Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 5, No. 3 Maret 2020
�
TORASTING (MOTOR ANTI STUNTING) SISTEM WIRAUSAHA UNTUK UPAYA
PENCEGAHAN STUNTING DAN PEMBUKAAN LAPANGAN PEKERJAAN UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DAERAH KUNINGAN
Figih Pratama dan Atin Suhartini
Universitas
Islam Al-Ihya Kuningan
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract
Sustainable development goals (SDGs)
in the Indonesian language are the Sustainable Development Goals is a document
of continued global development agreements of the Millennium Development Goals
(MDGs) which began in September 2015 along with the end of the MDGs until 2030
with 17 goals oriented, among them, without poverty and without starving, for
this paper aims to provide one of the ideas of the system to achieve several
points from the 17 goals set by the United Nations namely to provide jobs for
Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) for poverty reduction and prevention
of stunting for toddlers. The UMKM idea system and food processing business
from Moringa leaf flour can reduce the stunting percentage and poverty rate in
Kuningan regency and this idea system is worthy of being a business after being
tested for the feasibility of a food processing business from Moringa leaf
flour.
� Keywords: Moringa Leaves, Poverty, Stunting,
Sustainable Development Goals (SDGs), Micro, Small and Medium Enterprises
(UMKM).
Abstrak
Sustainable
development goals (SDGs) dalam bahasa Indonesia adalah Tujuan Pembangunan
berkelanjutan merupakan sebuah dokumen kesepakatan pembangunan global lanjutan
dari Millenium Development Goals (MDGs) yang dimulai sejak September 2015
beriring dengan berakhirnya MDGs sampai dengan 2030 dengan berorientasi pada 17
tujuan diantaranya adalah tanpa kemiskinan dan tanpa kelaparan, untuk itu karya
tulis ini bertujuan untuk memberikan salah satu gagasan sistem untuk mencapai
beberapa point dari 17 tujuan yang telah ditetapkan oleh PBB yakni untuk
memberikan lapangan pekerjaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk
penuntasan angka kemiskinan dan pencegahan stunting bagi balita. Dengan sistem
gagasan UMKM dan usaha olahan makanan dari tepung daun kelor dapat mengurangi
persentasi stunting dan angka kemiskinan di kabupaten Kuningan serta sistem
gagasan ini layak untuk dijadikan sebuah usaha setelah diuji kelayakan usaha
olahan makanan dari tepung daun kelor.
Kata
kunci : Daun Kelor, Kemiskinan, Stunting,
Sustainable Development Goals (SDGs), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pendahuluan
Indonesia
juga dikenal memiliki potensi sumber daya laut yang besar (Romulus, 2017). Peranan Pemerintah dalam mengelola sumber daya kelautan
dan perikanan yang sangat berlimpah dituntut untuk melakukan
terobosan-terobosan melalui penerapkan kebijakan strategis seperti pemberdayaan
masyarakat nelayan (empowerment), merupakan kebijakan yang sangat penting
karena terkait dengan upaya mensejahterakan masyarakat (Duradin, 2017).
Untuk mencapai kehidupan manusia yang lebih baik dari berbagai permasalahan
yang menimpa banyak manusia di berbagai negara diperlukan solusi yang dirasa
dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, untuk itu PBB mendeklarasikan Tujuan
Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang dimulai pada
tahun 2000 dan selesai pada bulan September tahun 2015 dan berhasil membuat
perubahan namun masih ada pekerjaan rumah (PR) beberapa permasalahan yang belum
terselesaikan sehingga PBB mendeklarasikan kembali. Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) pada bulan
September 2015 sebagai tujuan global sampai tahun 2030.
Dalam dua point yang
menjadi orientasi dari tujuan pembangunan berkelanjutan
daerah Kuningan dalam kondisi memprihatinkan diantaranya susahnya mencari
lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan banyaknya pengangguran dan memilih
untuk menjadi perantauan mengadu nasib di ibu kota atau kota lain untuk mencari
nafkah, dan juga stunting yang saat ini tengah menjadi permasalahan yang besar
dalam dunia kesehatan di berbagai daerah di Indonesia terkhusus daerah
Kuningan.
Berdasarkan
data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), di Jawa
Barat sendiri tercatat ada 29,9% atau 2,7 juta balita yang terkena stunting.
Menurut Gubernur, ada 13 kabupaten di Jawa Barat yang akan
diintervensi program stunting untuk lebih maksimal. Tiga belas daerah
dengan penderita terbanyak di Jawa Barat yang disinggung Emil, antara
lain Kabupaten Garut (43,2%), Kabupaten Sukabumi (37,6%), Kabupaten
Cianjur (35,7%), Kabupaten Tasikmalaya (33,3%), Kabupaten Bandung Barat
(34,2%), Kabupaten Bogor (28,29%), Kabupaten Bandung (40,7%), Kabupaten
Kuningan (42%), Kabupaten Cirebon (42,47%), Kabupaten Sumedang (41,08%),
Kabupaten Indramayu (36,12%), Kabupaten Subang (40,47%), dan Kabupaten Karawang
(34,87%) (Rizali, Nurhakim, Santoso,
& Novianti, 2019)
Dan ternyata di Kuningan ada 10 Desa yang anak mengalami
stunting (Mustawan, 2018).
Faktor
penyebab stunting diantaranya adalah ketika ibu sedang hamil mengidap anemia,
kurangnya asupan gizi pada saat balita, ibu mempunyai asupan gizi yang buruk
selama menyusui, bayi tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Balita atau anak yang mengalami stunting akan
mengalami perkembangan pertumbuhan yang buruk.
Selain beberapa hal
yang telah disebutkan di atas, kurangnya pengetahuan ibu mengenai stunting
biasanya dikarenakan kurangnya informasi, tidak peduli, masih mengacu pada
mitos karena dilatarbelakangi pendidikan yang rendah kemiskinan juga dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya stunting pada balita.
Persentase penduduk
miskin di Kabupaten Kuningan masih terbilang tinggi, yaitu 13,59%
pada tahun 2016. Angka ini masih jauh di atas persentase penduduk miskin Jawa
Barat sebesar 8,77% dan nasional sebesar 10,64% (Indonesia, 1983) Dari data tersebut penghasilan warga
miskin di kabupaten Kuningan masih dibawah garis batas minimum pengeluaran per
kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan.
Secara rinci, angka kemiskinan di Kuningan dapat dilihat dari tabel di bawah
ini:
Tabel 1 Angka
kemiskinan di Kabupaten Kuningan pada tahun 2012-2016
No |
Indikator |
Angka Kemiskinan |
|||||
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
2016 |
2017 |
||
1 |
Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa) |
142.257 |
139.353 |
133.572 |
147.210 |
144.070 |
|
2 |
Garis Kemiskinan |
245.476 |
261.858 |
271.015 |
276.154 |
289.901 |
|
3 |
Persentase Penduduk Miskin |
13,70 |
13,34 |
12,72 |
13,97 |
13,59 |
13,27 |
Sumber: BPS 2016
Dari data tabel angka kemiskinan di atas dapat dilihat bahwa penurunan angka kemiskinan di kabupaten Kuningan belum signifikan, dari tahun 2012-2016 penurunan angka kemiskinan hanya berkisar 0.11%.
��������������� Karya
tulis ini ditujukan untuk menyumbangkan aspirasi sebagai solusi untuk
pengurangan stunting dan angka kemiskinan di kabupaten Kuningan dengan
pengenalan makanan superfood atau makanan bergizi tinggi namun disajikan
dalam bentuk makanan yang disukai oleh semua usia dari balita hingga dewasa dan
dapat dijadikan sebuah UMKM yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat kabupaten Kuningan serta untuk mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Metode
Penelitian
Artikel
ini menggunakan Metode data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku, bukti yang telah ada, atau
arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Metode ini lebih mudah di dapatkan dan menghemat waktu
pengerjaan. Artikel dan informasi dari sumber situs yang jelas
dikumpulkan untuk mencukupi kebutuhan informasi mengenai penelitian yang akan dibahas di artikel ini.
Disusulkan gagasan
terpadu antara superfood dan UMKM sebagai upaya untuk mengurangi
persentasi balita stunting di kabupaten Kuningan dan penghapusan angka
kemiskinan di kabupaten Kuningan serta upaya untuk mendukung tercapainya
Sustainable Development Goals (SDGs). Kerangka pemikiran atau
logical framework dapat dilihat pada
Gambar 1.
�Gambar 1 Kerangka pemikiran penulisan
Hasil dan Pembahasan
Sistem
terpadu antara UMKM dan superfood merupakan upaya untuk mengurangi
persentase stunting dan angka kemiskinan di Kuningan.
Sistem ini dapat menjadi pembuka jalan usaha dan lapangan
pekerjaan karena dapat melibatkan banyak pihak yang tentunya diuntungkan yakni
investor atau pemilik usaha, penjajakan keliling dengan menggunakan motor.
1. Pemilihan
bahan utama superfood
Proses awal dari sistem ini adalah penentuan bahan
utama superfood, bahan makanan utama yang ditawarkan dalam karya tulis
ini adalah daun kelor karena sebagaimana dari data kandungan gizi yang telah
disebutkan di atas daun kelor memiliki kadungan gizi yang sangat tinggi, mudah
dan murah untuk didapatkan.
2. Pengolahan
bahan utama superfood
Agar mudah disukai semua kalangan daun kelor diolah
dengan kreatif menjadi makanan-makanan yang banyak disukai oleh semua usia, olahan tersebut diantaranya adalah: es krim daun
kelor, puding daun kelor, kerupuk daun kelor, minuman daun kelor, opak daun
kelor, makanan pengganti asi (mpasi) daun kelor dan naget daun kelor. Di dalam karya tulis ini penulis memilih tiga menu olahan daun
yaitu es krim daun kelor, puding daun kelor dan mpasi daun kelor.
3. Menjalin
kerjasama dengan PKK dan koperasi desa
Seusai dengan salah satu tugasnya yaitu menggali, menggerakan dan mengembangkan potensi
masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai
dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan; sistem ini dapat bekerjasama dengan
organisasi PKK dan koperasi desa untuk membuat makanan olahan daun kelor
serta membangun UMKM dan inovasi desa sebagai bentuk dari meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dengan berbasis Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs).
4. Sistem
Distribusi
Cara mendistribusikan dagangan olahan daun kelor
adalah dengan cara berdagang keliling dengan menggunakan sepeda motor karena
dapat menjangkau seluruh konsumen sampai ke pelosok desa, selain itu motor
adalah kendaraan yang paling tepat karena cepat dan hemat tenaga dengan
menggunakan gerobak yang ada di motor menggunakan nama singkatan �torasting�
atau motor anti stunting, nama tersebut dipilih karena dijajakannya menggunakan
motor, dan menjual makanan sehat pencegah stunting. Selain
itu dapat juga menggunakan suara dari speaker toa kecil yang dijadikan
ciri khas seperti torasting. �jajanan enak, sehat
anti stunting
5. AKG daun kelor
Salah satu hal yang membuat Kelor
menjadi perhatian dunia dan memberikan harapan sebagai tanaman yang dapat
menyelamatkan jutaan manusia yang kekurangan gizi, adalah Kelor kaya dengan
kandungan nutrisi dan senyawa yang dibutuhkan tubuh.� Seluruh bagian tanaman
kelor dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan, menjaga dan meningkatkan kualitas
kesehatan manusia dan terutama sumber asupan gizi keluarga.� Bahkan, kandungan kelor diketahui berkali
lipat dibandingkan bahan makanan sumber nutrisi lainnya, seperti tampak dalam
gambar berikut:
Gambar 3 Perbandingan
Nutrisi Daun Kelor Segar dengan Serbuk Daun Kelor
Sumber:
Kelorina.com
Gambar di atas menjelaskan kandungan Potasium pada
daun kelor tiga kali lebih banyak dari pisang sedangkan pada serbuk daun kelor
lima belas kali lebih banyak; kandungan Vitamin A� pada daun kelor empat kali lebih banyak dari
wortel sedangkan pada serbuk daun kelor sepuluh kali lebih banyak; kandungan
Zat Besi pada daun kelor dua puluh lima kali lebih banyak dari bayam tujuh kali
lebih banyak dari jeruk sedangkan pada serbuk daun kelor setengah kali lebih
banyak; kandungan Kalsium pada daun kelor empat kali lebih banyak dari susu
sedangkan pada serbuk daun kelor tujuh belas kali lebih banyak; kandungan
Protein pada daun kelor dua kali lebih banyak dari yogurt sedangkan pada serbuk
daun kelor sembilan kali lebih banyak.
Kelor mengandung Vitamin A (Alpha &
Beta-carotene), B, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, K, asam folat, Biotin,
dalam jumlah yang berlimpah. Bahkan, berkali lipat dari
sumber makanan yang dikenal sebagai sumber nutrisi tinggi. Pada
dasarnya, ada dua kelompok vitamin, yaitu: yang larut dalam lemak dan yang
larut dalam air. Vitamin A, D, E, dan K, larut dalam lemak sehingga memerlukan
lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak tubuh Anda, kemudian
digunakan saat diperlukan. Berlebihan mengonsumsi vitamin
yang larut dalam lemak dapat membuat Anda keracunan sehingga menyebabkan efek
samping seperti mual, muntah, serta masalah hati dan jantung.
Vitamin B kompleks dan C, merupakan
vitamin yang larut dalam air. Tubuh
Anda menggunakan vitamin-vitamin itu sesuai kebutuhannya, kemudian mengeluarkan
kelebihannya melalui urin. Karena vitamin ini tidak
disimpan dalam tubuh, risiko keracunan sangat kecil dibandingkan dengan vitamin
yang larut dalam lemak, tetapi risiko kekurangan lebih tinggi. Kandungan dalam daun kelor 100gram bisa dilihat di tabel bawah ini.
Tabel 2 Kandungan gizi
dalam daun kelor 100 gram
Kandungan |
Kelor segar |
Kelor kering |
Kalori energy |
92 Kal |
205 Kal |
Protein |
6,8 gr |
27,1 gr |
Lemak |
1,7 gr |
2,3 gr |
Karbohidrat |
12,5 gr |
38,2 gr |
Serat |
0,9 gr |
19,2 gr |
Beta Karoten Vitamin A |
6,78 mg |
18,9 mg |
Vitamin B1 (Tiamin) |
0,06 mg |
2,64 mg |
Vitamin B2 (riboflavin) |
0,05 mg |
20,5 mg |
Vitamin B3 (Niasin) |
0.8 mg |
8,2 mg |
Vitamin C |
220 mg |
17,3 mg |
Kalsium |
|
2003 mg |
Tembaga |
|
0,57 mg |
Zat besi |
|
28,2 mg |
Magnesium |
|
368 mg |
Fosfor |
|
204 mg |
Kalium |
|
1324 mg |
Seng
|
|
0.29mg |
Sumber:
https://ppid.lumajangkab.go.id/file/LEAF-FLATE-SEGO KELORpdf1573609184.pdf
Setelah dilihat dari tabel di atas
mengenai kandungan vitamin dan mineral dari 100 gram daun kelor mempunyai
kandungan gizi yang banyak untuk memenuhi kebutuhan gizi di dalam tubuh.
Penghitungan analisis financial
dapat menggunakan criteria kelayakan investasi.
Kriteria kelayakan investasi digunakan untuk mengetahui atau
mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dalam usaha olahan
makanan dari tepung daun kelor. Berdasarkan kriteria
kelayakan investasi, maka dapat diketahui apakah usaha makanan dari tepung daun
kelor layak diusahakan atau tidak. Analisis criteria
investasi yang digunakan yakni, NPV (net present value), Net B/C, IRR (internal
rate return), PP (payback periods), dan sensivitas. Hasil
analisis kriteria investasi disajikan pada Tabel 3���������� .
Tabel 3 Hasil Analisis
Kriteria Kelayakan Investasi dalam Usaha Olahan Makanan dari Tepung Daun Kelor
Kriteria
Investasi |
Hasil
Analisis |
Keterangan |
NPV (Net
Present Value) Net B/C IRR (Internal
Rute Return) PP (Payback Periods) |
15.499.300 4,85 48% 2
tahun 10 bulan 10 hari |
Layak Bermanfaat Layak
dan Menguntungkan Layak |
Sumber: Santosa dan Imamah 2018
Tabel 4 Analisis
Sensitivitas Switching Value dengan Kenaikan Bahan Baku Daun Kelor Sebesar 10%
Kriteria
Investasi |
Hasil
Analisis |
Keterangan |
NPV (Net
Present Value) Net B/C IRR (Internal
Rute Return) PP (Payback
Periods) |
12.684.722 4,27 44% 3
tahun 4 bulan 10 hari |
Layak Bermanfaat Layak
dan Menguntungkan Layak |
Sumber: Santosa dan Imamah 2018
Berdasarkan tabel 3, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
NPV (Net Present Value)
Nilai NPV usaha olahan makanan dari tepung daun
kelor pada tingkat suku bunga 9,96% sebesar Rp.
15.499.300. Hal ini menunjukkan bahwa nilai NPV lebih besar
dari pada nilai nol atau bernilai positif, maka usaha olahan makanan dari
tepung daun kelor layak diusahakan.
b.
Net B/C
Nilai Net B/C pada usaha olahan makanan dari tepung
daun kelor sebesar 4,85. Nilai Net B/C (4,85) lebih besar dari pada 0. Artinya, setiap Rp. 1 biaya
yang dikeluarkan dapat menghasilkan Rp 4,85. Maka, dapat disimpulkan bahwa usaha olahan makanan dari tepung daun
kelor memberikan manfaat atau menguntungkan.
c.
IRR (Internal Rate Return)
IRR merupakan salah satu kriteria investasi yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian investasi yang
ditanamkan usaha olahan makanan dari tepung daun kelor yang diukur dengan suku
bunga yang berlaku yaitu 9,96%. Nilai IRR sebesar 48%,
hal ini menunjukkan bahwa nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku (48% > 9,96%). Artinya,
usaha olahan makanan dari tepung daun kelor layak untuk dijalankan.
Selain itu, nilai IRR tersebut juga menunjukkan bahwa olahan makanan dari
tepung daun kelor akan tetap layak untuk diusahakan
hingga tingkat suku bunga mencapai 48%.
d.
PP (Payback Periods)
Nilai PP yaitu sebesar 2,86 yang artinya, usaha
olahan makanan dari tepung daun kelor dapat mengembalikan investasi kurun waktu
2 tahun 10 bulan 10 hari yang dilakukan dengan perhitungan kelayakan
berdasarkan periode proyek 10 tahun.
e.
Sensitivitas Switching Value
Suatu usaha dalam pengelolaan produksi tidak akan lepas dari adanya suatu perubahan khususnya pada biaya
produksi, sebab harga bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan olahan makanan
dari tepung daun kelor akan mengalami kenaikan atau penurunan diakibatkan oleh
permintaan pasar. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh jika terjadi kenaikan harga bahan baku
daun kelor sebesar 10%. Adapun kriteria kelayakan investasi usaha olahan
makanan dari tepung daun kelor dengan kenaikan bahan baku
sebesar 10% dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4, menunjukkan bahwa pada saat bahan baku daun kelor yang digunakan dalam usaha
olahan makanan dari tepung daun kelor mengalami kenaikan harga sebesar 10%,
maka nilai NPV mengalami penurunan menjadi Rp. 12.684.722, Net B/C turun menjadi
4,27, dan nilai IRR menjadi 44%, serta nilai PP semakin lama yaitu menjadi 3
tahun 4 bulan 10 hari. Dalam kondisi ini usaha olahan makanan
dari tepung daun kelor masih layak diusahakan.
Kesimpulan
Sistem terpadu antara
UMKM dan superfood merupakan sistem gagasan dari penulis yang
menggabungkan antara UMKM dan superfood dari bahan daun kelor yang mudah
didapat untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah kabupaten Kuningan dengan
membuka lapangan pekerjaan untuk berdagang, serta mengurangi persentase stunting
yang masih tinggi di Kuningan. Upaya ini juga untuk membantu
tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di kabupaten Kuningan.
BIBLIOGRAFI
Duradin, D. (2017). Kebijakan Pemerintah Di Bidang Perikanan Untuk
Pelestarian Lingkungan Hidup Dan Kesejahteraan Nelayan. Syntax Literate;
Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(12), 22�34.
Indonesia, R. (1983). Undang-undang No 5 Tahun 1983 tentang
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Lembaran Negara RI Tahun.
Mustawan, A. (2018). Anak di 10 Desa mengalami stunting.
Rizali, R., Nurhakim, N., Santoso, E., & Novianti, Y. S.
(2019). Evaluasi Volume Tampung Dari Sump Dengan Persamaan Water Balance. Jurnal
Himasapta, 1(01).
Romulus, A. (2017). Peran Hukum Maritim Terhadap Hasil
Tangkapan Nelayan Di Wilayah Perbatasan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 2(5), 9�18.
����������������������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������
��������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������������������������������� �����������������������������������������