� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
�� e-ISSN :
2548-1398
�� Vol. 2, no 4 April 2017
ANALISIS FAKTOR RISIKO
YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT OIL MOVEMENT SECTION PT. PERTAMINA UP VI BALONGAN TAHUN 2015
Ichsan Hadipranoto dan Hendra
Akamigas Balongan
Email : [email protected]
Abstrak
Kegiatan pengolahan minyak mentah hingga
menjadi berbagai produk memiliki potensi bahaya terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan dapat terjadi akibat berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
manusia. Faktor manusia dapat berupa kelelahan kerja yang berpotensi timbul
pada saat bekerja dan dapat dipengaruhi faktor risiko. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimanakah fenomena kelelahan kerja pada karyawan shift Oil
Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 serta faktor risiko
yang mempengaruhinya (usia, indeks masa tubuh, intake cairan, durasi tidur,
gangguan tidur, shift kerja dan masa kerja). Penelitian ini bersifat
kuantitatif dengan desain observasional dan pendekatan potong lintang.
Penelitian ini bertempat di oil movement section PT. Pertamina UP VI Balongan
pada Bulan Juni Tahun 2015 dengan responden dalam penelitian ini berjumlah 45
orang. Tingkat kelelahan kerja diukur secara subjektif dengan menggunakan kuesioner
Checklist Individual Strength 20R. Aktivitas karyawan shift yang menuntut
kondisi fisik, stamina dan konsentrasi yang tinggi memiliki potensi terjadinya
kelelahan kerja. Gejala kelelahan yang dirasakan oleh karyawan shift secara berurutan
dari yang paling banyak adalah permasalahan konsentrasi, kelelahan fisik,
penurunan motivasi dan penurunan aktivitas fisik. Dari 45 responden yang
benar-benar mengalami kelelahan kerja ditinjau dari 4 dimensi didapatkan
sebanyak 2 responden. Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan dari faktor risiko (usia, indeks masa tubuh, intake cairan,
durasi tidur, gangguan tidur, shift kerja dan masa kerja) terhadap kejadian
kelelahan kerja pada karyawan shift oil movement section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015. Kendati demikian secara substansial faktor risiko usia,
indeks masa tubuh, intake cairan, durasi dan adanya gangguan tidur, shift kerja
cukup berpengaruh terhadap potensi timbulnya kelelahan kerja.
Kata kunci; Kelelahan Kerja
Pendahuluan
Pertumbuhan industri
yang pesat pada era modern sekarang ini menuntut kinerja dan produktivitas
kerja yang optimal dalam pengaturan waktu kerja yang padat. Seluruh energi yang
dikerahkan oleh tubuh tanpa pengaturan waktu kerja yang cukup tentunya berimbas
pada timbulnya kelelahan kerja baik berupa kelelahan kerja fisik, kognitif
maupun psikis. Dews, et.al pada penelitiannya tahun 2012 menyatakan bahwa
kelelahan kerja itu bisa berkaitan dengan kinerja yang terganggu secara neurobehavioural hingga suasana hati
negatif yang dalam suatu kesempatan tertentu dapat meningkatkan bahkan
menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan bahkan kecelakaan kerja.
Pada Tahun 2005, BP
Texas mengalami ledakan dahsyat yang merenggut sekitar 15 korban jiwa dan 180
luka serius, dan diperkirakan karena menara ini terlalu penuh karena katup yang
memungkinkan cairan mengalir dari bawah menara ke dalam tangki penyimpanan
dibiarkan tertutup selama lebih dari tiga jam selama pengaktifan pada pagi hari
tanggal 23 Maret, yang bertentangan dengan prosedur pengaktifan unit,� kemudian tim investigasi dari US Chemical Safety Board melakukan
pemeriksaan terhadap berbagai kondisi maupun faktor manusia yang mendasari
terjadinya kesalahan tersebut adanya keterlibatan faktor manusia berupa
kelelahan kerja pada operator harian atau Day
Board Operator yang diperkirakan mengalami acute sleep loss dan cummulative
sleep debt dan kondisi terkait yang memungkinkan kesalahan lebih mungkin
terjadi (CSB, 2007).
PT. Pertamina UP VI
Balongan bergerak dalam pengolahan minyak mentah hingga menghasilkan berbagai
produk, mempunyai salah unit yang berpotensi menimbulkan kelelahan karena
pekerjaan yaitu Oil Movement Section. Sebagian besar karyawan dalam Oil
Movement Section adalah karyawan shift yang bertugas untuk mengelola dan
memantau transfer produk hasil pengolahan agar berjalan dengan semestinya.
Aktivitas Oil Movement Section menuntut kondisi fisik dan mental yang
baik pada karyawan. Pola shift pada Oil Movement Section terdiri atas
shift pagi, sore dan malam. Karakteristik aktivitas karyawan shift di Oil
Movement Section berpotensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja, namun
belum diketahui apakah terdapat kelelahan pada karyawan dan hal apa saja yang
berkontribusi terhadap kelelahan tersebut.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui fenomena kelelahan kerja pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan dan faktor risiko yang mempengaruhinya meliputi usia, Indeks Masa
Tubuh, intake cairan, durasi tidur, gangguan tidur, shift dan masa kerja.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015.
�
Metode Penelitian
Metode
penelitian ini bersifat kuantitatif, menggunakan desain observasional dengan
pendekatan potong lintang. Penelitian ini mengambil tempat di PT. Pertamina UP
VI Oil Movement Section Balongan Indramayu, Jawa Barat, Indonesia dan
dilakukan pada Bulan Juni Tahun 2015.
Populasi
dalam� penelitian ini adalah seluruh
karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun
2015. Sampel penelitian yang diambil dipertimbangkan berdasarkan teknik
pengambilan sampel untuk survei adalah menggunakan sampel klaster (Cluster
Sampling). Sampel penelitian sebanyak 15 responden per klaster. Klaster
yang digunakan adalah shift kerja sehingga total sampel untuk 3 klaster adalah
45 responden.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1.
Gambaran
Aktivitas Karyawan Shift Oil Movement
Section
Karyawan pertamina bagian Oil Movement Section �bertanggung jawab dalam menangani pergerakan
minyak baik ke dalam dan keluar kilang minyak UP VI Balongan. Pergerakan minyak
dimulai dari penerimaan minyak mentah, penyalurannya ke unit-unit proses,
pengaliran produksi dari kilang menuju tempat penampungan, pemrosesan hingga
terbentuk produk akhir hingga transfer dari dan ke kapal maupun untuk keperluan
dalam negeri. Aktivitas kerja
sehari-hari karyawan shift Oil Movement
Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 adalah melakukan pemantauan
di lapangan maupun ruangan, pemeliharaan teknis baik pipa, pompa, mesin,
pelaporan kegiatan harian dan program kerja yang berjalan, penyelesaian
berbagai kendala teknis agar proses transfer produk hasil pengolahan berjalan
sesuai prosedur dan prinsip keselamatan kerja. Adanya perintah maupun perubahan
yang membutuhkan tindakan haruslah dikoordinasikan dengan baik dan sesegera
mungkin baik dengan pihak HSE, control
room maupun supply change.
Karyawan shift Oil Movement Section terpapar berbagai
faktor lingkungan baik temperatur, kelembapan, kebisingan, ketinggian,
pencahayaan dan paparan zat kimia sehingga prosedur penggunaan alat pelindung
diri menjadi syarat utama dilakukannya seluruh aktivitas pekerjaan. Lapangan
kerja karyawan shift Oil Movement Section
yang meliputi area yang luas yang dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda
maupun lokasi pengecekan valve dan perpipaan yang tinggi yang dapat dijangkau
dengan menaiki tangga ini membutuhkan kondisi fisik yang sigap, stamina yang
tinggi, konsentrasi yang penuh, kondisi pikiran yang jernih dan dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang panas (�30�C)
di siang hari maupun di malam hari. Seluruh aktivitas pekerjaan membutuhkan
ketepatan waktu karena jika terdapat keterlambatan akan dapat membahayakan baik
diri sendiri maupun karyawan lain.
Setelah 4 jam pekerjaan, karyawan
shift Oil Movement Section dapat
beristirahat selama 30 menit. Durasi waktu yang dibutuhkan karyawan untuk
menyelesaikan shift adalah 8 jam. Setelah 3 hari shift karyawan mendapatkan
waktu libur selama 1 hari untuk rotasi shift pada 3 hari berikutnya.
2.
Gambaran
Kelelahan kerja Pada Karyawan Shift Oil
Movement Section
Dengan menggunakan kuesioner Checklist Individual Strength maka dapat
diperoleh 3 tingkatan skor kelelahan, antara lain ringan (dalam batas normal),
sedang dan berat.
Tabel
1
Gambaran
Kelelahan kerja Pada Karyawan Shift Oil
Movement Section
PT.
Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015
Total
Nilai CIS |
Jumlah |
Prosentase |
�Tak Mengalami ( < 76) |
43 |
95,3 |
�Mengalami�
( ≥ 76) |
2 |
4,7 |
Total |
45 |
100 |
Ket
: Kelelahan kerja disederhanakan menjadi 2 kategori untuk dapat memperoleh
hasil statistik melalui regresi biner logistik, yakni kategori rendah dan
sedang, adapun kategori tinggi digabungkan kedalam kategori sedang.
Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan pada penelitian maka diperoleh sebanyak 43 (95,3%) responden
memiliki total nilai CIS score < 76 dengan kelelahan kerja risiko rendah sehingga responden dapat dianggap
tidak menderita kelelahan dan sebanyak 2 (4,7%) responden memiliki total nilai
CIS score ≥ 76 dengan kelelahan kerja risiko tinggi sehingga responden
dapat dianggap menderita kelelahan kerja. Dengan demikian maka sebagian besar
responden memiliki CIS score < 76 yang berarti sebagian besar responden dapat
dianggap tidak menderita kelelahan kerja.
Tabel 2
�Gambaran Kelelahan Kerja Berdasarkan Gejala (CIS Items) Pada Karyawan
Shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015
Checklist Individual
Strength items |
Responden |
Persentase |
|
n |
% |
||
Severity of
Fatigue |
I
feel tired. |
25 |
56 |
Physically I feel exhausted. |
19 |
42 |
|
I feel fit. |
12 |
27 |
|
I feel powerless. |
14 |
31 |
|
I am rested. |
6 |
13 |
|
Physically I feel I am in bad form. |
7 |
16 |
|
I tire easily. |
8 |
18 |
|
Physically I feel I am in an excellent condition. |
3 |
7 |
|
Concentration problems |
Thinking requires effort. |
32 |
71 |
When I am doing something, I can keep my thoughts on
it. |
6 |
13 |
|
I find it easy to focus my mind. |
9 |
20 |
|
It takes a lot of effort to concentrate on things. |
27 |
60 |
|
My thoughts easily wander. |
9 |
20 |
|
Decreased
Motivation |
I feel very active. |
12 |
27 |
I feel like doing lots of nice things. |
11 |
24 |
|
I have a lot of plans. |
6 |
13 |
|
I don�t feel like doing anything. |
5 |
11 |
|
Decreased Physical Activity |
I am physically very active. |
12 |
27 |
I am physically not very active. |
10 |
22 |
|
My level of physical activity is low. |
8 |
17 |
Berdasarkan distribusi gejala
kelelahan menurut CIS items yang dirasakan oleh 45 karyawan shift sebagaimana
tercantum pada tabel 6.3, diketahui bahwa gejala kelelahan yang paling banyak
dirasakan oleh karyawan shift yaitu permasalahan konsentrasi - Thinking requires effort - sebanyak 32
responden, keparahan kelelahan - I feel
tired - sebanyak 25 responden, penurunan motivasi - I feel very active - sebanyak 12 responden dan penurunan aktivitas
fisik - I am physically very active -
sebanyak 12 responden.
3.
Distribusi
Karakteristik Faktor Risiko Karyawan Shift Oil
Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015
Populasi penelitian yang diambil
sebagai responden atau sampel merupakan karyawan shift Unit Produksi Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan berjumlah 71 orang dan dari hasil perhitungan sampel dengan metode
sampel kluster menggunakan rumus acak sederhana diperoleh sekitar 15 orang per
shift atau 45 orang untuk 3 shift.
Tabel
3
Distribusi
Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko
No |
Variabel |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
1 |
Usia |
< 30 Tahun |
18 |
40 |
≥ 30 Tahun |
27 |
60 |
||
Total |
45 |
100 |
||
2 |
IMT |
<17 kg/m2 |
0 |
0 |
17 � 23 kg/m2 |
18 |
40 |
||
>23 � 27 kg/m2 |
18 |
40 |
||
>27 kg/m2 |
9 |
20 |
||
Total |
45 |
100 |
||
3 |
Intake
Cairan |
< 1,8 l / hari |
15 |
33 |
≥ 1,8 l / hari |
30 |
67 |
||
Total |
45 |
100 |
||
4 |
Durasi Tidur |
< 8 jam / hari |
17 |
38 |
≥ 8 jam / hari |
28 |
62 |
||
Total |
45 |
100 |
||
5 |
Gangguan
Tidur |
Ada |
3 |
7 |
Tidak |
43 |
93 |
||
Total |
45 |
100 |
||
6 |
Shift Kerja |
08.00 � 16.00 |
15 |
33 |
16.00 � 24.00 |
15 |
33 |
||
24.00 � 08.00 |
15 |
33 |
||
Total |
45 |
100 |
||
7 |
Masa Kerja |
< 3 tahun |
15 |
33 |
≥ 3 tahun |
30 |
67 |
||
Total |
45 |
100 |
4.
Usia
Hasil analisa hubungan antara faktor risiko
usia dengan kelelahan kerja memperlihatkan bahwa usia < 30 Tahun tidak ada
yang mengalami kelelahan kerja. Sedangkan responden
dengan usia ≥ 30 Tahun� dengan
kelelahan kerja sebanyak 2 (7%) dari total 27
responden.
Dari hasil uji statistik Chi square dengan Fisher Exact diperoleh signifikansi 0,355� >�
nilai α� 0,05 maka H0 diterima
sehingga dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor
risiko usia dengan kelelahan kerja karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 atau
dengan kata lain tidak ada perbedaan kelelahan kerja jika dilihat dari faktor
risiko usia karyawan shift Oil Movement
Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
5.
Indeks
Masa Tubuh (IMT)
Hasil analisa hubungan antara faktor risiko
Indeks Masa Tubuh dengan kelelahan kerja memperlihatkan bahwa� IMT (normal) 17 � 23 kg/m2 dan IMT (obese) >27
kg/m2 tidak ada yang mengalami kelelahan kerja. Sedangkan responden dengan IMT
(overweight)
>23 � 27 kg/m2� yang
mengalami kelelahan kerja sebanyak 2 (11%)
dari total 18 responden.
Dari hasil uji statistik Chi square dengan Fisher Exact diperoleh signifikansi 0,518 > nilai α� 0,05 maka H0 diterima sehingga
dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor risiko
Indeks Masa Tubuh dengan kelelahan kerja karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 atau
dengan kata lain tidak ada perbedaan kelelahan kerja jika dilihat dari faktor
risiko Indeks Masa Tubuh karyawan shift Oil
Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015. \
6.
Intake
Cairan
Hasil analisa hubungan antara faktor risiko
intake cairan dengan kelelahan kerja memperlihatkan bahwa karyawan dengan
intake cairan < 1,8 l / hari yang meengalami kelelahan kerja sebanyak 2 (13%) dari total 15 responden. Sedangkan responden dengan
intake cairan ≥ 1,8 l / hari� tidak
ada yang mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji statistik Chi square dengan Fisher Exact diperoleh signifikansi 0,106� >�
nilai α� 0,05 maka H0 diterima
sehingga dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor risiko
intake cairan dengan kelelahan kerja karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015 atau dengan kata lain tidak ada perbedaan kelelahan kerja
jika dilihat dari faktor risiko intake cairan
karyawan shift Oil Movement Section
PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
7.
Durasi
Tidur
Hasil analisa hubungan antara faktor risiko
durasi tidur dengan kelelahan kerja memperlihatkan bahwa karyawan dengan durasi
tidur� < 8 jam / hari yang mengalami
kelelahan kerja sebanyak 2 (7%) responden dan yang
tidak mengalami kelelahan kerja sebanyak 26 (93%) dari total 28 responden.
Sedangkan responden dengan durasi tidur ≥ 8 jam / hari� tidak ada yang mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji statistik Chi square dengan Fisher Exact diperoleh signifikansi 0,382� >�
nilai α� 0,05 maka H0 diterima
sehingga dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor risiko
durasi tidur dengan kelelahan kerja karyawan
shift� Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 atau
dengan kata lain tidak ada perbedaan kelelahan kerja jika dilihat dari faktor
risiko durasi tidur karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015.
8.
Gangguan
Tidur
Hasil analisis hubungan antara faktor risiko
gangguan tidur dengan kelelahan kerja memperlihatkan bahwa responden dengan
gangguan tidur� yang mengalami kelelahan
kerja sebanyak 1 (33%) responden dari total 3 (100%)
responden. Sedangkan responden tanpa gangguan tidur yang mengalami kelelahan kerja sebanyak 1 (2%) responden dari total sebanyak 43 (100%) responden.
Dari hasil uji statistik Chi square dengan Fisher Exact diperoleh signifikansi 0,130 >� nilai α�
0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan tidak ada
pengaruh yang signifikan antara faktor risiko gangguan tidur dengan kelelahan kerja karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 atau
dengan kata lain tidak ada perbedaan kelelahan kerja jika dilihat dari faktor
risiko gangguan tidur karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015.
9.
Shift
Kerja
Hasil analisis hubungan antara faktor risiko
shift kerja dengan kelelahan kerja memperlihatkan bahwa responden dengan shift
kerja 08.00 � 16.00 dan 16.00 � 24.00 yang mengalami kelelahan kerja sebanyak 1 (7%) dari
total 15 responden. Adapun responden dengan shift
kerja� 24.00 � 08.00 tidak ada yang
mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji statistik Chi square dengan Fisher Exact diperoleh signifikansi 0,333� >�
nilai α� 0,05 maka H0 diterima
sehingga dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor risiko
shift kerja dengan kelelahan kerja karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015 atau dengan kata lain tidak ada perbedaan kelelahan kerja
jika dilihat dari faktor risiko shift kerja
karyawan shift Oil Movement Section
PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
10.
Masa
Kerja
Hasil analisis hubungan antara faktor risiko
masa kerja dengan kelelahan kerja memperlihatkan bahwa responden dengan masa
kerja < 3 tahun tidak ada yang mengalami kelelahan kerja. Sedangkan responden masa kerja� ≥ 3 tahun yang mengalami kelelahan kerja sebanyak 2 (7%) dari
total 30 responden.
Dari hasil uji statistik Chi square dengan Fisher Exact diperoleh signifikansi 0,439 > nilai α� 0,05 maka H0 diterima sehingga
dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor risiko
masa kerja dengan kelelahan kerja karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015 atau dengan kata lain tidak ada perbedaan kelelahan kerja
jika dilihat dari faktor risiko masa kerja
karyawan shift Oil Movement Section
PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil
penelitian ini terdapat beberapa gejala utama kelelahan kerja pada karyawan
shift Oil Movement Section PT.
Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 yakni adanya permasalahan konsentrasi
terkait kemampuan untuk berpikir dan berkonsentrasi yang butuh banyak upaya
termasuk dalam kategori pikiran lamban (sluggish)
sebanyak 32 (71%) responden, derajat kelelahan fisik terkait perasaan lelah termasuk dalam kategori perasaan
subjektif lesu (weariness) dan lemah
(faintness) sebanyak 25 (56%)
responden, penurunan aktivitas fisik terkait tingkat
aktivitas fisik yang rendah termasuk dalam kategori
penurunan performa tubuh sebanyak 12 (27%) reponden serta penurunan
motivasi terkait perasaan sangat aktif dalam kategori perasaan enggan (unwillingness) untuk bekerja lebih aktif
dengan risiko tinggi sebanyak 12 (27%) dari total 45 responden. Selanjutnya pengaruh faktor risiko terhadap kelelahan
kerja pada karyawan shift oil movement
section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 akan diuraikan sebagai
berikut:
1.
Usia
Dalam penelitian ini, hubungan antara faktor
risiko usia dengan kelelahan kerja menunjukkan bahwa responden dengan kategori
usia dewasa yang mengalami kelelahan kerja sebanyak 2 responden dan tidak
didapatkan kelelahan kerja pada kategori dewasa muda. Dari hasil uji statistik
diperoleh kesimpulan tidak ada perbedaan proporsi kelelahan kerja antara karyawan shift kategori usia
dewasa dan kategori dewasa muda dengan kata lain tidak ada pengaruh yang
signifikan antara faktor risiko usia dengan kelelahan kerja pada karyawan shift
Oil Movement Section PT. Pertamina UP
VI Balongan Tahun 2015.
Neelesen, et. Al (2008) telah menyimpulkan
adanya keterkaitan antara tingkat hemodinamik tubuh dengan kelelahan kerja, hal
ini dibuktikan secara statistik dengan adanya pengaruh antara Stroke Volume dan Cardiac Output pada jantung dengan kelelahan kerja pada 95% CI
memberikan nilai P Value 0,003 atau signifikan. Adapun secara teori bahwa
tingkat haemodinamik tubuh yang tampak pada curah jantung (stroke volume) dan indeks jantung dipengaruhi secara langsung oleh
fungsi dan kondisi jantung. Kemampuan, masa dan
kontaktilitas otot miokard jantung akan menurun bersamaan dengan bertambahnya
usia (Purba, 2003). Meskipun demikian hasil penelitian menunjukkan tidak
adanya kaitan langsung antara usia dengan kelelahan kerja karyawan shift Oil Movement
Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
2.
Indeks
Masa Tubuh (IMT)
Dalam penelitian ini, hubungan antara faktor
risiko Indeks Masa Tubuh dengan kelelahan kerja menunjukkan bahwa responden
dengan kategori IMT normal dan obese
diindikasikan tidak mengalami kelelahan kerja sedangkan pada kategori IMT overweight yang mengalami kelelahan
kerja sebanyak 2 (11%) responden. Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan
tidak ada perbedaan proporsi kelelahan kerja antara karyawan shift kategori IMT
normal, overweight dan obese dengan kata lain tidak ada
hubungan yang signifikan antara IMT dengan kelelahan kerja pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015.
Dalam penelitiannya Westergren
(2008) telah menyimpulkan bahwa ada keterkaitan antara status nutrisi yakni
indeks masa tubuh dengan kelelahan kerja yang berlaku 2 arah, artinya seseorang
dengan status nutrisi yang buruk cenderung lebih berisiko terkena kelelahan
kerja dan seseorang yang mengalami kelelahan kelelahan kerja akan cenderung
kekurangan asupan nutrisi akibat kesulitan baik dalam pengolahan, penyediaan
maupun pemesanan makanan sehari-hari.
Pada karyawan shift Oil Movement Section, pengelolaan asupan gizi dipercayakan pada
bagian gizi RS Balongan. Namun asupan gizi pada karyawan sebelum bekerja dan
ketika berada di rumah dapat berpengaruh terhadap status nutrisi karyawan.
3.
Intake
Cairan
Dalam penelitian ini, hubungan antara faktor
risiko intake cairan dengan kelelahan kerja menunjukkan bahwa responden dengan
kategori Intake Cairan kurang dari 1,8 liter
perhari diindikasikan memiliki kelelahan kerja sebanyak 2 (13%) responden dan
pada kategori Intake Cairan cukup 1,8 liter
perhari atau lebih tidak diperoleh responden yang mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan tidak ada perbedaan proporsi
kelelahan kerja antara karyawan shift kategori Intake
Cairan kurang dari 1,8 liter perhari dan kategori Intake
Cairan cukup 1,8 liter perhari atau lebih dengan kata lain tidak ada
pengaruh yang signifikan antara intake cairan
dengan kelelahan kerja pada karyawan shift Oil
Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
Intake cairan sangat memegang peranan,
khususnya dalam performa kerja yang bersifat anaerobik seperti pada aktivitas
olah raga dan aktivitas berat lainnya, namun sebuah penelitian yang dilakukan
Naharudin pada Tahun 2013 memberikan kesimpulan tidak adanya perbedaan performa
daya anaerobik sebagai acuan indeks kelelahan kerja dalam kondisi dehidrasi ringan.
Demikian pula dengan hasil penelitian yang dilakukan pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina Tahun
2015 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan faktor risiko intake
cairan terhadap kelelahan kerja.
4.
Durasi
Tidur
Dalam penelitian ini, hubungan antara faktor
risiko durasi tidur dengan kelelahan kerja menunjukkan bahwa responden dengan
kategori Durasi Tidur kurang dari 8 jam
diindikasikan mengalami kelelahan kerja sebanyak 2 (7%) responden pada kategori
Durasi Tidur kurang dari 8 jam dan tidak
diperoleh responden yang mengalami kelelahan kerja pada kategori Durasi Tidur cukup 8 jam atau lebih. Dari hasil uji
statistik diperoleh kesimpulan tidak ada perbedaan proporsi kelelahan kerja
antara karyawan shift kategori Durasi Tidur
kurang dari 8 jam dan kategori Durasi Tidur
cukup 8 jam atau lebih dengan kata lain tidak ada pengaruh yang signifikan
antara Durasi Tidur dengan kelelahan kerja
pada karyawan shift Oil Movement Section PT.
Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
Durasi untuk setiap orang berbeda-beda, namun
sebagian besar orang dewasa membutuhkan waktu tidur 6-8 jam setiap harinya agar
terbangun secara alami dalam kondisi tubuh yang optimal. Untuk dapat mengetahui
jumlah jam tidur alami yang dibutuhkan seseorang dibutuhkan perhitungan waktu
rata2 jam tidur setiap harinya selama 3 hari agar terbangun secara alami tanpa
bantuan alarm atau pengingat (IPIECA, 2007). Dalam penelitian ini tidak
didapatkan hubungan yang signifikan antara durasi tidur dengan kelelahan kerja
pada karyawan shift PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 melainkan� hanya memberikan pengaruh yang tidak
signifikan sebagai variabel konfounding, hal ini dapat terjadi ketika jam tubuh
para karyawan sudah menganggap siklus 6 s/d 7 jam waktu tidur sebagai waktu
tidur alami mereka.
5.
Gangguan
Tidur
Dalam penelitian ini, hubungan antara faktor
risiko gangguan tidur dengan kelelahan kerja menunjukkan bahwa responden dengan
kategori ada gangguan tidur diindikasikan
mengalami kelelahan kerja sebanyak� 1 (33%)
responden dan 41 (98%) responden tidak mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan
tidak ada perbedaan proporsi kelelahan kerja antara karyawan shift kategori ada
Gangguan Tidur dan kategori tidak ada gangguan tidur dengan kata lain tidak ada
pengaruh yang signifikan antara gangguan tidur
dengan kelelahan kerja pada karyawan shift Oil
Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015. Pada saat
dilakukan penelitian ini hampir keseluruhan karyawan shift tidak menunjukkan
adanya gangguan pada waktu tidur mereka, sehingga hasil penelitian ini pun
menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara adanya gangguan tidur
pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015.
6.
Shift
Kerja
Dalam penelitian ini, hubungan antara faktor
risiko shift kerja dengan kelelahan kerja
menunjukkan bahwa responden dengan kategori shift
kerja pagi dan sore diindikasikan mengalami kelelahan kerja sebanyak 1
(7%) responden dan tidak diperoleh responden pada kategori shift kerja malam yang mengalami kelelahan kerja.
Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan tidak ada perbedaan proporsi
kelelahan kerja antara karyawan shift kategori shift
kerja malam, pagi dan sore
dengan kata lain tidak ada pengaruh yang signifikan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan
shift Oil Movement Section PT.
Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
Berdasarkan siklus sirkardian tubuh secara
alami ritme tubuh menurun hingga puncaknya pada sekitar pukul 02.00 hingga
04.00 dini hari, pada waktu ini risiko kelelahan kerja akan meningkat (IPIECA,
2007). Tanpa adaptasi jam tubuh dan waktu tidur yang sesuai sebelumnya akan
berisiko menimbulkan terjadinya sleep
debt atau acute sleep loss jika
tidak segera melakukan langkah rekuperatif dengan mengganti waktu tidur yang
hilang pada saat day off.
Pada penelitian ini tampaknya karyawan shift Oil Movement Section
PT. Pertamina UP VI Balongan tidak terlalu banyak mengalami kesulitan dalam
melakukan langkah adaptasi dan rekuperatif tersebut, hal ini nampak pada
prosentase kelelahan kerja risiko sedang yang jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan shift pagi dan sore. Bahkan tingkat kelelahan kerja risiko sedang lebih
banyak didapatkan pada shift sore. Berbagai hal dapat mendasari terjadinya hal
ini, dari mulai pengaturan jadwal tidur, kesibukan atau berbagai hal lainnya.
Kendatipun demikian, ketiadaan hubungan dan pengaruh yang signifikan antara
shift kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina
UPVI Tahun 2015 memerlukan penelitian lebih mendalam. Berdasarkan penelaahan
lebih jauh melalui seorang sumber diperoleh informasi bahwa pada aktivitas
karyawan shift Oil Movement Section terdapat
kebijakan untuk bersitirahat selama sekitar 30 menit setelah 4 jam kerja. Hal
ini secara teoretikal sejalan dengan pemberian masa rekuperatif untuk pemulihan
kondisi tubuh setelah bekerja yakni berdasarkan teori Grandjean (1979). Dengan
demikian berbagai stressor kelelahan kerja dapat berkurang sehingga kelelahan
kerja pun lebih jarang timbul, khususnya pada usia yang memiliki kemungkinan
tinggi terkena kelelahan kerja.
7.
Masa
Kerja
Dalam penelitian ini, hubungan antara faktor
risiko masa kerja dengan kelelahan kerja menunjukkan bahwa responden dengan
kategori Masa Kerja ≥ 30 tahun
diindikasikan memiliki kelelahan kerja sebanyak 2 (7%) responden pada dan tidak
ada responden pada kategori Masa Kerja < 30
Tahun yang mengalami kelelahan kerja. Sehingga dari hasil uji statistik
diperoleh kesimpulan tidak ada perbedaan proporsi kelelahan kerja antara
karyawan shift kategori masa kerja ≥ 30
tahun dan kategori masa kerja ≥
30 tahun dengan kata lain tidak ada pengaruh yang signifikan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan
shift Oil Movement Section PT.
Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka penelitian� Tentang Analisis Faktor Risiko Yang
Mempengaruhi Kelelahan Kerja Pada Karyawan Shift Oil Movement Section Pt.
Pertamina Up VI Balongan Tahun 2015dapat disimpulkan bahwa :
1.
Adanya aktivitas
karyawan shift oil movement section PT.
Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015 yang berpotensi timbulnya kelelahan kerja
baik secara fisik maupun mental.
2.
Gejala kelelahan dari
yang paling banyak dirasakan oleh karyawan shift adalah dari mengenai
permasalahan konsentrasi terkait kemampuan untuk berpikir yang butuh banyak
upaya, derajat kelelahan fisik
terkait perasaan lelah, penurunan aktivitas fisik terkait
tingkat aktivitas fisik yang rendah dan penurunan
motivasi terkait perasaan sangat aktif dan seperti melakukan banyak hal bagus.
3.
Berdasarkan faktor
risiko, usia karyawan shift lebih banyak berusia 30 tahun atau lebih, sebagian
besar mereka memiliki indeks masa tubuh normal atau overweight dengan intake cairan yang cukup. Selain itu hampir
keseluruhan karyawan shift menjawab tidak adanya gangguan terhadap tidur mereka
sehingga mayoritas menjawab waktu tidur yang cukup. Hampir sebagian besar
karyawan shift memiliki masa kerja 3 tahun atau lebih, bekerja dalam 3 shift
dengan jumlah rata-rata 15 orang dan durasi kerja cukup.
4.
Tidak ada pengaruh yang
signifikan antara faktor risiko usia dengan tingkat kelelahan pada karyawan
shift Oil Movement Section PT.
Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
5.
Tidak ada pengaruh yang
signifikan antara� faktor risiko intake
cairan dengan tingkat kelelahan pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
6.
Tidak ada pengaruh yang
signifikan antara� faktor risiko gangguan
tidur dengan tingkat kelelahan pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
7.
Tidak ada pengaruh yang
signifikan antara� faktor risiko masa
kerja dengan tingkat kelelahan pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
8.
Tidak ada pengaruh yang
signifikan antara� faktor risiko indeks
masa tubuh dengan tingkat kelelahan pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
9.
Tidak ada pengaruh yang
signifikan antara� faktor risiko durasi
tidur dengan tingkat kelelahan pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI Balongan Tahun 2015.
10. Tidak
ada pengaruh yang signifikan antara�
faktor risiko shift kerja dengan tingkat kelelahan pada karyawan shift Oil Movement Section PT. Pertamina UP VI
Balongan Tahun 2015.
BIBLIOGRAFI
American College of Ocupational
& Environmental Medicine. 2012. Journal of Occupational & Environmental
Medicine : Fatigue Risk Management in the
Workplace, Vol. 54, No.2, [online] Available at : http://www.Swinburne.edu.au
[Accessed 19 November 2014].
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan
Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan, Ed.10. Jakarta; UI.
Budiono, Sugeng, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja,
Eds.2, pp: 33-97. Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Civil Aviation Safety Authority.
2012. Fatigue Management Strategies for
Aviation Workers: A Training &
Development Workbook,�
[online] Available at : http://www.Casa.gov.au
[Accessed 19 November 2014].
Damarany,
Purnisa. 2012. Analisis Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Dengan Tingkat
Kantuk (Sleepiness) dan Kelelahan (Fatigue) Pada Pengemudi Dump Truck Distrik
KCMB Tahun 2012 [Thesis], [online] Available at : Error! Hyperlink reference not valid.
[Accessed 3 April 2015].
Dawson,
Drew & Paterson, Jessica. 2012. OHS Body of Knowledge : Psychosocial Hazards, Fatigue, [online] Available at : Error! Hyperlink reference not valid.
[Accessed 14 Oktober 2014]
Enform.
2007. Guide to Safe Work : Fatigue
Management, [online] Available at : Error! Hyperlink reference not valid.
[Accessed 12 April 2015].
Federal
Aviation Administration. 2014. Fatigue Countermeasure Workshop : Fatigue & Sleep Basics Module.
[online] Available at : http://www.Faa.gov [Accessed 7 April 2015].
Fraser Health. 2014. Hospice
Palliative Care Program : Fatigue Symptom
Guidelines,[online] Available at : http://www.fraserhealth.ca
[Accessed 19 November 2014].
Ganong, W.F. 1990. Fisiologi
Kedokteran, Ed.10. Jakarta; EGC.
Grandjean, E. 1979. British
Journal of Industrial Medicine : Fatigue
in Industry, [online] Available at:http://www.ncbi.nlm.nih.gov[Accessed27
Juni 2015].
J, Anna., B�ltmann, Ute., Kant,
Ijmert., et.al. 2000. Fatigue Among Working People: Validity Of A Questionnaire Measure, [online] Available at :
www.ncbi.nlm.nih.gov [Accessed 01 Juni 2015].
Hastono, Sutanto P. 2013. Statistik
Kesehatan, Ed.1. Jakarta; Rajawali Pers.
International Labour Office. 2015.
Labour Protection in A Transforming World of Work. [online] Available at : http://www.ilo.org [Accessed 19 Juni
2015].
Kroemer,K.H.E. 2009. Fitting the
Human : Introduction To Ergonomics,
6th Ed. Boca Raton; CRC Press.
Lovell,
Kathryn. Normal Sleep Patterns and Sleep
Disorders,[online] Available at : www.learn.chm.msu.edu [Accessed 2 Juli
2015].
Marques,M.,
et.al. 2013. Empirical Articles : Psychometric
Properties of The Portuguese Version of The Checklist Individual Strength
(CIS20-P),[online] Available at :
http://pch.psychopen.eu/rt/printerFriendly/57/38 [Accessed 25 Juni 2015].
Matthews,
Gerald., et.al. 2011. An Overview of
Operator Fatigue,[online] Available at : www.ashgate.com [Accessed 12 April
2015].
Mauludi,
M. Noval. 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan kerja Pada
Karyawan Di Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag Division) PT.
Indocemen Tunggal Prakarsa TBK Citeureup Bogor Tahun 2010, [online] Available
at : Error! Hyperlink reference not
valid. [Accessed 14 Oktober 2014].
Mehta,
Ranjana & Peres, S.Camille, et.al. 2014. Investigating Display � Related Fatigue in Oil and Gas Operations,[online]
Available at : www.marrellgroup.com [Accessed 12 April 2015].
MITRE,
Corp. 2011. Human Performance and Fatigue
Research for Controllers � Revised, [online] Available at : http://www.faama.org
[Accessed 13 April 2015].
Moini,
Jahangir. 2012. Anatomy and Physiology : For
Health Proffessionals. Burlington;
Jones & Bartlett Learning.
Munir,
Malik M. 2013. Empirical Analysis of Relationship between Occupational Stress
and Organizational Burnout: Evidence from
Higher Educational Institutions of Pakistan, [online] Available at :
www.ijhssnet.com [Accessed 5 Juli 2015].
Naharudin,
Mohamed. 2013. Fatigue Index and Fatigue
Rate during an Anaerobic Performance under Hypohydrations,[online]
Available at : www.researchgate.net [Accessed 29 Juni 2015].
National
Sleep Foundation. 2006. Sleep-Wake Cycle :
Its Physiology and Impact on Health, [online] Available at : http://www.sleepfoundation.org
[Accessed 2 Juli 2015].
Nelesen,
Richard., et.al. 2008. The Relationship
Between Fatigue and Cardiac Functioning,[online] Available at :
www.ncbi.nlm.nih.gov [Accessed 29 Juni 2015].
______,
Richard., et.al. 2011. An Overview of
Operator Fatigue,[online] Available at : www.ncbi.nlm.nih.gov [Accessed 13
April 2015].
Nimmo,
Arohaina & Huggard, Peter. 2013. Australasian Journal of Disaster and
Trauma Studies : A Systematic Review of
The Measurement of Compassion Fatigue, Vicarious Trauma, and Secondary
Traumatic Stress in Physicians, [online] Available at : Error! Hyperlink reference not valid.
[Accessed 14 Oktober 2014].
NOPSEMA.
2014. Guidance Note : Avoiding Fatigue,
[online] Available at : http://www.Nopsema.gov.au
[Accessed 7 April 2015].
PDSPDI.
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.4: Dasar-dasar Penyakit Akibat Kerja. Jakarta; Pusat Penerbitan,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
PDSPDI,
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed.4: Proses Menua dan Implikasi Kliniknya. Jakarta; Pusat Penerbitan,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Pertamina.
2014. Annual Report : Inspiring Indonesia
To The World, [online] Available at : http://www.Pertamina.com
[Accessed 6 Juni 2015].
Priyatno,
Duwi. 2014. SPSS 22 : Pengolah Data
Terpraktis. Yogyakarta; Penerbit Andi.
Purba,
A. 2003. Fisiologi Kedokteran : Kardiovaskular
dan Faal Olahraga. Bandung ; Bagian Ilmu Faal FKUnpad.
Safe Work Australia. 2011.� Code of Practice : Preventing and Managing Fatigue In The Workplace, [online]
Available at:Error! Hyperlink reference not
valid. [Accessed 19 November 2014].
Safe Work Australia. 2013. Guide For Managing The Risk Of Fatigue At
Work, [online] Available at : http://www.safeworkaustralia.gov.au
[Accessed 19 November 2014].
Safety Net. 2009. Fatigue,�
[online] Available at : http://ec.europa.eu
[Accessed 19 November 2014].
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai
Statistik Multivariat : Konsep Dasar dan
Aplikasi dengan SPSS. Jakarta; Elex Media Komputindo, PT.
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. SPSS
Untuk Penelitian. Yogyakarta; Pustaka Baru Press.
Suma�mur P.K. 1996. Higene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta;
CV.Haji Masagung
Uchino, B., Kecolt-Glaser, J.,
Cacioppo, J. 1992. Age Related Changes in
Cardiovascular Response as A Function of A Chronic Stressor and Social Support,
[online] Available at : psychology.uchicago.edu [Accessed 29 Juni 2015].
Windyananti, Adila. 2010. Hubungan
Antara Kelelahan Kerja Dengan Stress Kerja Pada Tenaga Kerja Di Pengolahan Kayu
Lapis Wreksa Rahayu Boyolali, [online] Available at : http://www.eprints.uns.ac.id
[Accessed 19 November 2014].
Westergren, Albert. 2008. Nutrition and Its Relation to Mealtime
Preparation, Eating, Fatigue, and Mood Among Stroke Survivors After Discharge
from Hospital � A Pilot Study,[online] Available at : www.diva-portal.org
[Accessed 29 Juni 2015].
WorkSafe Victoria. 2008. Fatigue :
Prevention In The Workplace, [online]
Available at : http://vwa.vic.gov.au [Accessed 19 November 2014].
Yang, Young H. 2003. Relationship Between Fatigue and Nutritional
Status in Patients with Cancer Undergoing Therapy,[online] Available at :
www.kan.or.kr [Accessed 29 Juni 2015]