MIME-Version: 1.0 Content-Type: multipart/related; boundary="----=_NextPart_01D9BE2C.263C6130" ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.htm Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/html; charset="us-ascii"

Syntax Lite= rate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 7, Juli 2023

 =

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SLB NEGERI 1 NGAWI

 

Azizunnisak Hidayati Wahyuna

STIT Islamiyah KP Paron Ngawi, Indonesia

Email: azizunnisakwahyuna= 4@gmail.com

 

Abstrak

Penelitian ini mendeskripsikan tenta= ng Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pa= da Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB Negeri 1 Ngawi Tahun Pelajaran 2022/2= 023, dilaksanakan di SLB Negeri 1 Ngawi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari 3 informan diantaranya: Waka Kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam, dan Orang tua wali murid. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, Teknik analisis data dengan model analisis interaktif. Sedangkan Validasi data menggunakan triangulasi, dengan jenis triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan Implementasi kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi berjalan cu= kup baik. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan membentuk kelas menjadi fase-fase perkembangan anak. Sekolah terlebih dahulu melaksanakan asesmen p= ada anak. setelah itu anak dapat mengetahui fase perkembangannya dan dapat menempati kelasnya masing-masing. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berja= lan kondusif inovatif karena guru menggunakan media dan metode yang variatif. Kondisi anak menjadi faktor penghambat paling utama dalam penerapan kutikul= um Merdeka di SLB, akan tetapi dengan kurikulum Merdeka memberikan keluwesan p= ada guru dalam proses penilaiannya sehingga kompetensi anak dapat tereksplorasi dengan baik.

 

Kata kunci: Kurikulum Merdeka, Pendidikan Agama Is= lam, Anak Berkebutuhan Khusus.

 

Abstract <= /p>

This research describes the implementation of the Mer= deka Curriculum in Islamic Religious Education Learning for Children with Special Needs (ABK) at SLB Negeri 1 Ngawi in the 2022/2023 academic year, conducted= at SLB Negeri 1 Ngawi. The method used is a qualitative method. The research subjects consist of three informants, including the Curriculum Vice Princip= al, Islamic Religious Education teacher, and parents/guardians of the students. Data collection methods include observation, interviews, and documentation,= and the data analysis technique follows an interactive analysis model. Data validation is conducted using triangulation, specifically triangulation of sources. The research findings show that the implementation of the Merdeka Curriculum at SLB Negeri 1 Ngawi is running fairly well. The learning proce= ss is adjusted by forming classes based on the developmental stages of the children. The school first assesses the children, allowing them to understa= nd their developmental phase and be placed in their respective classes. The implementation of Islamic Religious Education learning is conducive and innovative as teachers use various media and methods. The children's condit= ions become the main hindering factor in the application of the Merdeka Curricul= um at SLB, but with the Merdeka Curriculum, teachers have flexibility in the assessment process, allowing for better exploration of the children's competencies.

 

Keywords: Curriculum Merdeka, Islamic Religious Education, Special Needs Children.

 

Pendahuluan

Pendid= ikan menjadi sebuah hal yang terus terbaharukan. Segala bentuk perubahan dan ino= vasi dilakukan baik pada sistem pengelolaannya maupun mekanisme pelaksanaannya <= w:Sdt DocPart=3D"DefaultPlaceholder_-1854013440" SdtTag=3D"MENDELEY_CITATION_v3_eyJwcm9wZXJ0aWVzIjp7Im5vdGVJbmRleCI6MH0sImN= pdGF0aW9uSUQiOiJNRU5ERUxFWV9DSVRBVElPTl9lNmQ0OTYyZS1mMzdhLTRiZTEtYWUyZi01OD= AwZWM5ZDBjNWIiLCJpc0VkaXRlZCI6ZmFsc2UsImNpdGF0aW9uSXRlbXMiOlt7ImlkIjoiOTZmN= GM4NjUtM2RlZi0zZTIzLTk4NTYtNmYwZTgzYmQyZjgxIiwiaXNUZW1wb3JhcnkiOmZhbHNlLCJp= dGVtRGF0YSI6eyJ0eXBlIjoiYXJ0aWNsZS1qb3VybmFsIiwiaWQiOiI5NmY0Yzg2NS0zZGVmLTN= lMjMtOTg1Ni02ZjBlODNiZDJmODEiLCJ0aXRsZSI6IkFzc2Vzc2luZyBPcmdhbml6YXRpb25hbC= BDdWx0dXJlOiBBbiBJbXBvcnRhbnQgU3RlcCBmb3IgRW5oYW5jaW5nIHRoZSBJbXBsZW1lbnRhd= GlvbiBvZiBKdW5pb3IgSGlnaCBTY2hvb2wtQmFzZWQgUGVzYW50cmVuIiwiYXV0aG9yIjpbeyJm= YW1pbHkiOiJQcmFzZXR5byIsImdpdmVuIjoiTXVoYW1tYWQgQW5nZ3VuZyBNYW51bWFub3NvIiw= icGFyc2UtbmFtZXMiOmZhbHNlLCJkcm9wcGluZy1wYXJ0aWNsZSI6IiIsIm5vbi1kcm9wcGluZy= 1wYXJ0aWNsZSI6IiJ9LHsiZmFtaWx5IjoiQW53YXIiLCJnaXZlbiI6IktoYWlydWwiLCJwYXJzZ= S1uYW1lcyI6ZmFsc2UsImRyb3BwaW5nLXBhcnRpY2xlIjoiIiwibm9uLWRyb3BwaW5nLXBhcnRp= Y2xlIjoiIn1dLCJjb250YWluZXItdGl0bGUiOiJBbC1Jc2hsYWg6IEp1cm5hbCBQZW5kaWRpa2F= uIiwiSVNTTiI6IjI1OTctOTQwWCIsImlzc3VlZCI6eyJkYXRlLXBhcnRzIjpbWzIwMjFdXX0sIn= BhZ2UiOiI2NDYtNjU5IiwiaXNzdWUiOiIxIiwidm9sdW1lIjoiMTMiLCJjb250YWluZXItdGl0b= GUtc2hvcnQiOiIifX1dLCJtYW51YWxPdmVycmlkZSI6eyJpc01hbnVhbGx5T3ZlcnJpZGRlbiI6= ZmFsc2UsIm1hbnVhbE92ZXJyaWRlVGV4dCI6IiIsImNpdGVwcm9jVGV4dCI6IihQcmFzZXR5byA= mIzM4OyBBbndhciwgMjAyMSkifX0=3D" ID=3D"-1401052554">(Prasetyo & Anwar, 2021). Hal ini bertujuan= agar pendidikan dapat terus relevan seiring perubahan zaman. Pendidikan juga har= us dapat ditempuh oleh pelajar yang memiliki keterbatasan fisik maupun psikis = (Maftuhin & Fuad, 2018).

Pendid= ikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap warga negara (Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo, 2018). Pem= erintah juga harus menyediakan Pendidikan yang layak serta berkualitas agar dapat dinikmati apapun kondisi yang dihadapi setiap warganya (Primadata & Kusumawati, 2014).

Pengem= bangan potensi diri sesuai bakat yang dimiliki masing-masing anak juga menjadi tol= ak ukur perubahan Pendidikan. Pendidikan menjadi suatu elemen yang wajib dipen= uhi dalam penyelenggaraan suatu negara (Hidayati, 2016). Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam rangka mengembangkan potensi dalam dir= inya sesuai minat yang bakat yang dimilikinya (Nihayah, 2015).

Allah = SWT telah menegaskan kepada hamba-Nya tentang keutamaan dalam menuntut ilmu. Sebagai= mana telah dinyatakan dalam Q.S Al-Mujadalah ayat 11, yang menyatakan:

&= nbsp;

¡= 0;ٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْل= 14; لَكُمْ تَفَسَّحُو¡= 8;ا فِى الْمَجٰلِس¡= 6; فَافْسَحُو¡= 8;ا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُو¡= 8;ا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْ = 6;َ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْ = 6;َ خَبِيْرٌ =

=  

Artinya: “Hai Orang-orang yang beriman tatkala dikatakan padamu: “Berlapang-lapangla= h kamu dalam suatu majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan mengkarunia= kan kelapangan padamu. Dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu”, Ma= ka berdirilah, niscaya Allah Akan meninggalkan orang-orang yang beriman dianta= ramu dan orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q= .S Al-Mujadalah: 11).

 

Dalam pendidikan formal tidak hanya bermuatan mata pelajaran umum saja akan tetapi juga diberikan pendidikan agama islam (Daulay, 2016). Pendidikan agama islam mer= upakan suatu bentuk usaha sadar dan terstruktur dalam menyiapkan pelajar agar mengetahui, memahami, meresapi, mengimani, bertakwa, beradab, mengamalkan i= slam dengan sumber kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui pembelajara= n, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dengan demikian Mata pelajaran Pendid= ikan agama islam dapat dijadikan sebagai landasan bagi peserta didik.

Pendidik= an semestinya dapat dijangkau oleh setiap warga negara tak terkecuali bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik maupun psikis (Bosco, 2018). Hal itu dikuatkan dengan = dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang Pendidikan khusus.

Pendidik= an tidak hanya difokuskan pada orang dengan kesempuraan fisik saja, akan tetapi juga orang-orang dengan keterbatasan. Memberikan pembelajaran pada anak-anak Berkebutuhan Khusus (ABK) juga sebuah kewajiban yang harus terpenuhi (Darma & Rusyidi, 2015). Penerapan pembelaja= ran dan strategi yang digunakan tentunya berbeda dari pembelajaran lainnya. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah salah satu pembelajaran wajib, karena dapat memberikan wadah bagi anak memahami ajaran islam sehingga mere= ka dapat mengamalkan pada kehidupannya sehari-hari.

Persamaa= n hak terhadap Anak-anak Berkebutuhan Khusus dalam mendapatkan Pendidikan dapat dilihat dari munculnya sekolah-sekolah Luar Biasa (SLB) yang dapat memberik= an layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dengan disedaiakannya SLB, Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus akan lebih maksimal karena peseta didik akan masuk dalam klasifikasi kelompok belajar yang tepat.

Selain ketersediaan sebuah tempat yang tepat, diburuhkan juga suatu sistem pembelajaran yang sesuai. Sistem yang dimaksud tidak lain adalah kurikulum. Kurikulum merupakan suatu perangkat yang disusun secara terencana agar pros= es pembelajaran dalam naungan suatu Lembaga Pendidikan berjalan secara efektif= (Firdaus & Husni, 2021).

Kurikulum terbaru pada sistem Pendidikan sekarang ialah Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang menekankan pada kebebasan pada lembaga pendid= ikan dalam memaksimalkan potensi dan intelektual siswa yang bersifat luwes, natu= ral, fleksibel, demokratis dan menyenangkan (Mustaghfiroh, 2020).

Berdasar= kan observasi awal yang dilaksanakan pada hari Selasa, 04 April 2023. Ibu TR se= laku Kepala Sekolah menuturkan bahwa di SLB Negeri 1 Ngawi menyediakan pendidikan pada semua jenjang pendidikan mulai dari TK hingga SMA. Pada tingkatan SMP sudah melaksanakan kurikulum merdeka mulai tahun 2021.

 Bapak BM selaku guru pelajaran PAI menambahkan dalam pelaksanaan pembelajaran guru menyiapkan perangkat pembelajaran secara mandiri. Kendala pelaksanaan pembelajaran kurikulum mer= deka terletak pada dimana pembelajaran berbeda dengan sekolah reguer. Di SLB pembelajaran harus menyesuaikan dengan kemampuan siswa di kelas (Wijayanti, Yuwono, Irawan, & Hanani, 2022). Sarana penunjang seperti metode dan media harus dibuat menarik dan tidak membosankan untuk anak.

 Pembelajaran tidak hanya dilaksanak= an di dalam kelas. Siswa penyandang tunarungu-wicara juga diajarkan tentang pengenalan pendidikan diluar lingkungan sekolah (POTIKA, 2022). Seperti pengenalan denga= n cara berdagang untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak pada masyarakat. Hal= itu sejalan dengan prinsip kurikulum merdeka dengan membebaskan pelaksanaan pendidikan ke sekolah.

Dalam ha= l ini penulis tertarik melakukan penelitian di SLB NEGERI 1 Ngawi. Sekolah ini menyediakan Pendidikan khusus pada ABK sesuai dengan kebutuhannya dan menggunakan kurikulum merdeka seperti halnya sekolah reguler lainnya.

Berdasar= kan hasil Observasi yang telah dilakukan oleh penulis di atas, penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul skripsi yang membahas tentang “Implemen= tasi Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB NEGERI 1 Ngawi Tahun Pelajaran 2022/2023”.

 =

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dalam penelitian tentang implementasi kurikulum merdeka Pendidik= an Agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Ngawi.

Tempat dan Waktu penelitian: Penelitian ini dilaksana= kan di SLB NEGERI 1 Ngawi, Jl. Trunojoyo. Sejak tanggal 10 Maret 2023. Subjek dalam penelitian ini Sumber utama yang dapat memberikan informasi data yang diperlukan untuk mengeksplor masalah-masalah dalam penelitian. Sumber utama yang menjadi subjek dalam penelitian ini ialah Guru Pendidikan Agama Islam = dan Budi pekerti. Sedangkan informan adalah Sumber yang dapat memberikan informasi-informasi tambahan yang bersifat mengetahui masalah-masalah dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah Waka Kurikulum dan Orang T= ua Wali murid.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti melakuakan observasi dan wawancara dengan menggunakan pengamatan dan pencat= atan poin-poin penting agar mendapatkan data secara langsung terhadap objek penelitian.  Observasi ini dil= akukan agar mendapatkan data tentang penerapan kurikulum merdeka pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap anak berkebutuhan khusus. Pada penelitian i= ni, pelaksanaan observasi dilaksanakan di kelas.

Teknik analisis data dilakukan secara sisteatis dan k= ritis. Sehingga data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan. dengan melakukan langkah       = ;    perpanjangan pengamatan atau observasi, melakukan observasi (pengamatan) secara tekun dan triangulasi.

 =

Hasil dan Pembahasan

Setelah ditemukan beberapa data yang di, baik melelui proses observasi, interview maupun dokumentasi, maka peneliti akan menganalisa temuan yang ada dan memodifikasi teori yang ada kemudian membangun teori-teori yang baru serta menjelaskan tentang implikasi-implikasi dari hasil penelitian tentang implementasi kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pa= da Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB Negeri 1 Ngawi tahun pelajaran 2022/2= 023.

Sebagaim= ana dipaparkan pada teknik analisis data dalam penelitian, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif sehingga peneliti memperoleh data ba= ik secara observasi, wawancara dan dokumentasi dari beberapa pihak yang menget= ahui tentang data-data yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun hasil-hasil temuan datanya sebagai berikut:

1.&n= bsp;    Implementasi Kurikulum Merdeka Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi

Dalam mengimplementasikan kurikulum Merdeka instansi sekolah pastinya harus melaksanakan persiapan untuk menunjang berbagai macam hal yang meliputi perbedaan dengan kurikulum sebelumnya dan asesmen pada siswa. Berdasarkan h= asil wawancara dengan Ibu YN selaku Waka Kurikulum SLB Negeri 1 Ngawi menyatakan bahwa:

“Perbedaan dengan kurikulum sebelumnya adalah dalam penentuan fase di sekolah reguler sesuai jenjang seperti fase A dan B untuk SD. Sedangkan pada Anak Berkebutuhan Khusus menyesuaikan dengan kemampuan anak. Sebelum diterapkan kurikulum Merdeka sekolah membentuk tim asesmen untuk melakukan pengkategorian anak sesuai de= ngan fasenya mulai dari jenjang TK sampai SMA, hal itu bertujuan agar anak mendapatkan porsi materinya dan tidak loncat jenjang.” (Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, pukul 11.03)

B= apak BM juga mengatakan:

“Kurikulum sebelumnya menun= tut guru dan siswa sama-sama aktif. Sedangkan kurikulum Merdeka guru bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan seluruh kebutuhan siswa.” (Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pu= kul 10.13)

 

Penerapan pembelajaran pada anak dilakukan dengan berdasarkan = fase perkembangan anak. Setiap kelas berisikan siswa dengan ketunaan dan fase ya= ng sama. Hal ini Ibu YN mengatakan bahwa:

“Setiap anak memiliki karakteristik yang beragam. Dalam hal ini sekolah melakukan asesmen terlebih dahulu agar anak dapat belajar sesuai dengan fase perkembangannya. Berbeda dengan siswa regu= ler dimana fase-fase diperuntukkan sesuai dengan usia dan jenjang, sedangkan di= SLB berbeda harus dilakukan asesmen terlebih dahulu untuk melihat siswa masuk kedalam kategori dan dapat ditempatkan pada kelasnya. Setelah asesmen dilak= ukan anak bisa langsung masuk pada kelasnya masing-masing” (Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, pukul 11.07)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Waka kurikulum dan G= uru PAI menunjukan bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa hal yang harus dipersiapkan, diantaranya: mengetahui perbedaan kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya, melaksanakan asesmen pada anak dan pembagianan kelas = yang sesuai fase-fase perkembangan anak.

Perbedaan kurikulum merdeka dengan kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya terdapat pada peran guru dan murid. Dimana sekarang gu= ru cenderung sebagai fasilitator yang dapat memenuhi kebutuhan siswa. Proses asesmen dilakukan untuk menentukan kategori anak pada tiap fasenya, setelah anak melalui proses asesmen dapat ditempatkan pada kelas dengan fasenya masing-masing.

2.&n= bsp;    Pembelajaran Pendidik= an Agama Islam pada kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi<= /p>

Kompetensi dasar tentang Anak Berkebutuhan Khusus merupakan salah satu syarat guru unt= uk dapat bisa mengajar di SLB. Terutama pada guru umum seperti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ibu YN mengatakan:

“Guru yang mengajar di SLB merupakan Guru yang memiliki kemampuan dalam mengajar Anak Berkebutuhan Khu= sus, kecuali pada beberapa mata pelajaran umum seperti PAI dan PJOK. Untuk guru = yang belum memiliki kompetensi Pendidikan Luar Biasa dituntut belajar beradaptasi sendiri menyesuaikan kebutuhan anak”( Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, puk= ul 11.09)

 

Peneliti juga mewawancarai Bapak BM selaku guru Pendidikan Aga= ma Islam, mengatakan:

&= #8220;Saya dapat mengajar karena sering melihat guru lain mengajar ke anak-anak. Awaln= ya saya juga kebingungan, tapi seiring berjalannya waktu dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan keadaan yang dibutuhkan anak”( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24= Mei 2023, pukul 10.18)

<= o:p> 

Pemilihan metode dan media yang tepat juga dapat menentukan keberhasilan anak dalam memahami tiap materi yang disampaikan. Bapak BM menyampaikan :

“Cara penyampaian materi untuk guru yang mem= iliki kompetensi Pendidikan Luar Biasa langsung menggunakan bahasa isyarat. Sedan= gkan saya sedikit-sedikit bisa, untuk beberapa materi langsung menggunakan media poster, gambar, video melalui LCD Proyektor, dan langsung melakukan demonst= rasi pada materi fikih seperti Wudhu dan sholat”( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.19)

 

<= o:p> 

Dalam melihat tingkat keberhasilan siswa menerima materi dapat dilakukan dengan dengan standard yang telah ditetapkan pemerintah, instansi terkait maupun penilaian secara langsung dengan pengamatan pada anak. Ibu YN menyampaikan:

&= #8220;Proses penilaian di SLB menyesuaikan pada Capaian Pembelajaran (CP). Jika dalam CP dinyatakan tuntas berarti anak dinyatakan tuntas. Jika masuk pada sistem kedinasan maka setiap anak akan tetap naik jenjangnya akan tetapi tetap den= gan fase yang ditempuh sebelumnya”( Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, pukul 11.11)

<= o:p> 

B= apak BM menuturkan:

“Dalam kurikulum Merdeka penilaian pada anak tidak bersifat mengikat. Anak dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu aktif menjawab dengan salah sudah dianggap aktif, sekedar ikut dan aktif sekaligus menjawab dengan benar tentu dengan nilai yang lebih baik.”( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.21)

 

&= #8220;Setiap anak yang sudah menginjak kelas 5 keatas sudah dapat melaksanakan sholat se= cara mandiri. Anak juga sudah mengetahui waktu masuk sholat, rukun dan jumlah roka’atnya”( Wawancara dengan Bapak BM, ta= nggal 24 Mei 2023, pukul 10.24)

<= o:p> 

Peneliti juga melakukan wawancara kepada orang tua wali murid.= Ibu MS mengatakan:

&= #8220;Saya melihat anak saya sudah dapat melaksanakan sholat sendiri, terkadang pada s= aat saya mengaji anak saya mengikuti dengan cara meneruskan lanjutan ayatnya”( Wawancara dengan Ibu MS, tanggal 30 Mei 2023, pukul 07.29

<= o:p> 

I= bu YE juga menuturkan:

&= #8220;Dulu dibimbing dahulu dalam pelaksanaan ibadah. Akan tetapi sekarang pelan-pelan sudah bisa. Mungkin sedikit terkendala karena susah bic= ara”( Wawancara dengan Ibu YE, tanggal 30 Mei 2023, pukul 09.33)

<= o:p> 

Ibu JM mengatakan:

“Anak saya perlu ada pendampingan, akan teta= pi sudah mengetahui rukun dan jumlah roka’at dalam sholat”(= Wawancara dengan Ibu JM, tanggal 30 Mei 2023, puk= ul 08.21)

 

Berdasarkan wawancara diatas menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi dimulai dengan penetapan kompetensi dasar pada guru pengampunya. Guru dituntut secara cepat belajar dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kond= isi anak.

Media dan metode yang dipakai sudah cukup variatif mulai dari penggunaan gambar, penyajian video dengan LCD Proyektor sampai penggunaan metode demonstrasi pada materi elemen fikih. Sehingga memudahkan dalam mema= hami dan mengingat terlepas dari beberapa keterbatasan yang dimiliki anak.

Proses penilaian pada kurikulum Merdeka dinilai lebih memudahk= an guru. Karena pada dasarnya penilaian pada kurikulum Merdeka bersifat tidak mengikat. Penilaian didasarkan pada Capaian Pembelajaran (CP) yang telah di= buat dengan fase-fase dengan klasifikasi berbeda-beda. Guru hanya perlu melihat = tingkat keaktifan anak. Perkembangan pada anak juga dirasakan orang tua dengan meli= hat beberapa aktivitas yang dapat dilaksanakan anak secara mandiri.

3.&n= bsp;    Faktor pendukung dan penghambat penerapan kurikulum Merdeka Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri= 1 Ngawi

Dalam melaksanakan kebijakan yang baru tentu tak lepas dari berbagai macam hambat= an. Apalagi alam penerapan kurikulum Merdeka di SLB dimana guru dihadapkan deng= an anak dengan keterbatasan. Hal ini sejalan dengan apa yang dituturkan oleh I= bu YN bahwa :

“Kurikulum disini diterapkan dengan menyesuaikan kemampuan siswa. Belum lagi guru harus membuat Capaian Pembelajaran, mencari materi dan menemukan metode pembelajaran yang tepat u= ntuk anak. SLB juga belum dibekali buku penunjang”( Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 23 Mei 2023, puk= ul 11.24)

 

B= apak BM juga menyebutkan bahwa :

&= #8220;Pembelajaran menyesuaikan kondisi pada anak. Seperti misal ada materi sholat,. Ada beberapa kategori siswa yang siap dan belum siap, sehingga untuk anak y= ang belum siap cenderung masih asik bermain”( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.42)

<= o:p> 

Peneliti wawancara dengan orang tua wali yang diampu oleh bapa= k BM, Ibu MS menuturkan:

&= #8220;Untuk melakukan aktivitas mengalami kesulitan, karena perbendaharaan katanya sedi= kit dan perjalanan pengetahuannya lebih lambat dari anak la= in”( Wawancara dengan Ibu MS, tanggal 30 Mei 2023, pukul 07.31)

<= o:p> 

Ibu YE juga mengatakan:

&= #8220;anaknya sebenarnya pinter, pengen tau banyak hal dan pengen memiliki. Akan tetapi b= elum bisa ngomong dalam artian untuk bicara masih susah. ketika di rumah susah <= span class=3DGramE>belajar”( Wawancara dengan Ibu YE, tanggal 30 Mei 2023, pukul 09.37)

<= o:p> 

Ibu JM menuturkan:

&= #8220;anak saya masih semaunya sendiri, jadi sulit uintuk diperintah. Masih perlu bimbingan dan pendampingan. Faktor mood juga mempengaruhi anak saya dalam belajar atau dalam aktivitas lainnya, ketika pergantian guru atau ruanagan juga susah menerima”( Wawancara d= engan Ibu JM, tanggal 30 Mei 2023, pukul 08.31)

Selain faktor penghambat yang dirasakan oleh beberapa pihak ya= ng berkaitan dengan implementasi kurikulum merdeka pembelajaran pendidikan agama islam terdapat juga faktor pendukung yang telah dirasakan. Ibu YE mengatakan:

&= #8220;Instansi dibekali Capaian Pembelajaran dengan mengedepankan fase-fase pada pembagian kelasnya jadi proses penilainnya lebih mudah”( Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, pukul 11.44)

<= o:p> 

B= apak BM menuturkan:

&= #8220;Penilain dikurikulum terbaru ini bersifat tidak terikat, jadi lebih memudahkan guru pengajar. Beberapa fasilitas sekolah juga mendukung proses pembelajaran"( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.45)

<= o:p> 

Selain itu peneliti juga mewawancarai orang tua wali murid diantaranya, Ibu MS menyebutkan:

&= #8220;Anak sekarang jauh lebih nyaman, kadang sekolah libur anak masih bersemangat unt= uk masuk sekolah. Dari anaknya sendiri lebih aktif”( Wawancara dengan Ibu MS, tanggal 30 Mei 2023, pukul 07.32)

<= o:p> 

I= bu YE juga mengatakan:

&= #8220;Dari anaknya sendiri rasa ingin tahunya tinggi. Mungkin dirumah susah belajar, a= kan tetapi ketika di sekolah mendengarkan gurunya dan patuh dengan perintah gurunya”( Wawancara dengan Ibu YE, tanggal 30 Mei 2023, pukul 09.40)

<= o:p> 

I= bu JM juga menuturkan :

&= #8220;Anak dapat belajar dari teman-temannya yang lain dan terkadang itu dapat menaikan semangat dari anak dalam belajar”( Wawanca= ra dengan Ibu JM, tanggal 30 Mei 2023, pukul 08.33)

<= o:p> 

Hasil informasi yang penulis dapatkan dari pernyataan diberika= n oleh waka kurikulum bahwa hambatan yang dirasakan pada penerapan kurikulum Merde= ka di SLB Negeri 1 Ngawi adalah penyesuaian kurikulum dengan kondisi yang diha= dapi anak. Keterbatasan bahan ajar guru dituntut untuk mencari sumber materi, me= dia dan metodenya sendiri. Sekolah harus memiliki kompetensi dalam mengkategori= kan anak sesuai fase-fasenya.

Hasil wawancara pada guru PAI menunjukan bahwa hambatan yang dirasakan adalah perlu adanya penyesuian pembelajaran terhadap kondisi anak, guru juga perlu lebih variatif dalam memilih media dan metode pembelajaran = yang diterapkan pada anak. Guru PAI yang secara umum belum memiliki kompetensi pendidikan luar biasa menuntut untuk bisa beradaptasi sendiri dengan kebutu= han lapangan.

Kebebasan instansi dalam menentukan sistem pembelajaannya send= iri yang sesuai dengan kondisi lapanagan memudahkan pelaksanaan kurikulum Merde= ka, selain itu proses penilaian yang bersifat tidak mengikat semakin membebaskan pendidik dalam mengeksplorasi kemampuan tiap anak di kelas.

 

Pembahasan=

1.     Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi.

Berdasarkan hasil temuan penelitian diatas, dalam proses pengimplementasian kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB sesuai dengan anju= ran dari Kemendikbudristek. Selain itu di SLB Negeri 1 Ngawi telah mampu melaksanakan asesmen secara mandiri. Hal itu dapat dilihat ketika peneliti melaksanakan observasi, kelas telah dikelola sesuai dengan kategori ketunaan dan fase perkembangan anak. Dalam hal ini sesuai dengan teori dari Departem= en Pendidikan Nasional tentang klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus:

“Setiap layanan pendidikan yang tersedia har= us sesuai dengan klasifikasi anak berkebutuhan khusus. Dalam penyedian layanan tersebut maka perlu dikelompokkan klasifikasi dari anak berkebutuhan Khusus.” (Norfishah Rabi, n.d.)

Hal ini dapat peneliti simpulkan bahwa implementas= i kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi memiliki beberapa tahapan. Kurikulum merdeka lebih menekankan pada kebebasan instansi dalam mengelola sebagian besar proses pembelajaran anak.

Sekolah terlebih dahulu harus melaksanakan asesmen= pada anak. Hal itu bertujuan untuk mengklasifikasikan anak dalam fasenya masing-masing. Dengan adanya asesmen tersebut diharapkan anak mendapatkan kemudahan dalam menerima materi sesuai dengan kondisi perkembanganya. Anak = yang telah melalui proses asesmen dapat ditempatkan pada kelasnya

Kelas didesain dengan pengkategorian fase. Anak de= ngan jenjang tinggi dapat belajar dengan jenjang yang lebih rendah. Karena pembelajaran di SLB menyesuaikan dengan kondisi anak. Kelas dengan fase tertentu dapat diisi oleh anak dengan beragam jenjang.

2.     Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi.

Pendidikan Luar Biasa merupakan kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh guru dalam mengajar di SLB Negeri 1 Ngawi. Guru yang belum memiliki kompetensi tersebut dituntut agar cepat beradaptasi menyesuaikan kondisi anak. Guru Pendidikan Agama Islam utamanya, karena pada saat melaksanakan perkuliahan tidak mendapatkan mata kuliah Pendidikan Agama Islam Adaktif yang membahas tentan= g pendidikan islam untuk anak berkebutuhan khusus.

Media dan metode pembelajaran yang tepat memungkin= kan anak dapat menguasai materi dengan cepat. Anak dengan kondisi beragam harus dapat dipahami oleh guru untuk tidak hanya secara tepat, tetapi juga lebih variatif dalam menentukan media dan metode pembelajaran yang dipakai pada a= nak.

Pada kurikulum Merdeka penilaian dilaksanakan seca= ra tidak terikat yang artinya guru dapat menentukan proses penilainnya di kela= s. Standard katuntasan dapat dilihat melalui Capaian Pembelajaran dengan melih= at fase-fase yang ditempuh oleh anak. Dimungkinkan dalam satu kelas penilaian = per anak bisa saja berbeda. Hal itu sesuai dengan teori:

“Kurikulum Merdeka merupakan perwujudan dari pembenahan sistem pembelajaran paska pandemi covid-19. Bedanya, kurikulum Merdeka lebih menekankan pada kebebasan sekolah dalam mengeksplorasi secara maksimal potensi dan kemampuan yang peserta didik miliki. Secara alamiah peserta didik tentunya mempunyai potensi dan kemampuannya masing-masing.= 221; (Jojor & Sihotang, 2022)

Hal ini dapat peneliti simpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi tetap mengedepankan kompetensi guru. Guru yang merupakan fasilitator = bagi anak harus bisa memenuhi kebutuhan belajar anak.

Penggunaan media dan metode pembelajaran sudah cuk= up variatif, sehingga memudahkan anak untuk dapat memilih mana yang cocok. Pro= ses penilaian meskipun bersifat tidak mengikat. Pendidik juga perlu melihat sej= auh mana anak berkembang dengan melihat Capaian Pembelajaran yang telah diatur = oleh pemerintah.

3.     Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan Kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi.

Keberagaman kondisi anak secara langsung berdampak dalam penerapan kurikulum Merdeka di= SLB Negeri 1 Ngawi. Ada beberapa anak dapat dengan cepat belajar, ada juga anak yang mengalami lambat belajar. Hal itu sesuai dengan teori:

“Beberapa anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan dalam menjalani kesehariannya, baik berkaitan dengan dirinya send= iri ataupun kehidupannya saat bermasyarakat. Perlu suatu penanganan untuk membimbing dan membina seperti suatu pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan terutama pada kebutuhan diri sendiri” (Zaitun, 2017)

Sumber belajar yang terbatas juga menjadi hambatan proses pembelajaran di kelas. Guru harus aktif secara mandiri mencari sumber materi menentukan media dan metode yang sesuai agar dapat diterapkan pada a= nak.

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang membeba= skan tenaga pendidik untuk dapat mengelola sistem pembelajaran yang diperuntukan siswa. Proses penilaiannya juga cukup mudah karena bersifat tidak mengikat.=

“Kurikulum Merdeka tidak hanya memberikan penekanan pada peserta didik saja, akan tetap juga seluruh elemen pelaksana= an pendidikan. Hal itu ditunjukkan dengan dinaikkannya kompetensi guru pada se= tiap jenjang. Pendidik diharuskan dapat menerjemahkan kompetensi dasar dan kurik= ulum agar pembelajaran dapat dilaksanakan. Pada masa mendatang pendidik juga dap= at memilih suasana yang tidak hanya terpaku pada suasana kelas, dengan pemilih= an di luar kelas diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman” (Suryadi & Ndona, 2023)

Dapat peneliti simpulkan bahwa faktor penghambat penerapan kurikulum Merdeka pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Nege= ri 1 Ngawi adalah keberagaman kondisi pada anak. Keterbatasan sumber belajar menuntut guru lebih aktif mancari secara mandiri.

Adapun faktor pendukungnya adalah dengan keberagam= an kondisi pada anak dapat diatasi dengan desain pembelajaran yang bersifat lu= wes. Proses penilaian yang juga tidak mengikat dapat memudahkan guru mengeksplor= asi minat anak.

 

Kesimpulan

Berdasar= kan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil mengenai Implementasi kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Ne= geri 1 Ngawi tahun pelajaran 2022/2023 sebagai berikut:

1.&n= bsp;    Pelaksanaan kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi dilaksanakan sesuai dengan standard yang ditetapkan pemerintah. Sebagaimana pemerintah telah memberikan kebebasan da= lam proses pembelajaran di sekolah. Kurikulum sebelumnya yang berorientasi pada kerjasama antara guru dan peserta didik. Sedangkan dikurikulum Merdeka lebih memposisikan guru sebagai fasilitator yang menyediakan sebagian besar kebut= uhan anak. Pelaksanaan dimulai dengan melakukan asesmen pada anak dari jenjang TK sampai SMA. Asesmen dilaksanakan oleh tim yang dibentuk dari SLB Negeri 1 Ngawi. Setelah anak diketahui kategorinya masing-masing, tim asesmen membim= bing anak untuk menempati kelas sesuai dengan fasenya.

2.&n= bsp;    Pembelajaran Pendidik= an Agama Islam pada kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi menyesuaikan kemam= puan dari anak. anak yang telah ditempatkan dikelaskan masing-masing melalui pro= ses asesmen dapat menerima materi sesuai fasenya. Tidak hanya anak, pendidik ju= ga dituntut memiliki kompetensi Pendidikan Luar Biasa (PLB) termasuk untuk guru Pendidikan Agama Islam.  Guru = PAI harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi anak. Media dan metode yang dipakai oleh guru PAI di SLB Negeri 1 Ngawi termasuk sudah variatif, diantaranya menggunakan gambar atau poster, potongan kertas, video, LCD proyektor dan demonstrasi langsung. Hal itu menunjukkan kemerdekaan sesuai dengan minat yang dapat memudahkan materi diterima anak. Guru juga memberik= an pembelajaran yang tidak berorientasi pada suasana dalam kelas saja. Anak ju= ga diperkenalkan dengan pembelajaran kontektual diluar kelas penambahan pengal= aman pada lingkungan sosial masyarakat. Hal itu juga menambah kemampuan peserta didik dalam melakukan observasi.

Adapun faktor penghambat pada implementasi kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi adalah kurikulum harus disesua= ikan pada kondisi siswa, pemerintah juga belum menyediakan buku penunjang yang berdampak pada kurangnya bahan ajar membuat guru dituntut secara mandiri mencari sumber belajar, media dan metode yang tepat pada anak. Sela= in faktor penghambat, Ada juga beberapa faktor pendukung penerapan kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi, diantarany= a: Kurikulum Merdeka memudahkan guru dalam proses penilaian siswa. Di SLB Nege= ri 1 Ngawi pembagian kategori kelas selain dibuat per jenjang juga telah disesua= ikan dengan fase perkembangan siswanya masing-masing. Penerapanan pembelajaran y= ang tidak hanya berorientasi pada pembelajaran dalam kelas juga menguntungkan Instansi Sekolah Luar Biasa (SLB). Meskipun sebelum adanya pembaruan pada kurikulum SLB Negeri 1 Ngawi sudah menerapkannya terlebih dahulu.

 

BIBLIOGRAFI

Bosco, Fabianus Hadiman. (2= 018). Kinerja Guru Dalam Menangani Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Inp= res Heso Tahun Pelajaran 2017/2018. JIPD (Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar)<= /i>, 2(1), 27–37.

 

Darma, Indah Permata, & Rusyidi, Binahayati. (2015). Pelaksanaan sekolah inklusi di Indonesia. = Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2).

 

Daulay, H. Haidar Putra. (2= 016). Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Prenada Media.

 

Firdaus, F., & Husni, H= usni. (2021). Desain Kurikulum Perguruan Tinggi Pesantren dalam Mewujudkan Pendidikan yang Bekualitas. Tsamratul Fikri| Jurnal Studi Islam, 15(1), 83–102.

 

Hidayati, Nurul. (2016). Ko= nsep Integrasi tripusat pendidikan terhadap Kemajuan masyarakat. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 11(1).

 

Jojor, Anita, & Sihotan= g, Hotmaulina. (2022). Analisis kurikulum merdeka dalam mengatasi learning lo= ss di masa pandemi Covid-19 (analisis studi kasus kebijakan pendidikan). E= dukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5150–5161.

 

Maftuhin, Muhammad, & F= uad, A. Jauhar. (2018). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutu= han Khusus. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 3(1).<= /span>

 

Mustaghfiroh, Siti. (2020). Konsep “merdeka belajar” perspektif aliran progresivisme John Dewey. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 141–1= 47.

 

Nadziroh, Nadziroh, Chairiy= ah, Chairiyah, & Pratomo, Wachid. (2018). Hak warga negara dalam memperoleh pendidikan dasar di Indonesia. Trihayu, 4(3), 259091.=

 

Nihayah, Ulin. (2015). Mengembangkan potensi anak: antara mengembangkan bakat dan ekploitasi. = Sawwa: Jurnal Studi Gender, 10(2), 135–150.

 

Norfishah Rabi, Maria Ulfa. (n.d.). Screening Instrument: Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus (Ba= nda Aceh: CBK Publishing, 2018), . 1-10.

 

Potika, R. B. (2022). Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan A= gama Islam Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu Wicara Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Martapura Kabupaten Oku Timur (Doctoral Dissertation).= Uin Raden Intan Lampung.

 

Prasetyo, Muhammad Anggung Manumanoso, & Anwar, Khairul. (2021). Assessing Organizational Culture= : An Important Step for Enhancing the Implementation of Junior High School-Based Pesantren. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan, 13(1), 646–65= 9.

 

Primadata, Ankarlina Pandu,= & Kusumawati, Dwi Kasi. (2014). Modernisasi pendidikan di Indonesia sebuah perspektif sosiologis terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Jurnal Analisa Sosiologi, 3(1).

 

Suryadi, Yeanny, & Ndon= a, Yakobus. (2023). Analisa efektifitas kurikulum merdeka terhadap murid disabilitas autisme ditinjau dari persektif Tenaga Kependidikan. Jesya (Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Syariah), 6(1), 460–466.

 

Wijayanti, Dwi Gansar Santi, Yuwono, Cahyo, Irawan, Ricko, & Hanani, Endang Sri. (2022). Analisis Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Selama Masa Pandemi di Sekolah Luar Biasa. Journal of Sport Coaching and Physical Education, 7(1= ), 17–26.

 

Zaitun. (2017). Pendidid= kan Anak Berkebutuhan Khusus. Pekan Baru: Kreasi Edukasi.

Copyright holder:

Azizunnisak Hidayati Wahyuna (2= 023)<= /o:p>

 <= /span>

First publication right:

Syntax Lit= erate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 <= /span>

This article is licensed under:

 

------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/item0001.xml Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/xml AMUW2mXrDu1qAD= yMIOfozXknpmTK+KWcV8kZzy2x7RcGDQ+t6vTnbkvLJaCpcMNaMrxi5FzoL8i3KoPzhqgPopVEU= vGLrh4J9p4MrpTQH7pa8qJ4mD1Vu5c=3D ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/props002.xml Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/xml ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/item0003.xml Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/xml ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/props004.xml Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/xml ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/themedata.thmx Content-Transfer-Encoding: base64 Content-Type: application/vnd.ms-officetheme UEsDBBQABgAIAAAAIQDp3g+//wAAABwCAAATAAAAW0NvbnRlbnRfVHlwZXNdLnhtbKyRy07DMBBF 90j8g+UtSpyyQAgl6YLHjseifMDImSQWydiyp1X790zSVEKoIBZsLNkz954743K9Hwe1w5icp0qv 8kIrJOsbR12l3zdP2a1WiYEaGDxhpQ+Y9Lq+vCg3h4BJiZpSpXvmcGdMsj2OkHIfkKTS+jgCyzV2 JoD9gA7NdVHcGOuJkTjjyUPX5QO2sB1YPe7l+Zgk4pC0uj82TqxKQwiDs8CS1Oyo+UbJFkIuyrkn 9S6kK4mhzVnCVPkZsOheZTXRNajeIPILjBLDsAyJX89nIBkt5r87nons29ZZbLzdjrKOfDZezE7B /xRg9T/oE9PMf1t/AgAA//8DAFBLAwQUAAYACAAAACEApdan58AAAAA2AQAACwAAAF9yZWxzLy5y ZWxzhI/PasMwDIfvhb2D0X1R0sMYJXYvpZBDL6N9AOEof2giG9sb69tPxwYKuwiEpO/3qT3+rov5 4ZTnIBaaqgbD4kM/y2jhdj2/f4LJhaSnJQhbeHCGo3vbtV+8UNGjPM0xG6VItjCVEg+I2U+8Uq5C ZNHJENJKRds0YiR/p5FxX9cfmJ4Z4DZM0/UWUtc3YK6PqMn/s8MwzJ5PwX+vLOVFBG43lExp5GKh qC/jU72QqGWq1B7Qtbj51v0BAAD//wMAUEsDBBQABgAIAAAAIQBreZYWgwAAAIoAAAAcAAAAdGhl bWUvdGhlbWUvdGhlbWVNYW5hZ2VyLnhtbAzMTQrDIBBA4X2hd5DZN2O7KEVissuuu/YAQ5waQceg 0p/b1+XjgzfO3xTVm0sNWSycBw2KZc0uiLfwfCynG6jaSBzFLGzhxxXm6XgYybSNE99JyHNRfSPV kIWttd0g1rUr1SHvLN1euSRqPYtHV+jT9yniResrJgoCOP0BAAD//wMAUEsDBBQABgAIAAAAIQAh WqKEIQcAANsdAAAWAAAAdGhlbWUvdGhlbWUvdGhlbWUxLnhtbOxZT28bRRS/I/EdRnsvsRMnTaI6 VezYDbRpo9gt6nG8O/ZOM7uzmhkn8Q21RyQkREEcqMSNAwIqtRKX8mkCRVCkfgXezOyud+Jxk5QA FTSH1jv7e2/e+70/82evXD1KGDogQlKeNoP6e7UAkTTkEU1HzeB2v3tpNUBS4TTCjKekGUyIDK5u vPvOFbyuYpIQBPKpXMfNIFYqW19YkCEMY/kez0gK74ZcJFjBoxgtRAIfgt6ELSzWaisLCaZpgFKc gNpbwyENCeprlcFGobzD4DFVUg+ETPS0auJIGGy0X9cIOZFtJtABZs0A5on4YZ8cqQAxLBW8aAY1 8xcsbFxZwOu5EFNzZCtyXfOXy+UC0f6imVOMBuWk9W5j7fJWqd8AmJrFdTqddqde6jMAHIbgqbWl qrPRXa23Cp0VkP05q7tdW641XHxF/9KMzWutVmt5LbfFKjUg+7Mxg1+trTQ2Fx28AVn88gy+0dps t1ccvAFZ/MoMvnt5baXh4g0oZjTdn0HrgHa7ufYSMuRs2wtfBfhqLYdPUZANZXbpKYY8VfNyLcH3 uOgCQAMZVjRFapKRIQ4hi9uY0YGgegK8TnDljR0K5cyQngvJUNBMNYMPMgwVMdX38tl3L589Qcf3 nx7f//H4wYPj+z9YRY7UNk5HVakX33z6x6OP0O9Pvn7x8HM/Xlbxv3z/8c8/feYHQvlMzXn+xeNf nz5+/uUnv3370APfFHhQhfdpQiS6SQ7RHk/AMcOKazkZiPNJ9GNMqxKb6UjiFOtZPPo7KnbQNyeY YQ+uRVwG7whoHz7gtfE9x+BeLMYqj7fj2fU4cYA7nLMWF14Wruu5KjT3x+nIP7kYV3F7GB/45m7j 1IlvZ5xB36Q+le2YOGbuMpwqPCIpUUi/4/uEePi6S6nD6w4NBZd8qNBdilqYeinp04GTTVOhbZpA XCY+AyHeDjc7d1CLM5/XW+TARUJVYOYxvk+YQ+M1PFY48ans44RVCb+BVewzsjcRYRXXkQoiPSKM o05EpPTJ3BLgbyXo16F1+MO+wyaJixSK7vt03sCcV5FbfL8d4yTzYXs0javY9+U+pChGu1z54Dvc rRD9DHHA6dxw36HECffp3eA2HTkmTRNEvxkLTyyvEe7kb2/ChpiYVgNN3enVCU1f1bgT6Nu54xfX uKFVPv/qkcfuN7VlbwIJvprZPtGo5+FOtuc2FxF987vzFh6nuwQKYnaJetuc3zbn4D/fnOfV88W3 5GkXhgatt0x2o2223cncXfeQMtZTE0ZuSLPxlrD2RF0Y1HLmxEnKU1gWw09dyTCBgxsJbGSQ4OpD quJejDPYtNcDrWQkc9UjiTIu4bBohr26NR42/soeNZf1IcR2DonVDo/s8JIeLs4apRpj1cgcaIuJ lrSCs062dDlXCr69zmR1bdSZZ6sb00xTdGYrXdYUm0M5UF66BoMlm7CpQbAVApZX4Myvp4bDDmYk 0rzbGBVhMVH4e0KUe20diXFEbIic4QqbdRO7IoVm/NPu2Rw5H5sla0Da6UaYtJifP2ckuVAwJRkE T1YTS6u1xVJ02AzWlheXAxTirBkM4ZgLP5MMgib1NhCzEdwVhUrYrD21Fk2RTj1e82dVHW4u5hSM U8aZkGoLy9jG0LzKQ8VSPZO1f3G5oZPtYhzwNJOzWbG0Cinyr1kBoXZDS4ZDEqpqsCsjmjv7mHdC PlZE9OLoEA3YWOxhCD9wqv2JqITbClPQ+gGu1jTb5pXbW/NOU73QMjg7jlkW47xb6quZouIs3PST 0gbzVDEPfPPabpw7vyu64i/KlWoa/89c0csBXB4sRToCIdzsCox0pTQDLlTMoQtlMQ27AtZ90zsg W+B6Fl4D+XC/bP4X5ED/b2vO6jBlDWdAtUdHSFBYTlQsCNmFtmSy7xRl9XzpsSpZrshkVMVcmVmz B+SAsL7ugSu6BwcohlQ33SRvAwZ3Mv/c57yCBiO9R6nWm9PJyqXT1sA/vXGxxQxOndhL6Pwt+C9N LFf36epn5Y14sUZWHdEvprukRlEVzuK3tpZP9ZomnGUBrqy1tmPNeLy4XBgHUZz1GAbL/UwGV0BI /wPrHxUhsx8r9ILa53vQWxF8e7D8IcjqS7qrQQbpBml/DWDfYwdtMmlVltp856NZKxbrC96olvOe IFtbdpZ4n5PschPlTufU4kWSnTPscG3H5lINkT1ZojA0LM4hJjDmK1f1QxQf3INAb8GV/5jZT1My gydTB9muMNk14NEk/8mkXXBt1ukzjEaydI8MEY2OivNHyYQtIft5pNgiG7QW04lWCi75Dg2uYI7X ona1LIUXTxcuJczM0LJLYXOX5lMAH8fyxq2PdoC3TdZ6rYurYIqlf4WyMxjvp8x78jkrZfag+MpA vQZl6ujVlOVMAXmziQefNwWGo1fP9F9YdGymm5Td+BMAAP//AwBQSwMEFAAGAAgAAAAhAA3RkJ+2 AAAAGwEAACcAAAB0aGVtZS90aGVtZS9fcmVscy90aGVtZU1hbmFnZXIueG1sLnJlbHOEj00KwjAU hPeCdwhvb9O6EJEm3YjQrdQDhOQ1DTY/JFHs7Q2uLAguh2G+mWm7l53JE2My3jFoqhoIOumVcZrB bbjsjkBSFk6J2TtksGCCjm837RVnkUsoTSYkUiguMZhyDidKk5zQilT5gK44o49W5CKjpkHIu9BI 93V9oPGbAXzFJL1iEHvVABmWUJr/s/04GolnLx8WXf5RQXPZhQUoosbM4CObqkwEylu6usTfAAAA //8DAFBLAQItABQABgAIAAAAIQDp3g+//wAAABwCAAATAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAABbQ29udGVu dF9UeXBlc10ueG1sUEsBAi0AFAAGAAgAAAAhAKXWp+fAAAAANgEAAAsAAAAAAAAAAAAAAAAAMAEA AF9yZWxzLy5yZWxzUEsBAi0AFAAGAAgAAAAhAGt5lhaDAAAAigAAABwAAAAAAAAAAAAAAAAAGQIA AHRoZW1lL3RoZW1lL3RoZW1lTWFuYWdlci54bWxQSwECLQAUAAYACAAAACEAIVqihCEHAADbHQAA FgAAAAAAAAAAAAAAAADWAgAAdGhlbWUvdGhlbWUvdGhlbWUxLnhtbFBLAQItABQABgAIAAAAIQAN 0ZCftgAAABsBAAAnAAAAAAAAAAAAAAAAACsKAAB0aGVtZS90aGVtZS9fcmVscy90aGVtZU1hbmFn ZXIueG1sLnJlbHNQSwUGAAAAAAUABQBdAQAAJgsAAAAA ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/colorschememapping.xml Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/xml ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/plchdr.htm Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/html; charset="us-ascii"
Click or tap here to enter text.
------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/image001.jpg Content-Transfer-Encoding: base64 Content-Type: image/jpeg /9j/4AAQSkZJRgABAgAAAQABAAD/2wBDAAgGBgcGBQgHBwcJCQgKDBQNDAsLDBkSEw8UHRofHh0a HBwgJC4nICIsIxwcKDcpLDAxNDQ0Hyc5PTgyPC4zNDL/2wBDAQkJCQwLDBgNDRgyIRwhMjIyMjIy MjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjL/wAARCAAfAFgDASIA AhEBAxEB/8QAHwAAAQUBAQEBAQEAAAAAAAAAAAECAwQFBgcICQoL/8QAtRAAAgEDAwIEAwUFBAQA AAF9AQIDAAQRBRIhMUEGE1FhByJxFDKBkaEII0KxwRVS0fAkM2JyggkKFhcYGRolJicoKSo0NTY3 ODk6Q0RFRkdISUpTVFVWV1hZWmNkZWZnaGlqc3R1dnd4eXqDhIWGh4iJipKTlJWWl5iZmqKjpKWm p6ipqrKztLW2t7i5usLDxMXGx8jJytLT1NXW19jZ2uHi4+Tl5ufo6erx8vP09fb3+Pn6/8QAHwEA AwEBAQEBAQEBAQAAAAAAAAECAwQFBgcICQoL/8QAtREAAgECBAQDBAcFBAQAAQJ3AAECAxEEBSEx BhJBUQdhcRMiMoEIFEKRobHBCSMzUvAVYnLRChYkNOEl8RcYGRomJygpKjU2Nzg5OkNERUZHSElK U1RVVldYWVpjZGVmZ2hpanN0dXZ3eHl6goOEhYaHiImKkpOUlZaXmJmaoqOkpaanqKmqsrO0tba3 uLm6wsPExcbHyMnK0tPU1dbX2Nna4uPk5ebn6Onq8vP09fb3+Pn6/9oADAMBAAIRAxEAPwCzp2ne FtO8C2Wv69YWUzS2sdxcXF1Cs008si72+ZsszMxPf8gKpadouveJ0F7oXw48NWWmOMwy6tbKHkXs QFwQD9COepo0XTU8T+KfAWhXo36ZZ6FFqcsJ6Stt2gEdxlV/An1rrdH+JPibV9OuvE9voNg3ha3e ff8A6SVuliiUsZMH5T0+6Oc8dPmoA4+dU8LXUUXjn4f6NZWkzbE1GwtI3hDejDBI/PPB4NdZJ4S8 NNGssWh6S0bqGVltIyCD0IOK0fD2peIviBpCL4g8P6Z/wjWr2shDQ3BMsIzhQwYcseoK9MZ4PFc7 8NnuR4UutNupPMfStQmsFf1VMEf+hED2ApMTC80DwxYWs11c6NpccMKF3c2kfAAye1YSaDJd2Nhq Z0Hwvo1jqdylpp6ajYNLNPI+dmRGuEDYPX8e1bnjuFpfCd8FhMyp5crxjqyLIrMP++Qa0Pile6tq um+Dr7wn4iksrTUNQSzWS2mZBI02PLZtvVV2NlT69KECMC00bT7bWJND17wppNnqkcfnIYreN4bi PON8Z2569QeRV+70HwxY2k11c6NpccMKF3c2icKBk9q2viDdW158QPDVjbbZLyxjubi5KnmGJ0Cq G/3mwce2awfGsTTeEb4LCZgnlyvGOrIsisw/75BoAxY9HjvLSHUJNN8GaBZ3SlrOPWIR58y5++VX AVT+NXrPSNOh1aTRdc8LaRa6ksXnxtDBG8NzFnG+NtucZ7HkV0Gq3WjnxPc6/cabf63puq6Wsdj5 Fmk8PuoI+ZWzng4xlvYDAit57M+BNEuxu1fTYLu5u0zlraGQERo/oSSvHbb9KBj/ABB4f0ez8O6j eWmmWlrdW1u9xBcW0SxSRSICysrrgghgDwaK0vFH/Ipaz/14T/8AotqKEJHKafrcWlQ+EPHGmN9t t9Kso9M1eGLO+JNuM4PoSxz0J284Oa9J0HwB4I1UprGkXdzd6XNK1wtlHdsbQSMuGPl9jg4wfpjH FfNOlavrHgbxBdRoqrPC7215ay4eOTaSrIwBwec8g/Sukh8R+B2mN5Fa+JdCun5kj0e5QRk+xYgj 6AAUxnsGq2HhH4RQjVY72/ub+KKSPS9MnvWkClzyETspPUnP4nFc34f1nSvAfh2Kz8Saktvq+oSP f3EPlu7Iz4+8FBwcAdcc59K4BfGHhfQ5GvdA0i/vdWPK3+tSq7RH1CqcE+/Brhr6+utSvpr29nee 5mbfJI5yWP8Ant2oA99k+JnhBif+Jtn/ALdpf/iK5+LxJ4QsXl/sjxfq+kQykl7ewMqRbj1YKYyF P0xXjNd5r/juG80jQ4dMa6W70+3giYzxgomyARSKAzyBkfnKqsSsOHWQkFVYVjttK8X+BdHWU2+q yPPO26e4mimklmb1ZiuTWj/wsnwieurf+S0v/wATXiPiHUYdS1meSzWSLTY3aOwt3AHkW+4lEwCR nByTkksWYkkknKosFj2aLxJ4QsXl/sjxfq+kQykl7ewMqRbj1YKYyFP0xVzSvF/gXR1lNvqsjzzt unuJoppJZm9WYrk1xtl4306xsdEhY314dPhlcQFWggSYwOsbBFmILLIykSoIXGGY73fK8x4n1a31 zXpdStrb7OJooTInP+tESCVslmZt0gZtzEsc5Y5JpjPWte+IHhe98O6na2+qb55rSWONfIlG5mQg DJXA5NFeK2NlcalqFtYWkfmXN1KsMKbgNzsQqjJ4GSR1ooA//9k= ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/header.htm Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/html; charset="us-ascii"





Azizunnisak Hidayati Wahyuna

Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) pada Anak Berkebutuhan Khusus (Ab= k) di Slb Negeri 1 Ngawi

2=         &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp; Syntax Literate, Vol. 8, No. 7, Juli 2023

Syntax Literate, Vol. 8, No. 7, Juli 2023           &nbs= p;        3

 

 =

How to cite:

Azizunnisak Hidayati Wah= yuna (2023) Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) di SLB Negeri 1 Ngawi, (8) 7, http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i6

 

E-ISSN:

 

2548-139= 8

Published by:

Ridwan Institute =

 

------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.fld/filelist.xml Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/xml; charset="utf-8" ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130--