Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
HUBUNGAN FUNGSI TIROID DENGAN PERTUMBUHAN PADA ANAK SINDROM DOWN
DI POLI ENDOKRIN ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Hafidhatul Aisy1,
Nur Rochmah2, Hermawan Susanto3,
Azwin Mengindra Putera
Lubis4
1Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
2,4Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga-RSUD
Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia
3Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran,
Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya, Indonesia.
Email:�� 1[email protected], 2[email protected],
[email protected], 4[email protected]
Abstrak
Anak-anak dengan Sindrom
Down (SD) memiliki peningkatan
risiko mengalami disfungsi tiroid. Hormon tiroid berperan
penting dalam proses pertumbuhan sehingga gangguan fungsi tiroid dapat mempengaruhi
pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara fungsi tiroid
dengan pertumbuhan pada anak SD. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode cross-sectional menggunakan sumber data rekam medis pasien.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah fungsi
tiroid dan variabel terikatnya adalah pertumbuhan. Tinggi/ panjang
badan merupakan parameter pertumbuhan
yang dinilai menggunakan kurva standar untuk
anak-anak dengan SD. Hasil dari penelitian ini adalah subjek
penelitian terdiri dari 27 pasien SD (17 laki-laki, 20 perempuan) yang berusia 1 sampai 47 bulan dengan rerata
usia 10.00�10.87 bulan. Distribusi fungsi tiroid terdiri dari 15 hipotiroid sentral (55.6%), 8 hipotiroid subklinis (29.6%), 3 hipotiroid
primer (11.1%), dan 1 eutiroid (3.7%). Mayoritas subjek memiliki tinggi badan normal
(22/27, rerata z-score
-0,03�2,37). Nilai signifikansi korelasi
antara fungsi tiroid (kadar TSH dan FT4) dan pertumbuhan (perubahan z-score) berturut-turut p=0,287 dan p=0,143 yang berarti
p>0,05 sehingga tidak ada korelasi yang signifikan. Sehingga dapaty diterik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara fungsi tiroid dengan
pertumbuhan anak dengan SD. Namun disarankan untuk melakukan skrining fungsi tiroid, mendiagnosis, memonitor, dan memberikan terapi dini pada anak SD untuk mencegah perburukan kondisi perkembangan, pertumbuhan, dan metabolisme.
Kata Kunci: Sindrom Down, pertumbuhan, fungsi tiroid
Abstract
Children
with Down's Syndrome (SD) have an increased risk of developing thyroid
dysfunction. Thyroid hormone plays an important role in the growth process so
that thyroid function disorders can affect its growth. This study aims to
determine the relationship between thyroid function and growth in elementary
school children. Methods: This study is an observational analytic study with a
cross-sectional method using patient medical records as data sources. The
independent variable in this study was thyroid function and the dependent
variable was growth. Height/length is a growth parameter assessed using a
standard curve for children with SD. The results of this study were that the
study subjects consisted of 27 primary school patients (17 boys, 20 girls) aged
1 to 47 months with a mean age of 10.00 � 10.87 months. The distribution of
thyroid function consisted of 15 central hypothyroids
(55.6%), 8 subclinical hypothyroids (29.6%), 3
primary hypothyroids (11.1%), and 1 euthyroid (3.7%).
The majority of subjects were of normal height (22/27, mean z-score
-0.03�2.37). The significance value of the correlation between thyroid function
(TSH and FT4 levels) and growth (change in z-score) was p=0.287 and p=0.143,
which means p>0.05, so there was no significant correlation. So it can be concluded that there is no relationship between
thyroid function and the growth of children with SD. However, it is advisable
to screen thyroid function, diagnose, monitor, and provide early therapy in
elementary school children to prevent worsening of developmental, growth, and
metabolic conditions.
Keywords: Down
syndrome, growth, thyroid function
Pendahuluan
Sindrom Down merupakan kelainan
kromosom yang paling banyak
dijumpai dan paling sering menyebabkan kecacatan intelektual (Kazemi,
Salehi, & Kheirollahi, 2016). Sindrom Down dapat
disebabkan oleh trisomi 21,
translokasi, atau mosaikisme (Khodijah,
Wahidah, Sopariah, & Hasanah, 2022). Angka kejadiannya di Indonesia meningkat hampir 2 kali lipat dari 0.12% pada tahun 2010 menjadi 0.21% tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018).
Anak dengan SD memiliki peningkatan risiko mengalami gangguan fungsi tiroid dengan
angka kejadian 4-18% (Bull,
2011). Gangguan fungsi
tiroid pada anak dengan Sindrom Down meliputi berbagai spektrum klinis seperti: hipotiroid perifer, sentral, subklinis dan hipertiroid (Amr,
2018). Dalam studi cohort yang dilakukan
oleh Lerner,
(2016), anak-anak dengan
Sindrom Down mayoritas menderita hipotiroid subklinis (Hanley,
Lord, & Bauer, 2016).
Hormon tiroid secara
fisiologis memiliki peran penting terhadap
pertumbuhan sehingga gangguan pada fungsi tiroid dapat menghambat
proses pertumbuhan (Potlukova,
2013). Penelitian di Qatar menemukan tinggi badan yang signifikan lebih pendek pada kelompok hipotiroid primer dan hipotiroid subklinis dibandingkan dengan kelompok eutiroid (AlAaraj,
Soliman, Itani, Khalil, & De Sanctis, 2019). Diluar gangguan
fungsi tiroid, anak-anak dengan Sindrom Down sendiri telah mengalami retardasi pertumbuhan sejak didalam kandungan
yang berlanjut hingga akhir masa pertumbuhan (Van
Gameren-Oosterom et al., 2012). Hal ini ditunjukkan dengan tinggi badan yang lebih pendek dan lingkar kepala yang lebih kecil dibandingkan
dengan anak-anak tanpa Sindrom Down (Cronk
et al., 1988).
Penelitian di Indonesia menemukan anak-anak Sindrom Down tanpa kelainan tiroid banyak yang mengalami perawakan pendek sebesar 46.5% dan perawakan sangat pendek sebesar 24.4% (Arifiyah
& Purwanti, 2017). Seiring dengan
banyaknya kasus Sindrom Down yang berperawakan pendek, gangguan fungsi tiroid pada Sindrom Down dikhawatirkan akan memperburuk kondisi pertumbuhan mereka. Namun dilain
sisi kondisi pertumbuhan juga dipengaruhi oleh
banyak faktor lain seperti asupan nutrisi yang diperoleh, faktor genetik, hormon pertumbuhan, hormon pubertas, dan faktor lingkungan seperti tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi orang tua (De
Pee, Taren, & Bloem, 2017).
Karena banyaknya
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, penelitian ini perlu dilakukan guna mengkonfirmasi apakah pertumbuhan pada anak dengan Sindrom
Down dipengaruhi oleh fungsi
tiroid atau mungkin oleh faktor lain. Terlebih lagi di Indonesia penelitian mengenai hubungan fungsi tiroid dengan
pertumbuhan pada anak Sindrom Down belum banyak diteliti. Oleh karena itu penelitian
ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara fungsi tiroid dengan
pertumbuhan pada anak Sindrom Down.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional.
Data penelitian diperoleh dari rekam medis
pasien anak Sindrom Down di Poli Endokrin
Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode
April 2018 � Juni 2021. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah fungsi tiroid,
sementara variabel terikatnya adalah pertumbuhan. Status pertumbuhan dinilai berdasarkan kurva standar pertumbuhan
untuk anak Sindrom Down (Zemel
et al., 2015). Hasil data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Spearman dan diolah
secara statistik melalui aplikasi SPSS (Statistical Package for the Social Sciences).
Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik penelitian
kesehatan RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Penelitian ini melibatkan
27 rekam medis dengan 17 laki-laki dan 10 perempuan, masing-masing sebesar
63% dan 37%. Karakteristik subjek
ditunjukkan pada Tabel 1
dan 2. Frekuensi distribusi
usia terbanyak adalah bayi (<12 bulan) sebanyak 20 pasien (74,1%). Persebaran usia pasien dimulai
dari usia termuda yaitu 1 bulan dan tertua 47 bulan dengan rata-rata
10,00�10,87 bulan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan
kariotipe genetik didapatkan bahwa seluruh subjek menderita Sindrom Down tipe trisomi 21. Sebagian besar subjek penelitian
memiliki tinggi badan
normal baik pada pemeriksaan
pertama maupun kedua dengan rerata
z-score tinggi badan menurut
usia masing-masing -0,03�2,37 dan -0,05�1,78. Rerata z-score dalam batas normal yaitu -2 ≤ z
≤ 3. Distribusi fungsi
tiroid terbanyak adalah hipotiroid sentral dengan jumlah 15 pasien (55,6%). Rerata usia onset diagnosis fungsi tiroid adalah
8,99�10,77 bulan, sementara
rerata rentang waktu antara pemeriksaan
pertama dan kedua adalah 16,41�13,82 bulan.
Tabel 1
Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik |
N
(%) |
Jenis kelamin |
|
�� Laki-laki |
17 (63) |
�� Perempuan |
10 (37) |
Usia |
|
� Bayi <12 months |
20 (74.1) |
� Anak-anak ≥12 months |
7 (25.9) |
Kariotipe genetik |
|
�� Trisomi 21 |
27 (100) |
Tinggi badan menurut usia |
|
�� Perawakan sangat
pendek |
2 (7.4) |
�� Perawakan pendek |
1 (3.7) |
�� Perawakan normal |
22 (81.5) |
�� Perawakan tinggi |
2 (7.4) |
Fungsi tiroid |
|
�� Hipotiroid
primer |
3 (11.1) |
�� Hipotiroid sentral |
15 (55.6) |
�� Hipotiroid subklinis |
8 (29.6) |
�� Eutiroid |
1 (3.7) |
Tabel 2
Karakteristik Dasar
Subjek Penelitian
Karakteristik |
Rerata�SD |
Minimum |
Maksimum |
Frekuensi |
Usia (bulan) |
10,00�10,87 |
1 |
47 |
27 |
Usia saat didiagnosis fungsi tiroid (bulan) |
8,99�10,77 |
0 |
47,5 |
27 |
Tinggi badan menurut usia (z-score) pemeriksaan
pertama |
-0,03�2,37 |
-5,09 |
6,71 |
27 |
Tinggi badan menurut usia (z-score) pemeriksaan
kedua |
-0,05�1,78 |
-3,95 |
5,59 |
27 |
Rentang pemeriksaan pertama dan kedua (bulan) |
16,41�13,82 |
0 |
51 |
27 |
Tabel 3
Hubungan antara Kadar TSH dengan Perubahan Tinggi Badan
Variabel |
Uji Normalitas |
Nilai P (Spearman test) |
Kadar TSH |
0,000 |
0,287 |
Perubahan tinggi badan |
0,005 |
Berdasarkan tabel 5.5, nilai p adalah
0,287 (p>0.05), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar TSH dengan perubahan tinggi badan pada anak Sindrom Down.
Tabel 4
Hubungan antara Kadar FT4 dengan Perubahan Tinggi Badan
Variabel |
Uji Normalitas |
Nilai P (Spearman test) |
Kadar FT4 |
0,001 |
0,143 |
Perubahan tinggi badan |
0,005 |
Berdasarkan tabel 5.6, nilai p adalah
0,143 (p>0.05), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar FT4 dengan perubahan tinggi badan pada anak Sindrom Down.
Pembahasan
Diagnosis fungsi
tiroid terbanyak dalam penelitian ini adalah hipotiroid
sentral dengan jumlah 15 pasien (55,6%), diikuti dengan hipotiroid subklinis 8 pasien (29,6%), hipotiroid primer
3 pasien (11,1%), dan eutiroid
1 pasien (3,7%). Beberapa penelitian menyatakan bahwa mayoritas menderita hipotiroid subklinis (AlAaraj
et al., 2019). Hal ini serupa
dengan kasus penelitian ini dimana hipotiroid subklinis menduduki posisi kedua terbanyak
dengan presentasi 32,1% dari total sampel.
Berdasarkan hasil pengukuran
tinggi badan menurut usia menggunakan kurva pertumbuhan khusus Sindrom Down, penelitian ini didominasi oleh perawakan normal
22 (81,5%), diikuti perawakan
sangat pendek 2 (7,4%), perawakan
tinggi 2 (7,4%), dan perawakan
pendek 1 (3,7%). Hal ini serupa dengan penelitian
Faizi et al
(2022), dimana anak-anak Sindrom Down dengan hipotiroid didominasi perawakan normal sebesar 58,9%
dan sisanya perawakan pendek 41,1% (Faizi,
Rochmah, Hisbiyah, & Endaryanto, 2022). Dominasi perawakan
normal dalam penelitian ini dapat disebabkan
oleh onset usia diagnosis fungsi
tiroid yang lebih awal yaitu rerata
8,99�10,77 bulan. Secara fisiologis pada masa bayi hingga usia sekitar
18 bulan, pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh asupan
nutrisi yang cukup. Karena gangguan fungsi tiroid yang terdeteksi di awal, maka pertumbuhan
belum banyak terganggu dan mungkin bayi memperoleh asupan nutrisi yang cukup sehingga banyak dari subjek
penelitian yang berperawakan
normal (Dayal
et al., 2014).
Namun bila dibandingkan
dengan populasi umum, anak-anak Sindrom Down memiliki tinggi badan yang lebih pendek. Hal ini disebabkan karena anak Sindrom Down telah mengalami retardasi pertumbuhan sejak kehidupan prenatal dan berlanjut hingga akhir masa pertumbuhan (Cronk
et al., 1988). Penyebab anak
Sindrom Down mengalami retardasi pertumbuhan belum diketahui secara pasti. Kemungkinan
dapat disebabkan oleh kelainan pada susunan genetik itu sendiri
(Van
Gameren-Oosterom et al., 2012).
Berdasarkan Table 3 dan 4, tidak ditemukan hubungan antara masing-masing kadar TSH
dan FT4 dengan perubahan tinggi badan. Peneliti lain menemukan bahwa terdapat hubungan antara kadar FT4 dengan perubahan tinggi badan sebagai bentuk dampak positif
dari terapi T4 terhadap pertumbuhan linier (AlAaraj
et al., 2019). Pada penderita hipotiroid
jelas, pemberian terapi T4 dapat membantu perkembangan otak yang optimal pada masa bayi,
mengejar pertumbuhan pada
masa anak-anak, dan memperbaiki
metabolisme di semua usia (Marchal
et al., 2014). Sebaliknya pemberian
terapi yang tertunda pada penderita hipotiroid kongenital dapat menyebabkan kecerdasan intelektual menurun (Pulungan,
Oldenkamp, van Trotsenburg, Windarti, & Gunardi, 2019).
Pertumbuhan linier ditandai dengan
penambahan tinggi badan
yang merupakan hasil dari maturasi lempeng
pertumbuhan. Hormon tiroid merupakan salah satu regulator maturasi lempeng pertumbuhan yang memiliki efek langsung
terhadap hipertrofi sel kondrosit dan efek tidak langsung
melalui stimulasi hormon pertumbuhan (Sperling,
2020). Pertumbuhan seluruh
tubuh secara normal tidak dapat terjadi
tanpa adanya hormon tiroid meskipun
jumlah hormon pertumbuhan memadai (Potlukova,
2013). Sehingga gangguan
pada fungsi hormon tiroid dapat menghambat
proses pertumbuhan
Sebuah penelitian di Qatar membandingkan
tinggi badan anak Sindrom Down antara 3 kelompok fungsi tiroid berbeda pada saat sebelum dan sesudah diterapi T4, ditemukan tinggi badan yang signifikan lebih pendek pada kelompok hipotiroid primer dan hipotiroid subklinis dibandingkan dengan kelompok eutiroid sebelum diterapi dengan T4. Namun setelah pemberian
terapi T4, tidak ditemukan perbedaan tinggi badan yang signifikan diantara 3 kelompok tersebut (AlAaraj
et al., 2019). Studi lain dengan
model randomized placebo-controlled trial
(RCT) menemukan bahwa pemberian terapi T4 pada anak Sindrom Down dengan hipotiroid sublikinis memberikan hasil tinggi badan yang lebih tinggi serta
lingkar kepala yang lebih besar dibandingkan
dengan yang diberi plasebo (Marchal
et al., 2014).
Di indonesia,
kebijakan mengenai skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir telah
di tetapkan dalam Permenkes nomor 78 tahun 2014. Meskipun program ini telah ditetapkan,
dukungan keuangan dari pihak yang berwenang tidak memadai sehingga implementasinya menjadi sulit terlebih lagi pada kasus Sindrom Down. Hal ini menunjukkan pentingnya melakukan skrining fungsi tiroid, diagnosis,
monitoring, dan pemberian terapi
awal pada anak Sindrom Down dengan disfungsi tiroid guna meminimalisir perburukan kondisi perkembangan, pertumbuhan, dan metabolisme (Amr,
2018). Berdasarkan pedoman
American Academy of Pediatric
(AAP), skrining fungsi tiroid pada anak Sindrom Down dimulai sejak lahir, usia
6 bulan, usia 12 bulan, dan setiap tahun setelahnya (Bull,
2011).
Adapun keterbatasan
dari penelitian ini yaitu tidak
meneliti komorbid lain yang
mungkin ikut mempengaruhi pertumbuhan pada anak Sindrom Down. Selain itu penelitian
ini juga tidak meneliti antibodi tiroid yang bisa menjadi penyebab dari disfungsi tiroid yang dialami oleh subjek penelitian. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian sejenis yang ikut memasukkan komorbid lain dan pemeriksaan antibodi tiroid dalam variabel
penelitian.
Kesimpulan
Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa distribusi hasil tes fungsi tiroid
pada anak Sindrom Down
paling banyak mengalami hipotiroid sentral, diikuti hipotiroid subklinis, hipotiroid primer, dan
eutiroid. Tinggi badan anak
Sindrom Down berdasarkan pengukuran tinggi badan menurut usia sebagian
besar berkeperawakan
normal. Tidak terdapat hubungan antara fungsi tiroid dengan
pertumbuhan pada anak Sindrom Down.
AlAaraj,
Nada, Soliman, Ashraf T., Itani, Maya, Khalil, Ahmed, & De Sanctis,
Vincenzo. (2019). Prevalence of thyroid dysfunctions in infants and children
with Down Syndrome (DS) and the effect of thyroxine treatment on linear growth
and weight gain in treated subjects versus DS subjects with normal thyroid
function: a controlled study. Acta Bio Medica: Atenei Parmensis, 90(Suppl
8), 36. Google Scholar.
Amr,
Nermine H. (2018). Thyroid disorders in subjects with Down syndrome: an update.
Acta Bio Medica: Atenei Parmensis, 89(1), 132. Google Scholar.
Arifiyah,
Arifiyah, & Purwanti, Asri. (2017). Hubungan antara Insulin-like Growth
Factor-1 dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sindrom Down. Sari
Pediatri, 16, 350�356. Google Scholar.
Bull,
Marilyn J. (2011). Committee on Genetics the C on, Schieve L, Boulet S, Boyle
C, Rasmussen S, Schendel D, Roizen N, Patterson D, Murphy J, et al. Health
supervision for children with Down syndrome. Pediatrics, 128,
393�406. Google Scholar.
Cronk,
Christine, Crocker, Allen C., Pueschel, Siegfried M., Shea, Alice M., Zackai,
Elaine, Pickens, Gary, & Reed, Robert B. (1988). Growth charts for children
with Down syndrome: 1 month to 18 years of age. Pediatrics, 81(1),
102�110. Google Scholar.
Dayal,
Devi, Jain, Puneet, Panigrahi, Inusha, Bhattacharya, Anish, Sachdeva, Naresh,
Rose, Winsley, Veeraraghavan, Balaji, Pragasam, Agila Kumari, & Verghese,
Valsan Philip. (2014). Thyroid dysfunction in Indian children with Down
syndrome. Indian Pediatrics, 51(9), 751�753. Google Scholar.
De
Pee, Saskia, Taren, Douglas, & Bloem, Martin W. (2017). Nutrition and
health in a developing world. Google Scholar.
Faizi,
Muhammad, Rochmah, Nur, Hisbiyah, Yuni, & Endaryanto, Anang. (2022).
Height-for-age in Children under 5 Years Old with Down Syndrome and
Hypothyroidism. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 16(1).
Google Scholar.
Hanley,
Patrick, Lord, Katherine, & Bauer, Andrew J. (2016). Thyroid disorders in
children and adolescents: a review. JAMA Pediatrics, 170(10),
1008�1019. Google Scholar.
Kazemi,
Mohammad, Salehi, Mansoor, & Kheirollahi, Majid. (2016). Down syndrome:
current status, challenges and future perspectives. International Journal of
Molecular and Cellular Medicine, 5(3), 125. Google Scholar.
Khodijah,
Rizkah, Wahidah, Qonitatul, Sopariah, Dina, & Hasanah, Lathipah. (2022).
Pengalaman Orangtua dalam merawat Anak Down Syndrom: literatur Review. Jurnal
Pelita PAUD, 6(2), 278�286. Google
Scholar.
Lerner,
Richard M. (2016). Complexity embraced and complexity reduced: A tale of two
approaches to human development. Human Development, 59(4),
242�249. Google Scholar.
Marchal,
Jan Pieter, Maurice-Stam, Heleen, Ikelaar, Nadine A., Klouwer, Femke C. C.,
Verhorstert, Kim W. J., Witteveen, M. Emma, Houtzager, Bregje A., Grootenhuis,
Martha A., & van Trotsenburg, A. S. Paul. (2014). Effects of early
thyroxine treatment on development and growth at age 10.7 years: follow-up of a
randomized placebo-controlled trial in children with Down�s syndrome. The
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 99(12),
E2722�E2729. Google Scholar.
Potlukova,
Eliska. (2013). Current topics in hypothyroidism with focus on development.
BoD�Books on Demand. Google Scholar.
Pulungan,
Aman Bhakti, Oldenkamp, Myrte Everarda, van Trotsenburg, Adrianus Sarinus
Paulus, Windarti, Wiwik, & Gunardi, Hartono. (2019). Effect of delayed
diagnosis and treatment of congenital hypothyroidism on intelligence and
quality of life: an observational study. Medical Journal of Indonesia, 28(4),
396�401. Google Scholar.
Sperling,
Mark A. (2020). Sperling Pediatric Endocrinology E-Book. Elsevier Health
Sciences. Google Scholar.
Van
Gameren-Oosterom, Helma B. M., Van Dommelen, Paula, Oudesluys-Murphy, Anne
Marie, Buitendijk, Simone E., Van Buuren, Stef, & Van Wouwe, Jacobus P.
(2012). Healthy growth in children with Down syndrome. PLoS One, 7(2),
e31079. Google Scholar.
Zemel,
Babette S., Pipan, Mary, Stallings, Virginia A., Hall, Waynitra, Schadt, Kim,
Freedman, David S., & Thorpe, Phoebe. (2015). Growth charts for children
with Down syndrome in the United States. Pediatrics, 136(5),
e1204�e1211. Google Scholar.
Copyright
holder: Hafidhatul Aisy, Nur Rochmah, Hermawan Susanto, Azwin Mengindra Putera Lubis (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |