Pengalaman Komunikasi Guru Dalam Mengajar Anak Penderita Down Sindrom
Abstract
Guru merupakan figur sentral dalam dunia pendidikan khususnya saat terjalinnya proses interaksi belajar mengajar dan merupakan orang yang paling bertanggung jawab akan perkembangan potensi peserta didik. Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat menentukan bagi pembentukan karakter anak didiknya. Guru secara langsung memegang peran untuk mempengaruhi apa yang mereka pelajari, bagaimana cara mereka dalam menerima pembelajaran, serta seperti apa cara mereka dalam berinteraksi di kehidupan sosial mereka. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengalaman komunikasi guru dalam mengajar anak down sindrom di SLB YPPLB Padang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis dengan pendekatan fenomenologis Edmund Husserl. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki komitmen dalam mengasuh dan mendidik anak down sindrom dengan menunjukkan pengalaman komunikasi merangkul dengan rasa kasih dan sayang, keterbukaan dengan memberikan keluasaan, Mendukung dengan memberikan kebebasan dan komunikasi melalui empati dengan memberikan rasa nyaman dan menyenangkan. Konsep-konsep yang timbul dari pengalaman komunikasi guru yaitu kompetensi guru dalam membangun kepercayaan ADS dan konsistensi guru menjalankan kewajiban dalam mendidik. Komunikasi dilakukan secara tatap muka sehingga guru dan anak down sindrom dapat menangkap reaksi secara langsung serta dapat memberikan umpan balik segera. Makna esensial-transenden dari pengalaman guru yang peneliti dapatkan yakni makna kepedulian sebagai bentuk kasih saying guru kepada ADS dan makna kepuasan batin guru dalam keberhasilan mendidik dan mengasuh ADS.
Downloads
References
Amjad. (2019). Teaching Students with Down syndrome: Perspectives of Special School Teachers and Psychologists Teaching Students with Down syndrome: Perspectives of Special School Teachers and Psychologists. Journal of Inclusive Education, 3(1), 127–143.
Anggreni, N. M. D. A., & Valentina, T. D. (2015). Penyesuaian Psikologis Orangtua Dengan Anak down Syndrome. Jurnal Psikologi Udayana, 2(2), 185–197. https://doi.org/10.24843/JPU.2015.v02.i02.p07
Ayu Pramesti, A., & Suci Qamaria, R. (2022). Penerapan Komunikasi Terapeutik dengan Media Flash Card pada Anak yang Mengalami Down Syndrome. PTK: Jurnal Tindakan Kelas, 2(2), 159–169. https://doi.org/10.53624/ptk.v2i2.92
Basrowi dan Sukidin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif, Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendikia.
Budyatna, Muhammad dan Leila Mona Ganiem. (2014). Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press.
Erika, M. (2019). Komunikasi Interpersonal Pada Anak Penyandang Down Syndrome (Studi Deskriptif mengenai Komunikasi Interpersonal Terapis Wicara pada Anak Penyandang Down Syndrome dalam Menumbuhkan Kemampuan Berbicara di Rumah Hasanah Bandung). 41815189.
Hamzah B. (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Idris, Muhamad. (2008). Kiat Menjadi Guru Profesional. Cet. I; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kunandar. (2007). Guru profesionalitas (Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kuswarno. (2011). Etnografi Komunikasi Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, dkk. (1996). Strategi Belajar Mengajar (Penerapan dalam Pendidikan Agama). Surabaya: Citra Media.
Namira, O. R., Zubair, F., & Subekti, P. (2012). Komunikasi Instruksional Guru dengan Anak Down Syndrome di Sekolah Inklusi. E Journal Mahasiswa Universitas Padjadjaran, 1(1), 1–15.
Onong Uchjana Effendy. (1989). Kamus Komunikasi, Bandung: CV. Mandar Maju.
Potads. (2019). Trysomi-21 Down Syndrome. Jakarta: Kompas Gramedia.
Parrott, R., Peters, K. F., & Traeder, T. (2012). Uncertainty Management and Communication Preferences Related to Genetic Relativism Among Families Affected by Down Syndrome, Marfan Syndrome, and Neurofibromatosis. Health Communication, 27(7), 663–671. https://doi.org/10.1080/10410236.2011.629408
Rani Elwy, A., Michie, S., & Marteau, T. M. (2007). Attributions and reported communication of a diagnosis of down syndrome. Health Communication, 22(2), 115–121. https://doi.org/10.1080/10410230701453975
Renawati, R., Darwis, R. S., & Wibowo, H. (2017). Interaksi Sosial Anak Down Syndrome Dengan Lingkungan Sosial (Studi Kasus Anak Down Syndome Yang Bersekolah Di Slb Pusppa Suryakanti Bandung). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 252–256. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14341
Sudaryat, Yayat. (2009). Makna Dalam Wacana. Bandung: Yrama Media.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono, (2013). Sosiolinguistik, Yogyakarta; Lembaga Studi Agama, Budaya dan Perdamaian.
Suranto, AW. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Martha, A. A., Purwanti, S., & Dwivayani, K. D. (2022). Pola Komunikasi Guru Terhadap Siswa Down Syndrome di Sekolah Luar Biasa Negeri Kota Samarinda. Journal of Communication Studies, 2(1), 27–36. https://doi.org/10.37680/jcs.v2i1.1540
Copyright (c) 2023 Whulan Febrianty Hanif, Emeraldy Chatra, Ernita Arif
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.