojah kaget ora kira-kira waktu ngeraskna tangan ana
sing nyekeli tapi ora katon wujude�.
(Bi Ojah sangat Bingung waktu merasakan�
tangannya ada yang memegangi tetapi tidak kelihatan wujudnya)
16. Penyampaian informasi (δ)
Bi Ojah
menyampaikan informasi kepada Kanjeng Bupati mengenai Laksito.
� Bi Ojah langsung gemborang manjing ning padepokane kanjeng
Bupati, wadul karo Kanjenge�.
(Bi Ojah ketika itu berteriak sambil masuk ke padepokan Kanjeng Bupati,
laporan kepada Kanjeng).
17. Reaksi (E)
Reaksi
Kanjeng Bupati setelah mendapatkan laporan dari Bi Ojah. Ia langsung ke dapur
untuk memastikan kebenarannya.
��Ora suwe, Bi Ojah balik maning pawon karo Kanjeng
Bupati�. �Nang endi, Bi?� Bupati takon karo penasaran maning ceritane Bi Ojah�
.
�Ampun Kanjeng, miki suarane neng kene�. Bi Ojah nyoba
ngeyakina Kanjeng Bupati.
��Laksito ! Kowen nang endi ?� Kanjeng Bupati ngoleti�.
(Tidak lama, Bi Ojah kembali lagi ke
dapur bersama Kanjeng Bupati�. �di mana, Bi ?� Bupati bertanya karena penasaran
dengan yang di ceritakan Bi Ojah)
(Ampun Kanjeng, tadi suaranya di sini�. Bi Ojah mencoba meyakinkan Kanjeng
Bupati) (Laksito! Kamu di mana? Kanjeng Bupati mencari mu).
18. Penyampaian informasi (δ)
Laksito
menyampaikan keberadaanya yang berada di sebelah Gusti Kanjeng Bupati.
��Ampun, Gusti Kanjeng, hamba neng iringane Gusti�
Laksito njawab�.
��Daning kowen ora katon��
takon Kanjeng Bupati maning Laksito�.
��Ampun Gusti, hamba ora ngerti�. Jawabe Laksito maning
Kanjeng Bupati karo ngrenungi�.
(Ampun, Gusti
Kanjeng, saya di sebelah Gusti. Jawab Laksito).
(Kenapa kamu
tidak kelihatan. Tanya Kanjeng Bupati kepada Laksito).
(Ampun Gusti,
saya tidak tahu. Jawaban Laksito kepada Kanjeng Bupati sambil merenung).��
19. Peristiwa
penghubung (B)
Kanjeng
Bupati bertanya terkait� peristiwa yang
sebelumnya terjadi pada Laksito.
��Ana kedadiyan apa sing kowen alami sadurunge kiye?�
Bupati takon maning Laksito�. Laksito meneng sedelat karo mikir�.
(Ada kejadian apa yang kamu alami sebelum ini? Tanya Bupati Kepada Laksito.
Laksito diam sebentar sambil berpikir).
20. Penyampaian informasi (δ)
Laksito
menyampaikan peristiwa yang ia alami pada saat di sawah mencari rumput.
�O iya Gusti, mau lagi hamba golet suket nang sawah,
hamba weruh ula poleng sing endase nganggo mahkota emas arep pan nglungsumi.
Terus hamba mentelengi terus tak jukut bekas kulite. Ceritane Laksito soal
kedadiyan mau ning sawah.
(O iya Gusti, tadi saat saya mencari
rumput di sawah, saya lihat ular poleng yang kepalanya memakai mahkota emas
yang akan berganti kulit. Lalu hamba perhatikan dan mengambil bekas kulitnya.
Cerita Laksito terkait persoalan kejadian tadi di sawah).
21. Penyingkapan tabir (Ex)
Gusti Bupati
dapat menyingkap tabir terkait Laksito yang tidak terlihat karena menyimpan
kulit ular tersebut didalam saku.
��Oh, kaya kuwe to. Terus kulite neng endi?� takone
Bupati. �Neng sake hamba�. Bener yah, sawise kulit kuwe dijukut sing sak terus
dokon ning meja, temu-temu awake Laksito katon�.
(Oh, seperti itu
to. Lalu kulit itu mana? Tanya Bupati. Di saku saya. Benar yah, setelah kulit
itu diambil dari saku lalu ditaruh di meja, tiba-tiba tubuh Laksito terlihat).
22. Dikenali
(Q)
Laksito sudah dapat dikenali Bi Ojah dan Kanjeng Bupati
setelah mengeluarkan kulit ular dari sakunya dan meletakannya di meja.
�Wah, Laksito kowen wis katon�, Bi Ojah gemboran ora
karuan. Laksito wis plong pikirane. Bupati mantuk-mantuk ngerteni�.
(Wah, Laksito kamu sudah kelihatan. Bi Ojah teriak-teriak tidak karuan.
Laksito sudah tenang pikirannya. Bupati mengiyakan karena tahu).
23. Tuntutan yang tak mendasar (L)
Bupati
menuntut kulit tersebut untuk disimpannya. Padahal, bukan hak Bupati untuk
menyerahkannya karena Laksito lah yang sudah menemukannya.
��To, kulit kue tak simpen aku� Bupati ngucap karo nuding
maning arah kulit kue�.
(To, kulit itu saya simpan. Kata Bupati
sambil menunjuk ke arah kulit itu.
24. Larangan (γ)
Laksito
melarang Bupati untuk memiliki kulit ular poleng dengan cara menolak dengan
halus.
��Tapi alus temen cara Laksito nolak. �Ampun
Gusti kanjeng, kiye dekene hamba��.
�Pan nggo apa, To? Laka gunane dinggo
kowen�. Gusti Bupati ngrayu Laksito endah kulit kuwe denekna�.
��Ampun Gusti, soale sing nemu hamba,
dadi ya hamba sing berhak nduweni kulit kiye�. Jawabe Laksito�.
(Tetapi dengan sangat halus cara Laksito menolak. Ampun Gusti Kanjeng, ini
punya saya). (Mau buat apa , To? Tidak ada gunanya dipakai kamu. Gusti
Bupati merayu Laksito agar kulit itu diberikannya).
(Ampun Gusti,
karena yang menemukan saya, jadi ya saya yang berhak memiliki kulit ini. Jawab
Laksito).
25. Berjuang (H)
Laksito
berjuang untuk tetap mempertahankan miliknya yang diperebutkan dengan Bupati.
�Kanjeng Bupati maksa ning Laksito. �Ampun Gusti, hamba
ora bisa�. Laksito tetep teteg karo pendiriane. Terus Gusti karo Laksito
rebutan�.
(Kanjeng
Bupati memaksa Laksito. Ampun Gusti, hamba tidak bisa. Laksito tetap pada
pendiriannya terus Gusti karo Laksito rebutan).
26. Penyelamatan (Rs)
Laksito
memasukan kulit tersebut dimulutnya untuk menyelamatkan kulit tersebut agar
tidak dapat dimiliki Kanjeng Bupati namun tak sengaja tertelan.
�Laksito wedi mbokan kulit kuwe bakal
kecandak karo Bupatine, Laksito cepet-cepet manjingna kulit kuwe ning cangkeme
dewek. Terus ora dinyana kulit kuwe kedileg.�.
(Laksito takut jika kulit itu akan keambil Bupati. Laksito dengan cepat
memasukan kulit tersebut di mulutnya. Lalu tidak disengaja kulit tersebut
tertelan).
27. Reaksi (E)
Bupati hanya
bisa menahan emosinya saat melihat benda itu tertelan.
�Gusti Bupati mung bisa nahan emosi, lagi weruh kulit
kuwe kedileg�.
(Gusti Bupati
hanya dapat menahan emosi ketika melihat kulit tersebut tertelan).
28. Penjelmaan (T)
Laksito
menjelma sebagai sosok yang tidak dapat dilihat untuk kedua kalinya dan untuk
selamanya.
�Satitik-satitik awake Laksito ora katon. �Maapna hamba,
Gusti. Hamba wis wani karo Gusti�. Ngomonge laksito alus�.
(Sedikit demi
sedikit tubuh Laksito menghilang. Maafkan saya, Gusti, saya sudah berani sama
Gusti. Kata Laksito dengan halus).
29. Penyelesaian (N)
Kanjeng Bupati mencoba menyelesaiakan persoalan hak untuk memiliki kulit
ular .
�Aku nyesel wis maksa kowen, Laksito. memang kue hake
kowen, tapi aku maksa, anjoge kaya kie, aku nyesel. Maapna aku Laksito�.
�Bupati nyesel temen. Terus bupatine ngomong maning.
�Kiye mungkin wis takdire kowen, Laksito, kowen wujude wis laka�.
(saya menyesal sudah memaksa kamu, Laksito. Memang itu
hak kamu, tetapi aku memaksa, akhirnya seperti ini, aku menyesal, maafkan saya
Laksito). (Bupati sangat menyesal. Kemudian Bupati berbicara lagi.
�ini mungkin sudah takdirnya kamu, Laksito, kamu bentukmu tidak terlihat).
30. Tugas berat (M)
Laksito mendapat tugas berat dari Kanjeng Bupati untuk menjaga rakyat
Brebes.
�Aku njaluk karo kowen, tulung jaga rakyate aku, yaiku
rakyat Brebes�.
(saya minta sama kamu, tolong jaga rakyatku, yaitu rakyat
Brebes).
31. Penandaan (J)
Bupati memberikan nama baru kepada Laksito dengan sebutan Jaka Poleng.
�Lantaran kowen esih jejaka karo ngeleg kulit ula poleng,
saiki arane kowen Jaka Poleng�.
(Lantaran
kamu masih perjaka dan menelan kulit ular poleng, sekarang nama kamu Jaka
Poleng).
Berdasarkan hasil
analisis pada cerita Jaka Poleng ditemukan 30 fungsi naratif yang diantaranya
terdapat beberapa perulangan fungsi. Jika merujuk jenis fungsi Vladimir
Propp� ada 21 jenis funggsi yang terdapat
dalam cerita Jaka Poleng. Fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat dalam kerangka
cerita sebagai berikut.
(α):a,↑,G,H,C,E,ε,E,K,↓,O,T,J,E,δ,E,
δ,B,δ,Ex,Q,L,γ,H,Rs,E,T,N,M,J
Cerita Jaka Poleng dapat dipolakan sebagai berikut.
Pertama,� a sampai
K
Kedua,��� ↓
sampai Ex
Ketiga,��� Q sampai
T
Keempat, N sampai J
Berdasarkan pola di tas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama,
a sampai K adalah peristiwa awal menceritakan Laksito akan pergi ke sawah untuk
mencari rumput supaya dapat memenuhi kebutuhan makanan Genta (Kudanya Bupati).
Setelah mendapatkan satu karung penuh Laksito beristirahat sampai kemunculan seekor
ular yang bermahkotakan emas yang membuat Laksito bangun dan mengikuti ular
tersebut hingga mengambil bekas kulit ular dan kembali ke pohon tersebut untuk
melanjutkan pekerjaannya sampai kebutuhan untuk makan genta terpenuhi.
Kedua, ↓
sampai Ex adalah peristiwa yang mengungkapkan tabir kenapa Laksito tidak dapat
terlihat atau menghilang setelah dari sawah. Sehingga membuat bi Ojah dan
Kanjeng Bupati kebingungan. Laskito menjawab semua pertanyaan Kanjeng Bupati
yang berkaitan dengan peristiwanya sebelum pulang. Peristiwa ini berakhir
ketika Kanjeng Gusti Bupati menyimpulkan informasi dari Laksito. Sehingga dapat
menjelaskan penyebab tidak dapat dilihatnya Laksito karena Laksito menyimpan
kulit ular di dalam sakunya.
Ketiga, Q sampai T adalah
Peristiwa perebutan kulit ular antara Laksito dengan Bupati. Ketika kulit ular
diletakan di meja. Bupati menyuruh Laksito untuk menyerahkan kulit tersebut
untuk disimpannya. Laksito berjuang untuk mempertahankan kulit tersebut hingga
akhirnya kulit tersebut tertelan dan laksito menjelma sebagai sosok yang tidak
dapat dilihat.
Keempat,
N sampai J adalah peristiwa penyesalan seorang Bupati karena sudah memaksa
Laksito untuk menyerahkan kulit ular yang bukan haknya dan Bupati meminta maaf
kepada laksito. Bupati memberikan tugas kepada Laksito untuk menjaga rakyat
Brebes dan memberikan nama baru kepada Laksito dengan sebutan Jaka Poleng. Nama
jaka Poleng diberikan karena mengingat asal usul Laksito masih perjaka dan
menelan kulit ular poleng.
Kemudian fungsi-fungsi naratif tersebut
didistribusikan ke dalam tujuh lingkungan tindakan. Lingkungan tindakan dalam
cerita Jaka Poleng yaitu lingkungan tindakan Laksito dan Bi Ojah sebagai helper dan lingkungan tindakan Gusti
Kanjeng Bupati sebagai Princer and her father.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis
struktur naratif Vladimir Propp dalam cerita rakyat Jaka Poleng, diperoleh
hasil sebagai berikut:
Pertama, Berdasarkan hasil analisis pada cerita Jaka Poleng
ditemukan 30 fungsi naratif yang diantaranya terdapat beberapa perulangan
fungsi. Jika merujuk jenis fungsi Vladimir Propp� ada 21 jenis funggsi yang terdapat dalam
cerita Jaka Poleng. Hal ini selaras dengan pendapat (Chamalah, 2019) bahwa tidak semua cerita
terdapat semua fungsi karena� ada cerita
yang berisi beberapa fungsi. Fungsi-fungsi naratif dalam cerita Jaka Poleng
yaitu kebutuhan (a),� keberangkatan (↑), Perpindahan Tempat (G), Berjuang (H), Penetralan
(C), Reaksi (E), Pengintaian (ε), Reaksi (E), kebutuhan terpenuhi (K), Kepulangan
(↓), Datak tak dikenali (O), Penjelmaan (T), Penandaan (J), Reaksi (E),
Penyampaian informasi (δ), Reaksi (E), Penyampaian informasi (δ),
peristiwa penghubung (B), penyampaian informasi (δ), Penyingkap tabir
(Ex), Dikenali (Q), tuntutan yang tidak mendasar (L), Larangan (γ),
perjuangan (H), Penyelamatan (Rs), Reaksi (E), Penjelmaan (T), Penyelesaian
(N), Tugas sulit (M), dan Penandaan (J). Kedua,
lingkungan tindakan dalam cerita Jaka Poleng yaitu lingkungan tindakan Laksito
dan Bi Ojah sebagai helper dan
lingkungan tindakan Gusti Kanjeng Bupati sebagai princes and her father.
Saran penelitian ini sebagai berikut. Pertama, struktur naratif dalam
cerita Jaka Poleng perlu diteliti lebih lanjut, terutama pola cerita. Kedua,
bagi peneliti yang melakukan penelitian diharakan meneliti cerita rakyat
sehingga memperoleh hasil penelitian yang bervariasi dan semakin banyak hasil
penelitian terkait cerita rakyat.�
BIBLIOGRAFI
Chamalah, Evi. (2019). Functions of Character in
Indonesian Folklore Princess of the Runaway Valley: A Study of Vladimir Propp
Narrative Structure Theory. International Journal of Language and Literary
Studies, 1(3), 60�70.
Hakim, Zainuddin. (2016). Morfologi Cerita Ratu Ular: Model
Analisis Vladimir Propp (Morphology Of Ratu Ular Folklore: Vladimir Propp
Analysis Model). Sawerigading, 21(3), 519�527.
Merdiyatna, Yang Yang. (2019). Struktur, Konteks, Dan Fungsi
Cerita Rakyat Karangkamulyan. Jurnal Salaka| Sastra Indonesia, 2(1).
Perdana, Teguh Iman. (2017). Penerapan Metode Mencari
Pasangan Dengan Media Kartu Jodoh Dalam Menulis Kreatif Cerita Pendek. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(12), 137�146.
Puji Istiningdya Putri, K. U. S., & Dyah Woroharsi
Parnaningrum, R. R. (2018). Struktur Naratif Vladimir Yakovlevich Propp Dalam
Dongeng Die Zertanzten Schuhe Karya Br�der Grimm. Identitaet, 7(2).
Sahril. (2018). Cerita Rakyat Mas Merah: Kajian Resepsi
Sastra. Jurnal Kandai, Vol.14(No.1), 91�104.
Sari, Raras Hafiidha, & Hum, M. (2015). �Batu Berdaun
Dan Puluhan Dongeng Nusantara�: Analisis Fungsi Vladimir Propp Dan Motif
Tindakan Pelaku. Universitas Airlangga.
Tasliyatun, Dewi. (2015). Pelestarian Cerita Rakyat
Kabupaten Semarang. Universitas Negeri Semarang.