Representasi Edukasi Seksual Kesehatan pada Remaja dalam Film Dua Garis Biru

  • Kenia Azzahra Universitas Telkom Bandung, Jawa Barat, Indonesia
  • Idola Perdini Putri Universitas Telkom Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Keywords: Representasi Pada Film, Oposisi Biner Levi Strauss, Strukturalisme Levi-Strauss, Edukasi seksual kesehatan, Remaja

Abstract

Film digunakan sebagai wadah untuk merepresentasikan suatu realita yang terjadi di dalam masyarakat. Edukasi seksual pada remaja sendiri merupakan topik yang masih kurang diperhatikan karena dianggap hal yang ‘tabu’ dan ini merupakan realita sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan menggambarkan representasi edukasi seksual kesehatan pada remaja dalam Film Dua Garis Biru. Penelitian ini merupakan jenis kualitatif deskriptif dengan metode analisis teks. Penelitian memakai paradigma strukturalisme dan teori oposisi biner dari Claude Levi-Strauss. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya empat oposisi biner dari scene-scene edukasi seksual dalam Film Dua Garis Biru yaitu, Berani mengetahui edukasi seksual >< Malu mengetahui edukasi seksual, Melarang berpacaran >< Membolehkan berpacaran, Bertanggung Jawab atas konsekuensi dari pilihannya >< Tidak Bertanggung Jawab atas konsekuensi dari pilihannya dan Tidak Tahu >< Tahu. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa edukasi seksual direpresentasikan dalam film ini sebagai edukasi yang penting untuk diberikan namun masih jarang dibicarakan pada remaja, edukasi seksual direpresentasikan sebagai edukasi untuk membantu remaja memahami konsekuensi dari setiap pilihan kehidupan seksualnya dan budaya dalam keluarga mempengaruhi pemberian edukasi seksual pada remaja.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. (2012). Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.

Azizah, Khadijah Nur. (2018). Gunung Es Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja. Detik.Com.

Chittenden, Tara. (2010). For whose eyes only? The gatekeeping of sexual images in the field of teen sexuality. Sex Education, 10(1), 79–90. https://doi.org/10.1080/14681810903491404

Cresswell, J. W. (2017). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Eriyanto. (2013). Analisis Naratif. Yogyakarta: Penerbit Kencana.

Hanifah, Ammarotul Millatal. (2020). Pendidikan Seks di Kalangan Remaja (Kritik Ideologi Terhadap Teks Film Dua Garis Biru). Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam.

Khotimah, Fitriana Khusnul, Rakhmawati, Dini, & Widiharto, Chr. Arg. (2019). Indonesian Journal of Guidance and Counseling. Indonesian Journal of Guidance and Counseling : Theory and Application, 5(1), 39–44.

Moleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mosal.

Ningsih, Pratiwi, Utami, Sri, & Huda, Nurul. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Permainan Redi (Roda Edukasi dan Inspirasi) Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Untuk Mencegah Seks Pranikah. JOM FKp, 5(3), 563–571.

Novianti R, Hodikoh A. &. Nugroho N. (2018). Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Meningkatkan Pengetahuan Tentang Pencegahan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan, 8(1), 33–43.

Perdani, Yuliasri. (2019). Gina S. Noer defies taboo with “Dua Garis Biru.” The Jakarta Post.

Vidiyanti, M. Oktavia. (2014). Biner pada tokoh perawan sunthi. Widyaparwa, 42, 4–5.
Published
2021-08-18