Rasio Prategang Parsial (PPR) Minimum Berdasarkan Kontrol Lebar Retak Pada Balok Lentur Beton Prategang Parsial Pasca Tarik

  • Syaiful Ashari Program Magister Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jakarta
  • Resmi Bestari Muin Program Magister Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jakarta
Keywords: prategang parsial, PPR, tegangan tarik, lebar retak

Abstract

Pengurangan gaya prategang pada beton prategang penuh akan mengakibatkan tegangan tarik yang makin besar, sehingga diperlukan baja non prategang yang dapat memberikan kontribusi terhadap kapasitas lentur yang dibutuhkan dan juga mengendalikan lebar retak pada balok. Walaupun SNI 03-2847-2019 membolehkan penggunaan beton prategang parsial namun belum mensyaratkan rasio prategang parsial (PPR) minimum. Oleh karena itu dilakukan studi analisis untuk mengetahui PPR minimum terkait kontrol lebar retak yang disyaratkan. Studi kasus dilakukan pada PPR 0.0 sampai dengan 1.0 terhadap desain parameter yang sudah disajikan meliputi : pembebanan, penampang properties dan material properties. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa lebar retak dipengaruhi dari tegangan tarik baja yang terjadi pada kondisi retak, fs  dan nilai momen inersia retak penampang beton, Icr. Lebar retak (w) yang terjadi pada semua bentang (L = 20 m, 25 m, 30 m) pada setiap PPR (0.0 – 1.0) memiliki nilai lebar retak yang lebih kecil dibandingkan lebar retak ijin yang direkomendasikan ACI Committee 224 (wmax = 0.410 mm). Pada hasil studi kasus PPR 0.0 sampai dengan PPR 1.0, untuk mencegah retak akibat pengaruh beban mati (DL) dan terjadi retak yang disyaratkan akibat pengaruh beban layan (DL+LL) nilai PPR minimum yang dihasilkan bervariasi yaitu : PPR = 0.60 (balok bentang 20 m), PPR = 0.70 (balok bentang 25 m), PPR = 0.80 (balok bentang 30 m). Dari hasil studi kasus ini disimpulkan bahwa Nilai PPR minimum dapat dihitung dengan perbandingan rasio antara momen akibat beban mati (DL) terhadap nilai momen akibat beban total (DL+LL) pada kondisi ultimit.  

Downloads

Download data is not yet available.

References

Chowdhury, S. H. (2001). Crack Width Predictions of Reinforced and Partially Presetressed Concrete Beams : a Unified Formula. Structural Engineering, Mechanics and Computation, 327-333.

Dilger, W. H., & Suri, K. M. (1986). Steel Stresses in Partially Prestressed Concrete Members. PCI Journal, 89-112.

El Shahawi, M., & Batchelor, B. D. (1986). Design methods for partially prestressed concrete-a review. CAN. J. CIV. ENG. VOL.14, 269-277.

Grebovic, R. S. (2012). Stresses in Prestressing Steel of Partially Prestressed Element with Cracks. Scientific Conference, 240-247.

Gunasinghe, M. K. (2017). Estimation of Flexural crack width in Prestressed Beams. Sri Lanka Institute of Information Technology, 1-5.

Kusuma, G. H., Tjio, V. S., & Pudjisuryadi, P. (2000). Perhitungan Lebar Retak pada Balok Pratekan Parsial Dengan Unified Approach. Dimensi Teknik Sipil Vol. 2, 9-21.

Lee, D. H., Han, S. J., Joo, H. E., & Kim, K. S. (2018). Control of Tensile Stress in Prestressed Concrete Members Under Service Loads. International Journal of Concrete Structures and Materials, 1-17.

Mast, R. F. (1998). Analysis of Cracked Prestressed Concrete Sections: A Practical Approach. PCI Journal, 80-91.

Moustafa, S. E. (1977). Design of Partially Prestressed Concrete Flexural Member. PCI Journal, 12-29.

Nawy, E. G., & Huan, P. T. (1977). Crack and Deflection Control of Pretensioned Prestressed Beams. PCI Journal, 30-47.

Nilson, A. H. (1976). Flexural Stresses After Cracking in partially Prestressed Beams. PCI Journal, 72-81.
Published
2022-10-20