MIME-Version: 1.0 Content-Type: multipart/related; boundary="----=_NextPart_01D9BE2C.263C6130" ------=_NextPart_01D9BE2C.263C6130 Content-Location: file:///C:/5ECB24D2/Azizunnisak,siappublish2.htm Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/html; charset="us-ascii"
Syntax Lite=
rate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 7, Juli 2023
IMPLEMENTASI
KURIKULUM MERDEKA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SLB NEGERI 1 NGAWI
Azizunnisak
Hidayati Wahyuna
STIT Islamiyah KP Paron Ngawi, Indonesia
Email: azizunnisakwahyuna=
4@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini mendeskripsikan tenta= ng Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pa= da Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB Negeri 1 Ngawi Tahun Pelajaran 2022/2= 023, dilaksanakan di SLB Negeri 1 Ngawi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari 3 informan diantaranya: Waka Kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam, dan Orang tua wali murid. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, Teknik analisis data dengan model analisis interaktif. Sedangkan Validasi data menggunakan triangulasi, dengan jenis triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan Implementasi kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi berjalan cu= kup baik. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan membentuk kelas menjadi fase-fase perkembangan anak. Sekolah terlebih dahulu melaksanakan asesmen p= ada anak. setelah itu anak dapat mengetahui fase perkembangannya dan dapat menempati kelasnya masing-masing. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berja= lan kondusif inovatif karena guru menggunakan media dan metode yang variatif. Kondisi anak menjadi faktor penghambat paling utama dalam penerapan kutikul= um Merdeka di SLB, akan tetapi dengan kurikulum Merdeka memberikan keluwesan p= ada guru dalam proses penilaiannya sehingga kompetensi anak dapat tereksplorasi dengan baik.
Kata kunci: Kurikulum Merdeka, Pendidikan Agama Is= lam, Anak Berkebutuhan Khusus.
Abstract
This research describes the implementation of the Mer=
deka
Curriculum in Islamic Religious Education Learning for Children with Special
Needs (ABK) at SLB Negeri 1 Ngawi in the 2022/2023 academic year, conducted=
at
SLB Negeri 1 Ngawi. The method used is a qualitative method. The research
subjects consist of three informants, including the Curriculum Vice Princip=
al,
Islamic Religious Education teacher, and parents/guardians of the students.
Data collection methods include observation, interviews, and documentation,=
and
the data analysis technique follows an interactive analysis model. Data
validation is conducted using triangulation, specifically triangulation of
sources. The research findings show that the implementation of the Merdeka
Curriculum at SLB Negeri 1 Ngawi is running fairly well. The learning proce=
ss
is adjusted by forming classes based on the developmental stages of the
children. The school first assesses the children, allowing them to understa=
nd
their developmental phase and be placed in their respective classes. The
implementation of Islamic Religious Education learning is conducive and
innovative as teachers use various media and methods. The children's condit=
ions
become the main hindering factor in the application of the Merdeka Curricul=
um
at SLB, but with the Merdeka Curriculum, teachers have flexibility in the
assessment process, allowing for better exploration of the children's
competencies.
Keywords: Curriculum Merdeka, Islamic
Religious Education, Special Needs Children.
Pendahuluan
Pendid=
ikan
menjadi sebuah hal yang terus terbaharukan. Segala bentuk perubahan dan ino=
vasi
dilakukan baik pada sistem pengelolaannya maupun mekanisme pelaksanaannya <=
w:Sdt
DocPart=3D"DefaultPlaceholder_-1854013440"
SdtTag=3D"MENDELEY_CITATION_v3_eyJwcm9wZXJ0aWVzIjp7Im5vdGVJbmRleCI6MH0sImN=
pdGF0aW9uSUQiOiJNRU5ERUxFWV9DSVRBVElPTl9lNmQ0OTYyZS1mMzdhLTRiZTEtYWUyZi01OD=
AwZWM5ZDBjNWIiLCJpc0VkaXRlZCI6ZmFsc2UsImNpdGF0aW9uSXRlbXMiOlt7ImlkIjoiOTZmN=
GM4NjUtM2RlZi0zZTIzLTk4NTYtNmYwZTgzYmQyZjgxIiwiaXNUZW1wb3JhcnkiOmZhbHNlLCJp=
dGVtRGF0YSI6eyJ0eXBlIjoiYXJ0aWNsZS1qb3VybmFsIiwiaWQiOiI5NmY0Yzg2NS0zZGVmLTN=
lMjMtOTg1Ni02ZjBlODNiZDJmODEiLCJ0aXRsZSI6IkFzc2Vzc2luZyBPcmdhbml6YXRpb25hbC=
BDdWx0dXJlOiBBbiBJbXBvcnRhbnQgU3RlcCBmb3IgRW5oYW5jaW5nIHRoZSBJbXBsZW1lbnRhd=
GlvbiBvZiBKdW5pb3IgSGlnaCBTY2hvb2wtQmFzZWQgUGVzYW50cmVuIiwiYXV0aG9yIjpbeyJm=
YW1pbHkiOiJQcmFzZXR5byIsImdpdmVuIjoiTXVoYW1tYWQgQW5nZ3VuZyBNYW51bWFub3NvIiw=
icGFyc2UtbmFtZXMiOmZhbHNlLCJkcm9wcGluZy1wYXJ0aWNsZSI6IiIsIm5vbi1kcm9wcGluZy=
1wYXJ0aWNsZSI6IiJ9LHsiZmFtaWx5IjoiQW53YXIiLCJnaXZlbiI6IktoYWlydWwiLCJwYXJzZ=
S1uYW1lcyI6ZmFsc2UsImRyb3BwaW5nLXBhcnRpY2xlIjoiIiwibm9uLWRyb3BwaW5nLXBhcnRp=
Y2xlIjoiIn1dLCJjb250YWluZXItdGl0bGUiOiJBbC1Jc2hsYWg6IEp1cm5hbCBQZW5kaWRpa2F=
uIiwiSVNTTiI6IjI1OTctOTQwWCIsImlzc3VlZCI6eyJkYXRlLXBhcnRzIjpbWzIwMjFdXX0sIn=
BhZ2UiOiI2NDYtNjU5IiwiaXNzdWUiOiIxIiwidm9sdW1lIjoiMTMiLCJjb250YWluZXItdGl0b=
GUtc2hvcnQiOiIifX1dLCJtYW51YWxPdmVycmlkZSI6eyJpc01hbnVhbGx5T3ZlcnJpZGRlbiI6=
ZmFsc2UsIm1hbnVhbE92ZXJyaWRlVGV4dCI6IiIsImNpdGVwcm9jVGV4dCI6IihQcmFzZXR5byA=
mIzM4OyBBbndhciwgMjAyMSkifX0=3D"
ID=3D"-1401052554">(Prasetyo & Anwar, 2021). Hal ini bertujuan=
agar
pendidikan dapat terus relevan seiring perubahan zaman. Pendidikan juga har=
us
dapat ditempuh oleh pelajar yang memiliki keterbatasan fisik maupun psikis =
Pendid=
ikan
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap warga negara
Pengem=
bangan
potensi diri sesuai bakat yang dimiliki masing-masing anak juga menjadi tol=
ak
ukur perubahan Pendidikan. Pendidikan menjadi suatu elemen yang wajib dipen=
uhi
dalam penyelenggaraan suatu negara
Allah = SWT telah menegaskan kepada hamba-Nya tentang keutamaan dalam menuntut ilmu. Sebagai= mana telah dinyatakan dalam Q.S Al-Mujadalah ayat 11, yang menyatakan:
¡=
0;ٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْٓا
اِذَا قِيْل=
14;
لَكُمْ
تَفَسَّحُو¡=
8;ا
فِى
الْمَجٰلِس¡=
6;
فَافْسَحُو¡=
8;ا
يَفْسَحِ
اللّٰهُ
لَكُمْۚ
وَاِذَا
قِيْلَ
انْشُزُوْا
فَانْشُزُو¡=
8;ا
يَرْفَعِ
اللّٰهُ
الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا
مِنْكُمْۙ
وَالَّذِيْ =
6;َ
اُوْتُوا
الْعِلْمَ
دَرَجٰتٍۗ
وَاللّٰهُ
بِمَا
تَعْمَلُوْ =
6;َ
خَبِيْرٌ
Artinya: “Hai Orang-orang yang beriman tatkala dikatakan padamu: “Berlapang-lapangla= h kamu dalam suatu majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan mengkarunia= kan kelapangan padamu. Dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu”, Ma= ka berdirilah, niscaya Allah Akan meninggalkan orang-orang yang beriman dianta= ramu dan orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q= .S Al-Mujadalah: 11).
Dalam
pendidikan formal tidak hanya bermuatan mata pelajaran umum saja akan tetapi
juga diberikan pendidikan agama islam
Pendidik=
an
semestinya dapat dijangkau oleh setiap warga negara tak terkecuali bagi
anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik maupun psikis
Pendidik=
an
tidak hanya difokuskan pada orang dengan kesempuraan fisik saja, akan tetapi
juga orang-orang dengan keterbatasan. Memberikan pembelajaran pada anak-anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) juga sebuah kewajiban yang harus terpenuhi
Persamaa= n hak terhadap Anak-anak Berkebutuhan Khusus dalam mendapatkan Pendidikan dapat dilihat dari munculnya sekolah-sekolah Luar Biasa (SLB) yang dapat memberik= an layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dengan disedaiakannya SLB, Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus akan lebih maksimal karena peseta didik akan masuk dalam klasifikasi kelompok belajar yang tepat.
Selain
ketersediaan sebuah tempat yang tepat, diburuhkan juga suatu sistem
pembelajaran yang sesuai. Sistem yang dimaksud tidak lain adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu perangkat yang disusun secara terencana agar pros=
es
pembelajaran dalam naungan suatu Lembaga Pendidikan berjalan secara efektif=
Kurikulum
terbaru pada sistem Pendidikan sekarang ialah Kurikulum Merdeka. Kurikulum
Merdeka adalah kurikulum yang menekankan pada kebebasan pada lembaga pendid=
ikan
dalam memaksimalkan potensi dan intelektual siswa yang bersifat luwes, natu=
ral,
fleksibel, demokratis dan menyenangkan
Berdasar= kan observasi awal yang dilaksanakan pada hari Selasa, 04 April 2023. Ibu TR se= laku Kepala Sekolah menuturkan bahwa di SLB Negeri 1 Ngawi menyediakan pendidikan pada semua jenjang pendidikan mulai dari TK hingga SMA. Pada tingkatan SMP sudah melaksanakan kurikulum merdeka mulai tahun 2021.
Bapak BM selaku guru pelajaran PAI
menambahkan dalam pelaksanaan pembelajaran guru menyiapkan perangkat
pembelajaran secara mandiri. Kendala pelaksanaan pembelajaran kurikulum mer=
deka
terletak pada dimana pembelajaran berbeda dengan sekolah reguer. Di SLB
pembelajaran harus menyesuaikan dengan kemampuan siswa di kelas
Pembelajaran tidak hanya dilaksanak=
an di
dalam kelas. Siswa penyandang tunarungu-wicara juga diajarkan tentang
pengenalan pendidikan diluar lingkungan sekolah
Dalam ha= l ini penulis tertarik melakukan penelitian di SLB NEGERI 1 Ngawi. Sekolah ini menyediakan Pendidikan khusus pada ABK sesuai dengan kebutuhannya dan menggunakan kurikulum merdeka seperti halnya sekolah reguler lainnya.
Berdasar= kan hasil Observasi yang telah dilakukan oleh penulis di atas, penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul skripsi yang membahas tentang “Implemen= tasi Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB NEGERI 1 Ngawi Tahun Pelajaran 2022/2023”.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dalam penelitian tentang implementasi kurikulum merdeka Pendidik=
an
Agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Ngawi.
Tempat dan Waktu penelitian: Penelitian ini dilaksana=
kan di
SLB NEGERI 1 Ngawi, Jl. Trunojoyo. Sejak tanggal 10 Maret 2023. Subjek dalam
penelitian ini Sumber utama yang dapat memberikan informasi data yang
diperlukan untuk mengeksplor masalah-masalah dalam penelitian. Sumber utama
yang menjadi subjek dalam penelitian ini ialah Guru Pendidikan Agama Islam =
dan
Budi pekerti. Sedangkan informan adalah Sumber yang dapat memberikan
informasi-informasi tambahan yang bersifat mengetahui masalah-masalah dalam
penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah Waka Kurikulum dan Orang T=
ua
Wali murid.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti
melakuakan observasi dan wawancara dengan menggunakan pengamatan dan pencat=
atan
poin-poin penting agar mendapatkan data secara langsung terhadap objek
penelitian. Observasi ini dil=
akukan
agar mendapatkan data tentang penerapan kurikulum merdeka pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam terhadap anak berkebutuhan khusus. Pada penelitian i=
ni,
pelaksanaan observasi dilaksanakan di kelas.
Teknik analisis data dilakukan secara sisteatis dan k=
ritis.
Sehingga data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan. dengan melakukan
langkah  =
; perpanjangan
pengamatan atau observasi, melakukan observasi (pengamatan) secara tekun dan
triangulasi.
Hasil dan Pembahasan
Setelah ditemukan beberapa data yang di, baik melelui proses observasi, interview maupun dokumentasi, maka peneliti akan menganalisa temuan yang ada dan memodifikasi teori yang ada kemudian membangun teori-teori yang baru serta menjelaskan tentang implikasi-implikasi dari hasil penelitian tentang implementasi kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pa= da Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB Negeri 1 Ngawi tahun pelajaran 2022/2= 023.
Sebagaim= ana dipaparkan pada teknik analisis data dalam penelitian, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif sehingga peneliti memperoleh data ba= ik secara observasi, wawancara dan dokumentasi dari beberapa pihak yang menget= ahui tentang data-data yang dibutuhkan oleh peneliti. Adapun hasil-hasil temuan datanya sebagai berikut:
1.&n=
bsp;
Implementasi Kurikulum
Merdeka Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi
Dalam
mengimplementasikan kurikulum Merdeka instansi sekolah pastinya harus
melaksanakan persiapan untuk menunjang berbagai macam hal yang meliputi
perbedaan dengan kurikulum sebelumnya dan asesmen pada siswa. Berdasarkan h=
asil
wawancara dengan Ibu YN selaku Waka Kurikulum SLB Negeri 1 Ngawi menyatakan
bahwa:
“Perbedaan dengan kurikulum
sebelumnya adalah dalam penentuan fase di sekolah reguler sesuai jenjang
seperti fase A dan B untuk SD. Sedangkan pada Anak Berkebutuhan Khusus
menyesuaikan dengan kemampuan anak. Sebelum diterapkan kurikulum Merdeka
sekolah membentuk tim asesmen untuk melakukan pengkategorian anak sesuai de=
ngan
fasenya mulai dari jenjang TK sampai SMA, hal itu bertujuan agar anak
mendapatkan porsi materinya dan tidak loncat jenjang.” (Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, pukul
11.03)
B= apak BM juga mengatakan:
“Kurikulum sebelumnya menun=
tut
guru dan siswa sama-sama aktif. Sedangkan kurikulum Merdeka guru bertindak
sebagai fasilitator yang menyediakan seluruh kebutuhan siswa.” (Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pu=
kul
10.13)
Penerapan pembelajaran pada anak dilakukan dengan berdasarkan = fase perkembangan anak. Setiap kelas berisikan siswa dengan ketunaan dan fase ya= ng sama. Hal ini Ibu YN mengatakan bahwa:
“Setiap anak memiliki karakteristik yang
beragam. Dalam hal ini sekolah melakukan asesmen terlebih dahulu agar anak
dapat belajar sesuai dengan fase perkembangannya. Berbeda dengan siswa regu=
ler
dimana fase-fase diperuntukkan sesuai dengan usia dan jenjang, sedangkan di=
SLB
berbeda harus dilakukan asesmen terlebih dahulu untuk melihat siswa masuk
kedalam kategori dan dapat ditempatkan pada kelasnya. Setelah asesmen dilak=
ukan
anak bisa langsung masuk pada kelasnya masing-masing” (Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, pukul
11.07)
Bapak BM juga mengatakan:
“Dalam pembagian kelas menyesuaikan dengan fase perkemba= ngan anak sesuai dengan hasil asesmen. Adapun tiap kelas terdapat beberapa jenja= ng namun dengan fase (Capaian Pembelajaran) yang sama.” (Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.15)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Waka kurikulum dan G= uru PAI menunjukan bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa hal yang harus dipersiapkan, diantaranya: mengetahui perbedaan kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya, melaksanakan asesmen pada anak dan pembagianan kelas = yang sesuai fase-fase perkembangan anak.
Perbedaan kurikulum merdeka dengan kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya terdapat pada peran guru dan murid. Dimana sekarang gu= ru cenderung sebagai fasilitator yang dapat memenuhi kebutuhan siswa. Proses asesmen dilakukan untuk menentukan kategori anak pada tiap fasenya, setelah anak melalui proses asesmen dapat ditempatkan pada kelas dengan fasenya masing-masing.
2.&n=
bsp;
Pembelajaran Pendidik=
an
Agama Islam pada kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi
Kompetensi
dasar tentang Anak Berkebutuhan Khusus merupakan salah satu syarat guru unt=
uk
dapat bisa mengajar di SLB. Terutama pada guru umum seperti mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Ibu YN mengatakan:
“Guru yang mengajar di SLB
merupakan Guru yang memiliki kemampuan dalam mengajar Anak Berkebutuhan Khu=
sus,
kecuali pada beberapa mata pelajaran umum seperti PAI dan PJOK. Untuk guru =
yang
belum memiliki kompetensi Pendidikan Luar Biasa dituntut belajar beradaptasi
sendiri menyesuaikan kebutuhan anak”( Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, puk=
ul
11.09)
Peneliti juga mewawancarai Bapak BM selaku guru Pendidikan Aga= ma Islam, mengatakan:
&= #8220;Saya dapat mengajar karena sering melihat guru lain mengajar ke anak-anak. Awaln= ya saya juga kebingungan, tapi seiring berjalannya waktu dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan keadaan yang dibutuhkan anak”( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24= Mei 2023, pukul 10.18)
<= o:p>
Pemilihan metode dan media yang tepat juga dapat menentukan
keberhasilan anak dalam memahami tiap materi yang disampaikan. Bapak BM
“Cara penyampaian materi untuk guru yang mem=
iliki
kompetensi Pendidikan Luar Biasa langsung menggunakan bahasa isyarat. Sedan=
gkan
saya sedikit-sedikit bisa, untuk beberapa materi langsung menggunakan media
poster, gambar, video melalui LCD Proyektor, dan langsung melakukan demonst=
rasi
pada materi fikih seperti Wudhu dan sholat”( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.19)
<= o:p>
Dalam melihat tingkat keberhasilan siswa menerima materi dapat dilakukan dengan dengan standard yang telah ditetapkan pemerintah, instansi terkait maupun penilaian secara langsung dengan pengamatan pada anak. Ibu YN menyampaikan:
&= #8220;Proses penilaian di SLB menyesuaikan pada Capaian Pembelajaran (CP). Jika dalam CP dinyatakan tuntas berarti anak dinyatakan tuntas. Jika masuk pada sistem kedinasan maka setiap anak akan tetap naik jenjangnya akan tetapi tetap den= gan fase yang ditempuh sebelumnya”( Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, pukul 11.11)
<= o:p>
B= apak BM menuturkan:
“Dalam kurikulum Merdeka penilaian pada anak
tidak bersifat mengikat. Anak dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu aktif
menjawab dengan salah sudah dianggap aktif, sekedar ikut dan aktif sekaligus
menjawab dengan benar tentu dengan nilai yang lebih baik.”( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.21)
&=
#8220;Setiap
anak yang sudah menginjak kelas 5 keatas sudah dapat melaksanakan sholat se=
cara
mandiri. Anak juga sudah mengetahui waktu masuk sholat, rukun dan jumlah roka’atnya”( Wawancara dengan Bapak BM, ta=
nggal
24 Mei 2023, pukul 10.24)
<= o:p>
Peneliti juga melakukan wawancara kepada orang tua wali murid.= Ibu MS mengatakan:
&= #8220;Saya melihat anak saya sudah dapat melaksanakan sholat sendiri, terkadang pada s= aat saya mengaji anak saya mengikuti dengan cara meneruskan lanjutan ayatnya”( Wawancara dengan Ibu MS, tanggal 30 Mei 2023, pukul 07.29
<= o:p>
I= bu YE juga menuturkan:
&= #8220;Dulu dibimbing dahulu dalam pelaksanaan ibadah. Akan tetapi sekarang pelan-pelan sudah bisa. Mungkin sedikit terkendala karena susah bic= ara”( Wawancara dengan Ibu YE, tanggal 30 Mei 2023, pukul 09.33)
<= o:p>
Ibu JM mengatakan:
“Anak saya perlu ada pendampingan, akan teta=
pi
sudah mengetahui rukun dan jumlah roka’at dalam sholat”(=
Wawancara dengan Ibu JM, tanggal 30 Mei 2023, puk=
ul
08.21)
Berdasarkan wawancara diatas menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi dimulai dengan penetapan kompetensi dasar pada guru pengampunya. Guru dituntut secara cepat belajar dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kond= isi anak.
Media dan metode yang dipakai sudah cukup variatif mulai dari penggunaan gambar, penyajian video dengan LCD Proyektor sampai penggunaan metode demonstrasi pada materi elemen fikih. Sehingga memudahkan dalam mema= hami dan mengingat terlepas dari beberapa keterbatasan yang dimiliki anak.
Proses penilaian pada kurikulum Merdeka dinilai lebih memudahk= an guru. Karena pada dasarnya penilaian pada kurikulum Merdeka bersifat tidak mengikat. Penilaian didasarkan pada Capaian Pembelajaran (CP) yang telah di= buat dengan fase-fase dengan klasifikasi berbeda-beda. Guru hanya perlu melihat = tingkat keaktifan anak. Perkembangan pada anak juga dirasakan orang tua dengan meli= hat beberapa aktivitas yang dapat dilaksanakan anak secara mandiri.
3.&n=
bsp;
Faktor pendukung dan
penghambat penerapan kurikulum Merdeka Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri=
1
Ngawi
Dalam
melaksanakan kebijakan yang baru tentu tak lepas dari berbagai macam hambat=
an.
Apalagi alam penerapan kurikulum Merdeka di SLB dimana guru dihadapkan deng=
an
anak dengan keterbatasan. Hal ini sejalan dengan apa yang dituturkan oleh I=
bu
YN bahwa :
“Kurikulum disini diterapkan
dengan menyesuaikan kemampuan siswa. Belum lagi guru harus membuat Capaian
Pembelajaran, mencari materi dan menemukan metode pembelajaran yang tepat u=
ntuk
anak. SLB juga belum dibekali buku penunjang”( Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 23 Mei 2023, puk=
ul
11.24)
B= apak BM juga menyebutkan bahwa :
&= #8220;Pembelajaran menyesuaikan kondisi pada anak. Seperti misal ada materi sholat,. Ada beberapa kategori siswa yang siap dan belum siap, sehingga untuk anak y= ang belum siap cenderung masih asik bermain”( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.42)
<= o:p>
Peneliti wawancara dengan orang tua wali yang diampu oleh bapa= k BM, Ibu MS menuturkan:
&= #8220;Untuk melakukan aktivitas mengalami kesulitan, karena perbendaharaan katanya sedi= kit dan perjalanan pengetahuannya lebih lambat dari anak la= in”( Wawancara dengan Ibu MS, tanggal 30 Mei 2023, pukul 07.31)
<= o:p>
Ibu YE juga mengatakan:
&= #8220;anaknya sebenarnya pinter, pengen tau banyak hal dan pengen memiliki. Akan tetapi b= elum bisa ngomong dalam artian untuk bicara masih susah. ketika di rumah susah <= span class=3DGramE>belajar”( Wawancara dengan Ibu YE, tanggal 30 Mei 2023, pukul 09.37)
<= o:p>
Ibu JM menuturkan:
&= #8220;anak saya masih semaunya sendiri, jadi sulit uintuk diperintah. Masih perlu bimbingan dan pendampingan. Faktor mood juga mempengaruhi anak saya dalam belajar atau dalam aktivitas lainnya, ketika pergantian guru atau ruanagan juga susah menerima”( Wawancara d= engan Ibu JM, tanggal 30 Mei 2023, pukul 08.31)
Selain faktor penghambat yang dirasakan oleh beberapa pihak ya= ng berkaitan dengan implementasi kurikulum merdeka pembelajaran pendidikan agama islam terdapat juga faktor pendukung yang telah dirasakan. Ibu YE mengatakan:
&= #8220;Instansi dibekali Capaian Pembelajaran dengan mengedepankan fase-fase pada pembagian kelasnya jadi proses penilainnya lebih mudah”( Wawancara dengan Ibu YN, tanggal 24 Mei 2023, pukul 11.44)
<= o:p>
B= apak BM menuturkan:
&= #8220;Penilain dikurikulum terbaru ini bersifat tidak terikat, jadi lebih memudahkan guru pengajar. Beberapa fasilitas sekolah juga mendukung proses pembelajaran"( Wawancara dengan Bapak BM, tanggal 24 Mei 2023, pukul 10.45)
<= o:p>
Selain itu peneliti juga mewawancarai orang tua wali murid diantaranya, Ibu MS menyebutkan:
&= #8220;Anak sekarang jauh lebih nyaman, kadang sekolah libur anak masih bersemangat unt= uk masuk sekolah. Dari anaknya sendiri lebih aktif”( Wawancara dengan Ibu MS, tanggal 30 Mei 2023, pukul 07.32)
<= o:p>
I= bu YE juga mengatakan:
&=
#8220;Dari
anaknya sendiri rasa ingin tahunya tinggi. Mungkin dirumah susah belajar, a=
kan
tetapi ketika di sekolah mendengarkan gurunya dan patuh dengan perintah
<= o:p>
I= bu JM juga menuturkan :
&= #8220;Anak dapat belajar dari teman-temannya yang lain dan terkadang itu dapat menaikan semangat dari anak dalam belajar”( Wawanca= ra dengan Ibu JM, tanggal 30 Mei 2023, pukul 08.33)
<= o:p>
Hasil informasi yang penulis dapatkan dari pernyataan diberika= n oleh waka kurikulum bahwa hambatan yang dirasakan pada penerapan kurikulum Merde= ka di SLB Negeri 1 Ngawi adalah penyesuaian kurikulum dengan kondisi yang diha= dapi anak. Keterbatasan bahan ajar guru dituntut untuk mencari sumber materi, me= dia dan metodenya sendiri. Sekolah harus memiliki kompetensi dalam mengkategori= kan anak sesuai fase-fasenya.
Hasil wawancara pada guru PAI menunjukan bahwa hambatan yang dirasakan adalah perlu adanya penyesuian pembelajaran terhadap kondisi anak, guru juga perlu lebih variatif dalam memilih media dan metode pembelajaran = yang diterapkan pada anak. Guru PAI yang secara umum belum memiliki kompetensi pendidikan luar biasa menuntut untuk bisa beradaptasi sendiri dengan kebutu= han lapangan.
Kebebasan instansi dalam menentukan sistem pembelajaannya send= iri yang sesuai dengan kondisi lapanagan memudahkan pelaksanaan kurikulum Merde= ka, selain itu proses penilaian yang bersifat tidak mengikat semakin membebaskan pendidik dalam mengeksplorasi kemampuan tiap anak di kelas.
1. Implementasi
Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1
Ngawi. Berdasarkan
hasil temuan penelitian diatas, dalam proses pengimplementasian kurikulum
Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB sesuai dengan anju=
ran
dari Kemendikbudristek. Selain itu di SLB Negeri 1 Ngawi telah mampu
melaksanakan asesmen secara mandiri. Hal itu dapat dilihat ketika peneliti
melaksanakan observasi, kelas telah dikelola sesuai dengan kategori ketunaan
dan fase perkembangan anak. Dalam hal ini sesuai dengan teori dari Departem=
en
Pendidikan Nasional tentang klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus: “Setiap layanan pendidikan yang tersedia har=
us
sesuai dengan klasifikasi anak berkebutuhan khusus. Dalam penyedian layanan
tersebut maka perlu dikelompokkan klasifikasi dari anak berkebutuhan
Khusus.” Hal ini dapat peneliti simpulkan bahwa implementas=
i kurikulum
Merdeka dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi
memiliki beberapa tahapan. Kurikulum merdeka lebih menekankan pada kebebasan
instansi dalam mengelola sebagian besar proses pembelajaran anak. Sekolah terlebih dahulu harus melaksanakan asesmen=
pada
anak. Hal itu bertujuan untuk mengklasifikasikan anak dalam fasenya
masing-masing. Dengan adanya asesmen tersebut diharapkan anak mendapatkan
kemudahan dalam menerima materi sesuai dengan kondisi perkembanganya. Anak =
yang
telah melalui proses asesmen dapat ditempatkan pada kelasnya Kelas didesain dengan pengkategorian fase. Anak de=
ngan
jenjang tinggi dapat belajar dengan jenjang yang lebih rendah. Karena
pembelajaran di SLB menyesuaikan dengan kondisi anak. Kelas dengan fase
tertentu dapat diisi oleh anak dengan beragam jenjang. 2. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada Kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi. Pendidikan
Luar Biasa merupakan kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh guru dalam
mengajar di SLB Negeri 1 Ngawi. Guru yang belum memiliki kompetensi tersebut
dituntut agar cepat beradaptasi menyesuaikan kondisi anak. Guru Pendidikan
Agama Islam utamanya, karena pada saat melaksanakan perkuliahan tidak
mendapatkan mata kuliah Pendidikan Agama Islam Adaktif yang membahas tentan=
g pendidikan
islam untuk anak berkebutuhan khusus. Media dan metode pembelajaran yang tepat memungkin=
kan
anak dapat menguasai materi dengan cepat. Anak dengan kondisi beragam harus
dapat dipahami oleh guru untuk tidak hanya secara tepat, tetapi juga lebih
variatif dalam menentukan media dan metode pembelajaran yang dipakai pada a=
nak.
Pada kurikulum Merdeka penilaian dilaksanakan seca=
ra
tidak terikat yang artinya guru dapat menentukan proses penilainnya di kela=
s.
Standard katuntasan dapat dilihat melalui Capaian Pembelajaran dengan melih=
at
fase-fase yang ditempuh oleh anak. Dimungkinkan dalam satu kelas penilaian =
per
anak bisa saja berbeda. Hal itu sesuai dengan teori: “Kurikulum Merdeka merupakan perwujudan dari
pembenahan sistem pembelajaran paska pandemi covid-19. Bedanya, kurikulum
Merdeka lebih menekankan pada kebebasan sekolah dalam mengeksplorasi secara
maksimal potensi dan kemampuan yang peserta didik miliki. Secara alamiah
peserta didik tentunya mempunyai potensi dan kemampuannya masing-masing.=
221;
Hal ini dapat peneliti simpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1
Ngawi tetap mengedepankan kompetensi guru. Guru yang merupakan fasilitator =
bagi
anak harus bisa memenuhi kebutuhan belajar anak. Penggunaan media dan metode pembelajaran sudah cuk=
up
variatif, sehingga memudahkan anak untuk dapat memilih mana yang cocok. Pro=
ses
penilaian meskipun bersifat tidak mengikat. Pendidik juga perlu melihat sej=
auh
mana anak berkembang dengan melihat Capaian Pembelajaran yang telah diatur =
oleh
pemerintah. 3. Faktor
pendukung dan penghambat dalam penerapan Kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1
Ngawi. Keberagaman
kondisi anak secara langsung berdampak dalam penerapan kurikulum Merdeka di=
SLB
Negeri 1 Ngawi. Ada beberapa anak dapat dengan cepat belajar, ada juga anak
yang mengalami lambat belajar. Hal itu sesuai dengan teori: “Beberapa anak berkebutuhan khusus mengalami
kesulitan dalam menjalani kesehariannya, baik berkaitan dengan dirinya send=
iri
ataupun kehidupannya saat bermasyarakat. Perlu suatu penanganan untuk
membimbing dan membina seperti suatu pelatihan yang berkaitan dengan
ketrampilan terutama pada kebutuhan diri sendiri” Sumber belajar yang terbatas juga menjadi hambatan
proses pembelajaran di kelas. Guru harus aktif secara mandiri mencari sumber
materi menentukan media dan metode yang sesuai agar dapat diterapkan pada a=
nak.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang membeba=
skan
tenaga pendidik untuk dapat mengelola sistem pembelajaran yang diperuntukan
siswa. Proses penilaiannya juga cukup mudah karena bersifat tidak mengikat.=
“Kurikulum Merdeka tidak hanya memberikan
penekanan pada peserta didik saja, akan tetap juga seluruh elemen pelaksana=
an
pendidikan. Hal itu ditunjukkan dengan dinaikkannya kompetensi guru pada se=
tiap
jenjang. Pendidik diharuskan dapat menerjemahkan kompetensi dasar dan kurik=
ulum
agar pembelajaran dapat dilaksanakan. Pada masa mendatang pendidik juga dap=
at
memilih suasana yang tidak hanya terpaku pada suasana kelas, dengan pemilih=
an
di luar kelas diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
nyaman” Dapat peneliti simpulkan bahwa faktor penghambat
penerapan kurikulum Merdeka pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Nege=
ri 1
Ngawi adalah keberagaman kondisi pada anak. Keterbatasan sumber belajar
menuntut guru lebih aktif mancari secara mandiri. Adapun faktor pendukungnya adalah dengan keberagam=
an
kondisi pada anak dapat diatasi dengan desain pembelajaran yang bersifat lu=
wes.
Proses penilaian yang juga tidak mengikat dapat memudahkan guru mengeksplor=
asi
minat anak. Kesimpulan Berdasar=
kan
hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, penulis memperoleh
kesimpulan yang dapat diambil mengenai Implementasi kurikulum Merdeka dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Ne=
geri
1 Ngawi tahun pelajaran 2022/2023 sebagai berikut: 1.&n=
bsp;
Pelaksanaan kurikulum
Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi dilaksanakan sesuai dengan standard yang
ditetapkan pemerintah. Sebagaimana pemerintah telah memberikan kebebasan da=
lam
proses pembelajaran di sekolah. Kurikulum sebelumnya yang berorientasi pada
kerjasama antara guru dan peserta didik. Sedangkan dikurikulum Merdeka lebih
memposisikan guru sebagai fasilitator yang menyediakan sebagian besar kebut=
uhan
anak. Pelaksanaan dimulai dengan melakukan asesmen pada anak dari jenjang TK
sampai SMA. Asesmen dilaksanakan oleh tim yang dibentuk dari SLB Negeri 1
Ngawi. Setelah anak diketahui kategorinya masing-masing, tim asesmen membim=
bing
anak untuk menempati kelas sesuai dengan fasenya. 2.&n=
bsp;
Pembelajaran Pendidik=
an
Agama Islam pada kurikulum Merdeka di SLB Negeri 1 Ngawi menyesuaikan kemam=
puan
dari anak. anak yang telah ditempatkan dikelaskan masing-masing melalui pro=
ses
asesmen dapat menerima materi sesuai fasenya. Tidak hanya anak, pendidik ju=
ga
dituntut memiliki kompetensi Pendidikan Luar Biasa (PLB) termasuk untuk guru
Pendidikan Agama Islam. Guru =
PAI
harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi anak. Media dan metode yang
dipakai oleh guru PAI di SLB Negeri 1 Ngawi termasuk sudah variatif,
diantaranya menggunakan gambar atau poster, potongan kertas, video, LCD
proyektor dan demonstrasi langsung. Hal itu menunjukkan kemerdekaan sesuai
dengan minat yang dapat memudahkan materi diterima anak. Guru juga memberik=
an
pembelajaran yang tidak berorientasi pada suasana dalam kelas saja. Anak ju=
ga
diperkenalkan dengan pembelajaran kontektual diluar kelas penambahan pengal=
aman
pada lingkungan sosial masyarakat. Hal itu juga menambah kemampuan peserta
didik dalam melakukan observasi. Adapun
faktor penghambat pada implementasi kurikulum Merdeka dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi adalah kurikulum harus disesua=
ikan
pada kondisi siswa, pemerintah juga belum menyediakan buku penunjang yang
berdampak pada kurangnya bahan ajar membuat guru dituntut secara mandiri
mencari sumber belajar, media dan metode yang tepat pada anak. Sela=
in faktor
penghambat, Ada juga beberapa faktor pendukung penerapan kurikulum Merdeka
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri 1 Ngawi, diantarany=
a:
Kurikulum Merdeka memudahkan guru dalam proses penilaian siswa. Di SLB Nege=
ri 1
Ngawi pembagian kategori kelas selain dibuat per jenjang juga telah disesua=
ikan
dengan fase perkembangan siswanya masing-masing. Penerapanan pembelajaran y=
ang
tidak hanya berorientasi pada pembelajaran dalam kelas juga menguntungkan
Instansi Sekolah Luar Biasa (SLB). Meskipun sebelum adanya pembaruan pada
kurikulum SLB Negeri 1 Ngawi sudah menerapkannya terlebih dahulu. BIBLIOGRAFI Bosco, Fabianus Hadiman. (2=
018).
Kinerja Guru Dalam Menangani Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Inp=
res
Heso Tahun Pelajaran 2017/2018. JIPD (Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar)<=
/i>,
2(1), 27–37. Darma, Indah Permata, &
Rusyidi, Binahayati. (2015). Pelaksanaan sekolah inklusi di Indonesia. =
Prosiding
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2). Daulay, H. Haidar Putra. (2=
016). Pemberdayaan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Prenada Media. Firdaus, F., & Husni, H=
usni.
(2021). Desain Kurikulum Perguruan Tinggi Pesantren dalam Mewujudkan
Pendidikan yang Bekualitas. Tsamratul Fikri| Jurnal Studi Islam, 15(1),
83–102. Hidayati, Nurul. (2016). Ko=
nsep
Integrasi tripusat pendidikan terhadap Kemajuan masyarakat. Edukasia:
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 11(1). Jojor, Anita, & Sihotan=
g,
Hotmaulina. (2022). Analisis kurikulum merdeka dalam mengatasi learning lo=
ss
di masa pandemi Covid-19 (analisis studi kasus kebijakan pendidikan). E=
dukatif:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5150–5161. Maftuhin, Muhammad, & F=
uad,
A. Jauhar. (2018). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutu=
han
Khusus. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 3(1).<=
/span> Mustaghfiroh, Siti. (2020).
Konsep “merdeka belajar” perspektif aliran progresivisme John
Dewey. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 141–1=
47. Nadziroh, Nadziroh, Chairiy=
ah,
Chairiyah, & Pratomo, Wachid. (2018). Hak warga negara dalam memperoleh
pendidikan dasar di Indonesia. Trihayu, 4(3), 259091.=
Nihayah, Ulin. (2015).
Mengembangkan potensi anak: antara mengembangkan bakat dan ekploitasi. =
Sawwa:
Jurnal Studi Gender, 10(2), 135–150. Norfishah Rabi, Maria Ulfa.
(n.d.). Screening Instrument: Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus (Ba=
nda
Aceh: CBK Publishing, 2018), .
1-10. Potika, R. B. (2022). Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan A=
gama
Islam Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu Wicara Di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Negeri Martapura Kabupaten Oku Timur (Doctoral Dissertation).=
Uin Raden Intan Lampung. Prasetyo, Muhammad Anggung
Manumanoso, & Anwar, Khairul. (2021). Assessing Organizational Culture=
: An
Important Step for Enhancing the Implementation of Junior High School-Based
Pesantren. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan, 13(1), 646–65=
9. Primadata, Ankarlina Pandu,=
&
Kusumawati, Dwi Kasi. (2014). Modernisasi pendidikan di Indonesia sebuah
perspektif sosiologis terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Jurnal
Analisa Sosiologi, 3(1). Suryadi, Yeanny, & Ndon=
a,
Yakobus. (2023). Analisa efektifitas kurikulum merdeka terhadap murid
disabilitas autisme ditinjau dari persektif Tenaga Kependidikan. Jesya
(Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Syariah), 6(1), 460–466. Wijayanti, Dwi Gansar Santi,
Yuwono, Cahyo, Irawan, Ricko, & Hanani, Endang Sri. (2022). Analisis
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Selama Masa Pandemi di Sekolah Luar
Biasa. Journal of Sport Coaching and Physical Education, 7(1=
),
17–26. Zaitun. (2017). Pendidid=
kan
Anak Berkebutuhan Khusus. Pekan Baru: Kreasi Edukasi. Copyright holder: Azizunnisak Hidayati Wahyuna (2=
023) First publication right: Syntax Lit=
erate: Jurnal Ilmiah Indonesia This article is licensed under:
Azizunnisak Hidayati Wahyuna
Implementasi Kurikulum Merdeka dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) pada Anak Berkebutuhan Khusus (Ab=
k) di
Slb Negeri 1 Ngawi
2=
&=
nbsp; &nbs=
p; &=
nbsp; &nbs=
p; &=
nbsp; &nbs=
p; &=
nbsp; &nbs=
p; &=
nbsp; &nbs=
p; &=
nbsp; Syntax
Literate, Vol. 8, No. 7, Juli 2023
Syntax Literate, Vol. 8, No. 7, Juli 2023 &nbs=
p; 3
How
to cite: |
Azizunnisak Hidayati Wah=
yuna (2023)
Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) di SLB
Negeri 1 Ngawi, (8) 7, http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i6=
span> |
E-ISSN: |
|
Published
by: |