Syntax Literate
: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�����
e-ISSN : 2548-1398
�����
Vol. 5
No. 3 Maret 2020
HUBUNGAN PENGUASAAN SINTAKSIS DAN PENALARAAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI (PENELITIAN KORELASI DI STKIP KUSUMA
NEGARA JAKARTA)
Santoso
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
(UNJ)
Email: [email protected]
Abstract
This study aims to determine whether or not there is
a relationship between syntax mastery with the ability to write an exposition
paragraph, (2) the relationship between reasoning and the ability to write an
exposition paragraph, and (3) the relationship between syntax mastery and
reasoning with the ability to write an exposition paragraph. This type of
research is correlational research. This research was conducted at STIKP Kusuma
Negara Jakarta. The population is the 3rd semester students of STKIP Kusuma
Negara Jakarta with a sample of 33 people taken randomly. The instruments used
to collect data are written tests and multiple choice. Data were collected by
conducting competency tests on the ability to write paragraph exposition,
syntactic mastery comprehension tests, comprehension tests on reasoning. After
that the data is analyzed statistically. The data analysis technique used is
statistical regression and correlation techniques. The results showed that: 1)
there was a positive correlation between syntactic mastery with the ability to
write an exposition paragraph, 2) there was a positive correlation between reasoning
with the ability to write an exposition paragraph and, 3) there was a positive
correlation between syntactic mastery and reasoning together with writing
ability paragraph exposition.
Keywords: syntactic mastery, reasoning, writing exposition
paragraphs.
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) hubungan antara penguasaan
sintaksis dengan kemampuan menulis paragraph eksposisi, (2) hubungan penalaran
dan kemampuan menulis paragraph eksposisi, dan (3) hubungan antara penguasaan
sintaksis dan penalaran dengan kemampuan menulis paragraph eksposisi. Jenis
penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilakukan di
STIKP Kusuma Negara Jakarta. Populasi adalah mahasiswa semester 3 STKIP Kusuma
Negara Jakarta dengan sampel 33 orang diambil secara random. Instrument yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes tertulis dan pilihan ganda. Data
dikumpulkan dengan mengadakan tes kompetensi pada kemampuan menulis paragraph
eksposisi, tes komprehensi penguasaan sintaksis, tes komprehensi pada
penalaran. Setelah itu data dianalisis secara statistic. Teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik statistic regresi dan korelasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) ada korelasi positif antara penguasaan sintaksis dengan
kemampuan menulis paragraph eksposisi, 2) ada korelasi positif antara penalaran
dengan kemampuan menulis paragraph eksposisi dan, 3) ada korelasi positif
antara penguasaan sintaksis dan penalaran secara bersama-sama terhadap
kemampuan menulis paragraph eksposisi.
Kata kunci: penguasaan sintaksis, penalaran,
menulis paragraph eksposisi.
Pendahuluan
Menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus
dikuasai oleh mahasiswa. Keterampilan menulis memiliki dampak yang positif bagi
perkembangan dan kemajuan mahasiswa itu sendiri. Keterampilan
menulis merupakan ekspresi dalam bentuk tulisan, baik berupa ide, gagasan,
pendapat maupun perasaan dan pikiran (Muflikh,
2016). Di sisi lain, kemampuan menulis
tidak hanya menjadikan seseorang menjadi cerdas dan produktif, tetapi juga
membuat mahasiswa mampu berfikir kritis, kreatif, efektif dan efisien dalam
menyikapi dan memahami suatu masalah. Selain itu pentingnya kemampuan menulis
bagi mahasiswa di sebabkan oleh faktor tugas yang diberikan dosen baik berupa
makalah, artikel penelitian, ataupun skripsi yang dalam hal ini sangat dibutuhkan
dalam hal keterampilan menulis. Keterampilan menulis juga merupakan sub
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki mahasiswa sebagai calon guru, karena
seorang guru akan mengajarkan bagaimana menulis sebuah teks secara benar kepada
siswa-siswanya di sekolah.
Mahasiswa yang memiliki kemampuan menulis dengan baik dan
benar mampu menyampaikan ide dan gagasannya melaui pemilihan kosa kata yang
tepat, bahasa yang teratur, terarah, dan sistematis sehingga orang lain akan
dengan mudah menangkap pikiran yang disalurkan melalui tulisannya itu. (Radford,
2004) menyebutkan bahwa �seseorang yang
memiliki pengetahuan tentang tata bahasa akan mampu menuangkan dan
menginterpretasikan kata-kata, prasa, dan kalimat di dalam bahasa.� Untuk memiliki
kemampuan menulis yang baik, seorang mahasiswa dituntut untuk memiliki
pemahaman yang luas dalam hal ketata bahasaan baik berupa struktur kalimat dan
susunan yang benar, selain itu tulisan juga harus logis serta dengan penalaran
yang baik pula. (Ridwan,
2011) mengatakan bahwa menulis merupakan
kemampuan yang sangat kompleks. Untuk memilih sebuah tulisan yang diinginkan,
penulis harus mengerahkan segenap kemampuannya, meliputi penguatan aspek-aspek
kebahasaan, isi tulisan, dan teknik penulisan. Penulis dituntut untuk memiliki
berbagai kemampuan sekaligus, berkaitan dengan apa yang akan ditulis dan
bagaimana menyampaikannya dalam bahasa tulis yang baik dan benar.
Kaitannya dengan kemampuan mahasiswa dalam menuils paragraf,
masih banyak ditemukan berbagai permasalahan. Umumnya permasalahan tersebut
berkaitan dengan penguasaan dan pemahaman mahasiswa dalam aspek kebahasaan
serta jangkauan berfikir yang rendah hingga menyebabkan mahasiswa sulit menuangkan
idenya, sulit menyusun dan merangkai kata dan sulit dalam menggunakan variasi
kalimat sehingga tulisan menjadi tidak konsisten. Hal ini disebutkan Chomski
dalam (Radford,
2004) sebagai performans error, yaitu adanya missproduction
(hasil yang tidak kena sasaran) dan misinterpretation
(interpretasi yang tidak tepat sasaran).
Kemampuan penalaran juga sangat dibutuhkan sebagai suatu
kunci kemampuan efektif dalam semua disiplin ilmu pembelajaran, termasuk dalam
kegiatan menulis (Rimadani et al., 2017). Penalaran merupakan suatu proses berpikir untuk menarik
kesimpulan yang tepat berdasarkan kejadian-kejadian yang ada dan menurut aturan
tertentu (Nursalam et al., 2017). Dengan adanya penalaran seseorang mampu menjelaskan suatu
konsep dengan baik, mampu membuat suatu argumentasi untuk membantu seseorang
mengembangkan pemahaman yang kuat tentang sesuatu (Rimadani et al., 2017).
Penelitian (Agustin,
2015) menunjukkan adanya efek yang
signifikan dari penguasaan tata bahasa dan berpikir logis terhadap kemampuan
menulis artikel ilmiah. Apabila kemampuan penguasaan tata bahasa dan berpikir
logis seseorang baik maka kemampuannya dalam menulis akan baik juga. Temuan
lainnya oleh (Siahaan,
2016) menunjukkan adanya korelasi antara
kemampuan berpikir logis dan pengetahuan tentang paragraf terhadap menulis esai
bahasa Inggris seseorang. Kedua penelitian tersebut menunjukkan pentingnya
kemampuan penguasaan tata bahasa dan berpikir logis terhadap kemampuan menulis
seseorang.
Permasalahan yang ditemukan oleh peneliti di Program Studi
Bahasa Indonesia dan Daerah pada mata kuliah menulis di STKIP Kusumanegara
Jakarta. Berdasarkan hasil observasi, analisis dilakukan dengan mengamati hasil
tulisan mahasiswa yang cenderung tidak kreatif, copy-paste, dan asal-asalan
serta dari nilai-nilai yang diperoleh oleh mahasiswa yang cenderung di bawah
rata-rata. Secara umum dosen telah memberikan pengajaran dengan baik, namun
dalam pelaksanaannya mahasiswa masih belum memberikan hasil kerja yang
memuaskan. Berdasarkan gambaran umum kondisi objektif dari hasil pembelajaran
menulis teks atau paragraf tersebut, bahwa hasil pembelajaran yang ditemukan
adalah kurangnya kemampuan menulis mahasiswa dalam membuat text atau paragraf.
Melihat kondisi tersebut maka diperlukan adanya sebuah
penelitian untuk mencari akar masalah dari kurangnya kemampuan mahasiswa untuk
menulis sebuah teks atau paragraf dengan baik. Berdasarkan uraian pada latar
belakang di atas, dalam hal ini peneliti termotivasi untuk menulis tentang
hubungan antara penguasaan sintaksis dan penalaran dengan kemampuan menulis
paragraf eksposisi di STKIP Kusumanegara Jakarta.
Metodologi
Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif jenis penelitian korelasi. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik random sampling
yaitu sebanyak 33 mahasiswa semester 3 di STKIP Kesuma Negara Jakarta. Adapun variabel bebas (independent) yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua yaitu penguasaan sintaksis (X1) dan penalaran (X2)
sedangkan variabel terikat (dependen)
adalah kemampuan menulis paragraf eksposisi (Y1). Tes yang mengukur penguasaan
sintaksis dan penalaran diberikan dalam bentuk tes pilihan ganda berjumlah 30
soal yang
dirancang oleh peneliti disesuaikan dengan kerangka teori dan kebutuhan
penelitian,
sedangkan tes kemampuan menulis paragraf eksposisi diberikan dalam bentuk
mengarang. Sebelum instrumen penelitian digunakan dilakukan uji
coba. Selanjutnya peneliti menguji validitas dan reliabilitas instrumen
tersebut, serta menguji taraf kesukaran dan daya beda pada instrumen tes.
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah: (1) uji
prasyarat analisis meliputi uji normalitas, linieritas, dan multikolinieritas;
(2) analisis statistik deskriptif; dan (3) analisis pengujian hipotesis
menggunakan korelasi sederhana, korelasi ganda, uji signifikan, uji regresi
sederhana, uji regresi berganda dan koefisien determinasi.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1.
Uji
Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah
populasi berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat dipakai dalam
statistic nonparametik. Dalam penelitian ini uji normalitas dengan menggunakan
one-sampel Kolmogorov-Smirnov Test yang menghasilkan angka probabilitas atau
Asym Sig. (2-tailed) sebesar 0.442 > �(0.05).
2.
Uji
Linearitas
Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel output
�Anova� variabel kemampuan menulis paragraf eksposisi (Y) dan penguasaan
sintaksis (X1) diperoleh nilai Deviation from Linearity Sig. sebesar 0.637
lebih besar dari 0.05. Selain itu berdasarkan nilai F diperoleh nilai F hitung
sebesar 0.841 kebih kecil dari F tabel (Ftabel =2.33).
Sedangkan pada output �Anova� variabel kemampuan
menulis paragraf eksposisi (Y) dan penalaran (X2) diperoleh nilai
Deviation from Linearity Sig. sebesar 0.351 lebih besar dari 0.05. Selain itu
berdasarkan nilai F diperoleh nilai F hitung sebesar 1.208 kebih kecil dari F
tabel (Ftabel = 2.33). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
linear secara signifikan antara variabel penguasaan sintaksis (X1)
dan penalaran (X2) dengan variabel kemampuan menulis paragraf
eksposisi (Y).
3.
Uji
Multikolinearitas
Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel output
�coefficients� pada bagian �colinearity statistic� diketahui nilai toleransi
untuk variabel penguasaan sintaksis (X1) dan penalaran (X2) adalah
0.426 lebih besar dari 0.10. Sementara nilai VIF untuk variabel penguasaan sintaksis
(X1) dan penalaran (X2) adalah 2.348 kurang dari 10.00. Maka mengacu
pada dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolinearitas dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi. Berikut ini
adalah tabel dari uji multikolinearitas dengan menggunakan SPSS.
4.
Uji
Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil perhitungan uji heteroskedastisitas
dengan uji glejser, dari tabel output �coefficients� diperoleh nilai
signifikansi (Sig.) untuk variabel Penguasaan Sintaksis (X1) adalah 0.921.
Sementara, nilai signifikansi (Sig.) untuk variabel Penalaran (X2)
adalah 0.585. Karena nilai signifikansi kedua variabel di atas lebih besar dari
0.05, maka mengacu pada dasar pengambilan keputusan dalam uji glejser dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.
5.
Analisis
Hipotesis
Analisis hipotesis menggunakan analisis korelasi
sederhana, analisis korelasi ganda, uji signifikan, analisis regresi linier,
regresi berganda, dan koefisien determinasi. Hasil perhitungan dapat dilihat
pada tabel 1 dan tabel 2 berikut.
Tabel 1 Hasil Uji Regresi Variabel X1
dan X2 Terhadap Variabel Y
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
25.759 |
3.966 |
|
6.495 |
.000 |
Penguasaan
Sintaksis (X1) |
1.077 |
.298 |
.448 |
3.614 |
.001 |
|
Penalaran
(X2) |
1.344 |
.327 |
.509 |
4.105 |
.000 |
|
a.
Dependent Variabel: Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi (Y) |
|
|
Tabel 2 Hasil Uji Regresi Variabel X1
dan X2 Secara Besama-sama Terhadap Variabel Y
ANOVAb |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
4217.696 |
2 |
2108.848 |
61.520 |
.000a |
Residual |
1028.364 |
30 |
34.279 |
|
|
|
Total |
5246.061 |
32 |
|
|
|
|
a.
Predictors: (Constant), Penalaran (X2), Penguasaan Sintaksis (X1) |
|
|||||
b.
Dependent Variabel: Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi (Y) |
|
6.
Hubungan
antara Penguasaan sintaksis (X1) dengan kemampuan menulis eksposisi (Y)
Berdasarkan deskripsi analisis yang didapatkan bahwa total
skor penguasaan sintaksis adalah sebesar 594 dengan rata-rata 18, modus 15,
median 18. Dari data yang telah diperoleh peneliti, terlihat bahwa mahasiswa
kelas A semester 3 STKIP Kususmanegara Jakarta memiliki skor yang berbeda-beda.
Ada yang memperoleh skor tinggi maupun rendah. Perbedaan tersebut menunjukkan
bahwa penguasaan sintaksis mahasiswa berbeda satu dengan lainnya.
Hubungan penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor
penguasaan sintaksis maka semakin tinggi kemampuan menulis paragraf eksposisi.
Kontribusi penguasaan sintaksis (X1) kepada kemampuan menulis Eksposisi (Y)
ditandai dengan nilai p sebesar 0.001 < 0.05. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa variabel penguasaan sintaksis memiliki hubungan yang
signifikan dengan kemampuan menulis paragraf eksposisi.
7.
Hubungan antara penalaran (X2)
dengan kemampuan menulis eksposisi (Y)
Berdasarkan deskripsi analisis yang didapatkan bahwa total
skor penalaran adalah sebesar 567 dengan rata-rata 17.18, modus 15, median 17.
Dari data yang telah diperoleh peneliti, terlihat bahwa mahasiswa kelas A
semester 3 STKIP Kususmanegara Jakarta memiliki skor yang berbeda. Ada yang
memperoleh skor tinggi maupun rendah. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa
tingkat penalaran mahasiswa berbeda satu dengan lainnya.
Hubungan penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi skor
penalaran maka semakin tinggi kemampuan menulis paragraf eksposisi. Kontribusi
penguasaan sintaksis (X2) kepada kemampuan menulis eksposisi
(Y) ditandai dengan nilai p sebesar 0.000 < 0.05. Sehingga ditarik
kesimpulan bahwa variabel penalaran memiliki hubungan yang signifikan dengan
kemampuan menulis paragraf eksposisi.
8.
Hubungan antara penguasaan sintaksis
(X1) dan Penalaran (X2) dengan kemampuan menulis eksposisi (Y)
Dari hasil hitungan analisis koefisien ganda antara variabel
penguasaan sintaksi (X1), Penalaran (X2) dan Kemampuan menulis paragraf
eksposisi yaitu nilai p sebesar 0.000 < 0.05. Selain itu, berdasarkan uji F
ditemukan nilai Fhitung sebesar 61.52 > Ftabel sebesar
3.30. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki hubungan yang
signifikan secara bersama-sama, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
penguasaan sintaksis dan penalaran seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan
menulis paragraf eksposisi.
Untuk mengetahui
besarnya sumbangan dari masing-masing predictor terhadap kriteriumnya, digunakan
persamaan sumbangan efektif dan sumbangan ralatif. Besarnya sumbangan efektif
(SR%) tiap predictor adalah harga masing-masing koefisien regresi (Beta) dikali
koefisien korelasi dikali 100%.� Atau,
jika dituliskan dengan rumus sebagai berikut:
SE X% = BetaX � rxy
�100%
Keterangan:�����������
SE�� = Sumbangan efektif variable X
BetaX
= Koefisien regresi
rxy
�� = koefisien korelasi
Sedangkan untuk mencari sumbangan efektif (SE%)
masing-masing prediktor terhadap kriterium digunakan rumus sebagai berikut.
SR%X
= �
Keterangan
SR=
Sumbangan efektif variable X
SE
X%������� = Sumbangan efektif variable X
R2���� = R square
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan
kosakata dan tata bahasa Indonesia berpengaruh positif terhadap kemampuan
menulis eksposisi. Variabel penguasaan penguasaan sintaksis memberi sumbangan sumbangan efektif sebesar 37.32% serta sumbangan
relatif sebesar 46.42%. Jadi secara keseluruhan, variabel
penguasaan sintaksisa dan tata penalaran memberikan sumbangan efektif sebesar
80.4%.
B. Pembahasan
1.
Kemampuan
Menulis Paragraf
Secara etimologi kata kemampuan berasal dari bahasa Inggris,
yaitu competence yang berarti
kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan. Kata kemampuan diturunkan dari dasar kata
mampu dan memperoleh konfiks ke-an melalui proses afiksasi, yaitu proses atau
hasil penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas. Sedangkan kata kemampuan
berarti pengetahuan tentang bahasa yang bersifat abstrak dan tidak (Kridalaksana,
2013). Kemampuan berarti mampu melakukan
sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, menunjukkan performance dan
perbuatan yang rasional untuk mencapai tujuan. Selain itu kemampuan menyangkut
pula tingkat kesiapan dalam menanggapi, memahami, menghayati dan keterampilan.
Dalam dunia akademisi, kemampuan sangat diperlukan guna
menjalankan fungsi mahasiswa sebagai agen perubahan. Di era masyarakat maju dan
modern saat ini mahasiswa harus memiliki kemampuan dalam membuat sebuah karya
ilmiah yang baik sehingga mahasiswa dituntut untuk dapat menyusun dan menulis
paragraf yang baik dan tepat. Menulis berarti melahirkan fikiran atau perasaan
(seperti mengarang dan membuat surat) dengan tulisan. (Badudu
& Zain, 1994) mengatakan menulis adalah
menggunakan pena, potlot, bolpoin di atas kertas, kain atau papan dan
sebagainya untuk menghasilkan huruf, kata atau kalimat. Sementara (Tarigan,
2008) memberikan definisi menulis sebagai
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang difahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Dengan demikian
peneliti katakan menulis merupakan kegiatan yang menggunakan alat-alat tulis
untuk melahirkan gagasan, pikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan yang bisa
difahami.
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diwariskan secara
turun temurun, tetapi merupakan hasil proses belajar-mengajar dan ketekunan
berlatih (Misra, 2014). Kegiatan menulis jika dikaitkan dengan kemampuan atau
keterampilan tidak datang dengan sendirinya, tetapi perwujudan hasil kegiatan
belajar dari penguasaan materi dan latihan secara intensif, khususnya dalam penguasaan
sintaksis dan penalaran. Dengan kata lain penguasaan sintaksis dan penalaran
menjadi komponen yang wajib dikuasai untuk memiliki kemampuan menulis.
Kemampuan menulis juga mempunyai peran yang sangat penting
dalam penyampaian pesan kepada orang lain. Hal ini berbanding lurus dengan
pernyataan bahwa menulis merupakan kegiatan simbolik yang membuahkan makna;
bagaikan kegiatan di ats pentas untuk menyampaikan makna kepada orang lain;
cara untuk mengekspresikan diri dan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Pernyataan ini mempunyai makna bahwa menulis merupakan hasil dari penalaran.
Proses penalaran ini akan menghasilkan bahasa yang tersusun dalam
susunan-susunan atau struktur kata, baik yang benar maupun yang salah.
Kesalahan-kesalahan tersebut terjadi karena adanya hubungan antara tingkatan
penguasaan, kemampuan dan performa, ataupun cara penalaran dalam menulis.
Berkaitan dengan kemampuan menulis paragraf, penguasaan
sintaksis dan penalaran sangat diperlukan guna menunjang kemampuan dalam
membuat suatu tulisan yang sistematis. Gagasan-gagasan
dituangkan dalam sebuah tulisan hingga membentuk sebuah paragraf. Paragraf
diartikan sebagai bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide
pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea. (Goris Keraf, 2009) merumuskan pengertian Paragraf dengan istilah alinia yaitu satu kesatuan
pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat. Istilah paragraf
muncul sekitar tahun 1970-an di Indonesia. Para ahli bahasa umumnya berpendapat
sama tentang wacana dalam hal satuan bahasa yang terlengkap (utuh) tetapi dalam
hal lain ada perbedaannya. Perbedaannya terletak pada wacana sebagai unsur
gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk paragraf yang utuh dengan
amanat yang lengkap dan dengan koherensi serta kohesi tinggi. Paragraf
yang utuh harus dipertimbangkan dari segi kohesi dan koherensi. �Kohesi adalah
keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya dalam
wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren, kohesi merujuk
pada perpautan bentuk sedangkan koherensi pada perpautan makna�. Paragraf
adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan sehingga terbentuklah makna yang
serasi diantara kalimat. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa
paragraf merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat
atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang
mempunyai awal dan akhir, yang nyata, yang disampaikan secara lisan atau
tertulis.
2.
Hakikat
Penalaran
Penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktifitas berpikir
untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasarkan
pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang
disebut premis. (Suriasumantri,
1984) mengartikan penalaran sebagai alur
berpikir yang secara sistematis yang dapat diterima akal sehat manusia.
Penalaran dalam suatu proses komunikasi bahasa sangat diperlukan karena dari
penalaran yang benar didapat makna sesungguhnya yang telah menjadi tujuan dalam
kegiatan berkomunikasi. Penalaran adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur
kerangka berpikir tertentu.
Penalaran bukan hanya sebagai alur berpikir melainkan juga
merupakan suatu proses berpikir seorang menuju pada suatu kesimpulan. Hal ini
dikemukakan oleh (Arifin,
2012) bahwasanya penalaran adalah suatu
proses berpikir manusia untuk menghubung hubungkan data atau fakta yang ada
sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Berdasarkan pendapat tersebut di atas,
data atau fakta yang dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Jadi, letak
kerja penalaran adalah proses berpikir kepada suatu kesimpulan.
Kemampuan penalaran adalah kinerja seseorang dalam menggunakan
nalar atau kinerja dalam berpikir logis. Hakekat kemampuan berpikir logis
adalah kemampuan berpikir atau penalaran seseorang baik secara induktif maupun
deduktif secara sistematis untuk mendapatkan kesimpulan (Siahaan, 2016).
3.
Pengertian
Sintaksis
Sintaksis
merupakan struktur internal bahasa dalam objek kajian ilmu linguistik. Dalam
bukunya yang berjudul La Syntaxe du
Franςais, Guiraud menjelaskan pengertian sintaksis sebagai studi
tentang hubungan kata-kata di dalam wacana. Selain itu dijelaskan juga bahwa
sintaksis adalah studi tentang bentuk sintagma atau kombinasi kata-kata.
Sedangkan (Verhaar,
2012) menjelaskan kata sintaksis berasal
dari bahasa Yunani �sun� yang berarti
�dengan‟ dan �tatein� yang
berarti �menempatkan‟. Jadi secara etimologi sintaksis berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Sintaksis
merupakan tatabahasa yang membahas hubungan antara kata-kata di dalam sebuah
tuturan. Tata bahasa sendiri terdiri atas morfologi yang menyangkut struktur
gramatikal di dalam kata dan sintaksis yang mempelajari tatabahasa di antara
kata-kata di dalam tuturan. Dalam bukunya yang berjudul Asas-Asas Linguistik
Umum, (Verhaar,
2012) juga menjelaskan pengertian
sintaksis sebagai cabang ilmu linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di
dalam kalimat. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau
frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase (klausa atau
kalimat yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frasa, klausa, kalimat
dan wacana. Pengertian sintaksis sebagai bagian dari tata bahasa yang
menjelaskan aturan-aturan penggabungan unit-unit tanda dalam kalimat;
sintaksis, yang mengatur tentang fungsi-fungsisecara umum dibedakan dari
morfologi, kajian tentang bentuk-bentuk atau bagian-bagian dari wacana, fleksi
dan pembentukan kata atau derivasi). Dari beberapa pengertian sintaksis di
atas, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu kajian bidang linguistik
yang mempelajari tentang tata bahasa di antaranya struktur-struktur frase,
klausa, dan kalimat.
Tata
bahasa terbagi atas subsistem morfologi dan subsistem sintaksis Kajian dalam
morfologi meliputi kata, bagian kata dan kejadian kata.Sintaksis meliputi kata
dan satuan yang lebih besar seperti frasa, klausa, kalimat, serta hubungan
antara satuan-satuan itu (Kridalaksana,
2013).
Kesimpulan
Adanya pengaruh yang positif penguasaan sintaksis terhadap kemampuan
menulis paragraf eksposisi memberikan petunjuk bagi tenaga pengajar Bahasa dan
Sastra Indonesia termasuk di dalamnya mahasiswa akan pentingnya pengajaran
sintaksis secara efektif. Hal ini memberikan petunjuk bagi para siswa untuk
berusaha menambah pengetahuan tentang sintaksis dengan berbagai cara. Misalnya
dengan membaca, agar kemampuan menulisnya lebih baik.
Adanya pengaruh yang positif penalaran terhadap kemampuan menulis
paragraf eksposisi memberikan petunjuk bagi tenaga pengajar Bahasa dan Sastra
Indonesia, termasuk di dalamnya mahasiswa akan pentingnya pengajaran tentang
penalaran yang efektif. Hal ini memberikan petunjuk agar para pengajar Bahasa
dan Sastra Indonesia tidak mengabaikan akan pentingnya penalaran agar nantinya
karya tulisan mahasiswa lebih baik, lebih sistematis dan lebih mudah dipahami
oleh pembacanya.
BIBLIOGRAFI
Agustin, Y. (2015). Penguasaan Tata Bahasa Dan Berpikir Logik Serta
Kemampuan Menulis Artikel Ilmiah. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2(2).
Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Rosda Karya.
Badudu, Y., & Zain, S. M. (1994). Kamus umum bahasa
Indonesia. Pustaka Sinar Harapan.
Goris Keraf. (2009). Diksi dan Gaya Bahasa. PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. (2013). Kamus Linguistik (edisi keempat).
Gramedia Pustaka Utama.
Misra, M. (2014). Peningkatan Kemampuan Menulis Pengumuman
Melalui Metode Latihan Siswa Kelas IV SD Inpres 2 Gio Kecamatan Moutong. Jurnal
Kreatif Online, 1(2).
Muflikh, T. N. (2016). Penerapan Model Clustering Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Teks Narrative.
Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(2), 66�79.
Nursalam, N., Angriani, A. D., & Usman, H. (2017).
Pengembangan Tes Kemampuan Penalaran Matematis Peserta Didik Madrasah
Tsanawiyah Di Makassar. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan, 20(1), 85�97.
Radford, A. (2004). English syntax: An introduction.
Cambridge University Press.
Ridwan, S. (2011). Metodologi pembelajaran bahasa:
Aplikasi dalam pengajaran morfologi-sintaksis. Yogyakarta: Kepel Press.
Rimadani, E., Parno, P., & Diantoro, M. (2017).
Identifikasi Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 2(6), 833�839.
Siahaan, L. H. (2016). Hubungan Antara Kemampuan Berpikir
Logis Dan Pengetahuan Tentang Paragraf Dengan Keterampilan Menulis Esai Bahasa
Inggris. Sosio Religi: Jurnal Kajian Pendidikan Umum, 14(2).
Suriasumantri, J. S. (1984). Filsafat ilmu: Sebuah
pengantar populer. Sinar Harapan.
Tarigan, H. G. (2008). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Angkasa Bandung.
Verhaar, J. W. M. (2012). Asas-Asas Linguistik Umum [The
Principles of General Linguistics]. Yogyakarta: UGM Press.