Era Pembelajaran Daring: Kesadaran Akan Jati Diri Anak Asli Papua yang Berubah
Abstract
Merebaknya virus covid-19 atau lebih dikenal dengan corona mengguncangkan semua sendi kehidupan termasuk pendidikan di atas Tanah Papua. Virus ini tidak memandang usia, pangkat, jabatan. Apa pun dia, siapa pun dia, semua memiliki peluang untuk terserang.
Virus ini memaksa kehidupan sosial harus berubah, termasuk metode pembelajaran yang mengantar orang asli Papua mengalami perubahan paradigma kehidupan. Selama ini, pendidik di Papua selalu menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu tatap muka di kelas antara guru dengan murid atau dosen dengan mahasiswa. Proses pembelajaran, diskusi, tanya-jawab, dan bimbingan semua berlangsung tatap muka. Sekarang harus menggali diri kepada metode belajar dalam jaringan atau disingkat daring (online).
Lompatan itu bukanlah berarti apa-apa untuk dunia Pendidikan di Tanah Papua, terutama bagi tenaga pengajar yang masih muda-muda, karena mereka memang generasi yang tumbuh pada era digital atau jaringan. Sementara tenaga pengajar yang sudah lanjut usia dipaksa harus berlari menyesuaikan diri dengan cara baru itu. Walaupun tampak kedodoran, mereka harus siap untuk ikut perubahan.
Bagaimana dengan pendidikan tingkat dasar, seperti SD dan SMP apalagi di daerah pedalaman? Tentu saja akan seru sekali jadinya karena pembelajaran daring di samping diperlukan kemampuan mengoperasionalkan jaringan dengan perangkatnya, juga harus dibekali pedagogi daring, sebab pedagogi daring sendiri belum menjadi bahan baku pembelajaran selama ini.
Untuk tingkat SD masih sedikit tertolong karena orang tua mereka, terutama ibu-ibu, selalu mendampingi anaknya belajar. Walaupun orang tuanya tidak begitu menguasai penggunaan perangkat, mereka masih bisa diajak bekerja sama untuk membimbing anak-anaknya. Akan tetapi, menjadi persoalan tersendiri bagi anak-anak, bahwa ternyata tidak semua ibu bisa menjadi pendamping yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan, cara ibunya mengajar membuat mereka tertekan secara psikologis, malah ada yang berontak dengan membuat puisi agar corona cepat berlalu supaya bisa bertemu guru.
Sementara itu, guru SMP dan SMA mengeluh karena ada topik-topik tertentu yang sulit didaringkan. Alasannya, transformasi kognisi bisa dilakukan dengan daring, sementara transformasi afeksi masih banyak kendala yang dihadapi. Tentu ini merupakan tantangan tersendiri antara guru dan murid yang sudah beda zaman dan tantangan. Media daring menjadi titik perubahan jati diri dan system pembelajaran.
Downloads
References
Edureligia
Arif, Rohman. (2009). Memahami pendidikan & ilmu pendidikan. Yogyakarta: Laks
Bang Mediatama.
Briggs, Leslie J. (1977). Instructional design, educational technology publications. Inc.
New Jersey : Englewood Cliffs.
Febianti, Yopi Nisa. (2018). Peningkatan motivasi belajar dengan pemberian reward
and punishment yang positif. Jurnal Edunomic.
Goleman, D. (2016). Kecerdasan emosional, mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta:
PT Gramedia Utama.
Gredler, M. E. (2013). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Idrus, L. (2019). Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran. Adaara: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, https://doi.org/ajmpi
Kellen, Roy. (1998). Effective teaching strategies- lesson from research and practice.
Second edition. Australia: Social Science Perss.
Munif Chatib dan Alamsyah Said. (2012). Sekolah anak-anak Juara Berbasis
Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Mizan Media
Utama.
Nurul, Fithriyah Hidayati dan Novianni Anggraini. (2015). Perkembangan peserta
didik. Kartasura: Fataba Press.
Oktawirawan, D.H. (2020). Faktor Pemicu Kecemasan Siswa dalam Melakukan
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.932
Reza, Justinus Prasetyo dan Yeny Andriani. (2009). Multiply your multiple
intelligences (melatih 8 kecerdasan majemuk pada anak dan dewasa).
Sugiyono. (2015).Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tafonao, Talizaro. (2018). Peranan media pembelajaran dalam meningkatkan minat
belajar mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan
Webb, N. L. (1992). Assessment of Students’ Knowledge of Mathematics: Step Toward
A Theory. University of Wisconsin, Madison
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Copyright (c) 2023 Hetwi Marselina Saerang, Herry Sumual, Eli Jeini Usoh , Viktory Nicodemus Joufree Rotty
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.