Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849

e-ISSN : 2548-1398

Vol. 2, No 4 April 2017

 

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DENGAN PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS BANTARKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA

 

Ignatius Hapsoro Wirandoko

Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati

Email: [email protected]

 

Abstrak

Menurut World Health Organization (WHO), kematian balita di dunia yang diakibatkan oleh saluran pernafasan adalah 19 � 26%. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi ISPA di Indonesia telah mencapai 25% dengan frekuensi kasus sebanyak 2,33 juta. Tingginya kasus ISPA di Indonesia pada kalangan balita/bayi, salah satunya disebabkan oleh pengetahuan ibu yang kurang tentang ISPA. Faktor lain juga memberi pengaruh pada kasus ISPA di Indonesia adalah pola asuh ibu . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan antara pengetahuan serta pola asuh ibu dengan jumlah kasus ISPA di kalangan bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan orientasi pendekatan cross sectional. Populasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ialah ibu yang membunyai bayi usia 0-12 bulan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 82 orang. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan dan pola asuh ibu dengan kejadian ISPA pada bayi. Analisis data bivariat dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan uji korelasi Spearman mengenai pengetahuan ibu menunjukkan hubungan yang kuat (p=0.14) dengan kekuatan keterkaitan yang lemah (r = -0.271), sedangkan pola asuh ibu menunjukkan hubungan yang kuat (p=0.001) dengan kekuatan keterkaitan yang sedang (r = -0.471) terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang ISPA dan pola asuh ibu terhadap bayinya maka akan semakin rendah kasus ISPA pada bayi di usia 0-12 bulan.

 

Kata kunci: ISPA, pengetahuan ibu, pola asuh ibu

 

Pendahuluan

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ialah jenis infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan bagian atas dan bagian bawah. Infeksi ini dapat diakibatkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA terjadi apabila sistem imun pada tubuh menurun. Anak dengan usia lima tahun ke bawah adalah individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Primadi: 2009).

Menurut WHO (2009), ada sedikitnya juga 2 juta orang meninggal akibat ISPA. Artinya, jika dilakukan penghitungan lebih lanjut, ada sedikitnya 4 bayi yang meninggal iap menitnya. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta meninggal karena ISPA (1 balita/15 detik) dari 9 juta total kematian balita (WHO: 2009). Pada tahun 2007, 1,8 juta kematian terjadi akibat pneumonia dengan persentase sekitar 20% dari total 9 juta kematian pada anak (Rasmaliah Marlina Sarumpaet: 2014). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi ISPA di Indonesia selama tahun 2013 mencapai 25% dengan total kasus sekitar 2,33 juta. Data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat sepanjang tahun 2012 menunjukkan ISPA menempati urutan pertama yang menyebabkan kematian pada bayi/balita dengan total kasus sekitar 2.269 atau 44%. Sedangkan di Kabupaten Tasikmalaya kasus ISPA yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2012 adalah sebanyak 5.351 kasus dengan jumlah persentase 34% (Supriyantoro: 2007).

Salah satu sebab meningginya kasus ISPA di kalangan bayi Indonesia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu mengenai ISPA. Pengetahuan ibu berperan dalam pengambilan keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit (Yuli Kuswatin: 2013). Adapun faktor lain yang juga memberi pengaruh pada peningkatan kasus ISPA. Pola asuh ibu yang baik akan membentuk perilaku yang juga baik terhadap anaknya begitu pula sebaliknya pola asuh ibu yang kurang akan mempengaruhi terhadap kebiasaan dan perilaku anaknya, sehingga dapat meningkatkan angka kesakitan anak dan anggota keluarga lain serta rentan dari penyakit, termasuk penyakit ISPA.

Metode Penelitian

�� Desain atau metode penelitian yang diterapkan di sini ialah metode yang merujuk pada metode pendekatan cross sectional. Cross sectional sendiri adalah metode penelitian yang fokus pada pembelajaran dinamika korelasi antara beberapa faktor resiko dengan efek, menggunakan suatu pendekatan (Notoatmojo; 2002). Adapun untuk populasi sendiri peneliti menggunakan ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan yang datang ke Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya pada Bulan Januari-Februari 2016. Pada tahap lanjut peneliti selanjutnya menerapkan rumus Slovin untuk teknik sampling.

Dalam prakteknya, teknik sampling yang menerapkan rumus Slovin memiliki rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n �������� = besar sampel

N�������� = besar populasi

d��������� = kesalahan yang bisa diterima (0.1)

Di sisi yang lain peneliti juga menggunakan Sample Random Sampling untuk pengumpulan data. Lebih lanjut, dari data-data yang telah terkumpul, peneliti kemudian melakukan perhitungan dengan menerapkan rumus Solvin. Adapun uraian dari perhitungan yang dimaksud adalah:

Dari hasil perhitugan diatas maka didapatkan sampel untuk penelitian sebanyak 82 orang responden.

Untuk tempat penelitian peneliti mengunakan Puskesmas Bantangkalor yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan untuk waktu penelitian, peneliti kemudian mengumpulkan data dari tanggal 25 Januari hingga 6 Februari 2016. Setelahnya peneliti kemudian mengkaji setiap data yang masuk dan mengolahnya sebagaimana yang termaktub dalam uraian berikut.

 

Hasil Penelitian

Hasil Analisis

Pengumpulan data dilaksanakan sejak tanggal 25 Januari hingga 6 Februari 2016 di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian dilaksanakan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden, yang pada tahap sebelumnya, responden mendapat penjelasan dan diminta menandatangani informed consent terlebih dahulu. Data hasil penelitian kemudian akan dipaparkan dalam bentuk tabel dan analisis sebagaimana berikut:

Analisis Univariat

1.    Usia

Karakteristik distribusi frekuensi Usia responden dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Usia Responden

Usia Ibu

Frekuensi

Persentase

≤ 19 Tahun

5

6,1

20 � 29 Tahun

46

56,1

30 � 39 Tahun

29

35,4

≥ 40 Tahun

2

2,4

Total

82

100,0

 

Tabel 1 menunjukan distribusi frekuensi usia responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang rentang usianya ≤ 19 tahun jumlahnya 5 responden dengan persentase 6,1% sedangkan untuk responden dengan frekuensi rentang usia 20-29 tahun jumlahnya 46 responden dengan persentase 56,1%, responden dengan usia 30-39 tahun berjumlah 29 responden dengan persentase 35,4%, dan responden dengan rentang usia ≥ 40 tahun berjumlah 2 responden dengan persentase 2,4% sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%.

2.    Pendidikan

Karakteristik distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

Pendidikan Terakhir

Frekuensi

Persentase

SD

23

28,0

SMP/Sederajat

39

47,6

SMA/Sederajat

13

15,9

Perguruan Tinggi

7

8,5

Total

82

100,0

Tabel 2 menunjukan distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang tingkat pendidikannya SDberjumlah 23 responden dengan persentase 28,0% sedangkan untuk frekuensi responden yang tingkat pendidikannya SMP/Sederajat berjumlah 39 responden dengan persentase 47,6%, frekuensi responden yang tingkat pendidikannya SMA/Sederajat berjumlah 13 responden dengan persentase 15,9% dan frekuensi responden yang tingkat pendidikannya merupakan pendidikan tinggi berjumlah 7 responden dengan presentase 8,5% sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%.

3.    Pekerjaan

Karakteristik distribusi frekuensi pekerjaan responden dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Ibu

Frekuensi

Persentase

Pegawai Negeri

7

8,5

PegawaiSwasta

13

15,9

Tidak Bekerja

42

51,2

Lain-lain

20

24,4

Total

82

100,0

 

Tabel 3 menunjukan distribusi frekuensi pekerjaan responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang pekerjaannya pegawai negeri berjumlah 7 responden dengan persentase 8,5% sedangkan untuk frekuensi responden yangpekerjaannya sebagai pegawai swasta berjumlah 13 responden dengan persentase 15,9%, frekuensi responden yang tidak bekerja sebanyak 42 responden dengan persentase 51,2% dan yang pekerjaannya lain-lain berjumlah 20 responden dengan persentase 24,4% sehingga didapatkan total persentase kumulatif 100%.

4.    Pengetahuan Ibu tentang ISPA

Karakteristik distribusi frekuensi pengetahuan ibu mengenai ISPA responden dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu mengenai ISPA

Pengetahuan Ibu

Frekuensi

Persentase

Baik

69

84,1

Kurang

13

15,9

Total

82

100,0

Tabel 4. Menunjukan distribusi frekuensi pengetahuan ibu mengenai ISPA dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang pengetahuan tentang ISPA nya baik berjumlah 69 responden dengan persentase 84,1% sedangkan yang pengetahuan tentang ISPA nya kurang berjumlah 13 responden dengan persentase 15,9% sehingga didapatkan totalpersentase kumulatif 100%.

5.    Pola Asuh Ibu

Karakteristik distribusi frekuensi pola asuh responden dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5

Distribusi Frekuensi PolaAsuh Ibu

Pola Asuh Ibu

Frekuensi

Persentase

Baik

65

79,3

Kurang

17

20,7

Total

82

100.0

 

Tabel 5 menunjukan distribusi frekuensi pola asuh responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi responden yang pola asuh nya baik berjumlah 65 responden dengan persentase 79,3% sedangkan frekuensi responden yang pola asuh nya kurang berjumlah 17 responden dengan persentase 20,7% sehingga didapatkan totalpersentase kumulatif 100%.

6.    Angka Kejadian ISPA

Karakteristik distribusi frekuensi kasus ISPA pada bayi responden dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Kasus ISPA pada bayi Responden

Angka Kejadian ISPA

Frekuensi

Persentase

Jarang

8

9.8%

Kadang

47

57.3%

Sering

27

32.9%

Total

82

100.0%

 

Tabel 6 menunjukan distribusi frekuensi kejadian ISPA pada bayi responden dari total 82 responden. Dari data di atas diketahui bahwa frekuensi bayi yang jarang menderita ISPA berjumlah 8 orang dengan persentase 9,8%, sedangkan frekuensi bayi yang kadang menderita ISPA berjumlah 47 orang dengan persentase 57,3%, dan frekuensi bayi yang sering menderita ISPA berjumlah 27 orang dengan persentase 32.9%, sehingga didapatkan totalpersentase kumulatif 100%.

Analisis Bivariat

1.    Pengetahuan Ibu dengan Angka Kejadian ISPA

Tabel 7

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian ISPA

Variabel

N

rs

P

Pengetahuan Ibu

82

-0.271

0.014

Angka Kejadian ISPA

82

-0.271

0.014

 

Tabel 7 menunjukkan hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA. Korelasi Rank Spearman antara variabel Pengetahuan Ibu dengan Angka Kejadian ISPA adalah sebesar -0.271 dengan arah korelasi negatif.

2.    Pola Asuh Ibu dengan Angka Kejadian ISPA

Tabel 8

Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Kejadian ISPA

Variabel

N

rs

P

Pola Asuh Ibu

82

-0.471

0.001

Angka Kejadian ISPA

82

-0.471

0.001

 

Tabel 8 menunjukkan keterkaitan antara pola asuh ibu dengan kejadian ISPA. Korelasi Rank Spearman antara variabel Pola Asuh Ibu dengan kasus ISPA adalah sebesar -0.471 dengan arah korelasi negatif.

 

Pembahasan

����������� Jika merujuk pada analisis di atas, dapat terlihat bahwa ada kesinambungan antara pengetahuan ibu dengan kasus ISPA pada bayi usia 0-12 bulan (P Value = 0,014) dengan R -0,271. Adapun kesinambungan yang terjadi antara tingkat pengetahuan dan kejadian ISPA masih tergolong rendah karena masih ada dalam rentang skor 0,20 � 0,39. Hal ini menegaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu akan ISPA, semakin rendah kejadian ISPA pada bayi/balita.

����������� Tak berbeda jauh dengan dua hubungan di atas. Pola asuh dan kejadian ISPA pada bayi usia 0 � 12 bulan juga tergolong bsedang karena masih ada dalam rentang skor 0,40 � 0,59. Hal ini menegaskan bahwa semakin baik pola asuh ibu, semakin rendah kejadian ISPA yang dialami balita/bayi.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan pola asuh ibu dengan angka kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, didapatkan simpulan sebagai berikut���� :

1.      Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan (P Value = 0,014) dengan R -0,271. Kekuatan hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA rendah/ lemah karena berada dalam

2.      rentang nilai 0,20 � 0,39. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang ISPA, maka kejadian ISPA pada bayi akan semakin rendah.

3.      Ada hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan (P Value = 0.001) dengan R -0,471. Kekuatan hubungan antara pola asuh ibu dengan kejadian ISPA sedang karena berada dalam rentang nilai 0,40 � 0,59. Hal ini berarti bahwa semakin baik pola asuh ibu maka kejadian ISPA pada bayi akan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Kuswatin, Yuli. 2013. Analisis Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik yang Berpengaruh Terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita Tahun 2013. Jurnal Kebidanan. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto.

 

Marlina, Sarumpaet, Rasmaliah. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita di Puskesmas Panyangbunganjae Kapupaten Mandailingnatal Tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Selatan.

 

\Notoatmodjo, S. 2012.Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta; Penerbit Rineka Cipta.

 

Primadi, Oscar. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

 

Supriyantoro. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. Jakarta; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

 

WHO. 2009. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. Genewa: world health organization.