Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 eISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 11, November 2022

 

PENGARUH INFLASI, KURS USD/RP DAN BI RATE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR MINING YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

 

Nabila Rizqi Oktavia, Lia Nirawati

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universita Pembangunan Nasional (UPN) Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Perkembangan teknologi dan informasi mengharuskan individu ataupun perusahaan bisa menjalankan pengelolaan dana secara tepat baik melalui investasi. Investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti indeks dan faktor makro ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Inflasi, Bi Rate, dan Kurs USD/RP Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021 secara simultan ataupun parsial. Penelitian menggunakan data sekunder meliputi rangkuman informasi seperti laporan bulanan yang diperoleh untuk membantu proses penelitian. Obyek penelitian yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Populasi dalam penelitian berjumlah 60 sampel. Teknik analisis yang digunakan yaitu Teknik analisis linier berganda dan uji hipotesis menggunakan Uji t dan uji F. Hasil yang diperoleh yaitu Inflasi, BI Rate, dan Kurs USD/RP secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. BI Rate secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Kurs USD/RP secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021.

 

Kata Kunci: Indeks mining; Inflasi, kurs USD/IDR; Bi Rate; Indeks Harga Saham Gabungan

 

Abstract

The development of technology and information requires individuals or companies to manage funds properly through investment. Investment is influenced by several factors such as index and macroeconomic factors. This study aims to analyze the Effect of Inflation, Bi Rate, and the USD/RP Exchange Rate on the Share Prices of Mining Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange for the Period May 2016-April 2021 simultaneously or partially. Research using secondary data includes summary information such as monthly reports obtained to assist the research process. The object of research is the Composite Stock Price Index (JCI). The population in the study amounted to 60 samples. The analysis technique used is multiple linear analysis technique and hypothesis testing using t test and F test. The results obtained are inflation, BI Rate, and the USD/RP exchange rate simultaneously have no significant effect on stock prices of Mining Sector Companies (Mining) Listed in Indonesia Stock Exchange Period May 2016-April 2021. Inflation partially has no significant effect on share prices of Mining Sector Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange Period May 2016-April 2021. BI Rate partially has no significant effect on stock prices of Sector Companies Mining Listed on the Indonesia Stock Exchange for the period of May 2016-April 2021. The USD/RP exchange rate partially has a significant effect on the stock price of Mining Sector Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange for the Period of May 2016-April 2021.

 

Keywords: Index mining; inflation, exchange rate USD/IDR; Bi rate; Composite Stock Price Index

 

Pendahuluan

Di era globalisasi, dimana teknologi dan informasi berkembang sangat cepat dan membuat persaingan di berbagai sektor bidang usaha menjadi semakin ketat dan kompetitif. Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin cepat juga mempengaruhi bidang, baik sosial,Pendidikan,budaya, ekonomi maupun politik. Persaingan menuntut individu maupun perusahaan untuk dapat melakukan pengelolaan dananya secara tepat. Pengelolaan dana salah satunya dapat di lakukan dengan investasi. Investasi ini dijalankan dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang bisa bermanfaat bagi individu dan perusahaan di masa yang akan datang.

Pada saat ini kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya menjual belikan barang maupun jasa, namun surat-surat berharga perusahaan yang telah Go Public juga yang disebut dengan pasar modal.

Investasi dana di pasar modal akan memberikan keuntungan berupa dana bagi perusaan dan juga bagi pembangunan infrastuktur pembangunan perkembangan suatu negara karena juga menambah penghasilan melalui pajak dari pihak yang melakukan transaksi di pasar modal. Menurut (Prof dr. Eduardus Tandelilin,2017) Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki dana (modal) dengan pihak yang membutuhkan dana (modal) dengan memperjual belikan efek (sekuritas).

Perkembangan pasar modal saat ini merupakan salah satu bagian terpenting bagi perekonomian masyarakat Indonesia dikarenakan jumlah pemahaman masyarakat terhadap pasar modal semakin meningkat, sehingga perusahaan yang terdaftar di pasar modal juga semakin banyak, dan pemerintah akan semakin mendukung untuk kebijakan berinvestasi. Pasar modal muncul sebagai solusi alternatif pembiayaan jangka Panjang sehingga perusahaan yang menggunakan dan investasi bisa leluasa memanfaatkan dana tersebut untuk kemajuan usaha. Pasar modal bertujuan sebagai penghubung antara perusahaan dengan para investor melalui perdagangan instrument seperti saham,obligasi dan reksadana, yang di Indonesia biasa disebut dengan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat beberapa macam pengelompokan saham atau biasanya disebut juga dengan indeks saham yang diantaranya seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Liquid 45 (LQ45), IDX Mining (JKMING) dan lain sebagainya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seringkali digunakan oleh investor sebagai patokan atau acuan dalam bertransaksi di pasar modal. Menurut (Syaifudin, 2018) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan gabungan harga saham emiten yang berada di Bursa Efek Indonesia serta menjadi indikator penting pasar modal di Indonesia didalam suatu indeks.

IHSG merupakan indeks yang mencakup berkembangnya harga saham mulai dari peningkatan dan penurunan. Sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dijadikan acuan untuk investor yang akan menanamkan modal di suatu perusahaan. sebagai akibatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dapat dijadikan acuan menjadi cermin wajah ekonomi nasional indonesia sebagai akibatnya bisa diketahui jika IHSG menunjukkan peningkatan maka ekonomi indonesia sedang mengalami peningkatan begitu sebaliknya bila sedang penurunan maka ekonomi indonesia sedang mengalami kesulitan. indeks harga saham campuran juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor nasional atau (makroekonomi) dan pula faktor dunia. Bursa efek luar negeri disebut mempunyai kapasitas apa in pakaian cukup besar terhadap indeks harga saham gabungan di Indonesia. Terdapat beberapa model bursa pengaruh luar negeri yaitu bursa Jepang, bursa Amerika, bursa Cina, Bursa Inggris serta sebagainya. Beberapa indeks tadi cenderung dijadikan patokan Sang investor dikarenakan investor melihat bursa negara maju bisa dijadikan patokan pada melakukan investasi.

Dalam kurun ketika 10 tahun terakhir, investasi di sektor pertambangan sebagai salah satu pilihan yang paling diminati investor hal tersebut dikarenakan sektor pertambangan ialah sektor yang semakin strategis bagi Indonesia mengingat banyaknya asal tambang yang dimiliki Indonesia. Sektor pertambangan itu sendiri adalah satu komoditas primer dalam perekonomian modern yang terutama digerakkan oleh sub sektor energi, yaitu minyak serta batubara. Bersama menggunakan emas, minyak dan batubara merupakan asal energi utama bagi sebagian besar proses produksi serta aktivitas perekonomian pada dunia.

 

Gambar 1

Pergerakan Indeks Harga Saham Mei 2016- April 2021

Sumber : www.investing.com

(Data diolah :Microsoft Excel)

Pada gambar 1.1 dapat disimpulkan bahwa indeks harga saham mengalami pergerakan secara fluktuatif atau kenaikan dan penurunan yang di akibatkan oleh beberapa fakor. Tercatat pergerakan indeks harga saham indeks mining sejak tahun 2016 kuartal dua sampai dengan tahun 2021 satu kwartal dua. Pergerakan indeks harga saham tersebut bisa mencerminkan adanya penurunan kegiatan transaksi jual beli saham di sector pertambangan. Padahal, sebelumnya telah dijelaskan bahwa saham pada sector pertambangan adalah saham yang memiliki daya Tarik bertenaga. Padahal ini, berbagai variable makro bisa menjadi faktor yang melatarbelakangi terjadinya penurunan indeks harga saham di sektor pertambangan tersebut. Variabel makro ekonomi yang dapat mempengaruhi indeks harga saham artinya Taraf inflasi. Padahal ini Taraf inflasi yang tinggi mencerminkan adanya kenaikan harga barang secara umum yang mengakibatkan adanya penurunan daya beli disektor pertambangan tersebut. Variabel makro ekonomi yang dapat mempengaruhi indeks harga saham artinya Taraf inflasi. Padahal ini Taraf inflasi yang tinggi mencerminkan adanya kenaikan harga barang secara umum yang mengakibatkan adanya penurunan daya beli. Hal tersebut akan menimbulkan terjadinya penurunan minat investor pada beri investasi, sehingga akan menyebabkan harga saham perusahaan mengalami penurunan. Pendapat tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting, dkk. Atau 2016 yang berhasil membuktikan bahwa inflasi berpengaruh negative dan signifikan terhadap harga saham pada sector perbankan. Asih dan akbar 2016 mengungkapkan inflasi memberi pengaruh positif terhadap indeks harga saying sedangkan Annisa dan dermawan 2018, Khusnul et al. (2017), pardede, Hidayat, dan Sulasmiyati (2016) dan wibowo, Arifati & Raharjo (2016) menyebutkan bahwa inflasi tidak memberi pengaruh pada indeks harga saham.

 

Gambar 2

Grafik Inflasi Periode Mei 2016- April 2021Sumber : www.bi.go.id

(Data diolah Microsoft Excel)

 

Pada gambar di 1.2 dapat disimpulkan bahwa inflasi di Indonesia dari Mei 2016 sampai April 2021 selalu mengalami fluktuasi di setiap bulannya dan mencapai di tertinggi pada bulan maret 2016 dengan nilai 4,50% sedangkan tingkat terendah di Indonesia dicapai pada bulan September2020 dengan persentase 1,25%. Dari data tersebut dapat diperoleh rata-rata bahwa pergerakan inflasi per tahunnya tidak menyentuh angka 4%.

Tingkat inflasi yang terjadi pada setiap tahunnya juga berdampak pada kurs yang terjadi pada suatu negara yang selalu berubah ubah. Kurs atau nilai tukar mata uang menjadi salah satu hal penting bagi perekonomian negara, nilai tukar yang semakin baik menandakan mata uang memiliki nilai tukar yang tinggi. Terdapat tiga macam system penetapan nilai tukar, system tersebut antara lain system nilai tukar mengambang (Floating Exchange rate system), system nilai tukar terkait (pegged Exchange rate system).

Nilai tukar Rupiah akan menunjukkan harga mata uang suatu negara apabila ditukarkan dengan mata uang negara lain. Turunnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing berdampak terhadap meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang diperlukan emiten sehingga bisa meningkatkan biaya produksi. Fluktuasi nilai tukar Rupiah berpotensi mempengaruhi kondisi internal pada perusahaan yang akhirnya dapat menimbulkan resiko kerugian pada perusahaan, merosotnya nilai tukar Rupiah juga dapat mengakibatkan jumlah utang perusahaan dan biaya produksi mengalami peningkatan yang tinggi jika dinilai dengan Rupiah.Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hisyam (2017:186) inflasi merupakan gejala ekonomi yang memperlihatkan meningkatmya tingkat harga secara umum yang berkelanjutan. Syarat inflasi ialah adanya kenaikan harga secara umum dan terus-menerus. Dengan adanya kenaikan barang yang terus-menerus akan mengakibatkan kerugian pada kegiatan produktif. Pemilik modal akan mengalihkan uangnya untuk tujuan spekulasi, misalnya membeli rumah atau tanah, sehingga investasi produktif akan berkurang. Nilai inflasi yang terjadi pada tiap tahunnya juga berdampak pada kurs yang terjadi pada suatu negara yang selalu berubah –ubah. Kurs atau nilai tukar mata uang menjadi salah satu hal penting bagi perekonomian negara, nilai tukar yang semakin baik menandakan mata uang memiliki nilai tukar yang tinggi.

 

Gambar 3

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah periode Mei 2016-April 2021

Sumber : www.bi.go.id

 

Pada grafik 1.3 Dapat disimpulkan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap dolar us di mengalami fluktuasi yang tiap bulannya selalu mengalami kenaikan dapat diartikan pula bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah. Melemahnya nilai tukar Rupiah yang terjadi dipicu karena beberapa hal yaitu melemahnya Rupiah yang diikuti lainnya imbal hasil obligasi pemerintahan. Nilai Rupiah semakin terpuruk pada tahun baru 2020 yang di akibatkan karena adanya Pandemi kau fit nine teen yang bisa mempengaruhi perekonomian Indonesia termasuk perusahaan perusahaan yang bergantung di bahan standar luar negeri, pula pemberlakuan lockdown di sejumlah negara. Selain inflasi dan nilai tukar Rupiah yang bisa mempengaruhi indeks harga saham gabungan atau (IHSG) yang artinya variable makro ekonomi yaitu suku bunga bank pada Indonesia. Suku bunga bang pada Indonesia atau yang dikenal dengan B.I rate iyalah suatu kebijakan bank Indonesia untuk menentukan nilai besaran suku bunga yang akan menjadi pedoman bagi penetapan bunga di bank Indonesia. Menurut (Adanti,2017) jika nilai suku bunga naik, maka investor akan menarik sahamnya serta memindahkan nya ke tabungan, kebalikannya apabila suku bunga turun maka investor akan menyimpan dananya di instrument pasar modal Atau saham.


Gambar 4

Pergerakan B.I Rate Periode Mei 2016-April 2021

Sumber : www.bps.go.id (Diolah Microsoft Excel)

 

Dapat dilihat bahwa perkembangan suku bunga bank Indonesia atau (BI rate) pada tahun 2016 hingga tahun 2021. Pada bulan november 2018- mei 2019 merupakan tingkat BI rate paling tinggi yakni 6%. Sedangkan pada bulan April 2021 mengalami penurunan sebesar 3,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa (BI Rate ) atau suku bunga bank Indonesia mengalami pergerakan yang sangat fluktuasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Heny Ratnaningtyas (2020) dengan judul “Pengaruh Foreign Direct Investment, Inflasi, B.I Rate dan Nilai Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham gabungan pada Bursa dampak Indonesia Periode Tahun 2010- 2018” memberikan akibat dimana secara parsial FDI, Inflasi, Nilai B.I Rate serta Nilai Kurs Rupiah. Berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) dan secara simultan FDI, Inflasi, Nilai B.I Rate dan Nilai Kurs Rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham gabungan (IHSG). Pada penelitian yang dilakukan Pratiwi (2018) suku bunga memiliki pengaruh korelasi negatif dan signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana artinya suku bunga memiliki andil bagi investor dalam berinvestasi. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin kecil keinginan khalayak untuk mengadakan investasi yang disebabkan keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat bunga.

 

Metodelogi Penelitian

Populasi ialah area generalisasi yang meliputi: objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu guna dipelajari dan selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2019:126). Yang dijadikan populasi ialah semua perusahaan sektor mining (pertambangan) yang ada di Bursa Efek Indonesia periode Mei 2016 – April 2021. Sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik dari populasi  (Sugiyono, 2019:127). Menentukan sampel yaitu dengan memakai sampel jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti menetapkan pengambilan data mulai dari Mei 2016 hingga April 2021 sehingga banyaknya sampel (n) yang didapat ialah sebanyak 60 sampel. Dalam penelitian ini, data yang diteliti merupakan data sekunder. Menurut Sugiyono (2019:194) data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data inflasi, BI rate, kurs, dan harga saham perusahaan pertambangan yang ada di BEI periode Mei 2016-April 2021 yang diperoleh dari situs web.

 

Hasil Dan Pembahasan

Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Kurs USD/RP Terhadap Harga Saham

Hipotesis pertama (H1) penelitian ini menyatakan bahwa Inflasi, BI Rate, dan Kurs USD/RP secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Hal ini dijelaskan berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji statistik F diperoleh tingkat signifikan 0.098 lebih besar (>) dari 0,05 dan Fhitung 2.199 lebih kecil (<) Ftabel 2.77 yang artinya Inflasi, BI Rate, dan Kurs USD/RP secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Dengan demikian H1 ditolak.

Faktor yang dapat menjelaskan tidak berpengaruhnya Inflasi, BI Rate, dan Kurs USD/RP terhadap harga saham adalah banyak investor di Indonesia yang senang untuk melakukan profit taking terhadap saham, tingkat rata-rata inflasi pada periode 2016-2021 sebesar 2.94% masih dibawah 10%, dimana menurut Nugraha dan Nursito (2021) pada tingkat Inflasi dibawah 10% pasar masih dapat menerima hal tersebut serta kemampuan yang baik dalam pengelolaan keuangannya, menyebabkan perusahaan tidak terkena dampak nilai tukar yang terjadi.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Nugraha dan Nursito (2021) yang hasil penelitiannya secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar terhadap harga saham. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Sunardi dan Laila (2017) yang mengemukakan variabel BI rate, inflasi dan kurs secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Hasil penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian Ginting, Topowijono, dan Sri (2016) yang mengemukakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara BI Rate, Nilai Tukar, Inflasi secara simultan terhadap Harga Saham Perbankan.

Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham

Hipotesis kedua (H2) penelitian ini menyatakan bahwa Inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Hal ini dijelaskan berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji statistik t diperoleh nilai signifikansi 0.257 yaitu lebih besar dari 0.05 dan thitung sebesar 1.145 lebih kecil dari t tabel 2.00404, maka Inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Dengan demikian H2 ditolak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan ataupun penurunan namun harga saham tidak mengalami kenaikan maupun penurunan dikarenakan pergerakan inflasi tersebut. Selama periode penelitian inflasi berada dalam kategori inflasi ringan karena inflasi yang terjadi kurang dari 10%. Pada tingkat Inflasi dibawah 10% pasar masih dapat menerima hal tersebut. Dengan kata lain tingkat inflasi masih pada tingkat yang wajar (Nugraha dan Nursito, 2021).

Hasil dari penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap variabel harga saham seperti hasil penelitian Dewi dan Luh (2016); Ginting, Topowijono, dan Sri (2016); Efriyenty (2020); Melyani dan Martha (2021); Nugraha dan Nursito (2021). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Dalimunthe (2018); Sunardi dan Laila (2017); Ningsih dan Ikaputera (2018) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh terhadap harga saham.

Pengaruh BI Rate Terhadap Harga Saham

Hipotesis ketiga (H3) penelitian ini menyatakan bahwa BI Rate secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Hal ini dijelaskan berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji statistik t diperoleh tingkat signifikan 0,828 yaitu lebih besar dari 0,05 dan t hitung 0.218 lebih kecil dari t tabel 2.00404, maka BI Rate secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Dengan demikian H3 ditolak.

BI Rate tidak berpengaruh terhadap harga saham dapat disebabkan karena rata-rata tingkat BI Rate sebesar 4.9% selama periode penelitian 2016-2021 masih dianggap tidak lebih menguntungkan dibandingkan dengan berinvestasi pada saham. Investor masih menganggap bahwa investasi pada saham masih dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada deposito sehingga BI Rate tidak terlalu diperhatikan oleh investor (Dewi dan Luh, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Dewi dan Luh (2016); Ginting, Topowijono, dan Sri (2016); Ningsih dan Ikaputera (2018); Nugraha dan Nursito (2021) yang menyatakan bahwa BI Rate tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Sunardi dan Laila (2017) dan Melyani dan Martha (2021) yang menemukan bahwa BI rate berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

Pengaruh Kurs USD/RP Terhadap Harga Saham

Hipotesis keempat (H4) penelitian ini menyatakan bahwa Kurs USD/RP secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Hal ini dijelaskan berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji statistik t diperoleh tingkat signifikan 0,017 yaitu lebih kecil dari 0,05 dan t hitung 2.469 lebih besar dari t tabel 2.00404, maka Kurs USD/RP secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Dengan demikian H4 diterima.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang mengatakan bahwa melemahnya atau menguatnya kurs dapat menjadi penyebab meningkatnya atau menurunnya harga saham. Ini dikarenakan mata uang yang nilainya melemah akan berdampak pada perusahaan yang memiliki beban mata uang asing ataupun perusahaan yang sering melakukan kegiatan ekport dan import, seperti sektor pertambangan. Perbedaan nilai mata uang dengan mata uang asing yang semakin melemah akan mengakibatkan beban perusahaan meningkat yang berdampak pada harga saham sebuah perusahaan menurun sehingga para investor tidak yakin untuk menginvestasi pada perusahaan tersebut. Peran dari nilai tukar mata uang asing (foreign exchange) untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia itu penting sekali untuk menentukan sinyal positif atau negatif terhadap keputusan investasi investor, terutama untuk mata uang keras seperti Dolar AS (USD) (Efriyenty, 2020).

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Ginting, Topowijono, dan Sri (2016); Efriyenty (2020); Melyani dan Martha (2021) yang menemukan bahwa variabel Kurs USD/RP terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Sunardi dan Laila (2017) dan Nugraha dan Nursito (2021) yang menyatakan bahwa Kurs USD/RP tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

 

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Inflasi, Bi Rate, dan Kurs USD/RP Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1). Inflasi, BI Rate, dan Kurs USD/RP secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Hasil penelitian tersebut didasari oleh nilai signifikasi uji statistic F didapatkan nilai 0.098 lebih besar (>) dari 0,05 dan Fhitung 2.199 lebih kecil (<) Ftabel 2.77. Faktor yang dapat menjelaskan tidak berpengaruhnya Inflasi, BI Rate, dan Kurs USD/RP terhadap harga saham adalah banyak investor di Indonesia yang senang untuk melakukan profit taking terhadap saham, tingkat rata-rata inflasi pada periode 2016-2021 sebesar 2.94% masih dibawah 10%, dimana pada tingkat Inflasi dibawah 10% pasar masih dapat menerima hal tersebut serta kemampuan yang baik dalam pengelolaan keuangannya, menyebabkan perusahaan tidak terkena dampak nilai tukar yang terjadi. 2). Inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Hasil tersebut didasari oleh nilai signifikansi 0.257 yaitu lebih besar dari 0.05 dan t hitung sebesar 1.145 lebih kecil dari t tabel 2.00404. Artinya, naik atau turunnya inflasi tidak mempengaruhi harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. 3). BI Rate secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Hasil tersebut didasari oleh tingkat signifikan 0,828 yaitu lebih besar dari 0,05 dan t hitung 0.218 lebih kecil dari t tabel 2.00404. Artinya, kenaikan atau penurunan BI Rate tidak mempengaruhi harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. 4). Kurs USD/RP secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Sektor Mining (Pertambangan) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Mei 2016-April 2021. Hasil tersebut didasari oleh tingkat signifikan 0,017 yaitu lebih kecil dari 0,05 dan t hitung 2.469 lebih besar dari t tabel 2.00404. Artinya, melemahnya atau menguatnya kurs dapat menjadi penyebab meningkatnya atau menurunnya harga saham.

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Agus, S. (2016). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.

 

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2018). Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi Kesebelas Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.

 

Dalimunthe, H. (2018). Pengaruh Marjin Laba Bersih, Pengembalian Atas Ekuitas, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 4(2), 62.

 

Dewi, A. D. I. R., Artini, S., & Gede, L. (2016). Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dan Fundamenal Perusahaan Terhadap Harga Saham Indeks Lq-45 Di Bei (Doctoral dissertation, Udayana University).

 

Efriyenty, D. (2020). Pengaruh Inflasi Dan Kurs Terhadap Harga Saham Di Industri Dasar Dan Kimia. Going Concern: Jurnal Riset Akuntansi, 15(4),570-576.

 

Irham, Fahmi. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

 

Ghozali, I. (2018). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 25. Yogyakarta: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

 

Ginting, M. R. M., & Sulasmiyati, S. (2016). Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Dan Inflasi Terhadap Harga Saham (Studi Pada Sub-Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015). Jurnal Administrasi Bisnis, 35(2), 77-85.

 

Hadi, Nor. (2016). Pasar Modal (Edisi 2). Yogyakarta: Graha Ilmu.

 

Hartono, J. (2017). Teori portofolio dan analisis investasi edisi kesebelas. Yogyakarta: BPFE.

 

Ibrahim, Z. (2017). Pengantar Ekonomi Makro. Banten: Media Madani Publishing Banten.

 

Jogiyanto, Hartono. (2017). Teori portofolio dan analisis investasi edisi kesebelas. Yogyakarta: BPFE.

 

Melyani, I., & Esra, M. A. (2021). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2016–2018. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 6(1), 50-59.

 

Ningsih, M. M., & Waspada, I. (2018). Pengaruh Bi Rate Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi Pada Indeks Properti, Real Estate. Dan Building Construction, di BEI Periode 2013-2017). Manajerial: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi, 17(2), 247-258.

 

Nugraha, R. D. B., & Nursito, H. M. (2021). Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Kurs Terhadap Harga Saham Perusahaan Perhotelan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Per Triwulannya Periode 2016- 2018. COSTING: Journal of Economic, Business and Accounting, 4(2), 871-877.

 

Ratnaningtyas, H. (2021). Pengaruh Return On Equity, Current Ratio Dan DebtTo Equity Ratio Terhadap Harga Saham. Jurnal Proaksi, 8(1), 91-102.

 

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

 

Sukirno, S. (2017). Makro ekonomi Teori pengantar edisi 3 cetakan 22. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 

Sunardi, N., & Ula, L. N. R. (2017). Pengaruh BI Rate, Inflasi Dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Sekuritas: Saham, Ekonomi, Keuangan dan Investasi, 1(2), 27-41.

 

Sunariyah. (2016). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (Edisi 6). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

 

Tandelilin, Eduardus. 2017. Pasar Modal: Manajemen Portofolio dan Investasi. PT Kanisius, Yogyakarta.

 

https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/bi-7day-rr/default.aspx, diakses

tanggal 06 Desember 2021.

www.idx.co.id

www.bps.go.id

www.bi.go.id

www.ditjendaglu.kemendag.go.id

 

Copyright holder:

Nabila Rizqi Oktavia, Lia Nirawati (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: