Peran Komunikasi Mindset Tumbuh Ibu Untuk Meningkatkan Subjective Well-Being Anak Usia Dini Di TK Bhakti PKK 2 Sayegan Yogyakarta

  • Alimatus Sahrah Universitas Mercu Buana Yogyakarta
  • Harpeni Siswatibudi Poltekkes Permata Indonesia Yogyakarta
Keywords: Komunikasi Ibu, Mindset Tumbuh, Subjective Well-Being

Abstract

Kekerasan terhadap anak selama pandemi Covid-19 terus naik secara signifikan, mencangkup kekerasan fisik maupun verbal. Kementerian Kesehatan RI, menyampaikan bahwa 62 persen anak Indonesia mengalami kekerasan verbal selama pandemi Covid-19, sedangkan 11 persennya mengalami kekerasan fisik. Penting untuk menekan terjadinya kasus tersebut supaya subjecktive well-being pada anak usia dini dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi mindset tumbuh ibu untuk meningkatkan subjective well-being pada anak usia dini di TK Bhakti PKK 2 Sayegan Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory sequensial design. Jumlah responden adalah 54 orang untuk data kuantitatifnya dan 6 subjek untuk data kualitatifnya. Hasil penelitian ini menunjukkan ada peningkatan subjective well-being pada anak usia dini di TK Bhakti PKK 2 Sayegan yang ibunya menerapkan komunikasi mindset tumbuh. Sedangkan bersarkan analisis kualitatif dapat disimpulkan Anak yang tumbuh dengan afeksi yang positif memiliki kebahagiaan subjective (subjective well-being) yang diharapkan.

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

A, Sahrah. (2014). Psikologi Perempuan Indonesia “Quo Vadis.†Empuesa. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Tadulakota.

Brock, Annie, & Hundley, Heather. (2018). In Other Words: Phrases for Growth Mindset: a Teacher’s Guide to Empowering Students Through Effective Praise and Feedback. Simon and Schuster.

Casas, Ferran. (2011). Subjective social indicators and child and adolescent well-being. Child Indicators Research, 4, 555–575.

Casas, FERRAN, Coenders, Germà , Cummins, Robert A., González, Mònica, Figuer, Cristina, & Malo, Sara. (2008). Does subjective well-being show a relationship between parents and their children? Journal of Happiness Studies, 9, 197–205.

Creswell, John W. (2010). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Diener, Ed, Inglehart, Ronald, & Tay, Louis. (2013). Theory and validity of life satisfaction scales. Social Indicators Research, 112, 497–527.

Fridja, N. (1996). Passions: Emotion and socially consequental behavior. Emotion: Interdisciplinary Perspectives. Lawrence Erlbaum Associates, 1–28.

Gross-Manos, Daphna, & Bradshaw, Jonathan. (2021). The association between the material well-being and the subjective well-being of children in 35 countries. Child Indicators Research, 1–33.

In, Mustadi A. (2012). Optimalisasi Peran Orang Tua dalam Character Building Anak dalam Setting Keluarga (p. 87). p. 87. Yogyakarta: IKAUNY PRESS.

Irzalinda, Vivi, Puspitawati, Herien, & Muflikhati, Istiqlaliyah. (2014). Aktivitas bersama orang tua-anak dan perlindungan anak meningkatkan kesejahteraan subjektif anak. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 7(1), 40–47.

Nahkur, Oliver, & Kutsar, Dagmar. (2022). The change in children’s subjective relational social cohesion with family and friends during the COVID-19 pandemic: A multinational analysis. Frontiers in Sociology, 7.

Noeman, Amazing Parenting. (2012). Menjadi Orang Tua Asyik Membentuk Anak Hebat. Jakarta: Noura Books.

Rahman, Muzdalifah M. (2013). Peran Orang Tua Dalam Membangun Kepercayaan Diri Pada Anak Usia Dini. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2).

Schimmel, Jörg. (2009). Development as happiness: The subjective perception of happiness and UNDP’s analysis of poverty, wealth and development. Journal of Happiness Studies, 10(1), 93–111.

Septiarti, S. Wisni. (2014). Peran Pendidik dan Sekolah dalam Pendidikan Karakter Anak. Diakses dari http://staff. uny. ac. id/sites/default/files/pengabdian.

Statistik, Badan Pusat. (2022). Badan Pusat Statistik. Retrieved from Badan Pusat Statistik website: https://www.bps.go.id/

Published
2023-04-13