Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 2,
No 4 April 2017
�
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PROFESIONAL TENAGA MEDIS, BUDAYA KERJA DAN GAYA
KEPEMIMPINAN DENGAN MUTU PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT WALED KAB. CIREBON�
Endang Pujiastuti
STIBA
INVADA Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Pelayanan kesehatan adalah bentuk pelayanan yang
diberikan tenaga medis pada pasien secara baik dan sesuai dengan standar
pelayanan profesional. Di Indonesia sendiri pelayanan kesehatan menjadi hak
warga negara, khususnya warga negara yang sedang kondisi tidak sehat. Namun,
kendati menjadi hak warga negara, pelayanan kesehatan kerap kali diremehkan,
bahkan diacuhkan oleh tenaga medis yang seharusnya memberi pelayanan prima
untuk setiap pasien-pasien. Banyaknya tenaga medis yang mengacuhkan mutu
pelayanan membuat masyarakat dan pasien resah, sehingga menimbulkan beberapa
persepsi mengenai hal tersebut. Rumah Sakit Waled yang terletak di Kabupaten
Cirebon pun tak luput dari perkara mengnai hal tersebut. Penelitian ini sendiri
adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara kompetensi
profesional tenaga medis, budaya kerja, gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan
pasuen rawat inap di Rumah Sakit Waled. Penelitian ini sendiri dilakukan pada
Rumah Sakit Waled dengan rentang waktu penelitian antara Desember 2013 hingga
Februari 2014. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan yang
bekerja di Rumah Sakit Waled. Dari penelitian dan analisis yang dilakukan
peneliti, didapati bahwa ada hubungan erat antara kompetensi profesional tenaga
medis, budaya kerja, dan gaya kepemimpinan terhadap mutu pelayanan.
Kata Kunci: Mutu Pelayanan, Budaya Kerja, Gaya
Kepemimpinan
Pendahuluan
Dalam kehidupan
bernegara, pemerintah pada hakikatnya memiliki kewajiban untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat begitupun institusi privat seperti rumah sakit
Swasta ia tidak hanya berorientasi pada keuntungan tetapi factor public service sebagaai sesuatu keniscayaan dan sebaliknya
masyarakat menerima pelayanan dari aparat pemerintah sesuai dengan tugas
masing-masing Instansi, rumah sakit swasta (institusi privat) secara
substansial mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tergantung pada
manajemen dalam organisasi sehingga mampu mencapai tujuan organisasi dalam
memberikan pelayanan yang baik kepada�
masyarakat. Pelayanan yang baik kepada masyarakat sangat ditentukan oleh
peranan sumber daya manusia sebagai pelaku utama yang sangat menentukan dalam
poses pencapaian tujuan organisasi.�
Terjadi
asumsi umum pada ruang publik bahwa pelayanan rumah sakit pemerintah seringkali
mengalami kekecewaan demi kekecewaan begitupun di rumah sakit swasta tertentu
dan isu itu telah merambah pada dimensi kesan personal atas pelayanan yang
belum puas tadi. Hal ini tercermin dari banyaknya keluhan dari masyarakat
misalnya tentang lamanya penyelesaian penangannan pasien terlebih jika jatuh
pada hari libur, dan lambannya respon pegawai terhadap pasien. Lambannya� pelayanan kesehatan telah mengakibatkan
terhambatnya kepercayaan publik akan kualitas institusi kesehatan sebagai ruang
harapan.
Rumah
Sakit Waled sebagai� pelaksana
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dituntut mampu meningkatkan pelayanan yang
optimal, sehingga masyarakat dapat merasakan kepuasan apabila membutuhkan suatu
pelayanan, seperti instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi
penunjang medis, instalasi pelayanan khusus�
(fisioterapi Home Care ,One Day
Care), pelayanan 24 jam� dan lain
sebagainya.� Agar dapat memberi pelayanan
yang memuaskan terhadap pasien� maka
perlu disiapkan sumber daya manusia baik pegawai maupun tenaga medis yang
bekerja dengan baik dan memberi pelayanan yang baik pula. untuk memberikan
pelayanan kepada pasien rawat inap, rumah sakit waled� memiliki 396 pegawai, seperti pada tabel
berikut.
Tabel 1
Jumlah Seluruh Pegawai Rumah
Sakit Waled 2013
No |
Dokter |
Jumlah |
1 |
Tenaga Medis |
24 |
2 |
Tenaga Para Medis |
173 |
3 |
Tenaga Para Medis Non Perawat |
47 |
4 |
Tenaga Non Medis |
147 |
Jumlah |
396 |
�������� Sumber : Daftar Rumah Sakit Waled 2013 di
kelola
Sebagai
salah satu institusi kesehatan yang ada di Cirebon, Rumah Sakit Waled memiliki
peranan penting dalam meningkatkan pelayanan masyarakat, khususnya di bidang
pelayanan kesehatan. Namun, dalam upaya memperbaiki pelayanan kesehatan� kepada masyarakat, Rumah Sakit Waled tetap
berpedoman pada ketetapan pemerintah yang mengatur diktum pelayanan rumah sakit
kepada masyarakat sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
91 tahun 1993 tentang Pedoman Tata laksana Pelayanan Umum. Dalam keputusan itu
disebutkan bahwa pelayanan umum yang dilaksanakan dalam sebuah rangkaian
kegiatan terpadu bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar,
serta terjangkau. Di sisi lain, selain Rumah Sakit Waled, beberapa rumah sakit lain
juga seyogyanya harus berpenggang teguh pada aturan tersebut, yang secara
sederhana, mereka harus senantiasa memperhatikan setiap pelayanan yang
diberikan pada masyarakat. Adapun pelayanan yang dianjurkan untuk diberikan
pada masyarakat adalah model pelayanan dengan sifat yang seperti disebutkan
pada keputusan menteri di atas.
Pelayanan
sendiri memang memberi andil dalam mencapai kepuasaan pasien, dalam kaitannya
dengan pelayanan kesehatan. Namun, dalam penerapannya, sebuah pelayanan
kesehatan akan dianggap baik apabila pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang
diberikan.
Pasien
rawat inap adalah pasien dengan kuantitas pelayanan yang lebih banyak dibanding
dengan rawat jalan. Pasien rawat inap akan dengan mudah menilai pelayanan yang
didapatnya dari instansi kesehatan. Hal yang sama juga berlaku pada pasien
rawat inap yang ada di Rumah Sakit Waled Kabupaten Cirebon. Sebab, seperti yang
disampaikan sebelumnya, mutu pelayanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Waled akan lebih terlihat dibanding dengan pasien lain, sehingga dapat
dijadikan rujukan untuk menilai kadar kualitas/mutu pelayanan dari Rumah Sakit
Waled.
Mutu
pelayanan sendiri adalah satuan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang
pada satu pihak menunjukan kepuasaan pasien dan penduduk, serta di lain pihak
menunjukkan ketaan pada kode etik dan standar pelayanan profesional yang telah
ditetapkan (Depkes RI; 1998). Pada pelaksanaannya sebuah mutu pelayanan akan
sangat berkaitan dengan tiga hal, yakni kompetensi profesional tenaga medis, budaya
kerja, serta gaya kepemimpinan pada unit pelayanan kesehatan.
Kompetensi
sendiri diartikan sebagai perpaduan antara pengetahuan,� nilai, keterampilan dan sikap yang diterapkan
pada kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2004; 37-38). Sedangkan Wardiman
Djojonegoro (1996) mengungkapkan bahwa kompetensi adalah karakteristik dasar
yang dimiliki oleh seorang individu yang memiliki hubungan secara kausal dengan
standar penilaian yang tereferensi pada performansi yang superior. Adapun
kaitannya dengan mutu pelayanan, kompetensi profesional tenaga medis adalah
perpaduan antara pengetahuan, nilai, keterampilan, serta sikap yang diterapkan
pada pola berpikir dan pengambilan keputusan yang dituangkan dalam dunia medis,
yang pada penerapannya, setiap pola berpikir dan pengambilan keputusan yang
dilakukan selalu merujuk pada standar pelayanan profesional yang telah
ditetapkan.
Budaya
kerja sendiri memiliki arti yang beragam. Namun, menurut Mangkunegara (2005:
133) yang dikutip dari Edgar H. Schen, budaya kerja diartikan sebagai sebuah
sistem keyakinan dan/atau seperangkat asumsi, nilai, serta norma yang
dikembangkan dalam sebuah organisasi, yang pada tahap lebih lanjut digunakan
sebagai pedoman bagi tiap anggotanya. Dalam kaitannya dengan mutu pelayanan kesehatan,
budaya kerja yang dianut dalam unit pelayanan kesehatan akan sangat berpengaruh
pada bagaimana dokter, perawat, bidan, dan/atau pihak lainnya memberikan
pelayanan bagi pasien. Budaya kerja memiliki andil dalam membentuk persepsi
tenaga medis dalam memberikan pelayanan prima pada setiap pasien yang datang
padanya.
Tak
berbeda jauh dengan kedua hal di atas, gaya kepempimpinan dalam sebuah unit
pelayanan juga sangat memberi andil dalam meningkatkan dan/atau bahkan
mengurangi mutu pelayanan. Gaya kepemimpinan sendiri adalah norma atau cara
yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi orang lain yang dilihatnya (Thoha,
2013: 49). Dalam kaitannya dengan mutu pelayanan, gaya kepemimpinan memiliki
andil yang cukup besar, dimana seorang pemimpinan unit pelayanan harus
senantiasa mempengaruhi tenaga medis yang dimilikinya agar senantiasa memberi
pelayanan prima bagi setiap pasien yang datang.
Adapun
kaitan tiga hal di atas dengan penelitian ini adalah, peneliti ingin
menganalisi hubungan yang terjadi antara kompotensi profesional tenaga medis,
budaya kerja, serta gaya kepemimpinan yang dianut di Rumah Sakit Waled dengan
mutu pelayanan yang didapat pasien rawat inap di Rumah Sakit Waled.
Metodologi Penelitian
����������� Penelitian ini dlakukan pada Rumah Sakit Waled yang
terletak di Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon. Penelitian ini dilakukan pada
Desember 2013 hingga Februari 2014 dengan tahapan penelitian meliputi (1) Prasurvai, (2) Uji coba Instrumen, (3)
Pengumpulan Data,� (4) Analisis Data, dan
(5) penulisan laporan. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada pada Rumah Sakit
Waled, dengan target populasi adalah dokter, tenaga medis, dan administrasi
(non medis). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merujuk pada teknik cluster stratified
random sampling berdasarkan golongan.
Pada tahap lanjutan, teknik pengambian sampel ini kemudian mengarahkan penulis
untuk membuat tabel pengelompokan sebagaimana berikut:
Tabel 2
Populasi Target
Tenaga Dokter/ Tenaga medis dan pegawai admistrasi/ non medis di Rumah Sakit
Waled
No |
Dokter |
Jumlah |
1 |
Tenaga Medis |
24 |
2 |
Tenaga Para Medis |
173 |
3 |
Tenaga Para Medis Non Perawat |
47 |
4 |
Tenaga Non Medis |
147 |
Jumlah |
396 |
Tabel 3
Sampel Tenaga Dokter/ Tenaga medis dan pegawai admistrasi/ non
medis di Rumah Sakit Waled
No |
Dokter |
Jumlah |
1 |
Tenaga Medis |
24 |
2 |
Tenaga Para Medis |
25 |
3 |
Tenaga Para Medis Non Perawat |
21 |
4 |
Tenaga Non Medis |
10 |
Jumlah |
80 |
����������� Metode
yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada metode penelitian survey dengan
pendekatan korelasional. Metode ini digunakan untuk memudahkan menemukan
hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat berdasarkan
fakta dan data yang sudah terjadi. Sehingga penelitian dilakukan tanpa ada
sesuatu perlakuan (treatment) apapun
dari peneliti.
����������� Model
hubungan antara keempat variabel penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk
konstelasi permasalahan sebagai berikut:
Gambar 1
Alur Hubungan
Variabel Penelitian
�������������������������������������
Keterangan:
X1 = Kompetensi Profesional� Tenaga Medis�����
X2 � = Budaya Kerja��
X3 = Gaya Kepemimpinan
Y�� =
Mutu Pelayanan pasien rawat� inap
����������� Dalam prosesnya instrumen penelitian
yang digunakan disini ialah instrumen penelitian yang dikembangan sendiri oleh
peneliti. Adapun uraian dari instrumen penelitian yang dimaksud telah penulis
rangkum melalui tabel yang ada di bawah ini:
Tabel
4
Instrumen
Mutu Pelayanan
No |
Indikator |
Butir Pernyataan |
1. |
Cepat |
1, 2, 3, 4, 5, 6, |
2. |
Tepat |
7, 8, 9, 10, 11, 12 |
3. |
Ramah |
13, 14, 15, 16, 17, 18 |
4. |
Nyaman |
19, 20, 21, |
5. |
Kesesuaian hasil |
22, 23, 24, 25, 26,���������� ���27, 28, 29 |
6. |
Berdaya guna, tepat waktu dan tempat
dan efisien |
30, 31, 32, 33, 34,������������� 35, 36, 37 |
Total |
37 |
Tabel
5
Instrumen
Komponen Profesional
No |
Indikator |
Butir |
1. |
Aspek kognitif: Pemahaman isi, jiwa,
makna undang-undang, peraturan dan ketentuan-ketentuan pelayanan Rumah Sakit |
1, 2,�
3, 4, 5, 6, 7, 8 |
2. |
Aspek afektif: Kepatuhan, ketaatan,
serta kompetensi pribadi, sosial dan profesional terhadap semua
ketentuan,� undang-undang, peraturan
dan sistem dan prosedur Rumah Sakit |
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,� 16 |
3 |
Aspek strategi kognitif: sebagai suatu
kemampuan melakukan berbagai cara dan pendekatan pemecahan masalah Rumah
Sakit� sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan Rumah sakit dan para stakeholders/pelanggan( Pasien Rawat Inap |
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 |
4 |
Aspek psikomotor : meliputi kemampuan
merealisasikan dan melaksanakan tugas-tugas, fungsi, jabatan dan tata tertib
dan prosedur Rumah Sakit� secara efisien,
efektif dan produktif |
27,28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35 |
Total Butir |
35 |
Tabel
6
Instrumen
Budaya Kerja
No |
Indikator |
Butir Pernyataan |
1. |
Aspek budaya
perwujudan nilai dan makna tentang visi, misi dan fungsi serta tujuan Rumah
Sakit Waled |
1, 2, 3, 4,����������������������������������� 5, 6, 7,
8 |
2. |
Aspek budaya perwujudan nilai dan
makna tentang hal-hal operasional kelembagaan Rumah Sakit Waled |
9,10, 11,�������������������������������� 12,13, 14 |
3. |
Aspek budaya perwujudan nilai dan
makna tentang peran dan komitmen dari seluruh unsur sumber daya manusia dalam
organisasi |
15, 16,17,18,��������������������������� 19, 20, 21, 22 |
4. |
Aspek budaya perwujudan nilai dan
makna tentang strategi-strategi yang menentukan masa depan Rumah Sakit Waled |
23, 24, 25,������������������������������� 26, 27, 28,
29 |
5. |
Aspek budaya perwujudan nilai dan
makna tentang lingkungan eksternal dan internal Rumah Sakit Waled |
30, 31, 32,����������������������������� 33, 34, 35 |
Total |
35 |
Tabel
7
Instrumen
Gaya Kepemimpinan
No |
Indikator |
Butir Pernyataan |
1. |
Pola membina hubungan antar manusia |
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 |
2. |
Pola pelimpahan/pendelegasian tugas
dan wewenang |
8, 9, 10, 11,�������� 12, 13,14 |
3. |
Pola pengambilan keputusan |
15, 16, 17, 18,���� ����19, 20, 21 |
4. |
Pola pemantauan
dan pengendalian jalannya organisasi |
22, 23, 24, 25,�������� 26, 27, 28 |
5. |
Pola pemberian
petunjuk kerja pada bawahan |
29, 30, 31, 32,��������� 33, 34, 35 |
6. |
Pola penilaian
kerja pada bawahan |
36, 37, 38, 39, 40 |
7 |
Pola memberikan
promosi dan sanksi pada bawahan |
41, 42, 43, 44,������ 45, 46, 47 |
Total |
47 |
Data dalam penelitian
ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner dan tes. Data yang bersifat primer diperoleh langsung� dari
responden, dan mutu pelayanan didapatkan dari responden dan pasien rawat inap ,
sedangkan� data sekunder yaitu data dari
Rumah Sakit Waled.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
dianalisis dengan menggunakan analisis Statistical
Program for Social Science (SPSS) for MS Windows Release 10.0 dan dilakukan
dengan dua cara, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial yang
dijelaskan sebagai berikut:
1.� Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk
mencari� harga rata-rata, simpangan baku,
distribusi frekuensi, modus dan median, serta pembuatan histogram dari skor
mutu pelayanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Waled , kompetensi
professional tenaga Medis , budaya kerja, gaya kepemimpinan.
2.� Analisis Inferensial
Analisis inferensial
dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan agar hasil penelitian dapat dibuat
kesimpulan pengujian hipotesis dengan generalisasi. Pada tahap awal pengujian menyangkut persyaratan
analisis yang menguji asumsi yang digunakan. Persyaratan� yang�
harus �dipenuhi� sebelum�
melakukan� analisis regresi dan
korelasi sebagai pengujian hipotesis yaitu (1) sampel harus��� diambil��
acak�� dan�� memenuhi���
sampel�� minimum,� (2) untuk setiap kelompok harga prediktor X,
responden Y harus independen dan berdistribusi normal, dan (3) untuk kelompok
harga X, varians s2x harus sama.� Dengan demikian dalam penelitian ini
dilakukan persyaratan analisis yang meliputi (1) uji normalitas, (2) uji
homogenitas, dan (3) uji multikolinearitas.
����������� Pengujian
normalitas sampling dimaksudkan untuk menguji asumsi bahwa distribusi sampling
dari rata-rata sampel mendekati atau mengikuti normalitas populasi. Teknik yang
digunakan untuk melakukan pengujian normalitas yaitu dengan teknik Kolmogorov-Smirnov. Untuk pengujian
homogenitas varians dilakukan dengan uji
Bartlett.
����������� Setelah
persyaratan analisis dipenuhi dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Data yang
terkumpul dianalisis dengan regresi dan korelasi. Pengujian hipotesis pertama,
kedua, dan ketiga dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi dan
korelasi sederhana Product Moment dari Pearson. Sedangkan pengujian hipotesis� keempat dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis Regresi dan Korelasi Jamak (multiple
regression and correlation).
Adapun hipotesis statistik yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.������ Ho:����� ry1������� =������ 0
��������� H1 :����� ry1������� >������ 0
2.������ Ho:����� ry2������� =������ 0
��������� H1 :����� ry2 ������ >������ 0
3.������ Ho:����� ry3������� =������ 0
��������� H1 :����� ry3������� >������ 0
4.������ Ho:����� ry.123�
� =������ 0
��������� H1 :����� ry.123 �>� ����� 0
Keterangan :
ry1� ���������� = �� Koefisien
korelasi antara kompetensi profesional tenaga medis� dengan mutu pelayanan pada pasien rawat inap
di�� Rumah Sakit Waled.
ry2������������ =��� Koefisien korelasi antara budaya kerja dengan mutu
pelayanan pada pasien di Rumah Sakit Waled
ry3������������ =��� Koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan dengan mutu
pelayanan pada pasien di Rumah Sakit Waled
ry.123����
=�� Koefisien korelasi
antara kompetensi profesional tenaga medis, budaya kerja dan� gaya kepemimpinan secara bersama-sama dengan
mutu pelayanan pada pasien rawat inap di�
Rumah Sakit Waled.
Hasil
Penelitian
1. Mutu Pelayanan pasien Rawat inap Rumah
Sakit Waled
��������� Penjelasan data mutu pelayanan pasien
rawat inap� didasarkan dari hasil
pengisian instrumen berbentuk kuesioner. Variabel mutu pelayanan pasien rawat
inap Rumah Sakit Waled� mempunyai rentang
skor teoretik antara 37 sampai 185, dan rentang skor empiris antara 110 sampai
dengan 172. Rata-rata (M) = 137,77, simpangan baku (SD) = 14,13, median (Me) =
138,00, dan� modus (Mo) = 132.
Selanjutnya data mutu pelayanan pasien rawatinap Rumah Sakit Waled disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan aturan Sturges seperti disajikan
pada tabel 8.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Skor Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap
Rumah Sakit Waled
Nomor |
Interval Kelas |
Frekuensi Absolut |
Frekuensi Relatif (%) |
Frekuensi Kumulatif (%) |
1 |
110 � 120 |
12 |
11,88 |
11,88 |
2 |
121 � 131 |
21 |
20,79 |
32,67 |
3 |
132 � 142 |
32 |
31,68 |
64,35 |
4 |
143 � 153 |
23 |
22,77 |
87,12 |
5 |
154 � 164 |
7 |
6,93 |
94,05 |
6 |
165 � 175 |
6 |
5,94 |
100,00 |
Jumlah |
101 |
100 |
|
Sebanyak
32 (31,68%) responden berada pada kelompok rata-rata, 36 (35,64%) responden
berada di atas kelompok rata-rata, dan�
33 responden (32,67%) di bawah kelompok rata-rata. Penyebaran (distribusi) skor mutu pelayanan pasien
rawat inap Rumah Sakit Waled �secara
visual diperlihatkan dalam bentuk histogram pada Gambar 2.
Gambar 2
Y
Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled
2. Kompetensi Profesional Tenaga Medis
Penjelasan data kompetensi profesional Tenaga Medis
didasarkan dari hasil pengisian instrumen berbentuk tes. Data Kompetensi
profesional mempunyai rentang skor teoretik antara 0 sampai 35, dan rentang
skor empiris antara 20 sampai dengan 35. Harga rata-rata (M) = 25,33,� simpangan�
baku (SD) = 3,61, median (Me) = 25,00, dan modus (Mo) = 25,00.
Selanjutnya data kompetensi profesional tenaga medis disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi berdasarkan aturan Sturges seperti disajikan pada tabel 9.
Nomor |
Interval Kelas |
Frekuensi Absolut |
Frekuensi Relatif (%) |
Frekuensi Kumulatif (%) |
1 |
19 � 21 |
16 |
15,84 |
15,84 |
2 |
22 � 24 |
28 |
27,72 |
43,56 |
3 |
25 � 27 |
33 |
32,67 |
76,23 |
4 |
28 � 30 |
14 |
13,86 |
90,09 |
5 |
31 � 33 |
7 |
6,93 |
97,02 |
6 |
34 � 36 |
3 |
2,97 |
100,00 |
Jumlah |
101 |
100 |
100 |
Sebanyak 33 (32,67%)
responden berada pada kelompok rata-rata, 24 (23,76%) responden berada di atas
kelompok rata-rata dan 44 (43,56%) responden di bawah kelompok rata-rata.
Penyebaran (distribusi) skor kompetensi profesional secara visual diperlihatkan
dalam bentuk histrogram pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 3
Kompetensi Profesional Tenaga Medis
X1
3. Budaya Kerja
��������� Penjelasan data budaya kerja
didasarkan dari hasil pengisian instrumen berbentuk kuesioner. Variabel budaya
kerja mempunyai rentang skor teoretik antara 35 sampai 175, dan rentang skor
empiris antara 105 sampai dengan 168. Harga rata-rata (M) = 134,15, simpangan
baku (SD) = 14,25,� median (Me) = 132,00,
dan modus (Mo) = 125. Selanjutnya data budaya kerja disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi berdasarkan aturan Sturges seperti disajikan pada tabel
4.3.
Nomor |
Interval Kelas |
Frekuensi Absolut |
Frekuensi Relatif (%) |
Frekuensi Kumulatif (%) |
1 |
105 � 115 |
7 |
6,93 |
6,93 |
2 |
116 � 126 |
26 |
25,74 |
32,67 |
3 |
127 � 137 |
33 |
32,67 |
65,34 |
4 |
138 � 148 |
20 |
19,80 |
85,14 |
5 |
149 � 159 |
8 |
7,92 |
93,06 |
6 |
160 � 170 |
7 |
6,93 |
100,00 |
Jumlah |
101 |
100 |
|
Sebanyak 33 (32,67%) responden berada pada kelompok
rata-rata, 35 (34,63%) responden berada di atas kelompok rata-rata, dan 33
(32,67%) responden di bawah kelompok rata-rata.
����������� Penyebaran distribusi skor budaya kerja secara visual
dalam bentuk histogram diperlihatkan pada gambar 4.�����
Gambar 4
Histogram� Budaya Kerja
X2
4. Gaya Kepemimpinan
��������� Penjelasan data gaya kepemimpinan
didasarkan dari hasil pengisian instrumen berbentuk kuesioner. Variabel gaya
kepemimpinan memiliki rentang skor teoretik antara 47 hingga 235, dan rentang
skor� empirik antara 171 sampai dengan
230 dengan harga rata-rata (M) = 200,14, simpangan baku (SD) = 12,86, median
(Me) = 200,00 dan modus (Mo) = 194,00. Selanjutnya data gaya kepemimpinan
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan aturan Sturges seperti
disajikan pada tabel 11.
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Skor Gaya Kepemimpinan
Nomor |
Interval Kelas |
Frekuensi Absolut |
Frekuensi Relatif (%) |
Frekuensi Kumulatif (%) |
1 |
171 � 180 |
5 |
4,95 |
4,95 |
2 |
181 � 190 |
19 |
18,81 |
23,76 |
3 |
191 � 200 |
28 |
27,72 |
51,48 |
4 |
201 � 210 |
29 |
28,71 |
80,19 |
5 |
211 � 220 |
14 |
13,86 |
94,05 |
6 |
221 � 230 |
6 |
5,94 |
100,00 |
Jumlah |
101 |
100 |
|
Sebanyak 29 (28,71%) responden berada pada kelompok
rata-rata, 20 (19,80%) responden berada di atas kelompok rata-rata dan� 52 (51,48%) responden di bawah kelompok
rata-rata.
Penyebaran (distribusi) skor gaya kepemimpinan secara
visual dalam bentuk histogram diperlihatkan pada gambar 5.
Gambar 5
Histogram Gaya Kepemimpinan
X3
Pada tabel
12 di bawah ini dapat dilihat rekapitulasi angka statistik data yang bersumber
dari variabel kompetensi profesional Tenaga Medis, budaya kerja, dan gaya
kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled.
Tabel 12
Rekapitulasi Statistik Dasar
Variabel |
Rata-rata |
Sim. Baku |
Median |
Modus |
Mutu pelayanan
pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled |
137,77 |
14,13 |
138,00 |
132,00 |
Kompetensi
profesional Tenaga Medis |
25,33 |
3,61 |
25,00 |
25,00 |
Budaya kerja |
134,15 |
14,25 |
132,00 |
125,00 |
Gaya kepemimpinan |
200,14 |
12,86 |
200,00 |
194,00 |
����������� Persyaratan analisis yang dimaksud adalah persyaratan
yang harus dipenuhi agar analisis regresi dapat dilakukan, baik untuk keperluan
prediksi maupun untuk keperluan pengujian hipotesis. Ada tiga syarat yang harus
dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi, baik regresi linier sederhana
maupun regresi ganda, yaitu (1) syarat normalitas data dari suatu regresi
sederhana; (2) syarat homogenitas varians kelompok-kelompok skor Y yang
dikelompokkan berdasarkan kesamaan data variabel prediktor (X); (3) syarat kelinieran
untuk regresi Y atas X untuk regresi sederhana. Dari ketiga persyaratan
tersebut ada dua persyaratan yang disajikan pengujiannya pada bagian ini, yaitu
uji persyaratan normalitas dan uji persyaratan homogenitas varians
kelompok-kelompok skor Y berdasarkan kesamaan data X, sedangkan uji kelinearan
bentuk regresi sederhana Y atas X akan diuji pada bagian pengujian hipotesis
penelitian.
1. Uji Normalitas��
����������� Pengujian normalitas dilakukan untuk
menguji apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Ketentuan pengujiannya
adalah data berdistribusi normal jika Ho diterima dan tidak berdistribusi
normal jika Ho ditolak.
�������� Pengujian
persyaratan normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov.
Ho diterima, jika ahitung < Dtabel
Ho ditolak, jika� ahitung
> Dtabel
a. Uji Normalitas
Mutu Pelayanan Keimigrasian (Y)
����������� Pertama-tama dihitung nilai-nilai
proporsi� (P), menentukan KP, menentukan
zi, menentukan a1, dan a2. ahitung, dan
selanjutnya diambil nilai a tertinggi. Hasil penghitungan diperoleh nilai amax
atau ahitung = 0,057. Nilai ini lebih kecil dari Dtabel
(n = 101; a = 0,05) sebesar 0,1218. Oleh karena ahitung (0,057)
< Dtabel (0,1218), maka data Y berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b.
Uji Normalitas Kompetensi Profesional (X1)
����������� Pertama-tama dihitung nilai-nilai
proporsi� (P), menentukan KP, menentukan
zi, menentukan a1, dan a2. ahitung, dan
selanjutnya diambil nilai a tertinggi. Hasil penghitungan diperoleh nilai amax
atau ahitung = 0,110. Nilai ini lebih kecil dari Dtabel
(n = 101; a = 0,05) sebesar 0,1218. Oleh karena ahitung (0,110)
< Dtabel (0,1218), maka data X1 berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
c. Uji Normalitas
Budaya Kerja (X2)
����������� Pertama-tama dihitung nilai-nilai
proporsi� (P), menentukan KP, menentukan
zi, menentukan a1, dan a2. ahitung, dan
selanjutnya diambil nilai a tertinggi. Hasil penghitungan diperoleh nilai amax
atau ahitung = 0, 077. Nilai ini lebih kecil dari Dtabel
(n = 101; a = 0,05) sebesar 0,1218. Oleh karena ahitung (0,077)
< Dtabel (0,1218), maka data X2 berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
d. Uji Normalitas
Gaya Kepemimpinan (X3)
����������� Pertama-tama dihitung nilai-nilai
proporsi� (P), menentukan KP, menentukan
zi, menentukan a1, dan a2. ahitung, dan
selanjutnya diambil nilai a tertinggi. Hasil penghitungan diperoleh nilai amax
atau ahitung = 0,045. Nilai ini lebih kecil dari Dtabel
(n = 63; a = 0,05) sebesar 0,1541. Oleh karena ahitung (0,045)
< Dtabel (0, 1541), maka data X3 berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
������� Rangkuman hasil penghitungan normalitas dapat
dilihat pada tabel 13� berikut.
Tabel 13
Rangkuman Analisis Uji Normalitas
������������� Variabel
|
A. n
|
amax |
B. Nilai Kritis
|
C.
Keterangan
|
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
||||
X1 |
101 |
0,110 |
0,1218 |
0,1509 |
Normal |
�X2 |
101 |
0,077 |
0,1218 |
0,1509 |
Normal |
�X3 |
101 |
0,045 |
0,1218 |
0,1509 |
Normal |
Y |
101 |
0,057 |
0,1218 |
0,1509 |
Normal |
��� X3 ���� = Gaya kepemimpinan��
��� n� ����� = Jumlah Sampel
2. Uji Homogenitas
��������� Uji homogenitas varians dimaksudkan
untuk menguji homogenitas varians antara kelompok-kelompok skor variabel
terikat (Y) yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan nilai variabel bebas (X).
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji Bartlett.
Proses pengujian yang ditempuh adalah pertama-tama
membuat pengelompokan data Y berdasarkan kesamaan X. Selanjutnya dihitung
nilai-nilai dk, 1/dk, varians si2, log si2,��� (dk)log si2, (dk) si2.
Dari nilai-nilai tersebut dihitung c2,dan hasilnya disebut c2hitung.
a. Pengujian Homogenitas Varians Y atas X1
��������� Hasil penghitungan untuk pengujian
homogenitas varians Y atas X1 diperoleh c2hitung �=
11,54. Nilai c2tabel dengan dk 34 pada � = 0,05 sebesar�� = 43,8, dan pada � = 0,01 sebesar 50,9.� Oleh karena�
c2hitung (11,54)< c2tabel (50,9),�
maka H0 diterima. Hal ini berarti varians kelompok-kelompok Y
atas X1 adalah homogen.
b. Pengujian Homogenitas Varians Y atas X2
��������� Hasil penghitungan untuk pengujian
homogenitas varians Y atas X2 diperoleh c2hitung �=
11,19. Nilai c2tabel dengan dk 48 pada � = 0,05 sebesar� 67,5, dan pada � = 0,01 sebesar 76,2. Oleh karena� c2hitung (11,19)< c2tabel (37,40),�
maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa varians
kelompok-kelompok Y atas X2 adalah homogen.
c. Pengujian Homogenitas Varians Y atas X3
��������� Hasil penghitungan untuk pengujian
homogenitas varians Y atas X3 diperoleh c2hitung �=
30,48. Nilai c2tabel dengan dk 43 pada � = 0,05 sebesar�� 55,8, dan pada � = 0,01 sebesar 63,7.� Oleh karena�
c2hitung (30,48) <�
c2tabel (63,7),�
maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa varians
kelompok-kelompok Y atas X3 adalah homogen.
��������� Keseluruhan hasil uji homogenitas
varians dirangkum pada tabel 14�
berikut:��
Tabel 14
Rangkuman Analisis Hasil Uji Homogenitas
Varians
Y atas Pengelompokan
|
dk |
c2hitung |
D. c2tabel
|
E.
Keterangan
|
|
� = 0,05 |
� = 0,01 |
||||
�X1 |
34 |
11,54 |
43,8 |
50,9 |
Homogen |
�X2 |
48 |
11,19 |
67,5 |
76,2 |
Homogen |
�X3 |
43 |
30,48 |
55,8 |
63,7 |
Homogen |
����� X3 = Gaya Kepemimpinan
����� dk = Derajat Kebebasan
C. Pengujian Hipotesis
��������� Pengujian persyaratan analisis
menunjukkan bahwa skor tiap variabel penelitian telah memenuhi persyaratan
untuk dilakukan pengujian statistik lebih lanjut. Berikut ini akan disajikan pengujian
hipotesis penelitian.
1.
Hubungan antara Kompetensi Profesional Tenaga Medis dengan Mutu
Pelayanan Pasien Rawat Inap
����������� Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini
menyatakan terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional� dengan mutu pelayanan kesehatan. Penghitungan
analisis regresi sederhana berdasarkan data
variabel mutu pelayanan keimigrasian atas kompetensi profesional menghasilkan
arah regresi b sebesar 2,69 dan konstanta a sebesar 69,67. Dengan demikian
bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan oleh� persamaan regresi� Ŷ = 69,67 + 2,69X1. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi,
persamaan regresi ini harus memenuhi syarat uji keberartian (signifikansi) dan
uji kelinearan.
��������� Untuk
mengetahui derajat keberartian dan kelinearan persamaan regresi, dilakukan uji
F dan hasilnya seperti yang disajikan pada tabel
15.
Tabel 15
Tabel ANAVA Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Ŷ = 69,67 + 2,69X1
Sumber Varians |
dk |
JK |
RJK |
Fhitung |
Ftabel |
|
� = 0,05 |
� = 0,01 |
|||||
Total |
101 |
1937055 |
|
|
|
|
Regresi (a) |
1 |
1917101,24 |
|
|
|
|
Regresi (b/a) |
1 |
9445,41 |
9445,41 |
88,99** |
3,94 |
6,90 |
Sisa |
99 |
10508,35 |
106,15 |
|
|
|
Tuna Cocok |
14 |
2113,29 |
150,95 |
1,53ns |
1,82 |
2,32 |
Galat |
85 |
8395,07 |
98,77 |
|
|
|
Keterangan:
** ��� =�
Regresi sangat signifikan (Fh
= 88,99 > Ft = 6,90
pada � = 0,01)
ns ���� =�
Regresi berbentuk linear (Fh
= 1,53 < Ft = 1,82 pada � = 0,01)
dk� �� =� derajat kebebasan�
JK ��� = Jumlah Kuadrat
RJK� = Rerata Jumlah
Kuadrat�
����������� Berdasarkan hasil pengujian
signifikansi dan linearitas seperti pada tabel 4.8., dapat diketahui bahwa
regresi Ŷ = 69,67 + 2,69X1 sangat signifikan dan
linear. Regresi ini mengandung arti bahwa apabila kompetensi profesional
pegawai kesehatan ditingkatkan satu satuan,�
maka mutu pelayanan pasien rawat inap cenderung meningkat sebesar 2,69
satuan pada konstanta 69,67.
����������� Model hubungan antara variabel kompetensi profesional
Tenaga Medis dengan variabel mutu pelayanan Pasien Rawat Inap melalui persamaan
Ŷ = 69,67 + 2,69X1 �seperti�
disajikan pada grafik 1.
Grafik 1
Gambar Regresi Linear Sederhana Hubungan antara� Kompetensi Profesional
Tenaga Medis dengan Mutu pelayanan Pasien Rawat Inap
69,67 X1 Ŷ= 69,67 + 2,69X1
����������� Kekuatan hubungan
antara variabel X1 dengan variabel Y ditunjukkan oleh� koefisien korelasi (ry1)sebesar
0,69. Berdasarkan uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t
diperoleh� harga thitung
sebesar 9,43. Harga ttabel pada��
a = 0,01 dan dk = 99, diperoleh ttabel
= 2,36. Oleh karena thitung (9,43) > ttabel (2,36),
maka koefisien korelasi sangat signifikan. Pada tabel 16, dapat dilihat dengan
jelas� kekuatan hubungan antara X1
dengan Y.
Tabel 16
Rangkuman Hubungan antara Kompetensi Profesional Tenaga Medis
dengan Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap
n |
ry1 |
thitung |
ttabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||
101 |
0,69 |
9,43** |
1,66 |
2,36 |
������ ** =
Koefisien Korelasi sangat signifikan (th = 9,43 > tt =
2,36)
������ ry1� =
Koefisien korelasi antara X1 dengan Y
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti tabel
4.9, ternyata bahwa koefisien korelasi kompetensi profesional Tenaga medis (X1) dengan mutu
pelayanan Pasien Rawat Inap (Y) sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis
penelitian yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kompetensi
profesional Tenaga Medis� dengan mutu
pelayanan Pasien Rawat Inap terbukti kebenarannya dan sangat signifikan. Dengan
kata lain makin tinggi kompetensi profesional Tenaga Medis� seorang pegawai Rumah Sakit Waled� akan makin baik pelayanannya.
����������� Koefisien determinasi
merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel kompetensi
profesional Tenaga Medis� (X1)
dengan variabel mutu pelayanan Pasien Rawat Inap (Y) dan hasil yang diperoleh
sebesar ry12 = 0,692 = 0,4733.
Artinya sebesar 47,33% varians yang terjadi pada mutu pelayanan Pasien Rawat
Inap dapat dijelaskan oleh� varians
Kompetensi profesional melalui regresi Ŷ = 69,67 + 2,69X1.
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel budaya
kerja (X2), diperoleh koefisien korelasi parsial (ry1.2)
sebesar� 0,49. Uji signifikansi korelasi
parsial diperoleh harga sebesar thitung = 5,16, sedangkan harga ttabel
pada � = 0,01 dengan dk = 98, adalah sebesar 2,36.
Oleh karena thitung (5,16) > ttabel (2,36), maka
berarti koefisien korelasi parsial sangat signifikan.
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel gaya
kepemimpinan (X3), diperoleh koefisien korelasi parsial� (ry1.3) sebesar� 0,58. Harga thitung = 7,14,
sedangkan pada � = 0,01
dengan dk = 98, diperoleh harga ttabel = 2,36. Oleh karena� thitung (7,14)� > ttabel (2,36), maka koefisien
korelasi parsial sangat signifikan.
Selanjutnya apabila dilakukan pengontrolan terhadap
variabel budaya kerja (X2) dan variabel gaya kepemimpinan (X3)
secara bersama-sama, maka diperoleh koefisien korelasi parsial (ry1.23)
sebesar� 0,44. Uji keberartian korelasi
parsial dengan uji t diperoleh� harga thitung
sebesar 4,90. Harga ttabel pada a = 0,01 diperoleh sebesar 2,36, sedangkan
harga ttabel pada a = 0,05 diperoleh sebesar 1,66. Oleh karena
harga thitung (4,90) > ttabel (2,36), maka koefisien
korelasi parsial sangat signifikan. Berikut ini disajikan kekuatan korelasi
parsial antara X1 dengan Y jika variabel lainnya dikontrol, yang
dirangkum pada tabel 17.
Tabel 17
Rangkuman Korelasi Parsial antara Kompetensi Profesional� Tenaga Medis
dengan Mutu pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled
n |
Koefisien Korelasi Parsial |
thitung |
ttabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||
101 |
ry1.2� = 0,49 |
5,16** |
1,66 |
2,36 |
101 |
ry1.3� = 0,58 |
7,14** |
1,66 |
2,36 |
101 |
ry1.23 = 0,44 |
4,90** |
1,66 |
2,36 |
**������ = Koefisien korelasi parsial sangat
signifikan (th > tt pada a = 0,01)
*������� = Koefisien korelasi parsial� signifikan (th > tt
pada a = 0,05)
ry1.2���� = Koefisien korelasi parsial X1
dengan Y, jika X2 dikontrol
ry1.3 ��� = Koefisien korelasi parsial X1
dengan Y, jika X3 dikontrol
ry1.23�� = Koefisien korelasi parsial X1
dengan Y, jika X2� dan X3
dikontrol
Harga indeks koefisien korelasi parsial tersebut
menunjukkan bahwa apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas
lainnya yaitu variabel budaya kerja (X2) dan variabel gaya
kepemimpinan (X3) mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hubungan
atau hubungan menjadi lemah, namun� tetap
dapat menjelaskan hubungan positif dan signifikan antara variabel kompetensi
profesional Tenaga Medis� dengan mutu
pelayanan Pasien Rawat Inap.
2.
Hubungan antara Budaya Kerja dengan Mutu Pelayanan Pasien Rawat
Inap
����������� Hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu terdapat
hubungan positif antara budaya kerja dengan mutu pelayanan Pasien rawat Inap
Rumah Sakit Waled. Penghitungan analisis
regresi sederhana terhadap data variabel mutu pelayanan Pasien rawat Inap atas
budaya kerja menghasilkan arah regresi b sebesar 0,62 dan konstanta a sebesar
54,33. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua� variabel tersebut dapat digambarkan oleh� persamaan regresi Ŷ = 54,33 + 0,62X2. Sebelum digunakan untuk
keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat kelinearan dan
keberartian.
Untuk
mengetahui derajat keberartian dan kelinearan persamaan regresi, dilakukan uji
F dan hasilnya seperti yang disajikan pada
tabel 18.
Tabel 18
Tabel ANAVA Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi
Ŷ = 54,33 + 0,62X2
Sumber Varians |
dk |
JK |
RJK |
Fhitung |
Ftabel |
|
� =
0,05 |
�
=0,01 |
|||||
Total |
101 |
1937055 |
|
|
|
|
Regresi (a) |
1 |
1917101,24 |
|
|
|
|
Regresi (b/a) |
1 |
7857,12 |
7857,12 |
64,30** |
3,94 |
6,90 |
Sisa |
99 |
12096,65 |
122,19 |
|
|
|
Tuna Cocok |
47 |
5444,37 |
115,84 |
0,91ns |
1,60 |
1,94 |
Galat |
52 |
6652,27 |
127,93 |
|
|
|
Keterangan:
**� �=� Regresi sangat signifikan (Fh = 64,30 > Ft
= 6,90 pada � = 0,01)
ns� � =� Regresi berbentuk linear (Fh = 0,91 < Ft = 1,60 pada � = ,01)
������ dk�� =�
derajat kebebasan�
Berdasarkan
hasil pengujian signifikansi dan linearitas seperti pada tabel 18., dapat
diketahui bahwa regresi Ŷ �= 54,33 +
0,62X2 sangat signifikan dan linear. Regresi ini mengandung
arti bahwa apabila budaya kerja ditingkatkan satu satuan maka mutu pelayanan
pasien Rawat Inap cenderung meningkat sebesar�
0,62 satuan pada konstanta 54,33.
����������� Model hubungan antara variabel budaya kerja dengan
variabel mutu pelayanan pasien rawat inap melalui persamaan Ŷ = 54,33 + 0,62X2 dapat digambarkan seperti disajikan pada
Grafik 2.
54,33 X2 Ŷ = 54,33 + 0,62X2
����������� Kekuatan hubungan
antara variabel budaya kerja (X2) dengan variabel mutu pelayanan
pasien rawat inap (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry2 sebesar
0,63. Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t diperoleh� harga thitung sebesar 8,02.
Harga� ttabel pada� a = 0,01 dengan dk = 99 diperoleh ttabel = 2,36. Oleh
karena thitung (8,02) > ttabel (2,36) maka koefisien
korelasi sangat signifikan.� Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X2
dengan Y dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19
Rangkuman Hubungan antara Budaya Kerja� dengan Mutu
Pelayanan PasirnRawat Inap Rumah Sakit Waled
n |
ry2 |
thitung |
ttabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||
101 |
0,63 |
8,02** |
1,66 |
2,36 |
��������������� ** = Koefisien korelasi sangat
signifikan (th = 8,02 > tt = 2,36)
ry2= Koefisien
korelasi X2 dengan Y
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti tabel
4.12., ternyata bahwa koefisien korelasi antara budaya kerja dengan mutu
pelayanan pasien rawat Inap sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis
penelitian yang mengatakan terdapat hubungan positif antara budaya kerja dengan
mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled terbukti kebenarannya.
Dengan kata lain semakin positif budaya kerjaRumah Sakit Waled, akan semakin
baik mutu pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled.
����������� Koefisien determinasi
adalah kuadrat dari koefisien korelasi antara X2 dengan Y yaitu (ry22)sebesar
0,632 = 0,3944. Hal ini berarti sebesar 39,44% varians yang terjadi
pada mutu pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled� dapat dijelaskan oleh� varians budaya kerja melalui regresi Ŷ �= 54,33 +
0,62X2.
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel
kompetensi profesional Tenaga Medis� (X1),
diperoleh koefisien korelasi parsial (ry2.1) sebesar� 0,36. Hasil uji signifikansi diperoleh thitung
= 3,82, sedangkan dari daftar tabel t pada � = 0,01 dengan dk = 98, diperoleh harga ttabel
= 2,36. Oleh karena thitung (3,82) > ttabel (2,36)
berarti koefisien korelasi parsial sangat signifikan. Apabila dilakukan
pengontrolan terhadap variabel gaya kepemimpinan (X3), maka
diperoleh koefisien korelasi parsial (ry2.3) sebesar� 0,50. Hasil uji signifikansi diperoleh thitung
= 5,70, sedangkan dari daftar tabel t pada � = 0,01 dengan dk = 98, diperoleh harga ttabel
= 2,36. Oleh karena thitung (5,70)�
> ttabel (2,36), berarti korelasi parsial sangat
signifikan.
Selanjutnya apabila dilakukan pengontrolan terhadap
variabel kompetensi profesional Tenaga Medis (X1) dan variabel gaya
kepemimpinan (X3) secara bersama-sama maka diperoleh koefisien
korelasi parsial (ry2.13) sebesar 0,29. Hasil uji signifikansi
diperoleh harga thitung = 2,98, sedangkan dari daftar tabel t pada � = 0,05 dengan dk = 97, diperoleh harga ttabel
= 2,98, dan pada pada � = 0,01
dengan dk = 97, diperoleh harga ttabel = 2,36. Oleh karena thitung
(2,98)� > ttabel (2,36),
berarti korelasi parsial sangat signifikan. Kekuatan korelasi parsial antara X2
dengan Y jika variabel lainnya dikontrol dirangkum pada tabel 20 berikut ini.
Tabel 20
Rangkuman Korelasi Parsial antara Budaya
Kerja dengan Mutu
Pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled
n |
Koefisien Korelasi parsial |
thitung |
ttabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||
101 |
ry2.1 = 0,36 |
3,82** |
1,66 |
2,36 |
101 |
ry2.3 = 0,50 |
5,70** |
1,66 |
2,36 |
101 |
ry2.13 = 0,
29 |
2,98** |
1,66 |
2,36 |
**������� = Koefisien korelasi parsial sangat
signifikan (th > tt pada a = 0,01)
�������� ry2.1��� ������ = Koefisien
korelasi parsial X2 dengan Y, jika X1 dikontrol
ry2.3��� ���� =
Koefisien korelasi parsial X2 dengan Y, jika X3 dikontrol
�������� ry2.13 ��������� = Koefisien korelasi parsial X2 dengan Y,
jika X1 dan X3� dikontrol
Harga indeks koefisien korelasi parsial tersebut
menunjukkan bahwa bila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas lainnya,
mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hubungan atau hubungan menjadi lemah,
namun tetap dapat memberi gambaran hubungan positif antara budaya kerja dengan
mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled. Dapat disimpulkan bahwa semakin positif budaya
kerja pegawai Rumah Sakit Waled� maka
semakin baik mutu pelayanan pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled. Sedang jika
budaya kerja pegawai Rumah Sakit Waled semakin negatif, maka semakin buruk
pelayanan Pasien Rawat Inap� Rumah Sakit
Waled.
3.
Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Mutu Pelayanan Pasien
Rawat Inap Rumah Sakit Waled
Hipotesis
ketiga dalam penelitian ini menyatakan terdapat hubungan positif antara gaya
kepemimpinan dengan mutu pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled.
Penghitungan lengkap analisis regresi
sederhana terhadap data variabel mutu pelayanan pasien rawat inap� atas gaya kepemimpinan menghasilkan arah
regresi b sebesar 0,63 dan konstanta a sebesar 11,33. Dengan demikian bentuk
hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan oleh� persamaan regresi Ŷ �= 11,33 +
0,63X3. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan
regresi ini harus memenuhi syarat kelinearan dan keberartian.
����������� Untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinearan
persamaan regresi, dilakukan uji F dan hasilnya dapat ditelaah pada tabel 21.
Tabel 21.
Tabel ANAVA Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi
Ŷ �= 11,33 + 0,63X3
Sumber Varians |
dk |
JK |
RJK |
Fhitung |
Ftabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||||
Total |
101 |
1937055 |
|
|
|
|
Regresi (a) |
1 |
1917101,24 |
|
|
|
|
Regresi (b/a) |
1 |
6599,88 |
6599,88 |
48,93** |
3,94 |
6,90 |
Sisa |
99 |
13353,88 |
134,89 |
|
|
|
Tuna Cocok |
42 |
6011,60 |
143,13 |
1,11ns |
1,61 |
1,96 |
Galat |
57 |
7342,28 |
128,81 |
|
|
|
Keterangan:
** ��� =�
Regresi sangat signifikan (Fh
= 48,93 > Ft = 6,90
pada � = 0,01)
ns ���� =�
Regresi berbentuk linear (Fh
= 1,11 < Ft = 1,61 pada � = 0,01)
dk���� = derajat
kebebasan���
JK���� = Jumlah Kuadrat������
����������� Berdasarkan hasil pengujian signifikansi dan linearitas
seperti pada tabel 4.8., dapat diketahui bahwa regresi Ŷ = 11,33 + 0,63X3
sangat signifikan dan linear. Model regresi ini mengandung arti bahwa
apabila gaya kepemimpinan ditingkatkan satu satuan maka mutu pelayanan pasien
rawat inap Rumah Sakit Waled� cenderung
meningkat sebesar 0,63 satuan pada konstanta 11,33.
����������� Model
hubungan antara variabel gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasien rawat
inap� dengan model persamaan Ŷ �= 11,33 +
0,63X3 dapat digambarkan seperti pada grafik 3.
Gambar 3
Gambar Regresi Linear Sederhana Hubungan antara Gaya Kepemimpinan
Dengan Mutu Pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled
Ŷ = 11,33 + 0,63X3
����������� Kekuatan hubungan
antara variabel gaya kepemimpinan (X3) dengan variabel mutu
pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled (Y) ditunjukkan oleh koefisien
korelasi (ry3) sebesar = 0,58. Uji keberartian koefisien korelasi dengan
uji t diperoleh� harga thitung
sebesar 6,70, sedangkan dari daftar t pada a = 0,01 dengan dk = 99 diperoleh harga ttabel = 2,36. Oleh karena thitung (6,70)� > ttabel (2,36), maka koefisien
korelasi sangat signifikan. Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X3
dengan Y dapat dilihat pada tabel 22.
Tabel 22
Rangkuman Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Mutu Pelayanan
pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled
N |
ry3 |
thitung |
ttabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||
101 |
0,58 |
6,70** |
1,66 |
2,36 |
**�� �� =
Koefisien korelasi sangat signifikan (th = 6,70 > tt =
2,36)
ry3������� = Koefisien Koefisien korelasi
antara X3 dengan Y
Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti tabel
4.9., ternyata bahwa koefisien korelasi gaya kepemimpinan (X3) dengan mutu
pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled (Y) sangat signifikan. Dengan
demikian hipotesis penelitian diterima, dan temuan ini menyimpulkan bahwa
hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasien rawat
inap Rumah Sakit Waled� teruji
kebenarannya. Dengan kata lain semakin demokratis gaya kepemimpinan di Rumah
Sakit Waled, akan semakin baik mutu pelayanan pasien rawat Inap Rumah Sakit
Waled..
������������� Koefisien determinasi adalah kuadrat dari
koefisien korelasi antara variabel gaya kepemimpinan (X3) dengan
variabel mutu pelayanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Waled� (Y) yaitu sebesar (ry32)=
(0,582 = 0,3306, �yang
menunjukkan bahwa 33,06 varians yang terjadi pada mutu pelayanan pasien rawat
inap Rumah Sakit Waled� dapat dijelaskan
oleh� varians gaya kepemimpinan melalui
regresi Ŷ = 11,33 + 0,63X3.
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel
kompetensi profesional (X1) maka diperoleh koefisien korelasi
parsial (ry3.1) parsial �sebesar� 0,40. Harga thitung = 4,37. Harga
ttabel pada a = 0,01� dengan dk = 98,
diperoleh harga �ttabel= 2,36. Oleh karena harga thitung
(4,37)> ttabel= 2,36, maka koefisien korelasi parsial
sangat signifikan.
Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel budaya
kerja (X2) diperoleh koefisien korelasi parsial� (ry3.2) sebesar� = 0,41. Harga thitung = 4,49,
sedangkan hargat ttabel pada a = 0,01� dengan dk = 98, diperoleh harga �ttabel=
2,36. Oleh karena harga thitung (4,49)> ttabel( 2,36),
maka koefisien korelasi parsial sangat signifikan.
Selanjutnya apabila dilakukan pengontrolan terhadap
variabel kompetensi profesional Tenaga medis (X1) dan variabel
budaya kerja (X2) secara bersama-sama maka diperoleh koefisien
korelasi parsial (ry3.12) sebesar�
0,34. Selanjutnya uji keberartian korelasi parsial dengan uji t
diperoleh� harga thitung
sebesar 3,63, dan ttabel dengan dk 97 pada taraf signifikansi a = 0,05 diperoleh ttabel sebesar
1,66 dan pada taraf signifikansi a = 0,01 diperoleh indeks ttabel
sebesar 2,36. Oleh karena harga thitung (3,40) > ttabel
(2,36), berarti koefisien korelasi parsial sangat signifikan. Selanjutnya
kekuatan korelasi parsial antara X3 dengan Y jika variabel lainnya
dikontrol dirangkum pada tabel 23 berikut ini.
Tabel 23
Rangkuman Korelasi Parsial antara Gaya Kepemimpinan dengan Mutu
Pelayanan Pasien rawat Inap Rumah Sakit Waled
n |
Koefisien Korelasi Parsial |
thitung |
ttabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||
101 |
ry3.1 = 0,40 |
4,37** |
1,66 |
2,36 |
101 |
ry3.2 = 0,41 |
4,49** |
1,66 |
2,36 |
101 |
ry3.12 = 0,34 |
3,63** |
1,66 |
2,36 |
�������� **���������� =
Koefisien korelasi parsial sangat signifikan (th > tt
pada a = 0,01)
�������� ry3.1 ���������� = Koefisien korelasi parsial X3 dengan Y,
jika X1 dikontrol
�������� ry3.2 ���������� = Koefisien korelasi parsial X3 dengan Y,
jika X2 dikontrol
�������� ry3.12 ��������� = Koefisien korelasi parsial X3 dengan Y,
jika X1 dan X2 dikontrol
Koefisien korelasi parsial tersebut menunjukkan bahwa
bila dilakukan pengontrolan terhadap variabel bebas lainnya, tetap menunjukkan
hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan mutu pelayanan Pasien Rawat
Inap yang signifikan.
Gaya kepemimpinan yang
dimiliki seorang pimpinan Rumah Sakit Waled�
akan menjadi panutan, sehingga pegawai Rumah Sakit Waled akan
menghasilkan pelayanan yang baik dalam melayani pasien� rawat inap
4.
Hubungan antara
Kompetensi Profesional Tenaga Medis, Budaya Kerja, dan� Gaya Kepemimpinan secara Bersama-sama dengan
Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Waled
������������� Hipotesis keempat yang
diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
kompetensi profesiona tenaga medis l, budaya kerja dan gaya
kepemimpinan dengan mutu pelayanan pasien rawat Inap di Rumah Sakit Waled.
������������� Penghitungan regresi jamak data variabel mutu pelayanan pasien
rawat inap Rumah Sakit Waled�
menghasilkan arah regresi a1 sebesar 1,60 untuk variabel
kompetensi profesional tenaga medis (X1), a2 sebesar 0,25
untuk variabel budaya kerja (X2), dan� a3 sebesar 0,30 untuk variabel
gaya kepemimpinan (X3), serta konstanta a0 sebesar 4,20.
Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
tersebut dapat digambarkan persamaan�
regresi Ŷ = 4,20 + 1,60X1 + 0,25X2 +
0,30X3. Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi,
persamaan regresi ini harus dilakukan uji keberartian regresi.
����������� Untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi
jamak, dilakukan uji F dan hasilnya dapat ditelaah pada tabel 24� berikut ini.
Tabel 24
Tabel�
ANAVA Uji Signifikansi Regresi
Ŷ = 4,20 + 1,60X1 + 0,25X2 + 0,30X3
Sumber Varians |
dk |
JK |
RJK |
Fhitung |
Ftabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||||
Regresi |
3 |
11878,39 |
11878,39 |
47,56** |
3,94 |
6,90 |
Sisa |
97 |
8075,38 |
83,25 |
|
|
|
Keterangan:
**� ��� =
Regresi sangat signifikan (Fh�
= 47,56 > Ft = 6,90 pada a = 0,01)
dk� ��� =
derajat kebebasan���
JK���� = Jumlah Kuadrat
RJK�� = Rerata Jumlah Kuadrat
����������� Berdasarkan hasil pengujian signifikansi dan linearitas
seperti pada tabel 4.17 disimpulkan bahwa regresi Ŷ = 4,20 + 1,60X1 + 0,25X2 + 0,30X3 sangat signifikan.
��������� Kekuatan hubungan jamak antara
variabel X1, variabel X2 dan variabel X3
dengan variabel Y menghasilkan koefisien korelasi sebesar Ry.123 = 0,77. Uji
keberartian dengan menggunakan uji F sebesar Fhitung = 47,56. Untuk
lebih jelasnya mengenai hubungan X1,X2,X3
dengan Y dapat dilihat pada tabel 25
Tabel 25
Rangkuman Hubungan antara Kompetensi
Profesional Tenaga
Medis, Budaya Kerja, Gaya Kepemimpinan secara
bersama-sama
dengan Mutu Pelayanan pasien Rawat Inap Rumah
Sakit Waled
N |
Ry.123 |
Fhitung |
Ftabel |
|
a = 0,05 |
a = 0,01 |
|||
101 |
0,77 |
47,56** |
3,94 |
6,90 |
**������� = Koefisien korelasi sangat signifikan (Fh = 47,56
> Ft = 6,90)
Ry.123��� = Koefisien korelasi jamak antara X1,
X2 , X3 dengan Y
X3
�������������� = Gaya kepemimpinan
� ������ Dari hasil pengujian signifikansi seperti
pada tabel 4.18 di atas, dapat diketahui bahwa koefisien korelasi jamak yang
diperoleh dalam penelitian ini sangat signifikan. Temuan ini membuktikan bahwa
terdapat hubungan positif antara kompetensi profesional Tenaga Medis, budaya
kerja, dan gaya kepemimpinan secara bersama dengan mutu pelayanan pasien rawat
inap Rumah Sakit Waled telah teruji kebenarannya.
����������� Koefisien determinasi adalah sebesar� R2y.123 = 0,772
= 0,595. Ini menunjukkan bahwa 59,5% varians yang terjadi pada variabel mutu
pelayanan pasien rawat inap� dapat
dijelaskan secara bersama-sama oleh varians variabel kompetensi profesional
Tenaga medis , budaya kerja, dan gaya kepemimpinan� melalui regresi Ŷ = 4,20 + 1,60X1 + 0,25X2 + 0,30X3.
Melihat Koefisien
determinasi yang cukup besar, yaitu 59,5 persen berarti selebihnya merupakan
sumbangan variabel lain. Nilai persentase sumbangan kompetensi profesional
tenaga medis , budaya kerja, dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama terhadap
mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled cukup besar. Oleh karena itu
faktor kompetensi profesional, budaya kerja, dan gaya kepemimpinan merupakan
faktor yang dominan dalam� meningkatkan
mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled.
����������� Peringkat hubungan berdasarkan
koefisien korelasi parsial antara kompetensi profesional tenaga medis� (X1), budaya kerja (X2),
dan gaya kepemimpinan (X3) dengan mutu pelayanan pasien rawat inap
Rumah Sakit Waled� (Y), yang menentukan
urutan variabel bebas yang paling kuat hubungannya dengan variabel terikat,
dapat dilihat pada tabel 26.
Tabel 26
Peringkat Hubungan antara variabel bebas
dengan
variabel terikat
n
|
Koefisien Korelasi
Parsial
|
Peringkat
|
101 |
ry1.23 =
0,44 |
Pertama |
101 |
ry3.12 =
0.34 |
Kedua |
101 |
ry2.13 =
0,29 |
Ketiga |
Kesimpulan:
Merujuk pada
analisis dan pembahasan di atas, peneliti dapat menangkap beberapa kesimpulan,
yakni:
1. semakin tinggi kompetensi
profesional tenaga medis maka semakin baik mutu pelayanan pasien rawat inap.
Demikian sebaliknya, semakin rendah kompetensi profesional tenaga medis� maka semakin buruk mutu pelayanan pasien
rawat inap Rumah Sakit Waled
2. semakin positif budaya
kerja� Rumah Sakit Waled maka akan
semakin baik mutu pelayanan pasien rawat inap Rumah Sakit Waled , Demikian
sebaliknya, semakin negatif budaya kerja Rumah Sakit Waled maka� semakin buruk mutu pelayanan pasien rawat
inap Rumah Sakit Waled.
Berdasarkan hasil temuan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien rawat Inap di Rumah
Sakit Waled� dapat dilakukan dengan
meningkatkan kompetensi profesional tenaga medis� memperbaiki budaya kerja dan memperbaiki gaya
kepemimpinan di Rumah Sakit Waled.
BIBLIOGRAFI
Anwar Prabu Mangkubumi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya�
Depkes RI. 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit
Cacingan. Jakarta: Direkoran Jendral P2m & PLP.
Djojonegoro, Wardiman. 1996. Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan
Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
E. Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hlm: 37 �
38. Bandung: Remaja Rosda Karya
Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 91 tahun 1993 tentang Pedoman Tata laksana
Pelayanan Umum.
Miftah, Thoha. 2013. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Implikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.