Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
PERANCANGAN PRODUK LIFESTYLE
MENGGUNAKAN MATERIAL BATU FOSIL KAYU UNTUK MENUNJANG PENAMPILAN PRIA
Desain
Produk,
Telkom University Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Tulungagung merupakan daerah
yang terkenal dengan sumber daya batunya
seperti batu onyx, fosil kayu, marmer, alam,
dan lain-lain. Sayangnya, batu fosil
kayu merupakan batu yang masih kurang populer
dan jarang digunakan sebagai bahan kerajinan,
karena minimnya keterampilan dan pengolahan. Oleh
karena itu, penelitian ini akan fokus pada pembuatan batu kayu fosil sebagai kerajinan
produk lifestyle seperti
jam tangan, ikat pinggang
dan klip dasi dengan hasil analisis atas
sejumlah aspek desain yang akan digunakan
sebagai acuan dalam proses perancangan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dengan kuesioner, dan kualitatif dengan proses wawancara. Dalam penelitian ini melibatkan pemilik UMKM dan pegawainya, serta
konsumen laki-laki berusia 18 sampai 30 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk
menciptakan produk yang diharapkan dapat memperluas pasar dikalangan anak muda hingga
dewasa dan memberikan wawasan kepada pengrajin tentang fosil kayu batu yang dapat digunakan untuk bahan pembuatan
produk lifestyle.
Kata Kunci: Industry,
Lifestyle, Crafts, Petrified Wood, Metrosexual,
Tulungagung
Abstract
Tulungagung is an area that is famous for its stone
resources such as onyx stone, petrified wood, marble, and others.
Unfortunately, wood fossils are still less popular and rarely used as craft
materials, due to the lack of skills and processing, even though the results
are quite beautiful when used. Therefore, this study focuses on the manufacture
of petrified wood as a craft of lifestyle products such as watches, belts and
tie clips based on the results of an analysis of a number of design aspects as
a reference in the design process. The data collection methods used are
quantitative and qualitative, involving sources from UMKM and prospective male
consumers aged 18 to 30 years. This research aims to create a product that is
expected to expand the market and provide insight into potential petrified wood
as materials for making lifestyle products.
Keywords: �Industry, Lifestyle, Crafts, Petrified Wood, Metrosexual,
Tulungagung
Batu fosil
salah satu peninggalan sejarah dan merupakan salah satu kekayaan sumber
daya alam di Indonesia.
Batuan fosil kayu ditemukan di perut bumi atau didasar
sungai, karena sedimentasi dan proses pelapukan
yang menghancurkan kayu sehingga menyebabkan kayu berubah menjadi
fosil. Banyak faktor-faktor
yang menyebabkan pada fosil
kayu yang sudah terkubur didalam tanah. Dilihat dari kondisi lingkungan
seperti tanah, hidrologi tanah, suhu, tekanan mekanis
dan faktor biologis, tetapi struktur pada fosil kayu tidak
mengalami perubahan, hanya saja secara
perlahan akan berubah menjadi batu (Palgunadi, 2008).
Batu fosil kayu yang meiliki umur lebih
tua akan semakin mahal harganya. Menentukan umur fosil dengan metode
penanggalan radiokarbon
(radiocarbon dating). Batu fosil kayu
ini tidak hanya satu macam
tetapi memiliki beberapa macam sesuai dengan kayu
apa yang terpendam didalam tanah, tentu coraknya juga berbeda karena kayunya juga berbeda (Irawan & Tamara, 2013).
Batu fosil kayu telah banyak ditemukan
dibanyak tempat di
Indonesia yaitu Jawa Barat,
Jawa Tengah, Kalimantan, Jambi, dan Flores.
Dalam hal
ini Indonesia mempunyai fosil kayu sebagai
harta alam terpendam yang melimpah. Sejak lebih dari
3 dekade yang lalu, fosil kayu digali
dan sampai saat ini hanya dimanfaatkan
sebagai komoditi yang diperjual belikan baik dalam negeri ataupun luar negeri (Dewi, 2013).
Di Indonesia banyak belum tahu keindahan batu fosil kayu tersebut
karena bentuknya yang mirip gelondong kayu orang menjadi acuh tak acuh
padahal sebenarnya fosil kayu terlihat
indah dan cantik jika dipoles sehingga memperlihatkan lingkaran kambiumnya bewarna. Selain itu batu fosil kayu yang memiliki keindahan ini, kekurangan populernya karena kurang publikasi. Berdasarkan ketersediaan bahan baku fosil
kayu juga cukup melimpah tetapi hanya kurang keterampilan
dalam pengelolahannya dalam menjualnya (Andreani, 2019).
Namun perlu ingat bahwa Sumber
daya alam batuan fosil tidak
dapat diperbarui dan sebaiknya menggunakan sumber daya alam
dengan bijak, untuk pembangunan yang berkesinambungan.
�Oleh karena itu penelitian memiliki gagasan untuk menerapkan material batu fosil kayu sebagai
produk lifestyle. Dari penelitian
ini memilih produk lifestyle untuk menghemat sumber daya batu fosil karena hanya membutuh
sedikit namun memiliki harga jual yang tinggi dan menjaga keseimbangan akan lebih bertahan
lama. Dalam target lifestyle ini
ditujuh kepada pria yang bekerja dikantoran, sering bertemu dengan klien sehingga perlu kesan pertama
(first impression). Kesan pertama
menjadi semakin penting mengingat betapa besar keyakinan
seseorang terhadap kesan pertama yang dimiliki terhadap orang lain, dan
betapa hal tersebut sulit sekali diubah.
Sebuah penelitian
menemukan bahwa 77% partisipan berpendapat bahwa kesan pertama
yang terbentuk berdasarkan cara mereka berpakaian,
cukup akurat menggambarkan karakter orang tersebut. Ketika sebaliknya ditanyakan apakah penilaian yang dibentuk oleh
orang lain berdasarkan cara
berepakaian mereka, 69% partisipan menilai akurat. Pengertian kesan pertama sendiri
adalah momen di mana seseorang pada saat melihat atau bertemu
dengan sosok orang lain dan
membentuk imej mental
(mental image) tentang orang tersebut
(Mackie & Smith, 2007). Orang berpenampilan menarik cenderung dianggap memiliki kepribadian yang menarik pula, sepeti tenang, penuh kehangatan, penuh perhatian, pandai bersosialisasi, tidak memiliki sifat ketergantungan, dan hasil pekerjaan mereka umumnya dianggap baik
Bagan 1. Proses Tahap Perancangan
Desain penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah mixed methods.
Mixed methods dijelaskan sebagai
pendekatan yang menggabungkan
antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Mixed methods merupakan
penelitian yang berfokus
pada mengumpulkan, menganalisa,
dan mencampurkan data secara
kualitatif dan data secara kuantitatif dalam satu penelitian
A.
Kualitatif
�
Observasi
Kegiatan mencatat atau merekam suatu
kegiatan atau peristiwa yang diamati menggunakan alat bantu. Pada metode observasi ini, dilakukan observasi ke tempat UKM Ratu Onyx untuk mengamati proses awal mendapatkan batu fosil kayu hingga
ke proses pembuatan produk.
�
Wawancara
Proses antara pewawancara dengan narasumber yang bertujuan untuk menggali informasi kepada responden, sehingga bisa mendapatkan
data mengenai responden dengan maksimal. Responden pada wawancara ini yaitu pemiliki
usaha Ratu Onyx, pada proses wawancara
ini menggali informasi tentang batu fosil kayu, asal
mula didirikannya usaha Ratu Onyx dan alur proses pembuatan produk untuk kebutuhan usaha
B.
Kuantitatif
�
Eksperimen
Pengamatan dan uji coba terhadap subjek penelitian. Ketika proses eksperimen
sedang berlangsung melakukan pengamatan material
batu fosil kayu yang akan di proses menjadi produk aksesoris
Observasi dilakukan di Ratu Onyx, Tulungagung yang menyediakan beberapa batu seperti batu marmer, onyx, fosilkayu,
granit, alam dan lain-lain. Tujuan observasi di Ratu Onyx
untuk menggali informasi tentang batu fosil kayu dan produk-produk apa yang
biasanya dibuat. Ternyata Ratu Onyx tidak hanya
jualan disekitar Tulungagung tetapi berjualan online dan konsumennya tidak hanya dari dalam negeri namun
sampai luar negeri. Material yang didapatkan�
Ratu Onyx seperti batu fosil kayu,batu alam ,marmer, dan lain-lain dari beberapa tempat
seperti Banten, Pacitan, Kalimantan. Sumber daya alam yang dimiliki batu fosil
kayu ini tidak dapat diperbarui sehingga harus diamanfaatkan
dengan bijak
IDI (In Depth Interview)
untuk menggali informasi dan menanyakan beberapa pertanya untuk produk yang
akan dibuat . Wawancara pertama dilakukan oleh pemilik Ratu Onyx
yang di pegang oleh bapak Sholeh yang berumur 50 tahun. Bapak Sholeh ini sudah
menggeluti usaha in sejak tahun 1998. Dari wawancara pengerajin
bahwa produk fosil sebelumnya belum pernah di buat untuk fashion
seperti jam tangan, kacamata san sabuk karena yang
lebih banyak untuk furnitur. Untuk wawancara responden pengguna yaitu karyawan
kantor/ bisnisman yang metroseksual,
belum tahu batu fosil kayu ,setelah�
ditunjukkan setuju bahwa batu fosil digunakan untuk fashion
orang kantor tetapi responden berfikir lebih cocok
digunakan oleh karyawan kantor/ bisnisman yang metroseksual
Dalam studi material Batu fosil mempunyai kekuatan yang lebih dari pada
batu lainnya seperti marmer, onyx, granit, dll..Semua batu fosil akan rusak tekstur dan coraknya jika
terkena cairan HCL.Batu ini mempunyai serat-serat
yang dimiliki kayu itulah keindahan yang dimiliki batu fosil kayu� Perawatan biasanya menggunakan minyak baby oil atau mintak kayu putih,
jika ingin lebih terliaht coraknya
Gambar 1. Batu Fosil Kayu
Dalam melakukan proses perancangan produk, dilakukan studi material untuk mengetahui karakter dari material batu fosil kayu sehingga
adanya gambaran terhadap produk yang akan dirancang.
�
Batu fosil mempunyai kekuatan yang lebih dari pada batu lainnya seperti marmer, onyx, granit, dll.a .Batu Fosil
Kayu memiliki kekerasan antara 6 � 7 skala Mohs
�
Semua batu fosil akan rusak tekstur
dan coraknya jika terkena cairan HCL.
�
Ketebalan minimal agar tidak patah atau
pecah sekitar 4mm.
�
Batu ini mempunyai serat-serat yang dimiliki kayu itulah
keindahan yang dimiliki
batu fosil kayu
�
Perawatan biasanya menggunakan minyak baby oil atau minyak kayu putih,
jika ingin lebih terlihat coraknya
Tabel 1. Proses Pemanfaatan Bentuk
Tema yang dipilih baik dari segi
produk dan fashion adalah
Svarga yang berkaitan dengan
experience �Naturallistic luxury�. Batu
fosil kayu itu yang akan menjadi
kesan mewah pada produk lifestyle karena warnanya yang alami, coraknya yang seperti kayu mengkilat dan desain pada produk lifestyle yang
organik terstruktur.
Gambar 2. Trend
Konsep desain pada perancangan aksesoris menggunakan kata kunci �Perancangan lifestyle penunjang penampilan pria dengan menggunakan konsep Upskill craft svarga memadukan
material batu fosil kayu�
Analisa Aspek Desain
Aspek pengguna
dalam perancangan ini dibagi menjadi
dua, yaitu pengguna primer dan sekunder. Aspek pengguna primer (direct user) adalah pengguna
yang dituntut untuk berbusana rapi memakai dasi. sedangkan
aspek pengguna sekunder (undirect user) adalah pengguna
diluar masa tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aspek pengguna
adalah:
� Jenis Kelamin������ : Pria
� Pekerjaan� :Dikantoran
(dituntut untuk berbusana rapi menggunakan dasi)
� Usia���������������������� : 18-30 tahun
�
Kegiatan�������������� :Bertemu dengan client, mempresensentasikan
pekerjaan, dll.
� Ekonomi�������������� : Kategori ekonomi
menengah ke atas dengan mempertimbangkan
nilai produk yang tinggi.
Suatu produk/sistem yng direncanakan dan dibuat
untuk memenuhi suatu fungsi tertentu, bisa dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
fungsi primer dan fungsi sekunder. Selain penetapan fungsi secara rinci, perencana
juga dituntut untuk mengetahui secara pasti karakter fungsi pada produk yang
direncanakan untuk dibuat. Dalam hal ini, dikenalkan 2 kategori, fungsi yang
bersifat positif dan negatif :
�
Fungsi Primer
Alat untuk
menunjang style orang kantor saat bertemu dengan client dan saat
mempresentasikan pekerjaan
�
Fungsi Sekunder
Estetika produk yang menggunakan
gaya desain retro style
�
Fungsi Positif
Alat yang digunakan untuk aksesoris saat menggunakan berbusana kantor sehingga dianggap memiliki kepribadian
yang menarik, sepeti tenang, penuh kehangatan dan penuh perhatian
�
Fungsi Negatif
Alat ini
dapat disalahgunakan untuk tidak digunakan
sesuai fungsinya. Pengguna menggunakan diluar
kantor, yaitu pada saat berolahraga,
Perancangan satu set aksesoris ini menggunakan fix
material dan mix material. Fix material sendiri mengunakan batuan fosil kayu sebagai material utama. Untuk
menghindari kerusakan maka perlu mempertimbangkan penggunaan mix material.
Produk satu set aksesoris ini menggunakan material dasar batu fosil kayu yang akan
diletakkan di jam tangan, penjepit dasi, gesper pada sabuk
Batu
fosil kayu dipilih sebagai material utama karena kriteria berikut :
�
Memiliki keindahan corak kayu pada batu
Batu fosil kayu memiliki beberapa
jenis corak yang berbeda sesuai dengan jenis kayu yang terpendam. Keindahan itu
muncul karena tercampur dengan mineral-mineral yang berada didalam
tanah
�
Mudah untuk perawatan batu
Perawatan biasanya menggunakan
minyak baby oil atau minyak
kayu putih, jika ingin lebih terlihat coraknya
�
Kuat
Batu yang digunakan ialah batu
fosil kayu yang berbeda dengan batu marmer, batu alam dan batu lainnya .Fosil Kayu memiliki
kekerasan antara 6 � 7 skala Mohs Elegan
Corak pada batu fosil kayu lebih terlihat elegan.
Final Desain
Dari
beberapa alternatif desain, dilakukan pemilihan final desain untuk pembuatan prototype. Dengan melakukan pembobotan aspek - aspek penting dan survei pada alternatif desain, maka didapat
1 desain yang akan dilanjutankan ke pembuatan prototype.
Gambar 3. Final Desain
Proses pembuatan prototype dilakukan di
Tulungagung untuk pembentukan batu fosil kayu
Tabel 2. Proses Pengolahan Fosil Kayu
NO |
Proses |
Foto |
1 |
Pemilihan
batu fosil kayu yang akan digunakan |
|
2 |
Memotong
batu dengan bentuk lembaran dengan mesin pemotong dan sesuai dengan bentuk
yang akan dibutuhkan dan menipiskan dengan amplas |
|
3 |
Untuk
material pendukung membutuhkan resin untuk menggabungkan beberapa batu yaitu
menggunakan resin, Resin dicampur dengan mil (serbuk marmer) supaya menempel |
|
4 |
Proses
merakit batu fosil kayu di dukung dengan material pendukung sehingga
terciptanya suatu produk |
|
Batu fosil salah satu
peninggalan sejarah dan merupakan salah satu kekayaan sumber daya alam di
Indonesia. Batu fosil kayu telah
banyak ditemukan dibanyak tempat di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan, Jambi, dan Flores. Dalam hal ini Indonesia mempunyai fosil kayu
sebagai harta alam terpendam yang melimpah. Di Indonesia banyak belum tahu
keindahan batu fosil kayu tersebut karena bentuknya yang mirip gelondong kayu
orang menjadi acuh tak acuh padahal sebenarnya fosil kayu terlihat� indah dan cantik� jika dipoles sehingga memperlihatkan
lingkaran kambiumnya bewarna. Selain itu batu fosil kayu yang memiliki
keindahan ini, kekurangan populernya karena kurang publikasi. Berdasarkan
ketersediaan bahan baku fosil kayu juga cukup melimpah tetapi hanya kurang
keterampilan dalam pengelolahannya dalam menjualnya Oleh
karena itu penelitian� memiliki gagasan
untuk menerapkan material batu fosil kayu sebagai produk lifestyle.
Dari penelitian ini memilih produk lifestyle untuk
menghemat sumber daya batu fosil karena hanya membutuh sedikit namun memiliki
harga jual yang tinggi dan menjaga keseimbangan akan lebih bertahan lama. Dalam
target lifestyle ini ditujuh
kepada pria yang bekerja dikantoran, sering bertemu
dengan klien sehingga perlu kesan pertama (first impression). Pencarian batu fosil kayu dilakukan di Ratu Onyx
terletak di Tulungagung yang menyediakan beberapa batu seperti batu marmer, onyx, fosilkayu, granit, alam dan
lain-lain. Tujuan observasi di Ratu Onyx untuk
menggali informasi tentang batu fosil kayu dan produk-produk apa yang biasanya
dibuat. Ternyata Ratu Onyx tidak hanya jualan disekitar Tulungagung tetapi berjualan online
dan konsumennya tidak hanya dari dalam negeri namun sampai luar negeri.
Material yang didapatkan� Ratu Onyx seperti batu fosil kayu,batu
alam ,marmer, dan lain-lain dari beberapa tempat seperti Banten, Pacitan,
Kalimantan. Sumber daya alam yang dimiliki batu fosil kayu ini tidak dapat
diperbarui sehingga harus diamanfaatkan dengan bijak.
Andreani, A. P. (2019). Eksplorasi
Karakteristik Material Fosil Kayu Dalam Penerapannya Di Dunia Desain Produk
Industri Kreatif. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Google Scholar.
Dewi, L. M. (2013). Penelitian fosil kayu: status dan
prospeknya di indonesia. Disajikan Pada Diskusi Litbang Anatomi Kayu
Indonesia Di IPB International Convention Center, 3. Google Scholar.
Irawan, B., & Tamara, P. (2013). Dasar-dasar
desain. Griya Kreasi. Google Scholar.
Mackie,
E. R., & Smith, D. M. (2007). Social psychology. Google Scholar.
Palgunadi, B. (2008). Desain produk 3: Mengenal Aspek
Desain: Bandung. Penerbit ITB. Google Scholar.
Copyright holder: Rigel Tikta Kavidhar (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |