Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
����� e-ISSN : 2548-1398
����� Vol. 5 No. 3 Maret 2020
FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) PADA AKSEPTOR MKJP (METODE KONTRASEPSI JANGKA
PANJANG) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKAHAJI� KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2019
Lia
Natalia
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) YPIB Majalengka
Email: [email protected]
Abstract
Based on the inter-sensus
population survey (Supas) result of 2015, the ��Indonesian population in 2019 about 266,91
million people. People who
used IUD in Sukahaji PHC were 5.6% of 2017. The purpose of this study was to
determine the factors associated to the use of IUD (Intra Uterine Device) contraceptive
method. The study design was analytic study with case control approach. IUD
acceptors were the cases with a number of 128 respondents. Controls were
implants and MOW acceptors with the number of 128 respondents, taken by
purposive sampling.� Research instrument
used is questionnaire. The data analysis was conducted in univariate, bivariate
and multivariate.The study results showed that the factors associated
significantly to the use of IUD contraceptive method were knowledge (p =
0.001), education (p = 0.001), employment (p = 0.001), parity (p = 0.001), age
(p = 0.001), socio-economic������ (p =
0.001), culture (p = 0.001), service rates (p = 0.026), the information by
Family Planning field personnel (p = 0.002,), service providers (p = 0.001) and
husband support (p = 0.001), while the availability of tools (p = 0.617) and
the availability of man personel (p = 0.142) were not associated to the use of
IUD contraceptive method. The results of multivariate analysis, the most
dominant variable associated to IUD contraceptive method was husband support (p
= 0.001, OR = 5.638). With the study results, it is expected to perform
continual improvement of family planning services quality by providing
counseling which involves husbands, community leaders and religious leaders.
Keywords : Family Planning, IUD, Acceptors, Rural
Abstrak
Berdasarkan
hasil survey penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2019 sekitar 266,91 juta jiwa. Jumlah
yang menggunakan IUD di Puskesmas Sukahaji sebesar 4,80% pada tahun 2018. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui� faktor yang berhubungan dengan penggunaan
alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine
Device). Rancangan penelitian ini adalah
penelitian analitik dengan pendekatan case
control. Kasus adalah akseptor KB IUD dengan jumlah 128 responden. Kontrol
adalah akseptor KB implan dan MOW dengan jumlah 128 responden, cara pengambilan
sampel dengan purposive sampling.
Instrumen yang digunakan adalah angket. Analisis yang dilakukan meliputi
univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan faktor
yang berhubungan bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD yaitu
pengetahuan (p = 0,001), pendidikan (p =� 0,001), pekerjaan (p = 0,001),
paritas (p = 0,001), umur (p =
0,001), sosial ekonomi (p = 0,001), budaya (p = 0,001), tarif pelayanan (p� =
0,026), informasi oleh petugas lapangan KB
(p = 0,002,), penyedia pelayanan (p =
0,001) dan dukungan suami�� (p =�
0,001), dan faktor yang tidak berhubungan adalah ketersediaan alat (p =�
0,617) dan� ketersediaan tenaga (p =�
0,142). Hasil analisis multivariat, variabel yang paling dominan
berhubungan dengan alat kontrasepsi IUD adalah dukungan suami (p = 0.001, OR =
5,638). Dengan adanya hasil penelitian ini
diharapkan terus�� kualitas pelayanan KB
dengan memberikan penyuluhan melibatkan suami, tokoh masyarakat dan tokoh
agama.
Kata kunci : Keluarga Berencana, IUD, akseptor, perdesaan
Pendahuluan
Masalah
penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang,
termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia
adalah laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Sensus penduduk tahun
2018 menunjukkan jumlah
penduduk Indonesia sekitar 265.02 juta �jumlah perempuan sebesar 133,87 jiwa
penduduk.� Tetapi jumlah ini mengalami penurunan
jumlah penduduk dari tahun 2014 (252, 12 juta jiwa) hingga tahun 2018. Jumlah
Penduduk di Jawa Barat merupakan jumlah
penduduk paling banyak di Indonesia sebanyak 48,68 juta jiwa. Hal ini
terlihat jelas bahwa jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan
(Kemenkes RI, 2018).
Sasaran pokok pembangunan KKB di dalam RPJMN 2015-2019
adalah menurunnya laju pertumbuhan penduduk, menurunya angka kelahiran total/total
fertility rate (TFR) dan meningkatnya angka keikutsertaan ber-KB/Contraseptive
Prevalence Rate (CPR). Pada tahun 2-15, jumlah peserta KB baru adalah 6,41
juta dibandingkan target 6, 84 juta. Sementara tahun 2016 adalah 6,66 juta dari
target 6,96 juta. Untuk mencapai target yang ditetapkan itu diperlukan kerja
keras. Pemerintah juga memberikan kebijakan untuk meningkatkan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) pada akseptor dan tren penggunaan MKJP mengalami kenaikan yaitu pada
SDKI 2012 sebesar 18,30 persen, SDKI 2015 sebesar 21,30 persen dan SDKI 2016 sebesar
21,60. Walaupun tidak mengalami peningkatan secara signifikan akan tetapi
berhasil mencapai target yang telah ditetapkan. �(Bappenas, 2017).
Mencermati
pemakaian MKJP selama beberapa periode survei menunjukkan kecenderungan
menurun. Baru pada tahun 2012-2016 pencapaian MKJP relatif
tetap. Penurunan MKJP tampaknya bersumber dari pemakaian metode IUD (Intra Uterine Device) yang terus
menurun, sementara pencapaian MOP (Meja Operasi Wanita), MOW (Meja Operasi
Wanita) relatif tetap, dan pencapaian implant yang mengalami fluktuasi selama
periode tersebut (BKKBN, 2017).
IUD
(non hormonal) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi jangka panjang yang
ideal dalam upaya mencegah
kehamilan. Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan satu
kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah.
IUD juga merupakan alat kontrasepsi yang aman, karena tidak mempunyai pengaruh
sistemik yang beredar keseluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan
kesuburan cepat kembali setelah IUD lepas. Selain memiliki banyak keuntungan,
IUD juga memiliki efek samping, antara lain perdarahan, rasa nyeri atau kejang
perut, dan gangguan pada suami ketika berhubungan namun sejauh ini masih dapat
diatasi (Wulandari, 2008).
Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting
dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk di Indonesia (Suyanti, 2016). Hasil
pendataan keluarga tahun 2017
menunjukkan bahwa secara nasional jumlah peserta KB Aktif �tercatat sebanyak 23.606.218 peserta, dan jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 37.338.265
peserta, sehingga tingkat kesertaan menggunakan
KB dari seluruh PUS� sebesar 63,22%. Yang menggunakan KB MKJP tahun 2017 hanya sebesar 17,
45% dan yang menggunakan Non MKJP sebesar 82,55% dan Provinsi
Jawa Barat menempati urutan ke-12
dilihat dari tingkat prevalensi PUS peserta KB (BKKBN, 2017).
Berdasarkan
data Kemenkes RI menunjukkan
bahwa pada tahun 2017
di Indonesia peserta KB aktif
dengan penggunaan IUD sebesar 397.996
(7,75%), MOW sebesar 194.636
(3,41%), MOP sebesar 39.843 (0,70%), kondom sebesar 65.390 (1,14%), implan sebesar 471.979 (8,26%), suntikan 4,128.115
(48,56%), pil sebesar 993.255
(7,39%).
Di
Jawa Barat menurut (Kemenkes RI, 2017)
jumlah PUS sebesar 1.545.324 dan jumlah PUS Peserta KB aktif
sebesar 1.058.887 dan
yang menggunakan IUD 85.534
(8,17%), MOW 3.319 (36.138%), MOP 5.785 (0,55%), Kondom 7.655 (0,72%), implant 60.194 (5,68%), suntikan 650.390 (5,68%), pil 209.027 (19,74%).
Di
Kabupaten Majalengka tahun 2017
jumlah pasangan usia subur sebanyak 265.288
orang sedangkan jumlah peserta KB Baru
sebanyak 4.807 (1,81%) dan Peserta KB aktif sebanyak 210.258. dari peserta KB Aktif yang menggunakan KB MKJP sebanyak
36.588 (16,85%) dengan peserta IUD sebanyak 10.458 (4,82%), MOP sebanyak 2,205 (1,02%), MOW sebanyak 10.579 (4,87%), Implan sebanyak 13,345 (6,15%). Sedangkan yang menggunakan Non MKJP sebanyak 176.471
(83,93%) dengan peserta KB suntik sebanyak 145.431 (66,98%), pil sebanyak 32.720 (15,07%), kondom sebanyak 2.394 (1,10%), dan tidak ada yang
menggunakan obat vagina. (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2018).
Rendahnya
jumlah peserta KB IUD disebabkan karena beberapa faktor seperti : 1)
ketidaktahuan peserta tentang Keuntungan KB IUD. Dimana pengetahuan tentang
alat� kontrasepsi merupakan pertimbangan
dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan, 2) kualitas pelayanan
KB, dilihat dari segi ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang
terlatih dan kemampuan medis teknik petugas pelayanan kesehatan, 3) Adanya
hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian IUD. 4) Adanya niat yang timbul
dari adanya sikap yang didasarkan pada kepercayaan (budaya), norma-norma di
masyarakat dan norma pokok yang ada dalam lingkungan. Salah satu norma yang
dianut masyarakat adalah pemasangan IUD yang dilakukan di aurat (vagina)
sehingga menimbulkan perasaan malu/enggan serta takut untuk menggunakan IUD
serta banyak mitos di masyarakat tentang IUD seperti dapat
mengganggu kenyamanan hubungan suami/istri, mudah terlepas jika bekerja terlalu
keras, menimbulkan kemandulan dan lain sebagainya (Imbarwati, 2009).
Berdasarkan
survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sukahaji Kabupaten Majalengka tahun 2018
jumlah peserta KB aktif sebanyak 3.646 (86,15%) dengan akseptor
yang menggunakan IUD sebesar 203
(4,80%), MOP sebanyak 25 (0,61%), MOW sebanyak 225 (5,32%), Implan sebanyak 132 (3,12%), suntik sebanyak 3.201 (71,38%), pil sebanyak 579 (13,68%), kondom sebanyak 46 (1,57%). Pada tahun 2017 yang menggunakan IUD sebanyak 212
(5,05%) dan terlihat bahwa terjadi penurunan peminat KB pada tahun 2017-2018
sebanyak 0,25% dan UPTD Puskesmas Sukahaji merupakan
UPTD dengan pencapaian IUD dengan urutan ke-17
dari 32 Puskesmas yang ada di Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan
hasil wawancara terhadap 15 responden yang berada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka tanggal 15 Desember 2018 didapatkan bahwa yang
berpengetahuan tinggi tentang IUD sebesar 3 orang (20%), berpengetahuan rendah
sebesar 12 orang (80%), yang mendapat dukungan suami untuk menggunakan IUD
sebesar 6 orang (40%) dan tidak mendapat dukungan suami 9 orang (60%).
Hasil
penelitian (Bernadus et al., 2013)
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia, pendidikan,
pengetahuan, persetujuan pasangan dan budaya dengan pemilihan IUD bagi akseptor
KB, dan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan, status ekonomi dan tarif
pelayanan dengan pemilihan IUD bagi akseptor KB di Puskesmas Jailolo tahun
2013. Karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam
memilih alat kontrasepsi IUD maka variabel yang akan digunakan untuk penelitian
ini adalah pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur, paritas, sosial ekonomi,
budaya, tarif pelayanan, ketersediaan alat, ketersediaan tenaga, informasi oleh
petugas lapangan KB, sumber pelayanan dan dukungan suami.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah
penelitian analitik dengan pendekatan case
control/kasus-kontrol. di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka dan waktu penelitian telah dilaksanakan
pada bulan Januari-Maret 2015. Populasi kasus (akseptor yang menggunakan IUD)
sebanyak 152
orang dan populasi kontrol
(akseptor yang
menggunakan MOW/Implant) sebesar 336 orang. sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebesar 128 orang/akseptor untuk masing-masing kelompok kasus dan kontrol,
sehingga jumlah keseluruhan 2 x 128 orang, yaitu 256 orang. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample. Seluruh variabel penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis
univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan chi square dan analisis multivariat
dengan analisis regresi logistik, yaitu pemilihan variabel kandidat
multivariat, pembuatan model faktor penentu dan penentuan akhir model.
Hasil dan
Pembahasan
A.
Analisis
Univariat
1. Faktor
Pencetus Akseptor MKJP
Tabel 1 Distribusi
Frekuensi Akseptor MKJP Berdasarkan Faktor Pencetus di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2019
(n =256)
Faktor Pencetus |
F |
% |
Pendidikan Tinggi |
77 |
30,1 |
Bekerja |
45 |
17,6 |
Umur
< 20 dan > 35 |
85 |
33,2 |
Paritas
Rendah |
92 |
35,9 |
Sosial
ekonomi Tinggi |
74 |
28,9 |
Ada
Informasi dari PLKB |
139 |
54,3 |
Berdasarkan
tabel 1 diketahui bahwa karakteristik faktor pemudah akseptor MKJP yang kurang
dari 50%� adalah pendidikan tinggi,
bekerja, umur <20 dan >35 tahun, paritas rendah, sosial ekonomi tinggi.
2. Faktor
Pemudah Akseptor MKJP
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Akseptor
MKJP Berdasarkan Faktor Pemudah di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji
Kabupaten Majalengka Tahun 2019 (n
=256)
Faktor Pemudah |
F |
% |
Tarif
Pelayanan KB Murah |
165 |
64,5 |
Tersedianya
alat |
122 |
47,7 |
Tersedianya
Tenaga |
83 |
32,4 |
Penyedia
pelayanan Pemerintah |
127 |
49,6 |
Berdasarkan
tabel 2 diketahui bahwa karakteristik
faktor pemudah� yang kurang dari 50%
adalah tersedianya alat, tersedianya tenaga dan penyedia pelayanan pemerintah.
3. Faktor
Penguat (Dukungan Suami) Akseptor MKJP
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Akseptor
MKJP Berdasarkan Dukungan Suami di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji
Kabupaten Majalengka Tahun 2019 (n =256)
Variabel Independen |
f |
% |
�
Suami menyarankan untuk ber-KB IUD |
125 |
48,8 |
�
Suami mendampingi ibu jika ibu akan
dilakukan pemasangan IUD. |
114 |
44,5 |
�
Suami menyediakan waktu dan fasilitas
jika akan dilakukan pemasangan KB IUD |
118 |
46,0 |
�
Suami bersedia membiayai dalam pemasangan
IUD |
134 |
52,3 |
�
Suami menghormati keputusan ibu dalam
memilih KB yang akan digunakan |
127 |
49,6 |
�
Suami mengantar ibu untuk kunjungan
ulang |
116 |
45,3 |
�
Suami mengantar ibu untuk periksa jika
ada keluhan. |
127 |
49,6 |
Dukungan Suami |
|
|
Suami mendukung |
122 |
47,7 |
Suami Tidak
Mendukung |
134 |
52,5 |
Berdasarkan
tabel 3 didapatkan bahwa kurang dari setengahnya suami mendukung terhadap
penggunaan IUD di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukahaji.
4. Budaya
Akseptor MKJP
Tabel 4 Distribusi
Frekuensi Akseptor MKJP Berdasarkan Budaya di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2019 (n
=256)
Variabel Independen |
f |
% |
�
Kontrasepsi IUD tidak umum digunakan |
116 |
45,3 |
�
Peran suami dalam pengambilan keputusan ber-KB |
160 |
62,5 |
�
Jumlah anak mempengaruhi keputusan ber-KB |
�143 |
55,8 |
�
Tokoh agama mengharamkan penggunaan IUD |
83 |
32,4 |
�
Pemasangan IUD tabu karena dipasang ke dalam rahim |
141 |
55,0 |
�
Malu dengan cara pemasangan IUD Yang
harus memperlihatkan aurat (vagina) |
200 |
78,1 |
�
Pemakaian IUD tidak sesuai dengan agama
|
117 |
45,4 |
Budaya |
|
|
Budaya Tidak Melarang |
139 |
54,3 |
Budaya Melarang |
117 |
45,7 |
Berdasarkan
tabel 4 didapatkan bahwa satu
pertiga tokoh agama mengharamkan KB IUD
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukahaji.
5. Pengetahuan
Akseptor MKJP
Tabel 5 Distribusi
Frekuensi Akseptor MKJP Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2019 (n
=256)
Variabel
Independen |
f |
% |
�
Pengertian IUD |
129 |
50,4 |
�
Jenis IUD |
133 |
51,9 |
�
Mekanisme Kerja IUD |
127 |
49,6 |
�
Waktu pemasangan IUD |
145 |
56,6 |
�
Efektifitas IUD |
140 |
54,6 |
�
Kontraindikasi IUD |
124 |
48,4 |
�
Indikasi IUD |
130 |
50,7 |
�
Keuntungan IUD |
139 |
54,3 |
�
Kerugian IUD |
134 |
52,3 |
�
Komplikasi IUD |
126 |
49,2 |
�
Kunjungan Ulang IUD |
136 |
53,1 |
�
Lama pemakaian IUD |
149 |
58,2 |
Pengetahuan |
|
|
Pengetahuan
Tinggi |
135 |
52,7 |
Pengetahuan Rendah |
121 |
47,3 |
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa
pertanyaan dengan jawaban yang paling tinggi adalah� lama pemakaian IUD (58,2%) sedangkan� pertanyaan dengan jawaban yang paling rendah
adalah pertanyaan mengenai kontraindikasi IUD (48,4%).
B.
Analisis
Multivariat
1. Model
Akhir
Tabel
6 Model Akhir Multivariat Regresi Logistik
Penggunaan alat kontrasepsi IUD pada akseptor MKJP
Variabel |
p value |
OR (95% CI) |
Pengetahuan |
0,007 |
2,602 (1,293-5,235) |
Pendidikan |
0.019 |
2,492 (1,165-5,330) |
Pekerjaan |
0,019 |
3,259 (1,214-8,749) |
Umur |
0,001 |
3,949 (1,821-8,565) |
Paritas |
0,001 |
3,475 (1,688-7,155) |
Sosial
ekonomi |
0,001 |
3,632 (1,662-7,936) |
Budaya |
0,020 |
2,238 (1,136-4,4100) |
Informasi
dari� PLKB |
0,012 |
2,425 (1,212-4,851) |
Tarif Pelayanan KB |
0,124 |
1,780 (0,854-3,710) |
Penyedia
Pelayanan |
0,111 |
1,775 (0,876-3,597) |
Dukungan Suami |
0,001 |
5,848 (2,760-12,391) |
Berdasarkan
tabel 6 dapat dilihat variabel
yang dominan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD pada akseptor
MKJP adalah� pengetahuan (OR=2,602), pendidikan
(OR=2,492), pekerjaan (OR=3,259), umur (OR=3,949), paritas (OR=3,475), sosial
ekonomi� (OR=3,632),� budaya (OR=2,238), informasi dari PLKB
(OR=2,425), dan variabel yang paling dominan adalah dukungan suami dengan
variabel perancu� tarif pelayanan KB dan
penyedia pelayanan dengan OR =5,848 artinya akseptor MKJP yang mendapatkan
dukungan suami mempunyai peluang 5,848 kali lebih besar menggunakan alat
kontrasepsi IUD
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa variabel yang masih kurang dari setengahnya
(50%) adalah pendidikan tinggi, bekerja, umur < 20 dan > 35 tahun,
paritas rendah dan sosial ekonomi tinggi. Dari hasil uji statistik didapatkan
bahwa variabel yang mempunyai hubungan�
bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah pengetahuan,
pendidikan, pekerjaan, umur, paritas, sosial ekonomi, budaya dan informasi dari
PLKB.
Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa variabel yang masih kurang dari setengahnya
(50%) adalah tersedianya alat, tersedianya tenaga dan penyedia pelayanan ke
pemerintah. Hasil uji statistik didapatkan bahwa variabel yang mempunyai
hubungan bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah tarif pelayanan
KB dan penyedia pelayanan. Sedangkan yang tidak mempunyai hubungan yang
bermakna adalah ketersediaan alat dan ketersediaan tenaga.
Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan suami masih kurang dari setengahnya
(50%). Hasil uji statistik didapatkan bahwa dukungan suami mempunyai hubungan
bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD.
Ada
dua faktor yang dominan yaitu faktor pencetus dan faktor pemudah yang meliputi
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur, paritas, sosial ekonomi, budaya,
informasi dari PLKB dan dukungan suami. Variabel yang paling dominan
berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah dukungan suami dengan
variabel perancu tarif pelayanan KB dan�
penyedia� pelayanan dengan OR
=5,848 artinya akseptor KB yang mendapatkan dukungan suami mempunyai peluang
5,848 kali lebih besar menggunakan alat kontrasepsi IUD.
BIBLIOGRAFI
Bernadus, J. D., Madianung, A., & Masi, G. (2013).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) bagi akseptor KB di Puskesmas Jailolo. E-NERS, 1(1).
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan
Indonesia 2018. Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI. (2017). Data dan
Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
Bappenas (2017). Evaluasi Paruh Waktu
RPJMN 2015-2019. Jakarta : Bappenas
BKKBN. (2017). Pedoman Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat.
BKKBN.
BKKBN. (2017). Rencana Tindak Program Kependudukan Dan Keluarga
Berencana (KKB) Kencana. BKKBN.
Imbarwati, I. (2009). Beberapa Faktor Yang Berkaitan
Dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta Kb Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Kemenkes, R. I. (2013). Buletin jendela data dan informasi
kesehatan. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Suyanti, S. (2016). Diterminan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Implant Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun
2015. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(4), 23�40.
Wulandari, T. (2008). Persepsi dan Partisipasi Masyarakat
Terhadap Program Keluarga Berencana (Penelitian di Desa Panggungharjo, Kec.
Sewon, Kab. Bantul). DIMENSIA: Jurnal Kajian Sosiologi, 2(1).