Pola Hubungan Sosial dan Eksistensi Masyarakat Hindu Tolotang di Desa Kalosi Alau, Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan

  • Moch. Dienul Fajry Kadir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Indonesia
  • Hasbi Hasbi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Indonesia
  • Muh. Iqbal Latief Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Indonesia
Keywords: pola hubungan sosial, eksistensi kepmimpinan uwata, komunitas hindu tolotang

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang pola hubungan sosial dan eksistensi pada masyarakat benteng Tolotang di desa Kalosi alau kabupaten Sidrap. Istilah benteng Tolotang terdiri dari kata “Tolotang†dan “Bentengâ€. Tolotang berasal dari istilah toriolota yang disingkat menjadi rakyat dan riolota artinya untuk sekali kemudian disingkat menjadi nama Tolotang. Kemudian tolotang ini menjadi kepercayaan masyarakat setempat. Artikel ini juga mendeskripsikan keberadaan Hindu Tolotang dalam masyarakat Bugis, yang sebagian besar berdomisili di Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan. Tolotang pada awalnya adalah agama lokal kuno orang Bugis yang telah berafiliasi ke Hindu sejak tahun 1966, sehingga sekarang dikenal sebagai Hindu Tolotang. Pilihan mereka untuk berafiliasi ke Hindu disebabkan oleh tekanan dari komunitas agama lain selama beberapa abad. Masyarakat Benteng Tolotang merupakan komunitas masyarakat yang memiliki dua unsur, yaitu unsur Islam dan unsur Tolotang, mereka mengakui sebagai Tuhannya para Dewa SeuwaE Mereka dan Sawerigading sebagai Nabinya. Dan mereka memiliki kitab suci berupa lontara-lontara, memiliki pemmali-pemmali Benteng Tolotang yang dipimpin oleh seorang “Uwatta†sebagai tokoh informal. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus dengan mengambil informan sebanak 3 orang dengan observasi dan wawancara . Hasil penelitian ini menunjukkan struktur sosial Benteng Tolotang berdimensi dua yaitu vertikal dan horizontal, dan pola hubungan sosial dalam masyarakat Benteng Tolotang terdapat dua pola hubungan yaitu uwatta sebagai pemimpin spiritual dalam masyarakat mempercayai Benteng Tolotang dan uwatta sebagai pemimpin informal dalam masyarakat. Dengan demikian, keputusan para pemuka agama lokal Tolotang untuk berafiliasi ke dalam agama Hindu pada tahun 1966, sebenarnya memiliki landasan yang tepat. Implementasi perbedaan antara Hindu Tolotang dengan komunitas Hindu dari etnis lain disebabkan oleh prinsip desa (tempat), kala (waktu), dan patra (situasi dan kondisi), serta perbedaan yang diekspresikan dari konsep satwam (ketaatan), siwam (keagungan), dan sundaram (keindahan) dalam agama Hindu.

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Arfah, Muhammad., dan Faisal. (1991). Nilai-Nilai Luhur Budaya Spiritual Masyarakat Toani Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang.

Bahrun, Shaifuddin. (2002). Yang Terpinggirkan dan Tertekan Kepercayaan Tradisional Masyarakat Bugis To Lotang. Jurnal Asosiasi Tradisi Lisan, 7(8).

Creswell, John W. (2016). Research design: pendekatan metode kualitatif, kuantitatif, dan campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 5.

Faisal, Sanapiah. (2003). Format-format penelitian sosial.

Gottdiener, Mark, & Budd, Leslie. (2005). Key concepts in urban studies, sage publication. London, Thousand Oaks, and New Delhi.

Hamid, Abu. (1985). Nilai-nilai Budaya dan Perubahan Sosial: SuatuPengenalan Budaya Sulsel. Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.

Jamaludin, Adon Nasrullah. (2015). Sosiologi perkotaan: memahami masyarakat kota dan problematikanya. Pustaka Setia.

Moleong, Lexy J. (2017). Metode penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nasrullah Jamaluddin, Ardon. (2015). Sosiologi Perdesaan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Pendidikan, Departemen. (n.d.). Kebudayaan. 1976-1977. Geografi Budaya Daerah Sulawesi Selatan. Balai Pustaka. Jakarta.

Pontoh, Nia K., & Kustiwan, Iwan. (2009). Pengantar perencanaan perkotaan. Bandung: Penerbit ITB.

Putra, Ghoustanjiwani Adi. (2019). “Socio Spatial Approach” Sebagai Metode Analisa Ruang Publik Sosial Sebagai Dinamika Kota Yang Terbentuk Dari Habitus Aktor Marginal Di Era Industri 4.0. Prosiding SEMSINA, IV–131.

Ritzer, George. (2001). Sosiologi ilmu berparadigma ganda. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Ritzer, George. (2008). Teori Sosiologi Modern George Ritzer Dan Douglas J. Goodman. Edited by Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Soares, Lucas, Rustiadi, Ernan, & Mulatsih, Sri. (2017). Analisis disparitas dan interaksi spasial di Timor-Leste. Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Perdesaan), 1(1), 74–86.

Soekanto, Mardhani. (2004). Sosial Budaya Masyarakat Indonesia. Penerbit Gramedia Pustaka Jakarta.
Sunindhia, Y. .. (2007). Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.
Published
2023-05-16