Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
����� e-ISSN : 2548-1398
����� Vol. 5
No. 3 Maret 2020
POLA STRATEGI KOMUNIKASI� ORANG TUA TERHADAP ANAK PADA ERA DIGITALISASI
(STUDI: WARGA MALINJO PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN)
Djudjur Luciana Radjagukguk
Universitas
Nasional (UNAS) Jakarta
Email: [email protected]
Abstract
Supervision of children is very
important to be realized because of the development of information in the digitalization
era, in addition, children must be able to choose the appropriate information
according to the stage of development. In the education process of era digital,
the role of parents must know the ways of the child's ability to respond and
see themselves positively in use digital devices properly. Therefore, the
family is the first and foremost educational institution for children. Because
the parents are known and receive early education from the home environment.
Guidance, attention and affection between parents and their children, is a
powerful basis for psychological growth and development, social and religious
values in children. The purpose of this research was to know and
describe the pattern of communication strategies of parents to children in the
era of digitalization. The method used in the form of observation and in-depth
interviews with teenagers and parents. The results showed that the development
of the digital era that is increasingly developing influence on the development
of children's psychology will have a negative impact on social education as
well as the adverse effects arising from the development of digitalization.
Parents also should not close meeting of the development of the digital era for
children because behind the development of the digital era there are many
positive things that can be achieved. At this point, the role of parents in
educating children in the digital era is needed to sort out the positive and
negative aspects of technological development besides the hardest obstacle for
parents is creating �Family atmosphere� who are close to the way often
chatting, playing and hearing the one�s story of children. And there must be a
commitment between family members in the use of gadgets in the digitalization
era.
Keywords: Communication Strategy Pattern,� The Era of Digitalization
Abstrak
Pengawasan kepada anak begitu penting
diwujudkan karena perkembangan informasi pada era digitalisasi, di samping itu anak
mampu memilah informasi yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Dalam proses pendidikan
era digital peranan orang tua
harus mengetahui cara-cara
kemampuan anak untuk menyikapi serta memandang dirinya secara positif dalam menggunakan perangkat digital secara benar. Oleh karena itu, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama serta utama untuk anak. Karena kedua orang tua yang pertama
dikenal serta menerima pendidikan
awal dari lingkungan rumah. Bimbingan, perhatian, serta kasih sayang yang terjalin antara kedua
orang tua bersama
anak-anaknya, adalah
basis yang mujarab
bagi tumbuh kembang
psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anak. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan memaparkan pola strategi komunikasi orang tua
terhadap anak pada era digitailsasi. Metode yang digunakan berupa observasi dan wawancara mendalam
terhadap remaja dan oarngtua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan
era digital yang semakin berkembang berpengaruh terhadap perkembangan psikologi
anak akan berdampak negatif dalam pendidikan sosial serta efek buruk yang ditimbulkan
dari perkembangan digitalisasi. Orang tua juga tidak boleh menutup rapat perkembangan era
digital bagi anak dikarenakan dibalik perkembangan era digital tersebut ada
banyak hal positif yang dapat diraih. Pada titik inilah peran orang tua dalam mendidik
anak dalam era digital sangat dibutuhkan guna memilih baik hal positif
ataupun negatif dari perkembangan teknologi disamping kendala terberat bagi orang tua yaitu menciptakan �suasana keluarga� yang dekat dengan cara sering mengobrol,
bermain dan mendengar curhatan anak-anak. Serta harus ada komitmen antar anggota keluarga
dalam penggunaan gadget di era digitalisasi.�
Kata kunci :
Pola Strategi Komunikasi,� Era
Digitalisasi.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi merupakan salah satu dampak dari perkembangan zaman
yang kian harinya mengalami kemajuan yang pesat. Banyak hal yang
melatarbelakangi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tesebut, salah
satunya adalah adanya kebutuhan umat manusia yang semakin harinya dituntut untuk
dapat menjalankan segala sesuatunya dengan lebih mudah dan efektif. Begitu pula
perkembangan teknologi dan informasi di Indonesia berjalan sangat dinamis (Cholik, 2017). Pengawasan kepada anak begitu penting
dalam mewujudkan banyak informasi yang masuk, diwajibkan dapat memilih informasi
yang cocok serta sesuai tahap informasi yang masuk dan harus bisa memilah
informasi yang cocok serta sesuai dengan tumbuh kembangnya (Ramadhani
& Ritonga, 2019). Sehingga, untuk proses pendidikan era
digital peran orang tua wajib memperhatikan metode untuk mengetahui kemampuan
anak dalam menyikapi serta memandang dirinya secara positif supaya menggunakan
perangkat digital secara benar. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
serta utama� bagi anak Bimbingan,
perhatian, serta kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua bersama anak-anaknya,
adalah basis yang mujarab untuk tumbuh kembang psikis serta nilai-nilai sosial serta
religius pada diri anak.
Melihat perkembangan era digital yang
semakin berkembang di dunia saat ini, yang tentunya berpengaruh terhadap
perkembangan psikologi anak sehingga keluarga adalah benteng
utama dalam melakukan pendidikan. Baik efek buruk yang ditimbulkan dari
perkembangan era digital tersebut. Orang tua tidak boleh menutup rapat
perkembangan era digital untuk anak dikarenakan dibalik perkembangan era digital
tersebut ada banyak hal positif yang dapat diraih, pada titik inilah peran
orang tua untuk mendidik anak dalam era digital sangat dibutuhkan untuk memilih
baik positif maupun negatif dari perkembangan teknologi tersebut.
Sehingga�
perkembangan teknologi yang ada saat ini, menjadikan kendala terberat
bagi orang tua dalam mendidik anak-anak terlebih jika melihat berbagai kondisi
saat ini seperti anak remaja sekarang ini lebih memilih menghabiskan waktu
dengan media sosial dibandingkan dengan membaca pengetahuan lainnya. Serta pola
perilaku anak remaja saat ini lebih kebarat-baratan dan bahkan tradisi ataupun
hal-hal yang menjadi budaya di daerah semakin lama semakin terkikis serta budaya
dalam kehidupan sehari-harinya lebih mengikut ke barat-baratan tanpa memperhatikan
norma-norma yang ada baik norma sosial maupun agama.
Salah satu di sudut kota Jakarta,
Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan berdirilah suatu tempat bagi remaja
untuk dapat berkumpul� dan
bersosialisasi. Ruang Publik Terpadu� Ramah
Anak yang biasa disebut dengan RPTRA Malinjo. Para remaja� bahkan dari usia� balita, anak-anak, remaja bahkan kaum
ibu� dapat melakukan pertemuan di RPTRA
ini. Tentu saja, ini merupakan sarana yang baik bagi setiap orang untuk bisa
bermain, berdiskusi bahkan melakukan kegiatan sosial terlebih pada anak remaja
yang sekarang ini kegiatan mereka lebih banyak dengan handpone.
Peran orang tua dalam mendidik anak
dimulai dari sejak dini dan sudah menjadi kewajiban mendampingi� anak-anak ke arah yang lebih baik. Saat ini, dibutuhkan� jika orang tua seharusnya memiliki ilmu
pengetahuan lebih dulu mengenai bermedia sosial, sehingga tidak lebih pandai
anak satu tahun memainkan handphone� yang dimiliki orang tuanya. Orangtua juga
mengarahkan satu sarana dimana anak-anak dapat belajar dan bermain tanpa harus berganung dengan alat digital. Dalam proses pendidikan diera digital peran orang tua harus
mencermati cara-cara mengetahui kemampuan anak untuk menyikapi dan memandang
dirinya secara positif agar menggunakan perangkat digital dengan baik (Winarno, 2012).
Dijelaskan secara rinci dalam Artikel
yang berjudul: �Peran Orang Tua dalam
Mendidik Anak Di Era Digital� https://www.duniabelajaranak.id/peran-orang-tua-dalam-mendidik-anak-di-era-digital/ sangat
diharapkan �anak-anak bisa
menggunakan teknologi dengan bijak, komunikasi antara orang tua serta anak
perlu dijaga. Hal ini sangat dibutuhkan supaya orang tua dapat memberikan hal-hal yang perlu dijadikan �warning� untuk anak, seperti pengelolaan waktu penggunaan gadget.
Orang tua satu yakni basis
utamanya ialah karakter yang dimaksud karakter merupakan metode berpikir serta
berperilaku yang dijadikan ciri khas tiap individu dalam hidup serta
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat serta negara. Individu
yang berkarakter baik merupakan individu yang mampu membuat keputusan serta
siap mempertanggungjawabkan dampak dari keputusan yang telah dibuat (Ihsan,
2005).
Implikasi Pendidikan karakter dalam pelaksanaannya membutuhkan support dari
berbagai pihak, bukan hanya dari guru atau pihak Sekolah tetapi juga keluarga
serta lingkungan keluarga. Dalam pendidikan keluarga yang wajib diperhatikan, ketika
menggunakan perangkat digital. Perangkat-perangkat digital itu, antara lain TV,
komputer, ponsel cerdas, komputer tablet dan lain-lain. Karena dapat menyebabkan
dampak yang buruk atau �baik untuk anak. (Shin,
2014).
Suatu pola strategi komunikasi yang jitu sangat dibutuhkan bagi orang tua agar dapat berperan aktif dalam mengawasi dan mendidik
anak-anaknya. Proses komunikasi yang terjain di dalam keluarga tidaklah berjalan dengan sederhana melainkan melalui proses serta
tahapan-tahapan komunikasi. Hal ini sepadan dengan prinsip-prinsip komunikasi�
yang sudah dirancang oleh beberapa ahli dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu. Dalam proses
komunikasi melibatkan berbagai macam pilihan yang meliputi aspek-aspek pesan serta aspek perilaku, pilihan perihal
saluran komunikasi yang akan digunakan, karakteristik komunikator, hubungan
antara komunikator serta khalayak, karakteristik khalayak, serta situasi dimana
komunikasi terjalin.
Metode� Penelitian
Pada penelitian ini, peniliti
menggunakan pendekatan kualitatif
sebagaimana pendapat (Rakhmat & Surjaman, 2012) bahwa:
�penelitian
ilmiah pada dasarnya banyak bergantung pada cara peneliti mengumpulkan
fakta.� Metode yang dipilih saat meneliti topik apapun akan bergantung
pada pertanyaan yang dicoba untuk dijawab dalam peneletian tersebut. Metode
kualitatif, menurut (Bogdan & Taylor, 1992), adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat dicermati Pendekatan ini dapat diarahkan pada latar serta individu tersebut secara holistic
(utuh). Sehingga, tidak diperboehkan mengisolasikan individu atau organisasi
ke dalam variable atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
suatu keutuhan.
Sementara itu, penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (Moleong, 2007). Peneliti menggunakan penelitian
kualitatif karena dalam penelitian ini membahas mengenai pola strategi
komunikasi orangtua pada anak di era digitalisasi.� Semua kebenaran atau kejadian-kejadian sosial, serta pengamatan dilapangan peneliti lakukan baru kemudian menganalisisnya
berdasarkan apa yang diamati. Sifat dari penelitian yang peniliti lakukan ini adalah deskriptif yang menyajikan data, menganalisis data dan
mengintrepretasikan data (Narbuko & Achmadi, 2005). Penelitian deskriptif hanya melukiskan keadaan obyek atau persoalannya.
Selain itu tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan
fakta-fakta dan realitas yang terdapat dilapangan mengenai pola strategi
komunikasi orang tua pada anak di era digitalisas dengan subjek� penelitian peneliti adalah� orangtua di Kecamatan Pasar Minggu pada RPTRA
Malinjo, Jakarta Selatan, sedangkan oybek penelitiannya adalah� pola strategi komunikasi� orangtua pada anak.
Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara yang didukung data primer
maupun data sekunder. Wawancara berbentuk komunikasi verbal semacam
percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Peneliti
memahami bahwa dalam jenis wawancara mendalam, wawancara yang dilakukan lebih
bersifat informal, fleksibel, dan terbuka, sehingga memungkinkan adanya
wawancara berulang pada narasumber yang sama dan dengan pertanyaan-pertanyaan
yang lebih detail (Kriyantono & Komunikasi, 2010). Key
Informan tak hanya memberi keterangan tentang sesuatu kepada� peneliti tetapi juga bisa memberi saran
tentang sumber-sumber bukti lain yang mendukung serta menciptakan akses terhadap
sumber yang bersangkutan. Analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilaksanakan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Data kualitatif dapat berupa
kata-kata atau kalimat-kalimat, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam
maupun observasi. Teknik analisis data
diawali dengan mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, traingulasi data, mencari dan menemukan
pola, interpretasi data, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Hasil dan Pembahasan
Menurut Pace, Peterson, dan Burnett dalam Effendy (1984:35-36) menyatakan bahwa strategi komunikasi memiliki 3 (tiga) tujuan, yaitu
1.
To secure
understanding � memastikan pesan diterima oleh
komunikan.
2.
To establish
acceptance � membina penerimaan pesan.
3.
To motivate action � kegiatan yang dimotivasikan.
Pola�
adalah bentuk atau �hubungan antara
dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan. Sehinga
dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan bentuk perubahan dari perilaku
sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan para ahli. Menurut (Notoatmodjo, 2007), perubahan perilaku dikelompokan
menjadi tiga:
a.
Perubahan alamiah; Perilaku manusia selalu berubah, dimana
sebagian perubahan diakibatkan kejadian alamiah. Apabila dalam
masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial� budaya serta ekonomi, maka anggota masyarakat
di dalamnya juga akan mengalami perubahan.
b.
Perubahan� terencana; Perubahan perilaku ini terjadi�
karena dirancang sendiri oleh subyek.
c.
Kesediaan untuk berubah; Apabila terjadi suatu inovasi atau
program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi iaah sebagian
orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau�
perubahan� tersebut� (berubah�
perilakunya,� serta� sebagian��
yang� lain� begitu lambat daam menerima inovasi serta perubahan tersebut. Hal ini diakibatkan setiap orang memiliki untuk berubah yang berbeda-beda
meskipun sama kondisinya.
Jelas sekali pola strategi komunikasi yang diterapkan
tentukan akan merubah perilaku seseorang�
melalui perilaku� dengan sebuah
perubahan, Inilah yang dilakukan orangtua di lingkungan RPTRA Malinjo Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Anak yang lahir dalam perkawinan adalah anak yang sah dan
menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tua �untuk memelihara dan mendidik dengan
sebaik-baiknya sampai anak� berumah
tangga �dan �mandiri. Pada umumya pendidikan dalam rumah
tangga bukan berpangkal dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya
akan memberikan dan membangun situasi pendidikan yang alami. Situasi pendidikan
itu terwujud berkat adanya pergaulan yang mempengaruhi secara timbal balik
antara orang tua dan anak.
Menurut (Desminta, 2013) akan selalu timbul pertanyaan mengapa
tindakan remaja yang jelas merugikan tetap dijalankan remaja. Dari hasil
penelitian berlandaskan berbagai cara pendekatan dan pengamatan dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan seorang
individu dapat dibagi dalam dua kelompok utama:
1.
Faktor-faktor di dalam diri individu sendiri meliputi
faktor-faktor endogen yang terdiri dari komponen hereditas (keturunan) dan
faktor konsistusi.
2.
Faktor-faktor berasal dari luar individu tercakup dalam
faktor lingkungan: faktor eksogen: terdiri dari berbagai komponen lingkungan,
lingkungan keluarga, lingkungan sosial, lingkungan geografis dan
fasilitas-fasilitas yang ada dalam lingkungan seperti makanan dan kesempatan/perangsangan
belajar.
Banyak hal tindakan-tindakan yang diambil anak remaja
akhirnya menimbulkan kerugian� bagi diri
sendiri,� dan ada beberapa factor yang
mempengaruhi dalam kehidupannya. Faktor itu dapat dating dari dalam dirinya
sendiri atau� factor lingkungan sekitar.
Menurut (Santrock, 2003) menyebutkan bahwa remaja adalah
periode� perkembangan� di mana individu mendesak untuk mendapat
otonomi dan berusaha untuk mengembangkan�
jati diri mereka. Perkembangan jati diri dan otonomi daerah� dewasa adalah�
proses panjang, berlangsung paling cepat�
10-15 tahun. Anak-anak yang patuh menjadi
tidak patuh. Santrock juga menguraikan lebih jauh� bahwa diantara perubahan-perubahan pada
remaja, yang dapat� mempengaruhi hubungan
orang-tua remaja adalah pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran
idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah,
rekan sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergerakan� menuju kebebasan. Dari segi perubahan kognitif,
remaja dapat memberikan alasan yang lebih logis pada orangtua daripada ketika
masih kanak-kanak. Remaja memiliki rasa ingin tahu,
seringkali secara mendetail. Misalnya, kenapa mereka mendapat hukuman. Ketika
orangtua memberikan� alasan yang masuk akal
unguk menghukum mereka, kemajuan kognitif remaja dapat
memberikan menemukan alasan dari keterangan tersebut.
Pendapat (Santrock, 2003) juga perlu dicermati, bahwa remaja yang
lebih menunjukkan kepuasan terhadap bantuan yang diterima dari orang tua
menunjukkan kesejahteraan emosi yang lebih baik. Selain itu remaja dengan
hubungan yang aman dengan orangtua mempunyai harga diri
yang lebih tinggi dan kesejahteraan emosi yang lebih baik.
Remaja dalam kehidupan sosialnya sangat tertarik kepada
kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orangtua dinomorduakan sedangkan
kelompok di nomorsatukan. Segala hal yang diperbuat remaja ingin sama dengan
kelompoknya, jika tidak sama akan merasa harga dirinya turun dan menjadi rendah
diri. Uraian lebih jauh dikemukakan bahwa dalam kelompok remaja dapat memenuhi
kebutuhannya, misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan
diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan berprestasi,
kebutuhan diterima statusnya kebutuhan harga diri, kebutuhan rasa aman yang
belum tentu diperoleh baik rumah maupun sekolahnya.
Hal lain yang sering muncul dalam hubungan orangtua dan remaja yaitu: potensi konflik yang akan timbul.
Dikutip dari (Sholichah, 2016) mengatakan bahwa konflik yang timbul
antara orangtua-remaja disebabkan remaja sedang berada pada masa penyesuaian
dengan tuntutan lingkungannya yang baru dan lebih dari sekedar ingkungannya
yang baru dan lebih dari sekedar lingkungan keluarga, sesungguhnya sedang
membentuk citra diri yang memenuhi syarat untuk memasuki masa dewasa. Unsur-unsur
yang mempengaruhi� antar lain. Seperti
perubahan jasmaniah, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman seusia, perkembangan kognitif-intelektual dan identitas pribadi.
Berkaitan penggunaan sosial media oleh remaja maka sosial media merupakan teknologi yang membantu memberikan kemudahan bagi remaja dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan akan kehadiran kelompok, meningkatkan
interaksi dengan teman-teman, menjangkau harga diri, selain fungsi media
sebagai alat untuk memperoleh informasi dan hiburan. Remaja di Ruang Publik
Terpadu Ramah Anak yang biasa disebut RPTRA Malinjo Pasar Minggu Jakarta
Selatan, merupakan wadah� yang cukup
memadai bagi anak-anak dalam bermain, belajar, diskusi dan melakukan berbagai
kegiatan olahraga seperti �basket,
futsal, membuat prakarya sekolah, latihan tari dan drama. Tepatnya RPTRA
ini� ada di Jl,. Malinjo N0. 107, Rt7/RW
6, Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Menurut Nurhartati selaku Ketua RPTRA Malinjo Pasar Minggu
Jakarta Selatan, tentu saja, anak remaja yang ada di RPTRA Malinjo Pasar Minggu
adalah anak di lingkungan sekitar Kelurahan Pejaten Barat dan juga dari sekolah
yang terdekat seperti SMP 107�
Jakarta� dan SMK 8 Jakarta. �Jumlah� anak remaja yang ada di RPTRA� Malinjo seluruhnya hampir 120 orang, meskipun
tidak semua aktif karena kesibukan kegiatan sekolah.��� Namun, setiap harinya RPTRA tidak pernah
sepi dengan anak-anak remaja yang datang. Misalnya, latihan Paskibraka atau pramuka, bahkan setiap Hari Senin dan Rabu malam digunakan
latihan karate. Beliau juga menambahkan bawa di RPTRA
Malinjo terbentuk juga Forum Anak RPTRA Malinjo, hanya karena kesibukan
masing-masing anak dengan kegiatan sekolah maka kegiatan ini tidak berjalan sesuai harapan.
Adanya RPTRA ini sangat mendukung sekali
sehingga anak-anak juga tidak kecanduan gadget. Selama ini banyak orangtua resah dengan tumbuh
kembang anak-anak, zaman yang serba teknologi anak-anak cenderung tidak mau
berinteraksi dan sibuk bermain dengan gadgetnya (Sumber: Nisya; Informan 2019).
Sejak dibangun RPTRA Malinjo Kecamatan Pasar Minggu Kelurahan Pejaten Barat, anak-anak di sekitar taman mau bermain di luar rumah dan mulai tidak
kecanduan dengan gadget yang asyik dengan game. Sehingga mereka semakin banyak
berinteraksi satu satu dengan yang lainnya. Fasilitas
untuk anak pun cukup lengkap mulai dengan alat-alat bermain
sampai perpustakaan. Kegiatan-kegiatan yang ditawarkan pengelola sangat beragam
sehingga anak-anak bebas mengikuti kegiatan apa yang menjadi minatnya. Alhasih, terjadi banyak perubahan dalam diri anak-anak di daerah malinjo
yaitu mereka semakin ceria dan percaya diri dan bisa memecahkan masalah yang anak-anak hadapo.
Menurut pendapat para orangtua tempat RPTRA di Jakarta merupakan tempat yang cocok buat anak-anak bermain, berkumpul atau diskusi serta beraktivitas bersama. RPTRA Malinjo
sangat bermanfaat sekali, sebagai sarana bermain untuk anak-anak, dengan
kondisi Jakarta yang semakin sedikit tanah lapang untuk bermain anak. Sehingga harapan ke depannya
Pemerintah DKI menambah jumlah RPTRA baru bahkan disetiap kota diharapkan akan adanya
RPTRA.
|
|
Saat Belajar Kelompok |
Saat Berdiskusi |
|
|
Mengisi
Acara pada kegiatan HBKB
dengan musik Akuistik |
Performance
di Acara HUT RI ke 74 di Kelurahan Pejaten Barat |
Komunikasi merupakan pertemuan paling sedikit dua orang
yang bertujuan untuk memberikan pesan dan informasi secara langsung, sehingga
pola strategi komunikasi yang dilakukan orangtua
terhadap anak remaja yaitu: Pertama, Perubahan alamiah, perilaku remaja yang berubah,
dimana sebagian perubahan disebabkan kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat di
dalamnya juga akan mengalami perubahan. Ini terlihat pada anak-anak di Malinjo
Kelurahan Pejaten Barat, di mana biasanya para anak lebih sibuk dengan
gadgetnya di rumah melalui game sekarang ini sejak berdirinya RPTRA� Malinjo Kecamatan Pasar Minggu Kelurahan Pejaten
Barat, anak-anak lebih memilih bermain di luar dari pada bermain gadget. (https://Republika.co.id Dampak
di bangunnya RPTRA Malinjo anak-anak� tak kecanduan gadget lagi 24 Juni 2019).
Bertemu dengan teman-teman yang sebaya mengalami suatu
perubahan terlebih ketika memilki satu hobi yang sama. Secara alamiah perubahan terjadi pada remaja Malinjo Kecamatan Pasar
Minggu. Bahwa adanya RPTRA ini menjadi tempat pertemuan yang efektif antar anak. Meskipun
teknologi digital dapat digunakan dalam membangun anak-anak belajar dan berkembang,
penting bagi orangtua untuk memantau jenis informasi apa yang dapat diakses menggunakan
gadget. Sangat dibutuhkan pengawasan dan control terhadap anak saat berinternet,
para orangtua diharapkan dapat memberikan pengetahun, bimbingan serta pengarahan� mengenal dunia teknologi. (Informan: Ibu Nurhartati)
Dari
hasil diskusi RPTRA tersebut, beberapa peserta menceritakan penerapan teknik pola
asuh demokrasi pada anak. Ibu sebagai teman anak, ibu menjadi orang yang bisa
berkomunikasi dengan baik dalam mempertimbangkan kegiatan yang disukai anak
meskipun itu berkaitan dengan media sosial. Orang tua dapat turut serta
bermedia sosial dengan cerdas, menjelaskan dampak negatif bila informasi yang
salah tidak disaring terlebih dahulu. Secara umum sebenarnya anak anak memiliki
dasar perilaku yang baik, namum seiring dengan pengaruh perkembangan zaman,
perkembangan teknologi dan kecepatan informasi saat ini memengaruhi mental dan
budaya remaja. Oleh sebab itu, perlunya pendidikan yang tepat dan sesuai dengan
tujuan dan harapan remaja akan tumbuh dengan sehat, cerdas dan memiliki
kepekaan dan sosialitas pada dunia sekitar mereka atau gaya hidup bermasyarakat
dengan mampu belajar dan berinovasi demi terciptanya remaja yang tangguh dan
cerdas di era milenial saat ini.
Kedua; Perubahan�
terencana yaitu Perubahan perilaku ini terjadi karena direncanakan
sendiri oleh subyek. Tidak hanya itu
ada memang beberapa remaja yang tetap tidak mau terlalu aktif, �namun itu tidak menjadi masalah . Biasanya remaja
tersebut memang lebih banyak diam di dalam rumah tetapi jika diikutsertakan
dalam kepanitiaan misalnya 17 Agustus, para remaja itu akan aktif melakukan
kegiatan. Sejak berkembangnya� game
online kadang membuat anak lupa akan tugas dan kewajibannya, sehingga tidak jarang
jika sudah berhadapan dengan game mereka hampir lupa dengan tugas dan makan.
Sehingga pengawasan yang ketat dibutuhkan dari orangtua.
Kesediaan untuk berubah. Apabila terjadi suatu inovasi atau
program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang
sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut. Perubahan perilaku pada remaja Malinjo �memang ada yang cepat mampu melakukan dengan
baik, namun ada juga perubahannya yang lambat. Perubahan perilaku pada anak remaja
dalam komunikasi antar pribadi merupakan proses pertukaran
informasi yang dianggap penting� dan
menjadi keharusan bagi setiap� anak, baik
secara formasl atau informal. Tidak seorang pun anak remaja� tidak melakukan komunikasi dalam� hidupnya, karena setiap orang akan berusaha
menjalin dan membuka komunikasi dengan orang lain.
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan seorang anak remaja� yaitu terkadang memang datang dalam diri
remaja itu sendiri, mereka tidak merasa percaya diri kalau mereka memiliki
kemampuan yang sama dengan teman� mereka,
sehingga kadang-kadang mereka lebih tertutup tidak terbuka. Selain itu faktor,
keluarga yang terkadang orangtua tidak mendukung
mereka bersosialisasi, lebih mengutamakan mereka belajar. Tanpa disadari orangtua saat ini anak-anak sudah memasuki masa Generasi Z, dimana
semuanya serba digital dan akses internet sangat mudah dijangkau. Dampak� gadget� telah merubah perilaku� menjadi sesuatu dimana generasi Z menjadi
suka yang instan dan viral. Gaya hidup atau sesuatu yang tranding� diikuti
menjadi� panutan, tak peduli apakah
berdampak positif atau negatif, Karena itu orangtua harus lebih bijak dalam
penggunaan gadget.
Kesimpulan
Kehidupan dengan kecanggihan teknologi gadget seperti pisau bermata dua, manfaatnya sangat banyak, sekaligus risiko yang
ditimbulkannya juga besar, berbahaya jika digunakan kurang bijaksana, untuk itu pola strategi komunikasi orang tua terhadap anak
pada era digitalisasi dalam penelitian ini yaitu:
1.
Para orangtua harus bisa memberitahu dengan pola strategi
komunikasi bahwa dunia maya memiliki sisi negatif, sehingga� anak-anak dibekali dengan membatasi waktu
bermain gadget melalui mendorong anak-nak melakukan banyak aktivitas fisik di
luar rumah, sehingga anak-anak tidak ketergantungan dengan gadget.
2.
Bimbingan, perhatian, dan kasih sayang yang terjalin antara
orang tua dengan anak-anak, merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan
perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius dalam diri anak.
Melihat dari perkembangan era digital yang semakin berkembang di dunia saat ini
yang tentunya berpengaruh terhadap perkembangan psikologi anak sehingga keluarga merupakan benteng utama dalam melakukan pendidikan yang baik dari
efek buruk yang ditimbulkan dari perkembangan era digital tersebut.
3.
Orang tua juga tidak boleh menutup rapat-rapat dari
perkembangan era digital bagi anak dikarenakan dibalik perkembangan era digital
tersebut ada banyak hal positif yang dapat diraih, pada titik inilah peran
orang tua dalam mendidik anak dalam era digital sangat dibutuhkan guna memilah
hal positif dan negatif dari perkembangan teknologi tersebut. Berdasarkan
perkembangan teknologi yang ada saat ini, menjadikan kendala terberat bagi
orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Selain itu menciptakan suasana keluarga yang dekat dengan cara sering mengobrol, bermain dan
mendengar curhatan anak-anak. Serta harus ada komitmen antar anggota keluarga
dalam penggunaan gadget di era digitalisasi. �Sangat diharapkan� tempat seperti RPTRA di Jakarta� metupakan�
tempat yang cocok buat anak-anak�
bermain, berkumpul atau diskusi�
serta beraktivitas bersama.
4.
Organisasi RPTRA Malinjo sangat bermanfaat sekali,
sebagai sarana bermain untuk anak-anak, dengan kondisi Jakarta yang semakin
sedikit tanah lapang untuk bermain anak. Sehingga harapan ke depannya Pemerintah DKI menambah jumlah RPTRA-RPTRA yang baru.
Sejak dibangun RPTRA Malinjo Kecamatan�
Pasar Minggu Kelurahan Pejaten Barat, anak-anak di sekitar taman
itu� mau bermain di luar rumah dan mulai
tidak kecanduan dengan gadget dengan asyik game yang dimainkannya. Sehingga
mereka� semakin banyak berinteraksi satu
satu dengan yang lainnya. Fasilitas untuk anak pun cukup lengkap mulai dengan
alat-alat bermain sampai perpustakaan. Kegiatan-kegiatan
yang ditawarkan pengelola sangat beragam
sehingga anak-anak bebas mengikuti kegiatan apa yang menjadi minatnya. Maka,
terjadi banyak perubahan dalam diri anak-anak di daerah Malinjo yaitu mereka
semakin ceria dan percaya diri dan bisa
memecahkan masalah yang anak-anak hadapi.
BIBLIOGRAFI
Bogdan, R., & Taylor, S. (1992). Pengantar Metode Kualitatif. Surabaya:
Usaha Nasional.
Cholik, C. A. (2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi Untuk Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia. Syntax Literate;
Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(6), 21�30.
Desminta. (2013). Psikologi perkembangan peserta didik:
Panduan bagi orang tua dan guru dalam memahami psikologi anak usia SD, SMP, dan
SMA. PT. Remaja Rosdakarya.
Ihsan, F. (2005). Dasar-dasar Pendidikan (Cet. IV). PT
Rineka Cipta.
Kriyantono, R., & Komunikasi, T. P. R. (2010). Jakarta. Kencana
Prenada Media Group.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi
revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 103.
Narbuko, C., & Achmadi, A. (2005). Metodologi Penelitian,
cet. VI (Jakarta: PT. BumiAksara.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu
perilaku.
Rakhmat, J., & Surjaman, T. (2012). Metode penelitian
komunikasi: dilengkapi contoh analisis statistik. Remaja Rosdakarya.
Ramadhani, S. P., & Ritonga, R. (2019). Sosialisasi Peran
Orangtua Terhadap Perkembangan Anak Di Era Digital Madrasah Ibtidayah Gunung
Bunder II, Pamijahan Jawa Barat. Jurnal Pengabdian Masyarakat (JPM-IKP),
2(02), 94�100.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta:
Erlangga, 422�424.
Shin, Y.-J. (2014). Mendidik anak di era digital. Jakarta:
PT Mizan Publika.
Sholichah, M. (2016). Pengaruh persepsi remaja tentang
konflik antar orang tua dan resiliensi terhadap depresi dan kecemasan. Humanitas:
Jurnal Psikologi Indonesia, 13(1), 22�36.
Winarno, H. dan. (2012). Ilmu Sosial & Budaya Dasar
(Cet. VI). PT Bumi Aksara.