Syntax Literate
: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
����� e-ISSN : 2548-1398
����� Vol. 5
No. 3 Maret 2020
MANAJEMEN KOMUNIKASI OPINION
LEADERS DALAM MEMBANGUN PARTISIPASI WARGA MENGELOLA KAMPUNG KB DI DESA
SUKAJAYA KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT
Yayu Sriwartini
Universitas
Nasional (UNAS) Jakarta
Email: yayu_sriwartini@yahoo.com
Abstract
KB Village is one of the programs
"Building Indonesia from the Village" by involving the role of the
community to actively participate in it. However, the program has not yet
succeeded in increasing citizen participation to manage KB Village optimally.
Research location in Sukajaya Village with the chief informant; Secretary;
People's Welfare Section; and the manager of KB Village. The research method
was carried out by in-depth interviews, environmental observations and physical
and digital documentation reviews. The results of the study showed that in the
planning stage, opinion leaders at the village level conducted socialization
through various intensive activities and events with vertical downward
communication that embraced and blended. The communication pattern adopted is
the wheel pattern where the opinion leader becomes the information center.
Organizing, using direct communication, two-way and democratic. Opinion leaders
are open and democratic, two-way communication flows and communication patterns
in a circle and opinion leaders' communication styles tend to adopt The
Equalitarian Style. At the implementation stage, the village government tends
to apply the dynamic style of communication with the synergy of various
parties. Even the village government also took part in various activities with
residents. In the supervision phase, communication is carried out opinion
leaders are two-way and apply a structuring style that utilizes verbal messages
in writing or verbally, scheduling tasks, work, and organizational structure.
Keywords : Communication Management, Opinion Leaders, Citizen Participation
Abstrak
Kampung KB
merupakan salah satu program �Membangun
Indonesia dari Desa� dengan melibatkan peran masyarakat untuk berpartisipasi aktif di
dalamnya. Namun, program tersebut belum
berhasil meningkatkan partisipasi warga untuk mengelola Kampung KB secara
optimal. Lokasi penelitian di Desa
Sukajaya dengan informan Kepala; Sekretaris; Seksi Kesejahteraan Rakyat; serta �pengelola
Kampung KB. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi lingkungan serta telaah dokumentasi fisik dan digital. Hasil penelitian menunjukkan dalam tahapan perencanaan
terlihat opinion leader di tingkat desa melakukan sosialisasi melalui berbagai
kegiatan dan acara secara intensif dengan komunikasi
vertikal ke bawah yang bersifat� merangkul dan membaur. Pola komunikasi yang
diadopsi adalah pola roda dimana opinion leader yang menjadi pusat informasi. Peng-organisasian, menggunakan komunikasi langsung, dua arah dan
demokratis. Opinion leader bersikap keterbukaan dan demokratis, aliran komunikasi bersifat dua arah
dan pola komunikasi berbentuk lingkaran serta
gaya
komunikasi opinion leader cenderung mengadopsi The
Equalitarian Style. Pada tahap pelaksanaan, pemerintah desa cenderung
menerapkan gaya komunikasi dinamyc style dengan
bersinergi berbagai pihak. Bahkan pemerintah desa pun turut andil dalam
berbagai kegiatan bersama warga. Tahap pengawasan,
komunikasi dilakukan opinion leader bersifat dua arah, dan menerapkan gaya structuring style yang memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis ataupun lisan, penjadwalan tugas, pekerjaan,
serta struktur organisasi.
Kata kunci: Manajemen Komunikasi, Opinion Leaders, Partisipasi Warga
Pendahuluan
Dunia bisnis modern, baik yang
berskala kecil, menengah dan besar, tidak akan bisa lepas dari yang namanya
komunikasi termasuk
dalam pembangunan (Yuswanto,
2018). Pembangunan merupakan salah satu
upaya untuk menuju perubahan yang lebih baik dari berbagai aspek. Pemerintah
melalui� Bappenas telah �mengusulkan lima prioritas nasional
dalam Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk tahun 2019,
yang bertujuan untuk menekan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat Indonesia secara menyeluruh baik perkotaan maupun di pedesaan yaitu:
Pertama, Pembangunan manusia
melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar; Kedua, Pengurangan kesenjangan
antarwilayah melalui penguatan konektivitas dan kemaritiman; Ketiga, Peningkatan nilai tambah ekonomi
melalui pertanian, industri, dan jasa produktif; Keempat, pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber daya air; Kelima, stabilitas keamanan nasional dan
kesuksesan pemilihan umum (Wicaksono, 2018).
Keputusan Pemerintah Jokowi-JK
untuk membangun Indonesia bermula dari desa, oleh karena itu berlimpah program yang menyasar ke
pedesaan, salah satunya adalah Program Kampung Keluarga Berencana (KB) yang �dicanangkan Presiden Joko Widodo pada 16
Januari 2016, dan pada tahun 2018 sudah mencapai 8.112 Kampung KB di seluruh
Indonesia (Tempo.co, 2018).
Sampai
tahun 2018 Provinsi Jawa Barat telah berhasil
melahirkan lebih dari 1.300 Kampung KB dan menjadi percontohan bagi provinsi
lain dalam program menekan laju pertumbuhan penduduk (Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2018), namun demikian salah satu fokus perhatian peneliti
ada yang belum berhasil secara optimal diantaranya Kampung KB yang berada di RW 06
Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Lembang Barat yang bernama Kampung KB
Insan Sejahtera.
Mewujudkan
kesejahteraan melalui berbagai program kegiatan tidaklah mudah. Perlu ada
sinergi antara pemeritah, masyarakat (warga) serta berbagai Lembaga sosial di
masyarakat (Sabarisman, 2015). Terutama para warga
yang menjadi sasaran program, perlu dipersuasi agar aktif terlibat di dalamnya (Padmiati, 2013). Di sini peran kepemimpinan aparat daerah sangat penting dalam
manajemen pelaksanaan Kampung KB Insan
Sejahtera. Sebagaimana dipaparkan (Azizah, 2019) bahwa dalam pengelolaan program Kampung KB diawali dengan
perencanaan yang dilaksanakan oleh pengurus dan kegiatan yang dilaksnakan
diantaranya perumusan tujuan, identifikasi masalah dan penentuan progam.
Namun
dalam implementasinya, pencapaian
tujuan tugas
dan tanggung jawab negara masih dirasakan belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya angka partisipasi warga atau masyarakat
dalam menunjang program Kampung KB karena masih terdapat 2,5% rumah tangga
sasaran yang mempunyai kategori sangat miskin (RTSM) yang masih perlu mendapat
perhatian dan penanganan secara maksimal.
Selanjutnya
pengorganisasian yang didalamnya menentukan struktur
kepengurusan dan pemberian tugas dan fungsi kepada para pengurus, selanjutnya penggerakan partisipasi masyarakat dan
evaluasi untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Fokus penelitian
terdahulu ini pada kepemimpinan kolektif yang dilaksanakan secara integrative. Di luar itu, peneliti melihat bahwa persoalan �komunikasi sangat penting
di dalam menggerakkan para warga untuk berpartisipasi aktif. Oleh karena itu
rumuan masalah yang diajukan adalah bagaimana manajemen komunikasi opinion
leader dalam membangun partisipasi warga mengelola Kampung KB Insan Sejahtera?
Metode Penelitian
Metode kualitatif, menurut (Bogdan &
Taylor, 1992), adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini dapat diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh
Jadi, tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable
atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Bryman, 2016). Sementara itu, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasa dan peristilahannya (Moleong Lexi,
2000). Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini
membahas mengenai pola strategi komunikasi orangtua pada anak di era
digitalisasi.� Semua fakta atau
fenomena-fenomena sosial, serta pengamatan dilapangan peneliti lakukan baru
kemudian menganalisisnya berdasarkan apa yang diamati.� Teknik Pengumpulan Data
menggunakan wawancara dan Telaah dokumentasi fisik dan digital.
Uji analisis data menggunakan metode kualitatif murni
dengan penyajian data dalam bentuk narasi yang disusun secara sistematis, dan
dikuatkan oleh kutipan-kutipan langsung dan tidak langsung dari para informan serta sumber-sumber data sekunder lainnya (Creswell & Creswell, 2017). Selain narasi disajikan
pula bentuk bagan yang memberikan gambaran tentang model
manajemen komunikasi pemerintah desa dalam membangun partisipasi warga
mengelola Kampung KB Insan Sejahtera Desa Sukajaya, kemudian data dianalisis dari perspektif manajemen komunikasi, pola aliran
informasi, serta gaya komunikasi.
Hasil dan Pembahasan
Seiring
dengan berkembangnya kemajuan di berbagai bidang, pelayanan kesejahteraan
sosial dirasakan oleh masyarakat masih kurang optimal dalam memberikan bantuan
untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial, dimana pelayanan kesejahteraan
sosial harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan, menjangkau seluruh
warga yang mengalami masalah sosial, menggunakan sistem dan program yang
melembaga dan profesional, mengedepankan peran dan tanggung jawab keluarga serta
masyarakat yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional serta Rencana Strategis.
Mengingat
kompleksitas permasalahan sosial maka idealnya penanganannya harus dilakukan
secara terintegrasi dan terpadu, lintas sektor, lintas pelaku. Disamping itu,
di era otonomi daerah ini, pelayanan sosial harus lebih menjangkau masyarakat
di tingkat akar rumput. Seperti yang dikatakan (Nasirin, 2010) mengindikasikan pada era
otonomi daerah masalah kesejahteraan sosial sebagai indikasi rendahnya kualitas
sumber daya manusia masih menjadi permasalahan besar, jika tidak cepat
dientaskan akan menjadi boomerang dalam kehidupan bernegara. Konsekuensinya
bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus lebih mengenali dan
memahami permasalahan sosial di daerahnya, sekaligus mampu memberikan solusi
layanan yang dibutuhkan masyarakatnya, secara tepat, cepat, efektif dan efisien
serta terintegrasi.
Berkaitan
dengan pencapaian komunikasi secara efektif dan efisien kepada masyarakat maka
menurut (Pace et al., 2000) ada hal-hal yang perlu dipahami dalam kajian struktur
komunikasi dalam organisasi yaitu kemanakah arah atau arus komunikasi dalam
organisasi. Terdapat beberapa pandangan
alternatif dalam memamahami organisasi, pertama realitas sosial dan bagaimana
kita memahami dunia sosial kita. Perilaku dan objek adalah konstruksi sosial,
karena bergantung pada manusia untuk membuat perilaku dan objek itu signifikan,
karena suatu objek sosial sekadar objek yang mempunyai makna bagi suatu kolektivitas
atau menuntut tindakan manusia. Objektif merujuk pada pandangan bahwa objek-objek,
perilaku-perilaku, dan perisitiwa-peristiwa eksis dalam masyarakat. Sedangkan
subjektif menunjukkan bahwa realitas itu sendiri adalah suatu konstruksi sosial.
Penelitian ini mengambil data dari
beberapa informan yang dianggap sebagai opnion
leader baik dari kalangan pemerintah daerah maupun masyarakat yang menjadi
pengurus atau pengelola Kampun KB. Menurut Windra, Kepala Seksi Pemerintahan
Desa Sukajaya sekaligus key informan, bahwa sebelum� Kampung KB dibentuk pada tanggal 7 Juni 2017,
pihak Pemerintah Desa Sukajaya terlebih dahulu melakukan sosialisasi secara
bertahap mulai dari tingkat desa, RW dan RT.�
Semua aparat desa turut terlibat dalam sosialisasi, termasuk kepala
desanya sendiri. Begitu pula para pengelola PKK, Pos KB serta Petugas Lapangan
KB.
Esensi
dari Program Kampung KB yang disosialisasikan kepada masyarakat dan lembaga
kemasyarakatan adalah tidak hanya membahas tentang Keluarga Berencana, tapi
juga mengenai 8 fungsi lainnya yakni fungsi Agama, fungsi Reproduksi,
fungsi� Ekonomi, Sosial dan Pendidikan,
Keamanan, Cinta dan Kasih sayang, Perlindungan dan Lingkungan. Setelah
sosialisasi dilakukan dan semua masyarakat�
mengetahuinya, langkah berikutnya adalah pemerintah desa membentuk
pengelola dan pengurus. Menurut Wini, Sekretaris Seksi� Pemerintahan (Kasi) sekaligus pengelola
Kampung KB, dari sejak sosialisasi sampai pembentukan pengurus, setidaknya
pemerintah desa sudah mengadakan rapat dengan para tokoh RW sebanyak tiga kali.
Pengurusnya
merupakan masyarakat setempat yang dipilihnya secara musyawarah, melalui rapat
bersama kepala desa juga, dan ditanyakan kesediaannya, orang tersebut itu
bersedia atau tidal menjadi pengurus atau dicalonkan begitu ya, jadi kita tetap
tanya dulu, jangan istilahnya main tunjuk begitu, jadi kesediaannya atas dasar
kesadaran dia sendiri apakah mau jadi pengurus atau tidak dengan tugas-tugas
dan tanggungjawabnya itu.
Pembentukan pengelola dan pengurus tersebut disahkan oleh
kepala desa. Artinya para pengurus memiliki SK. Baik Windra maupun Wini
mengakui bahwa tidak ada kesulitan atau hambatan pada saat menyosialisasikan
Program Kampung KB, sebab sebelumnya sudah melaksanakan Program Gempungan dari
Pemerintah Kabupaten. Gempungan merupakan salah satu Program KKBPK yang
bertujuan mengentaskan kemiskinan.
Jadi
dari awalnya Gempungan itu, kita tidak terlalu susah ke Kampung KB, program
Gempungan itu juga hanpir sama dengan Kampung KB, jadi waktu kita membentuk
kepengurusan untuk Kampung KB ya udah ada personilnya dari Program Gempungan
itu, jadi ketika disosialisasikan Kampung KB, mereka sudah tidak kaget ya. Tapi
awalnya kaget juga, karena mikir gitu apakah semuanya harus ber-KB gitu ya,
padahal bukan seperti itu. (Key informan)
����������� Masyarakat pun memberikan
respon yang bagus, sebab dengan adanya Program Kampung KB,� kegiatan masyarakat menjadi lebih
banyak,�
Seperti tadi yang dijelaskan ada 8 fungsi, semuanya fungsi tersebut memang harus berjalan. Contohnya untuk lingkungannya
rumah warga itu ditanam tanaman Toga dan sayuran-sayuran, nantinya mungkin bisa
menjadi tambahan nilai ekonomi, ada Bawang Daun, Tomat, Tauge, mudah-mudahan ke
depannya kalau jumlah produksinya banyak bisa dijual dan dikelola sama Kampung
KB, itu tujuannya.
Kembali kepada pembentukan pengelola dan pengurus, setelah
disahkan oleh kepala desa, dan mereka mendapatkan SK, mereka langsung bekerja
melaksanakan ke delapan program tersebut. Namun demikian menurut key
informan, adanya SK tidak berimplikasi pada honor.
Untuk saat
ini belum ada, karena
hal itu memang sudah menjadi partisipasi mereka. Untuk insentif dan honor itu tidak
ada, namun dari desa itu sudah ada bantuan
ke Kampung KB pada tahun 2018 lalu (APBDes) itu
mengeluarkan 10 Juta selama 1
tahun. Alat pembantu administrasi, Papan data juga kita bagikan kesana,
bibit-bibit tanaman juga sebagian dari desa, dari Kabupaten juga kemarin dapat
Dana hibah, itu digunakan untuk Bale Sawala, yaitu tempat balai musyawarahnya
mereka, istilahnya sekretariat pengelolanya.
Pelaksanaan program Kampung KB, masyarakat selalu
didampingi oleh aparat pemerintah baik dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) tingkat desa maupun tingkat kecamatan. Ini bentuk tanggung jawab
pemerintah di dalam menyukseskan tercapainya tujuan Kampung KB. Oleh karena itu
pendampingan pun dilakukan setiap saat, tidak terbatas waktu. Untuk
mengoptimalkan pelaksanaan berbagai program, pemerintah Desa Sukajaya pun
bersinergi dengan berbagai instansi pemerintah lainnya seperti Dinas Sosial,
Dinas Perindustrian, Dinas Seni dan Budaya, sebab instansi tersebut pun
memiliki program yang dapat sinergikan. Misalnya Dinas Sosial memiliki Program
Membantu Rumah Tidak Layak Huni, dan Kampung KB menjadi sasaran utamanya.
Sementara itu dalam proses pelaksanaan program-program
Kampung KB Insan Sejahtera, beberapa opinion leader yang merupakan
pengurus inti memberikan penjelasannya sebagai berikut: Pertama, Program Toga yakni program lingkungan. Menurut Inge Kusuma, Sekretaris
Kampung KB, program tersebut sudah berjalan selama 3 tahun. Bentuknya berupa
penanaman berbagai jenis tanaman kebutuhan warga yang memanfaatkan pekarangan
rumah. Sebelumnya warga diberi keterampilan bercocok tanam dengan menggunakan
kantong plastik dan bambu. Tujuan awalnya adalah untuk memanfaatkan lahan
kosong di setiap rumah sehingga menjadi produktif. Jika ternyata hasilnya
banyak, warga bisa menjualnya. Selain itu penataan halaman pun menjadikan
halaman rumah menjadi rapi dan indah. Program lainnya adalah bersih-bersih
lingkungan setiap hari minggu yang dinamakan �Minggu Bersih�. Kegiatan ini
diikuti oleh seluruh warga, pengurus bahkan aparat desa. Kegiatan lainnya dalam
Program Pembinaan Lingkungan adalah bergotong royong merenovasi kamar mandi
umum yang biasa digunakan masyarakat sekitar.
Menurut Rahman Hidayat yang
merupakan ketua seksi lingkungan, �Jumlah anggota yang aktif dalam kegiatan tersebut ada sekitar
30-50 tapi karena kurangnya dana atau modal maka kami hanya memperaktekan di
halaman rumah kami��� masing�masing
dengan alat dan bahan seadanya atau sewadaya,�. Namun demikian Rahman
menyampaikan bahwa pemerintah desa mendukung kegiatan tersebut dengan memberi
anggaran untuk membeli bibit, meski belum maksimal. Untuk mendorong partisipasi
warga, pengurus yang didukung oleh Pemerintah Desa mewajibkan setiap rumah
menanam berbagai tanaman keperluan rumah tangga dengan memanfaatkan lahan yang
ada semaksimal mugkin.�
Kemudian dalam pelaksanaan
kegiatan keagamaan, menurut Cecep Saepudin telah dibuatkan jadwal pengajian
untuk bapak-bapak yang mendatangkan penceramah satu bulan. Di samping itu ada
juga program belajar al-quran untuk ibu-ibu seminggu sekali, anak-anak setiap
sore, untuk remaja dan bapak-bapak setiap sore dan selepas maghrib. Untuk
operasional pengajian ini didanai dari kas masjid, infaq serta swadaya warga.
Saat ini kegiatan tersebut berjalan lancar, dan aparat desa pun terkadang
mengingkuti kegiatan pengajian sebulan sekali. Cecep menuturkan jika masyarakat
cukup semangat dan atusias untuk mengikuti kegiatan pengajian ini bahkan ada
sekitar 30� remaja yang aktif, mereka
membagi kelompok dan membuat divisi sendiri. Tujuan dari program pengajian ini
adalah untuk mengentaskan buta huruf terhadap Al Qur�an. �Sejatinya sebagai
warga yang dominan beragama beragama islam, sudah kewajiban untuk bisa membaca
dan menulis Al Qur�an,� pungkas Cecep.
Sementara dalam mengembangkan
program kesenian, Cucu Hidayat selaku ketua Divisi Sosial Budaya
mengatakan� bahwa kesenian yang
dikembangkan di Kampung KB berupa� gotong singa, pancak silat, calung, kuda
lumping, marawis. Serta biasanya kesenian kuda lumping digunakan untuk acara
agustusan. Ada sekitar 200 warga mulai dari anak-anak, remaja sampai orang
dewasa yang terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan kesenian tersebut.
Kesenian-kesenian tersebut sudah ada sejak tahun 1990 dan merupakan kesenian
khas Bandung. saat ini dikembangkan kembali di Kampung KB agar tetap terjaga
eksistensinya. Selain itu agar Kampung KB Desa Sukajaya Kecamatan Lembang lebih
terangkat. Cucu mencontohkan salah satu prestasi yang dicetak melalui kesenian
tersebut adalah Desa Sukajaya meduduki juara ketiga se-Provinsi Jawa Barat
dalam acara kesenian sosial dan budaya tahun 2018. �Dana untuk proram ini tentu
saja ada bantuan dari pemerintah untuk peralatan kesenian yang sudah tidak
layak pakai dan untuk seragam anggota, serta ada iuran untuk setiap acara yang
ada di kampung kb desa sukajaya,� ujarnya.
Dalam Program Sosial Budaya ini dikembangkan tradisi �Botram Liwet Bala�,� yakni�
makanan khas Kampung KB Insan Sejahtera, makanan ini biasanya disajikan
pada saat selesai kegiatan baik pada saat ada kunjungan tamu, kegiatan
keagamaan, kegiatan kesenian, malam resepsi, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
biasa dilaksanakan di Kampung KB Insan Sejahtera. Diharapkan dengan kegiatan botram
(makan bersama) dapat membuat silaturahmi semakin erat dan kompak.
Program berikutnya adalah Kampung Peduli ini yakni program
perlindungan yang dilakukan oleh masyarakat di kampung KB untuk membangun
kepedulian terhadap kampung KB itu sendiri. Seperti peduli terhadap sampah yang
ada disekitarnya,lalu peduli terhadap kesehatan seperti tidak merokok di dalam
ruangan. Menurut Liani Ketua Seksi Reproduksi yang melahirkan program Kampung
Peduli, semua masyarakat di sini harus mengikuti program Kampung Peduli, �saat
ini sudah ada 2 RT warga yang turut berpartisipasi dalam program ini,�.
Menurutnya masih perlu upaya yang keras untuk membujuk para warga memiliki
kesadaran untuk menjaga lingkungan. Sebagai contoh masih ada saja warga yang
suka menumpuk-numpuk sampah, sehingga menimbulkan aroma tidak sedap bagi
lingkungan sekitar. Selama ini pengumpulkan sampah dikoordinir oleh seksi
lingkungan.
Lalu ada juga Program Cinta Kasih (Kasih Sayang) yang
bertujuan mengajarkan anak untuk bersosialisasi,
menumbukan motorik anak serta menghindari
kekerasan dalam rumah tangga kepada anak. Bentuk kegiatan ini dengan
cara mendongeng, memberikan mainan kepada anak, menggambar dan memberi penyeluhan tentang kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). Target ke depan membuat tempat bermain khusus
program cinta kasih dan ingin menambah fasilitas bermain dan belajar seperti
mainan,buku gambar dan buku cerita. Namun menurut Inge, ketika aka nada
kegiatan maka penyampaian informasinya harus jauh-jauh hari. Selain itu ada
pertemuan rutin yang dilakukan pengurus dengan ibu-ibu tujuannya untuk menjalin komunikasi dari
tim Bina Keluarga Remaja (BKR) Kampung KB Insan Sejahtera kepada para ibu-ibu
yang memiliki remaja.
Selanjutnya adalah Program kampung bekerja dan produktif.
Program ekonomi ini sudah mulai berjalan sejak setelah� diresmikan kampung KB yaitu pada tahun 2017.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membantu memperbaiki perekonomian� serta memberikan dan menyediakan lapangan
pekerjaan bagi masyrakat di Desa Sukajaya. Menurut Yayat Sutaryat (Ketua Seksi
Sekonomi), untuk sementara di Kampung KB�
baru menyediakan program keterampilan daur ulang sampah dan program dana
ekonomi bergulir yang baru berjalan sekitar dua tahun, diharapkan dapat
berkelanjutan. Harapannya dengan kegiatan ini dapat membangun kesadaran� masyrakat untuk ikut berpartisipasi. Program
ini didukung oleh Pemerintah Desa dengan memberikan dana ekonomi bergulir
sebesar Rp. 10.000.000.00� kepada 10 orang
yang dipilih dan dianggap bisa mengelolanya. Jadi masing-masing mendapatkan
sebesar 1 juta Sedangkan untuk program daur
ulang sampah dana dari hasil sewadaya masyrakat.
Keuntungan dari
kegiatan ini adalah bisa memperbaiki ekonomi masyrakat dan menajaga kebersihan
serata meminimalisir sampah. Serta masyrakat berhasil membangun balai pertemuan
dengan adanya program kampung berkerja tersebut, jadi dalam kegiata tersebut
masyrakatyang memiliki kemampuan seperti tukang kayu, tukang batu dan
lainnya� menyumbangkan tenaganya untuk
membangun balai pertemuanya pada waktu senggang. (Informan: Yayat)
Kegiatan ini masyarakat dididik untuk mendaur ulang sampah
plastic menjadi sebuah karya seni� dan
ada juga yang membuat pupuk. Sedangkan masyarakat yang dipilih menerima dana
ekonomi bergulir� diberi� kesempatan membuka warung dan mengelolanya.
Untuk kegiatan daur ulang sampah ada sekitar 20 orang sedangkan program dana
bergulir hanya ada 10 orang saja dikarenakan mimimnyadan kurangnya dana.
Pemerintah desa melakukan peninjauan setiap saat.
Dijelaskan key informan bahwa dalam�
melakukan pembinaan, pemerintah bekerjasama
dengan pendamping dari tingkat kecamatan serta tingkat kabupaten. Selain itu pemerintah desa pun berkoordinasi dengan
pengelola dan pengurus Kampung KB untuk memastikan berbagai perkembangan partisipasi masyarakat pada delapan program. Untuk
memotivasi masyarakat agar berpartisipasi aktif, pemerintah desa� serta pengurus Kampung KB tidak
henti-hentinya melakukan sosialisasi. Misalkan pada saat kegiatan pengajian
atau pertemuan-pertemuan dengan warga, selalu disisipi dengan berbagai
informasi tentang program, bahkan seringkali pertugas mendatangi warga ke
rumahnya, melakukan pendekatan sambil melakukan pendataan.
Memang tidak mudah membujuk warga untuk berpartisipasi
aktif, menurut informan tidak sedikit warga yang sudah tahu Program Kampung KB
tetapi acuh tidak acuh. Oleh karena itu salah satu cara konkrit yang sederhana
untuk membangun kesadaran bertenggang rasa dan cinta kasih adalah menggalakkan
kembali program �Perelek Beras�.
�Perelek
beras� diambil dan dikumpulkan oleh pengurus Kampung KB, kemudian dialokasikan
pada masyarakat yang kurang mampu atau yang lebih membutuhkannya. Misalkan berbentuk beras, bukan berbentuk uang, kita
simpan di tempat semacam �Bamu�, kemudian
diambil satu Minggu Satu
kali, ada beras
yang terkumpul sudah berapa kilo, dialokasikan kepada warga yang butuh. Atau
bisa juga kayak ada kegiatan Isra Mi�raj, Muharram-an, itu kadang dibuat seperti konsumsi makanan, berasnya dipakai untuk
itu. Kalau ada yang meninggal juga, kadang dialokasikan untuk itu.�
Selama ini program tersebut yang merupakan bagian dari
fungsi lingkungan, sudah cukup berhasil, bahkan merupakan salah satu ciri khas
dari Kampung KB di RW 6 ini. Menurut key informan, program lingkungan
merupakan salah satu yang banyak diikuti oleh masyarakat. Selain itu ada juga
kegiatan kerja bakti� yang dilakukan
setiap satu minggu sekali. Bahkan aparat desa pun seringkali berpartisipasi
bergabung Bersama warga. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengawasan juga
terhadap keterlibatan warga dalam mewujudkan delapan fungsi program KB.
a)
Program kesehatan; masyarakat terutama yang memiliki balita juga sudah
terdorong untuk mengikuti kegiatan pemeriksaa rutin satu bulan sekali Sudah
banyak kesadaran orangtua untuk mengikut sertakan anak-anaknya ke program.
Kampung KB pun memiliki program penyuluhan kesehatan yang mendatangkan� informan dari kecamatan. Informan pun
menjelaskan dalam fungsi lainnya, seperti Reproduksi itu juga pengurus juga
memfasilitasi Safari KB dalam bentuk membantu menyewakan angkutan umum (angkot)� jika ada masyarakat yang mau ke Puskesmas, atau bisa juga di Rumah Sakit Ciembeuluit.
Kita fasilitasi seperti MOV, MOW di rumah sakit, sedangkan dari desa itu difasilitasi sewa angkot (ambulance), untuk uang pendaftarannya,
gratis, dan didampingi juga dengan kader-kadernya. Kegiatan tersebut biasa dilakukan 4 sampai 5 kali dalam satu tahun. Program ini
juga melibatkan para elit desa dan pengurus PKK.
b)
Bidang Pendidikan; pengurus pun memantau kondisi Pendidikan anak-anak di
wilayah RW 6, jika ada anak yang putus sekolah, maka akan diikutsertakan dalam
program kejar paket C. Tentu program tersebut difasilitasi pihak desa yang
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Bandung Barat. �cara memantaunya dengan mendata anak-anak yang putus sekolah dalam
setiap bulan,�� Pada intinya
tujuan Kampung KB adalah mewujudkan delapan (8) fungsi keluarga. Pelaksanaan
program-progamnya� tidak ada Batasan
waktu, �pokoknya sampai tujuan mengentaskan kemiskinan tercapai.� Menurut key informan yang lain,
pelaksanaan Kampung KB ke depan tidak hanya sebatas di RW 06 saja, tetapi akan
diupayakan satu desa, �lingkupnya bukan RW lagi, tapi skala desa, jadi se-desa
itu masuk Kampung KB , itu arahan dari pusat.�
Hal tersebut
di atas, bertujuan untuk memantau kemajuan terimplemen-tasikannya delapan fungsi keluarga
dengan baik, pihak desa pun selalu rutin melakukan pengawasan setiap satu bulan
sekali. Bahkan para pengurus pun seringkali berinisiatif memberikan pelaporan
berbagai kegiatan baik secara formal maupun informal. Dari laporan pengurus itu, pihak desa meneruskannya ke Unit Pelaksana
Teknis (UPT) kecamatan. Hubungan antara pengurus Kampung KB dengan pihak desa
berjalan dengan baik dan saling responsif, sebab kedua belah pihak selalu
komunikatif dan koordinatif. Bahkan sesama pengurus pun saling bahu membahu,
saling tolong menolong.
Selain melakukan pengawasan, pihak desa pun melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan program. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika belum warga belum
mendapatkan pendampingan yang maksimal, maka diberikan lagi pendampingan yang
ekstra serta meningkatkan lagi kualitas pengetahuan dan keterampilan warga
dengan penambahan berbagai pelatihan-pelatihan, Bahkan untuk pelatihan
diberikan pula kepada pengurus, supaya berikutnya pengurus bisa memberikan
pelatihan kepada warga untuk pelatihan membuat kue atau sosialisasi tentang
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Tabel
1
Mekanisme operasional Kampung
KB Insan Sejahtera
Kegiatan |
Pelaksanaan |
Frekuensi |
Rapat
perencanaan kegiatan |
Ada |
Bulanan |
Rapat koordinasi dengan dinas/instansi terkait pendukung
kegiatan
|
Ada |
Bulanan |
Sosialisasi kegiatan
|
Ada |
Bulanan |
Monitoring dan evaluasi Kegiatan
|
Ada |
Bulanan |
Penyusunan laporan�����������������������������������������
|
Ada |
Bulanan |
Sumber: http://kampungkb.bkkbn.go.id/kampungkb/profile/6628, Tahun 2019
Kampung
KB Insan Sejahtera
Berdasarkan
data yang telah dipaparkan mengenai
manajemen opinion leader dalam membangun partisipasi warga mengelola
Kampung KB Insan Sejahtera, dapat dianalisis sebagai berikut: dalam tahapan
perencanaan terlihat bahwa Program Kampung KB disampaikan secara hierarki dari
pemerintah pusat (dalam hal ini BKKBN) sampai ke pemerintahan desa. Lalu opinion
leader �di tingkat desa melakukan
sosialisasi program tersebut kepada warga melalui berbagai kegiatan dan acara
secara intensif. Upaya sosialisasi secara tatap muka ini dirasa efektif� untuk mengenalkan delapan fungsi keluarga
berencana sebagau jembatan menuju kesejahteraan hidup. Pada tahapan perencanaan
ini opinion leader �jelas
melakukan komunikasi vertikal ke bawah�
yang tidak bersifat instruktif, tetapi lebih merangkul dan membaur. Pola
komunikasi yang diadopsi adalah pola roda dimana opinion leader �yang menjadi pusat informasi, Lalu pada
pengorganisasian, pemerintah desa pun lebih mengedepankan praktik-praktik
komunikasi langsung, dua arah dan demokratis.
Opinion leader memperlihatkan sikap keterbukaan dengan memberikan keleluasaan
sepenuhnya kepada warga untuk menentukan secara mufakat orang-orang yang akan
menjadi pengurus atau pengelola Kampung KB. Upaya demokratis terlihat kental
dengan adanya beberapa kali pertemuan untuk menyepakati pelaksanaan program
Kampung KB. Pada tahap pengorganisasian ini, aliran komunikasi
diimplementasikan bersifat dua arah, tidak saja vertikal ke bawah (dari
pemerintah desa kepada warga) tapi juga vertikal ke atas (dari warga kepada
pemerintah), sehingga membuat warga menjadi nyaman dan merasa diperlakukan
sebagai �pemeran utama�. Di sini pola komunikasi bersifat lingkaran dimana
setiap warga satu sama lain bisa laing mengakses dan memberikan informasi,
khususnya dalam hal penentuan siapa saja warga yang disepakati untuk menjadi
pengurus. Warga satu sama lain saling memberikan masukan, argumentasi dan
rekomendasi. Gaya komunikasi opinion leader �cenderung mengadopsi The Equalitarian Style, dimana
dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
Artinya, setiap warga dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana yang santai dan informal. Suasana seperti ini yang mewujudkan
kesepakatan antara warga yang disahkan oleh pemimpin desa melalui SK.
Pada tahap pelaksanaan, pemerintah desa cenderung
menerapkan gaya komunikasi dinamyc style, �gaya�
dinamis yang� memiliki
kencenderungan agresif karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa
lingkungan pekerjaannya berorientasi kepada tindakan. Tujuan utama gaya ini
adalah menstimulasi atau merangsang warga untuk terlibat aktif dan partisipatif
dalam delapan program KB. Hal ini terlihat dengan upaya pemerintah desa
bersinergi berbagai pihak. Bahkan pemerintah desa pun turut andil dalam
berbagai kegiatan bersama warga.
Dalam tahap pengawasan dan evaluasi, pemerintah desa
sebagai opinion leader �senantiasa
melakukannya sebagai bentuk tanggung jawab untuk membina dan mendampingi warga
mencapai kehidupan sejahtera. Komunikasi yang dikembangkan bersifat dua arah,
tidak saja mendapatkan laporan dari pengelola, tetapi juga memantau secara
langsung dengan memimpin rapat atau mengecek ke lapangan.� Untuk memperlancar proses monitoring dan
evaluasi, pemerintah desa menerapkan sistem komunikasi terbuka dengan
memanfaatkan berbagai sarana komunikasi. Pelaporan tidak hanya dalam bentuk
formal tetapi juga secara informal seperti pelaporan melalui media �WhatsApp� pengurus ketika sedang berlangsung kegiatan. Dalam tahap ini
pemerintah desa lebih terlihat menerapkan gaya structuring style yakni
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis ataupun lisan untuk memantapkan
perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan, serta
struktur organisasi.
Kesimpulan
Dalam mendorong serta menumbuhkan partisipasi warga pada
program-program Kampung KB, opinion leader selalu mengawali dengan
proses pengenalan program kepada warga, pelibatan dan sinergi. Komunikasi yang
dibangun bersifat terbuka dan demokratis. �Opinion Leader selalu melibatkan warga untuk
bersama-sama melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program. Hal ini
menunjukkan adanya kepercayaan pada warga. Sikap terbuka dan percaya merupakan
bagian yang menciptakan iklim komunikasi yang kondusif sehingga bisa mendorong
warga menjadi kohesif dan antusias di dalam mengimplementasikan kesejahteraan
melalui pelaksanaan delapan fungsi Program Kampun KB.
BIBLIOGRAFI
Azizah, N. (2019). Strategi Kepemimpinan Kolektif Dalam Pengelolaan
Program Kampung KB: Studi Deskriptif di Kampung KB Insan Sejahtera Desa
Sukajaya Kec Lembang. Universitas Pendidikan Indonesia.
Barat, P. P. J. (2018). Jabar Percontohan Keberhasilan Kampung
KB.
https://jabarprov.go.id/index.php/news/29929/2018/09/18/Jabar-Percontohan-Keberhasilan-Kampung-KB
Bogdan, R., & Taylor, S. (1992). Pengantar Metode
Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Bryman, A. (2016). Social research methods. Oxford
university press.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research
design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Sage
publications.
Moleong Lexi, J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja
Posdakarya, Bandung.
Nasirin, C. (2010). Peran Strategis Pemerintah Dalam
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial. Universitas Brawijaya, Malang.
Pace, R. W., Faules, D. F., & Mulyana, D. (2000). Komunikasi
organisasi: strategi meningkatkan kinerja perusahaan. PT Remaja Rosdakarya.
Padmiati, E. (2013). Menuju Masyarakat Berketahanan Sosial
melalui Pemberdayaan Lembaga Sosial Lokal di Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal
Penelitian Kesejahteraan Sosial, 12(3), 263�275.
Sabarisman, M. (2015). Peluang dan Tantangan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Sosio Informa,
1(1).
Tempo.co. (2018). Dua Tahun, 8.112 Kampung KB Hadir di
Indonesia.
https://nasional.tempo.co/read/1124187/dua-tahun-8-112-kampung-kb-hadir-di-indonesia
Wicaksono, P. E. (2018). 5 Prioritas Pembangunan Nasional
pada 2019.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3402341/5-prioritas-pembangunan-nasional-pada-2019
Yuswanto, W. (2018). Pengaruh Komunikasi Interpersonal
Terhadap Kepuasan Anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)�Awi Ligar�
Kabupaten Indramayu. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(2),
132�144.