Subjective Well-Being Pada Remaja Yang Memiliki Keluarga Broken Home

  • Triga Ayu Amanda Fakultas Psikologi, Universitas Bina Darma Palembang
  • Sawi Sujarwo Fakultas Psikologi, Universitas Bina Darma Palembang
Keywords: well-being, remaja, keluarga broken home

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kondisi subjektif well-being pada remaja yang memiliki keluarga broken home dan faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being remaja yang memiliki keluarga broken home. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Desain penelitian kualitatif yang dipakai adalah jenis penelitian studi kasus dan fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di kota Palembang, yang diketahui terdapat fenomena mengenai keluarga broken home. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 8 orang narasumber yang terbagi menjadi 2 sebagai subjek utama penelitian. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan atau gabungan dari teknik observasi, wawancara, serta dokumentasi. Hasil penelitian ini yaitu masing-masing individu telah mencapai subjective well-being dalam kehidupannya hal tersebut dapat dilihat dari gambaran aspek dan faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being kedua subjek. Kedua subjek mampu mendapatkan subjective well-being dengan permasalahan yang terjadi pada kehidupan mereka.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Amato, P. R. & Sobolewski, J. M. (2001). The effects of divorce and marital discord on adult children’s psychological well-being. American Sociological Review, 66(6), 900- 921.

Amita, D "Psikologi remaja dan permasalahannya." ISTIGHNA: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam 1.1 (2019): 116-133.

Aminah, & Karyanta. (2014). Proses Penerimaan Anak (Remaja Akhir) Ter-hadap Perceraian Orangtua Dan Konsekuensi Psikososial Yang Menyertai-nya. Jurnal Psikologi. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret

Astuti, Y., Rachmah, N., & Anganthi, N. (2016). Subjective well-being pada remaja keluarga broken home. Jurnal Penelitian Humaniora, 17(2), 161-175.

Aziz, M. (2015). Perilaku sosial anak remaja korban broken home dalam berbagai perspektif. Jurnal Al-ijtimaiyyah, 1(1), 30-50.

Baskoro, A. (2008). Hubungan antara Persepsi terhadap Perceraian Orang Tua dengan Optimisme Masa Depan Pada Remaja Korban Perceraian. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Bugin, B. 2007. Penellitian Kualitatif. Prenda Media Group: Jakarta

Chaplin, C. P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Prasada

Chaplin J.P, Kamus Lengkap Psikologi, terjemahan Kartini Kartono, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 71

Compton, W. C. (2005). Introduction to positive psychology. Belmont, CA, US: Thomson Wadsworth.

Dagun, S. M. (2002). Psikologi keluarga. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Darmawanti, F. N. (2013). Perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari struktur keluarga. Jurnal Psikologi, 3, 93-102.

Dariyo, A. (2003). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Darajat Z., Ilmu Jiwa Agama, (Cet XIII; Jakarta : Bulan Bintang,1991),h. 50.

Dewi, P. S., & Utami, M. S. (2015). Subjective well‐ being anak dari orang tua yang bercerai. Jurnal Psikologi, 35(2), 194-212

Diener, E. (2000). Subjective well-being : The science of happiness and a proposal for a national index. American Psychologist, 55, 34-43.

Diener, E. (2009). The Science of Subjective Well Being. The collected works of Ed Deiner. Social Indicators Research Series. Vol. 37, New York, NY: Springer

Diener, E., Sandvik, E., Pavot, W. (2009). Happines is the Frequency, Not the Intensity of Positive Versus Negative Affect. Social Indicators Research, 39, 213-231.

Diener, E. & Chan, M. Y. (2011). Happy people live longer: Subjective well‐being contributes to health and longevity. Applied Psychology, Health and Well‐Being, 3(1), 1-43. DOI: 10.1111/j.1758-0854.2010.01045.x.

Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R.E. (2015). National accounts of subjective well-being. American Psychologist, 70, 234-242. DOI: 10.1037/a0038899.

Diener, E. & Tay, L. (2015). Subjective well‐being and human welfare around the world as reflected in the gallup world poll. International Journal of Psychology, 50(2), 135-149. DOI: 10.1002/ijop.12136.

Eddington, N. & Shuman, R. (2005). Continuing psychology education: Subjective well-being happiness. Diambil pada tanggal 22 Juni 2022, dari https:// www.texcpe.com

Eid, M. & Larsen R.J. 2008. The Science of Subjective Well-being. London : The Guildford Perss.

Elfida, D., Lestari, Y. I., Diamera, A., Angraeni, R., & Islami, S. (2014). Hubungan baik dengan orang yang signifikan dan kontribusinya terhadap kebahagiaan remaja Indonesia. Jurnal Psikologi. 10(2), 66-73

Eryilmaz, A. (2012). A model for subjective well-being in adolescence: Need satisfaction and reasons for living. Social Indicators Research, 107(3), 561-574. DOI: 10.1007/s11205 011-9863-0.

Giyati & Wardani, I. R. K. (2016). Ciri-ciri kepribadian dan kepatutan sosial sebagai prediktor subjective wellbeing (kesejahteraan subyektif) pada remaja akhir. Analitika, 8(1), 10-24.

Goswami, H. (2012). Social relationships and children’s subjective well-being. Social Indicators Research,107(3), 575–588. https://doi.org/10.1007/s11205- 011-9864-z

Gunarsa, .S.D (2002). Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta; Gunung Mulia

Gunarsa, S D. (2008). Psikologi praktis, remaja, anak dan keluarga. Jakarta:
BPK Gunung Mulya.

Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (2009). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hassan, A., Yusooff, F., & Alavi, K. (2012). The Relationship between parental skill and family functioning to the psychological well-being of parents and children. International Conference on Humanity, History and Society, 34, 1-10.

Kamil, A. (2017). Konseling Induvidu pada Santri Broken home di Pondok Pesantren Bangun Jiwo Bantul. Studi Kasus pada Dua Orang Santri Broken home, Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

Kamrani B, Pendidikan Keluarga Dalam Islam, (Yogyakarta: Bina Usaha, 1990), h. 77-78.

Kadarwati. (2011) Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Pustaka Pelajar

Kartono, K. (2010). Psikologi wanita jilid 2: Mengenal wanita sebagai ibu dan nenek. Bandung: Mandar Maju

Katkovsky & Gorlov. (1976). The Psychology Of Adjustment Current Concepts and Application. Mc.Graw-Hill Book Company, New York.

Koentjoro. (2010) Metode Penelitian Kualitatif. Unpublished Manuscript. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Univeristas Gadjah Mada.

Khairani, M. (2013). Psikologi Umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Maryati, H.A & Rohmatuni. (2007). Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kesiapan Memahami Perkawinan Pada Wanita Dewasa Awal Di Kecamatan Sematang Barat. Jurnal Psikologi Proyeksi: 02. 02. 25-35.

Mukhlis & Hirmaningsih, (2010), Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru. Penerbit: Psikologi Press

Nayana, F. N. (2013). Kefungsian Keluarga dan Subjective Well-Being pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01, (2), 230-244.
Published
2023-03-27