� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
�� e-ISSN : 2548-1398
�� Vol. 2, No 4 April 2017
HUBUNGAN
KEPATUHAN CUCI TANGAN PADA IBU TERHADAP DIARE PADA BALITA DI UPTD PUSKESMAS KEDUNGWUNGU� KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2016
Lina Siti
Nuryawati dan Munawir
STIKES YPIB Majalengka
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kepatuhan cuci tangan pada ibu terhadap diare yang terjadi pada balita di wilayah UPTD Puskesmas
Kedungwungu Kabupaten Indramayu Tahun 2016. Dalam penelitian ini, metode yang
digunakan oleh peneliti adalah metode kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian seluruh ibu balita usia 1 - 5 tahun di wilayah
UPTD Puskesmas Kedungwungu sebanyak 2.800 orang dan sampel 96 responden. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan Accidental Sampling, sedangkan data yang
dikumpulkan adalah data primer. Peneliti mengunakan kuesioner untuk memperoleh
data primer sedangkan data sekunder diperoleh dari buku serta jurnal. Data yang
terkumpul kemudian dilakukan analisis dengan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian diperoleh responden kurang dari setengah balita mengalami
diare (43,8%) dan kurang dari setengahnya (40,6%) ibu balita tidak patuh
mencuci tangan yang dijumpai di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kedungwungu
Kabupaten Indramayu Tahun 2016. Dari hasil penelitian ditemukan adanya hubungan
kepatuhan cuci tangan pada ibu terhadap diare yang terjadi pada balita di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kedungwungu Kabupaten Indramayu Tahun 2016 (p
value = 0,007).
Saran diajukan bagi petugas kesehatan agar memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sebagai
upaya untuk melakukan pencegahan terahadap penyakit diare salah satunya dengan
membiasakan mencuci tangan mengggunakan sabun. Bagi Ibu hendaknya mengikuti
kegiatan - kegiatan yang ada seperti posyandu, sehingga untuk selanjutnya ibu
dapat memulai kebiasaan untuk mencuci tangan dengan sabun baik sebelum atau
sesudah memegang balita.
Kata kunci: Kejadian
Diare, Kepatuhan cuci tangan
Pendahuluan
Kehidupan bangsa dan negara di masa
mendatang sesungguhnya dapat diliha dari kehidupan anak di masa sekarang. Hal
itu karena anak merupakan generasi penerus sekaligus sebagai aset yang dimiliki
oleh suatu negara. Sehingga kehidupan anak saat ini merupakan penentu terhadap
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dimasa yang akan datang. Untuk itu anak
hendaknya dipersiapkan agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dan
yang paling penting adalah dapat menekan angka kematian yang terjadi pada
balita.
Salah satu penyakit yang sering terjadi
pada balita adalah penyakit diare. Penyakit diare hendaknya dapat menjadi
perhatian bagi ibu, khususnya yang selalu bersentuhan dengan balita. Karena
penyakit ini, lebih dari 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya. Dan yang
harus diketahui adalah penyakit diare menduduki peringkat ke-4 setelah TBC
sebagai penyebab kematian paling umum yang terjadi pada balita.� Kejadian diare di dunia sebanyak 6 juta anak
meninggal setiap tahun karena diare,�
menurut WHO angka diare pada tahun 2013 yaitu� 411 penderita per1000 penduduk. Selain itu di
tahun 2012 diketahui bahwa 65%� anak� yang�
menderita� diare� berobat�
ke� fasilitas� kesehatan�
atau� tenaga� kesehatan (Laporan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,
diketahui bahwa di wilayah Jawa Barat, pada tahun 2012 kematian pada balita
yang disebabkan oleh diare mencapai 25,2% dari jumlah balita yang meninggal di
wilayah Jawa Barat. Data di atas menggambarkan bahwa Indonesia menghadapi
masalah yang serius untuk segera dicarikan solusinnya agar tujuan keempat dari
Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian bayi (AKB)
menjadi 2/3 dalam kurun waktu 25 tahun (1990-2015) dapat tercapai.
Penyakit diare sangat erat kaitannya dengan
kebersihan dan makanan, secara umum penyakit diare terjadi karena adanya
kuman� melalui koordinasi makanan atau
minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, selain itu� perilaku manusia dan lingkungan turut mempengaruhi
terjadinya penyakit diare (Direktorat Jendral PPM dan PL, 2012).
Seringkali penyakit diare timbul karena
kurangnya kebersihan terhadap makanan yang dimakan. Penyakit diare sering
menimbulkan kejadian luar biasa karena dengan kurun waktu yang singkat, banyak
orang yang mengalami kejadian diare.�
Sebagian besar masyarakat belum paham betul akan kebersihan bagi
tubuhnya, terlebih bagi masyarakat yang berdomisili di pedesaan.
Bagi masyarakat pedesaan, tidak semua orang
memiliki kebiasaan untuk mencuci tangan baik itu setelah melakukan aktivitas
ataupun sebelum makan. Padahal tangan merupakan media bagi kuman untuk masuk ke
dalam tubuh manuasi melalui makanan yang dimakannya. Sehingga untuk menghindari
masuknya kuman, dibutuhkan tata cara hidup besih dan sehat yang dapat dimulai
dari hal yang sederhana seperti melakukan pembiasaan untuk cuci tengan dengan
menggunakan sabun. Hal itu merupakan salah satu cara yang efektif untuk
mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular seperti halnya penyakit diare.
Meski demikian, perilaku hidup sehat
seperti yang disebutkan di atas, nampaknya saat ini tengah menjadi perhatian
dunia. Hal itu terjadi karena kurangnya kesadaran untuk mencuci tangan dengan
sabun sebelum ataupun sesudah beraktifitas bukan hanya terjadi di negara
berkembang saja tetapi di negara-negara maju pun masih banyak masyarakat yang
lupa untuk mencuci tangan dengan sabun.
Mengingat bahwa mencuci tangan dengan sabun
mempunyai peran penting untuk memulai hidup sehat, hingga dalam Rapat Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan bahwa pada tanggal 15 Oktober 2008
sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) yang pertama
diselenggarakan. Penetapan HCTPS merupakan salah satu upaya untuk mengingatkan
masyarakat tentang perlunya meningkatkan praktek personal hygiene dan sanitasi di seluruh dunia, mengingat bahwa
sampai saat ini kesadaran masyarakat mengenai CTPS masih kurang.
Lembaga Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization)
menyatakan bahwa tangan merupakan jalam masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh,
karena tangan merupakan anggota tubuh manusia yang paling sering
berhubungan� langsung dengan mulut dan
hidung (Batanoa, 2012). Diare merupakan salah satu penyakit yang terjadi karena
tangan yang berkuman. Sering kali tanpa disadari tangan terkena kuman ketika
bersentuhan dengan hewan, permukaan yang tercemar bahkan dengan bagian tubuh
kita sendiri. Kuman yang menempel tersebut dapat masuk ke tubuh ketika tangan
menyentuh mata, hidung atau mulut. Cuci tangan dengan menggunakan sabun tentunya
akan menghilangkan kuman-kuman yang terdapat di tangan� kita. Untuk itu sudah sepatutnya CTPS ini
dapat menjadi habbit yang dilakukan oleh masyarakat khususnya bagi yang
sering bersentuhan dengan balita.
Pada abad ke-19, mencuci tangan mulai
dikenal sebagai salah satu upaya untuk memulai perilaku sehat dan mencegah
datangnya penyakit sebab tangan yang kotor, dapat menjadi media bagi kuman
untuk masuk ke tubuh manusia. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci
tangan perlu ditingkatkan, walaupun hal tersebut tampaknya hal yang sederhana.
Sabun dapat dijadikan sebagai pembersih terhadap kuman yang menempel ditangan.
Cuci tangan dengan menggunakan sabun akan membersikan partikel kotoran di
tangan yang banyak mengandung mikroorganisme. Kebiasaan� mencuci tangan dengan sabun juga ternyata
dapat mengurangi kejadian diare hingga 50% yang setara dengan menyelamatkan
kurang lebih 1 juta anak dari penyakit
diare setiap tahunnya (Depkes RI, 2012).
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh
Rasidi di Kecamatan Kedungwungi Kabupaten Pekalongan tahun 2012. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara antara kebiasaan CTPS
dengan kejadian diare pada balita (P Value < 0,05). Penelitian yang lain
dilakukan oleh Rompas di Kabupaten Tareran tentang hubungan CTPS dengan
kejadian diare, diperoleh hasil terdapat hubungan antara CTPS dengan kejadian
diare ( P Value < 0,05).
Di Kabupaten� Indramayu angka kesakitan diare pada tahun
2015 yaitu� 14.224
penderita pada balita. Angka tersebut menunjukan terjadinya peningkatan kasus
bila dibandingkan tahun 2014� yang hanya
sekitar 13.570 penderita dan salah satu puskesmas yang angka diarenya tinggi di
Kabupaten Indramayu adalah Puskesmas Kedungwungu. Di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu angka kejadian diare pada tahun 2014 yaitu
1.294 balita sedangkan pada tahun 2015 angka kejadian diare mengalami kenaikan
yaitu 1.703 balita dan paling banyak di alami oleh balita yang berumur ≤
2 Tahun sebanyak 968 orang� pada tahun
2015.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang� ibu, 6 orang diantaranya mengatakan tidak
pernah mencuci tangan baik sebelum atau sesudah melakukan aktivitas, 3 orang
mencuci tangan tidak menggunakan sabun dan hanya ada 1 orang yang selalu membudayakan
untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap sebelum dan sesudah
melaksanakan aktifitas, salah satu penyebab diare adalah kurangnya kesadaran
masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita melakukan cuci tangan memakai
sabun sebelum atau setelah melakukan aktivitas dan angka kejadian diare� di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu banyak
terjadi pada usia balita, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan kepatuhan cuci tangan pada ibu
terhadap kejadian diare pada balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten
Indramayu Tahun 2016.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu balita usia 1 � 5 tahun di UPTD Puskesmas Kedungwungu Kabupaten Indramayu tahun 2016 yaitu sebanyak 2.800 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kedungwungu Kabupaten Indramayu tahun
2016 sebanyak 96 orang.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
1. Gambaran kejadian Diare Pada Balita
Gambaran kejadian diare pada balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu Tahun 2016 seperti yang
tergambar pada tabel dibawah ini.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kejadian
Diare Pada Balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu Tahun 2016
No |
Kejadian
Diare |
F |
% |
1 |
Diare |
42 |
43,8 |
2 |
Tidak Diare |
54 |
56,3 |
Jumlah |
96 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa balita yang diare di UPTD
Puskesmas Kedungwungu sebanyak
42 orang (43,8%) dan balita yang tidak diare di UPTD Puskesmas Kedungwungu sebanyak 54 orang (56,3%).
Dengan demikian kurang dari setengah balita mengalami diare (43,8%) di UPTD
Puskesmas Kedungwungu Kabupaten Indramayu Tahun 2016.
2.
Gambaran
Kepatuhan Cuci Tangan Pada Ibu Balita
Gambaran
kepatuhan cuci tangan pada ibu balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten
Indramayu Tahun 2016 seperti tergambar pada tabel dibawah ini.
Tabel 2
Distribusi
Frekuensi Kepatuhan
Cuci Tangan Pada Ibu Balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten
Indramayu Tahun 2016
No |
Kepatuhan Cuci Tangan |
F |
% |
1 |
Tidak
mencuci tangan |
39 |
40,6 |
2 |
Mencuci
tangan |
57 |
59,4 |
Jumlah |
96 |
100 |
Berdasarkan
tabel di atas diketahui bahwa ibu balita yang tidak mencuci tangan sebanyak 39
orang (40,6%) dan ibu balita yang mencuci tangan sebanyak 57 orang (59,4%).
Dengan demikian kurang dari setengahnya (40,6%) ibu balita tidak patuh mencuci
tangan di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu Tahun 2016.
3.
Hubungan
Kepatuhan Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare
Hubungan kepatuhan cuci tangan pada ibu terhadap kejadian diare
pada balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu Tahun 2016 berdasarkan data yang diperoleh peneliti,
dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 3
Distribusi proporsi hubungan
kepatuhan cuci tangan pada ibu terhadap kejadian diare pada balita di UPTD
Puskesmas Kedungwungu
Kabupaten
Indramayu Tahun 2016.
No |
Kepatuhan
cuci tangan |
Kejadian
diare |
P Value |
|||||
Diare |
Tidak Diare |
Jumlah |
||||||
N |
% |
n |
% |
N |
% |
|||
1 |
Tidak mencuci tangan |
24 |
61,5 |
18 |
31,6 |
39 |
100 |
0,007 |
2 |
Mencuci tangan |
15 |
38,5 |
39 |
68,4 |
57 |
100 |
|
Jumlah |
42 |
43,8 |
54 |
56,3 |
69 |
100 |
|
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa balita yang diare dengan
ibu balita yang� tidak mencuci tangan
sebesar 61,5% dan balita yang diare dengan ibu balita yang mencuci tangan
sebesar 38,5%.� Dengan demikian proporsi
balita yang diare dengan ibu balita yang tidak mencuci tangan lebih tinggi
dibandingkan dengan balita yang diare dengan ibu balita yang mencuci tangan di
UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu Tahun 2016.
Perbedaan proporsi tersebut menandakan adanya hubungan yang
bermakna sesuai hasil uji chi square
diperoleh p value = 0,007 artinya Ho
ditolak atau ada hubungan kepatuhan cuci tangan pada ibu terhadap kejadian
diare pada balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu Tahun 2016.
B.
Pembahasan
Hasil analisa data diketahui bahwa proporsi balita yang diare
dengan ibu balita yang tidak mencuci tangan lebih tinggi dibandingkan dengan
balita yang diare dengan ibu balita yang mencuci tangan di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu Tahun 2016.
Perbedaan proporsi tersebut menandakan adanya hubungan yang
bermakna sesuai hasil uji chi square
diperoleh P Value = 0,007 artinya Ho
ditolak atau ada hubungan kepatuhan cuci tangan pada ibu terhadap kejadian
diare pada balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu Tahun 2016.
Tingginya kejadian diare pada balita di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten Indramayu disebabkan karena
rendahnya pengetahuan ibu tentang bahaya diare dan disertai dengan� rendahnya kesadaran ibu balita untuk mencuci
tangan menggunakan sabun sebelum atau sesudah melakukan aktifitas.
Diare merupakan penyakit menular yang penularannya berkaitan erat
dengan perilaku hidup sehat. Hal ini karena sebagian besar kuman infeksius
penyebab timbulnya diare ditularkan melalui jalur oral. Biasanya kuman akan
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang bersentuhan dengan
tangan. Pembiasaan untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun tentunya akan
mencegah kuman yang menempel di tangan masuk ke dalam tubuh manusia.
Dalam praktiknya, mencuci tangan dengan
sabun justru dilakukan setelah selesai makan, sedangkan sebelum makan cuci
tangan hanya menggunakan air saja. Padahal keadaan tangan yang kotor saat
bersentuhan dengan makanan tentunya dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen
ke dalam tubuh kita. Oleh karena itu hendaknya kebersihan tangan menjadi
prioritas dalam kehidupan sehari-hari, walaupun hal tersebut sering
disepelekan.
Upaya yang dapat dilakukan agar masyarakat khususnya ibu balita
menyadari pentingnya mencuci tangan memakai sabun, dengan �pendekatan terhadap tokoh masyarakat,
organisasi,� dan� lain�
sebagainya agar dapat meningkatkan�
sikap� positif� ibu�
terhadap� PHBS.� Pendekatan�
kepada� tokoh masyarakat� ini�
perlu� dilakukan� karena�
merekalah� panutan� masyarakat karena segala keputusan mereka
adalah jalan bagi kelancaran program Puskesmas.
Kesimpulan
Hasil
penelitian menunjukan adanya hubungan kepatuhan cuci tangan pada ibu terhadap
kejadian diare pada balita di UPTD Puskesmas Kedungwungu� Kabupaten
Indramayu Tahun 2016. Pengetahuan� masyarakat�
dapat� ditingkatkan� melaui�
pendekatan� yang intensif dalam
masalah penyakit diare oleh pihak puskesmas yaitu dengan tetap� memberikan�
penyuluhan� khususnya� diare�
dan� perilaku� hidup�
bersih dan sehat dengan membiasakan mencuci tangan mengggunakan sabun
oleh petugas kesehatan secara intensif dan kontinue guna meningkatkan perilaku
kesehatan masyarakat sehingga menjadi lebih baik.
�
BIBLIOGRAFI
Amirudin. 2007. Curren Issue Kematian Anak Karena Penyakit
Diare. Tersedia http://ridwanamiruddin.wordpress.com, 6 mei, 2016
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakart Rineka Cipta.
Aswar A, 2008.� Pengantar Epidemiologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Batanoa, J. ( 2010). Kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare.
http//222.124.164.132/web/detail.php?sid=162887&actmenu=46 (diakses 05
Mei 2016)
Depkes RI.(2010). Pemberantas Penyakit Diare. Jakarta
Fewtrell . I (2008). http//www.promosi
kesehatan.com/?=article&Id. (diakses 05 Mei 2016)
Howard, G., & Bartram J., (2009), Domestic Water Quantity, Service Level and Health. Web site; http://www.who.int/water
sanitation_health/document.pdf.
Kemenkes RI., 2010, Buku Saku
Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta : Vol.2 No.1.
Marimbi. 2010.Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar
pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Megaria, hubungan cuci
tanganmenggunakan sabun pada ibu balita dengan kejadian diare di Kecamatan Tareran 2013
Muzaham, Fauzi. 2005. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta
: UI Press
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Penerbit
Buku Kedokteran Jakarta: EGC.
Notoadmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka
Cipta; 2010
Notoatmodjo S. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Novie, Faktor � faktor yang
berhubungan dengan diare di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat.
Bandung 2013
Olyfta A. Analisis Kejadian Diare Pada Anak Balita di KelurahanTanjungsari Kecamatan
Medan Selayang. Thesis Program Pasca
SarjanaFakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara. Medan. 2010.
Rasidi,� Pengaruh Kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di
Kecamatan Kedungwungi Kabupaten Pekalongan, Tahun 2012
Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja, Edisi Revisi.,
Jakarta: PT Raja Grafindo.
Smeltzer, & Bare. 2005 Buku Ajar
Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8, Vol 1, alih
bahasa: Kuncara Monica Ester. Jakarta: EGC.
Soegijanto. Diare Akut Pada Anak. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press; 2010.
Sinthamurniwaty. Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Thesis Program Pasca Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Diponegoro. Semarang. 2010
Soetjiningsih, (2007). Buku Ajar: Tumbuh Kembang anak dan
Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.
Soemirat, J. S. (2005). Epidemiologi
Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Supartini, Y. 2007. Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Sunaryo, Diare Akut, Jakarta, Mutiara, 2005.
Sugiyono., 2012, Metode
penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suraatmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi. Sagung Seto, Jakarta
�
Susiati, 2008, Keterampilan Keperawatan
Dasar, Paket 1, Erlangga Medical Series, Jakarta
World Health Organization. (2011). Global Health Children.
http://www.who.int/helthinfo/globa
Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Vol. 1. Edisi 6. . Jakarta :EGC.
Zubir, Juffrie, M., Dan Wibowo, T. Faktor-Faktor Risiko Kejadian
Diare Akut Pada Anak 0-35 Bulan (Batita) Di Kabupaten Bantul. Sains
Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. Issn 1411-6197 : 319-332; 2006.