Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
EFEKTIFITAS ORGANISASI KANTOR UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA
SANGU BUNTOK
Idi Adman Ismail
Universitas Terbuka, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi untuk mengetahui
seberapa efektif nya organisasi Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Sanggu
Buntok dilihat dari fenomena menurunnya
jumlah penumpang pengguna jasa transportasi
udara penerbangan perintis. Untuk
merespons hal ini maka peneliti melakukan penelitian untuk
meningkatkan efektifitas
dan mencari solusi dalam hal meningkatkan
jumlah penumpang pesawat udara yang menggunakan jasa penerbangan perintis. Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini antara lain: (1) Mengetahui bagaimana efektifitas
Bandar Udara Sanggu Buntok; (2) Mengetahui faktor pendukung
efektifitas; dan (3) Mengetahui
faktor penghambat efektifitas. Dari hasil penelitian direkomendasikan kepada
kepala bandara
beserta pejabat pemda terkait hendaknya
secara aktif dan bersinergi dapat mengusulkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengenai usulan pengembangan fasilitas Bandar Udara Sanggu untuk dapat dimasukkan
sebagai Proyek Strategis Nasional agar kepastian
dana APBN mendapat prioritas
dari pemerintah.
Kata Kunci: efektifitas; wawancara; penerbangan perintis
Abstract
The background of
this research is to find out how effective the organization of the Sanggu Buntok Airport Management
Unit Office is in terms of the phenomenon of the decreasing number of
passengers using pioneering air transportation services. To respond to this,
researchers conducted research to increase effectiveness and find solutions in
terms of increasing the number of airplane passengers using pioneer flight
services. The objectives to be achieved in this research include: (1) Knowing
how effective Sanggu Buntok
Airport is; (2) Knowing the factors supporting effectiveness; and (3) knowing
the inhibiting factors of effectiveness. From the results of the research it is recommended that the head of the airport and
related regional government officials should actively and synergize be able to
propose to the Directorate General of Civil Aviation regarding the proposed
development of Sanggu Airport facilities to be
included as a National Strategic Project so that certainty of APBN funds will
receive priority from the government.
Keywords: effectiveness; interview; pioneer flight
Pendahuluan
Setiap organisasi
apapun bentuknya dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efesien, membutuhkan para pekerja yang mempunyai sikap dan kemampuan kerja, loyalitas serta rasa tanggung jawab yang tinggi sehingga mampu merealisasikan semua tugas dan kewajiban yang di embankan kepada mereka tanpa
merasakan adanya keterpaksaan.
Dalam meningkatkan
efektifitas kerja pegawai diperlukan beberapa faktor yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan dalam berorganiasi pada suatu unit kerja pemerintah salah satunya komunikasi yang efektif dan efisien. Jadi segala aktivitas yang ada di dalam lingkungan organisasi maupun di luar lingkungan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, teratur dan terarah sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, pegawai harus dapat
meningkatkan efektifitas kerja yang maksimal. Pernyataan ini
sesuai dengan pendapat (Hasibuan, 2003) yang mengatakan bahwa efektifitas merupakan
suatu keadaan keberhasilan kerja yang sempurna sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Supaya dapat menjamin
suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan
efektifitas kerja karyawan dalam suatu organisasi
perlunya pengaruh dari struktur organisasi
sehingga dapat menimbulkan kuantitas kerja, kualitas kerja, dan pemanfaatan waktu dan peningkatan sumber daya manusia.
Dalam penulisan
ini penulis mencoba menggali tentang seberapa efektifnya organisasi Kantor UPBU
Sanggu Buntok dalam memberikan pelayanan terhadap pengguna jasa transportasi
udara. Fenomena yang terjadi saat ini adalah
terjadinya penurunan jumlah penumpang yang menggunakan jasa transportasi udara di Bandar
Udara Sanggu Buntok, sehingga efektifitas Bandara Sanggu Buntok dipertanyakan
dalam meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan moda transportasi udara. Penulis juga akan meneliti dan menguraikan serta memberikan alternative pemecahan masalah yang timbul sehingga efektifitas Bandara Sanggu sebagai Bandara yang melayani masyarakat ataupun penumpang pesawat udara sebagai
pengguna jasa moda transportasi udara agar dapat dilaksanakan secara maksimal serta memberikan dampak positif bagi masyarakat
secara umum dan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan wilayah Kabupaten
Barito Selatan.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan
dan tujuan penelitian seperti yang telah dipaparkan pada bagian pendahuluan, maka penelitian ini dapat dikatakan termasuk didalam jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk mengkaji secara mendalam tentang phenomena alamiah yang terjadi, dengan data utama berupa kata-kata atau pernyataan orang (informan) yang apa adanya. Mengingat bahwa permasalahan yang diteliti merupakan sebuah kasus yang terjadi didalam sebuah organisasi, maka metode penelitian
yang digunakan adalah metode �studi kasus�.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan di lapangan (field
research). Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-
lain. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami
fenomena atau gejala sosial dengan
lebih menitik-beratkan pada
gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena dikaji.
Pendekatan kualitatif berarti mengumpulkan data bukan berupa angka-
angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Bogdan dan Taylor dalam (Moleong, 2010), menjelaskan �metode kualitatif sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang maupun perilaku
yang dapat diamati�.
2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah Pegawai di Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Sanggu Buntok, yang merupakan Bandar UdaraPerintis yang berada dibawah Kementerian Perhubungan. Peneliti meyakini dapat lebih intensif dalam menggali informasi, fokus dalam mendapatkan data yang valid serta mengetahui permasalahan internal dan eksternal yang ada di Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara Kelas III Sanggu
Buntok sehingga diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat ditemukan
langkah � langkah efektif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi di mana efektifitas organisasi Bandar
Udara Sanggu Buntok dapat ditingkatkan dengan terselenggaranya penerbangan yang ramai� diminati masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi
udara serta dapat meningkatkan perekonomian.
Wawancara juga dilakukan melalui panduan wawancara. Informan-informan berasal dari Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara Sanggu Buntok,
Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Selatan,
dan stakeholder yang terkait dengan
jasa transportasi udara, diantaranya adalah :
1)
Kepala Bandar Udara Sanggu Buntok
2)
Kepala Urusan Tata Usaha
Bandar Udara Sanggu Buntok
3)
Kepala Bidang
Infrastruktur dan Pengembangan
Wilayah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Barito Selatan
4)
Informan merupakan
pegawai Bandar Udara Sanggu
Buntok
5)
Stakeholder yang terkait sebagai pengguna jasa transportasi udara
3. Teknik Pengumpulan
Data
Prosedur
pengumpulan data dilakukan secara fleksibel sesuai dengan keperluan dan keadaan
di lapangan, namun tetap dijaga konsistensi dan kecermatan penggunaan
teknik-tekniknya, sehingga informasi yang diperoleh terjaga dan memenuhi
standar yang dipersyaratkan dalam penelitian kualitatif. Peneliti juga
menggunakan alat bantu berupa: tape
recorder, kamera, perlengkapan untuk keperluan format-format data serta
alat tulis.
Teknik
pengumpulan data merupakaan
langkah yang paling utama dalam sebuah penelitian,
karena tujuan dari sebuah penelitian
bisa tercapai apabila cara untuk
memperoleh data sesuai dengan objek atau
subjek penelitian.Udara
Sanggu Buntok.
Observasi adalah cara pengumpulan data atau informasi dengan jalan mengamati
langsung terhadap aktifitas-aktifitas yang berhubungan
dengan masalah yang diangkat oleh penulis berdasarkan informasi data penerbangan yang terevaluasi setiap tahun Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Sanggu
Buntok sesuai dengan Data Lalu Lintas Angkutan
Udara Perintis Tahun Anggaran 2018 sampai dengan Tahun Anggaran
2020, Observasi dapat disimpulkan dengan data tersebut dalam lampiran. Observasi yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan hari-hari yang dilaksanakan oleh pegawai Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara Sanggu Buntok.
Dengan malakukan obsevasi, penulis menjadi tahu tentang
permasalahan yang terjadi dalam tata cara berorganisasi yang tidak efektif di kantor tersebut.
Metode wawancara (interview)
yaitu percakapan antara beberapa orang yang disebut pewawancara dan informan atau narasumber.
Dengan kata lain, wawancara
merupakan bentuk komunikasi secara lisan yang dilakukan oleh beberapa orang, baik secara langsung ataupun tidak langsung,
untuk mengumpulkan informasi tertentu.Metode
wawancara (interview) memiliki
makna lebih dan memiliki tujuan jelas dibandingkan dengan percakapan biasa.
Teknik
pengumpulan data dengan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok
subjek penelitian untuk dijawab. Wawancara dilakukan dengan pimpinan kantor bandara sanggu bapak Mohamad Arifin, dengan staff bidang kepegawaian bapak Lukman Hadi Saputro, bidang
perencanaan Syahri Dafiq, bidang teknik
operasi keselamatan dan pelayanan darurat bapak Purwo Setiono,
Kepala Urusan Tata Usaha bapak I Wayan Wira, dan bidang penerimaan PNBP ibu Ani Tarigan . Data yang terkumpul pada saat wawancara adalah Data lalu lintas udara tahun
2019-2020, Daftar Urut Kepangkatan,
Rencana Induk Bandar Udara,
Rancangan Teknik Terinci, Peraturan Pemerintah tentang Bandar Udara, dokumentasi
tentang sejarah bandar udara dan Surat Perjanjian
Kinerja antara Kepala
Bandara dengan Dirjen Perhubungan Udara. Selain dengan pimpinan dan para staff di
Bandara Sanggu wawancara
juga dilakukan dengan stakeholder
terkait dan masyarakat sekitar seperti instansi pemerintah daerah yang membidangi BAPPEDA dengan bapak edy
haryadi sebagai kepala bidang pembangungan
dan tatanan wilayah, dengan
bapak Suardi sebagai ketua RT.003 dusun selatan dan bapak Akhirul Fajar
Sodik sebagai pelaku usaha.
Pengumpulan data dihentikan
setelah data yang diperoleh
dianggap �jenuh� yaitu setelah tidak
ada jawaban baru lagi dari
lapangan. Artinya, peneliti selalu memperoleh informasi yang sama atau sejenis
dari informan-informan baru. Situasi ini
ditandai dengan data yang terkumpul selalu menunjukkan hal yang sama dari berbagai
situasi dan sumber yang berbeda.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian nantinya akan didapat dari
wawancara, kuisioner ataupun observasi di lapangan. Dokumen Perencanaan yang dimiliki Bandar
Udara Sanggu Buntok dapat pula digunakan sebagai acuan adalam
tahapan proses pengembangan.
Hal ini nanti akan dilakukan secara efektif, terukur, terencana dan melibatkan pihak-pihak yang kompeten. Angka Statistik dari berbagai sumber
digunakan pula sebagai
parameter untuk mencapai hasil yang optimal dari penelitian ini, berupa data statistik pergerakan pengguna jasa transportasi dari berbagai moda,
data perkembangan penduduk
dan data Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan untuk sinkronisasi pengembangan sesuai Rencana Kerja Strategis Bandar Udara Sanggu Buntok.
Fokus pengumpulan data adalah memanfaatkan data yang ada di tahun sebelumnya dan prediksi data yang bersumber dari observasi di lapangan dengan Pedoman Wawancara yang dilakukan terhadap pejabat yang terkait serta stakeholder Bandara Sanggu.
5. Data Penelitian
Dalam menjawab permasalahan maka diperlukan data yang mendukung
yang dapat diperoleh dari sumber data. Sumber data dibagi atas dua sumber
yaitu:
1.
Data Primer
Dalam penelitian ini, data primer didapatkan melalui wawancara langsung dengan informan yang ditentukan dari keterkaitan informantersebut dengan masalah penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan
data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen
pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman wawancara, hingga kamera untuk
foto atau untuk merekam gambar.
Data primer merupakan data yang didapat
dari sumber pertama, baik dari
individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang bisaa dilakukan oleh peneliti.
2.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber-sumber yang mengutip dari data lain atau tidak langsung
yaitu meliputi monografi, dokumentasi maupun bentuk-bentuk yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder merupakan data primer
yang diperoleh oleh pihak
lain atau data primer yang telah
diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Metode pengumpulan data sekunder sering disebut juga dengan metode penggunaan
bahan dokumen. Karena dalam hal ini,
peneliti tidak secara langsung mengambil data sendiri tapi meneliti dan memanfaatkan data yang dihasilkan
oleh pihak-pihak lain. Data
sekunder diperoleh dengan cara menghubungi
pihak yang memiliki data tersebut, misalnya Badan Pusat Statistik (BPS) baik yang dipublikasikan dalam edisi khusus maupun
data yang belum dipublikasikan.
Studi dokumen adalah metode pengumpulan
data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian.
6. Analisis Data
Pada
penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan peneliti menggunakan model Miles and Huberman. Analisis
data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai (Miles, 1992). mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu, data
reduction, data display, dan conclusion drowing/verification
(Sugiyono, 2007). Dalam analisis data, peneliti menggunakan model interactive
model, yang unsur-unsurnya meliputi
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan conclutions drowing/verifiying. Teknik analisis
data pada penelitian ini penulis menggunakan tiga prosedur perolehan
data.
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah
proses penyempurnaan data, baik
pengurangan terhadap data
yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan data yang dirasa masih kurang. Data yang diperoleh di lapangan mungkin jumlahnya sangat banyak. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang akan direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2007).
2. Penyajian Data/ Display
Dengan mendisplay atau menyajikan data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah itu perlu adanya
perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam penyajian data selain menggunakan teks secara naratif,
juga dapat berupa bahasa nonverbal seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel. Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau pengelompokan-pengelompokan
yang diperlukan. Miles and Huberman dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart
dan sejenisnya. Ia mengatakan �yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif� (Sugiyono, 2007).
3. Verifikasi Data (Conclusions drowing/verifiying)
Langkah
terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi data. Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara, dan akan ada perubahan-perubahan bila tidak dibarengi
dengan bukti-bukti pendukung yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan yag dikemukan pada tahap awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya (Sugiyono, 2007).
Model Analisis Interaktif
(Miles dan Huberman)
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Penelitian ini dilakukan dari
melihat fenomena yang terjadi dibuat berdasarkan data yang ada, melalui survey dan wawancara dari berbagai sumber
dan dibuat sebagai tanggung jawab penulis dalam mngoptimalkan
efektifitasorganisasi Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara Sanggu Buntok untuk meningkatkan jumlah penumpang pesawat udara. Berdasarkan penjelasan diatas ditemukan mengenai terjadi penurunan jumlah penumpang pesawat udara di Bandara Sanggu Buntok. Mengapa hal ini bisa
terjadi, bagaimana cara mengatasi persoalan tersebut.
Bandar Udara Sanggu Buntok yang merupakan Bandara Perintis yang melayani rute penerbangan Buntok Banjarmasin PP merupakan
Bandar Udara pengumpan yang mengumpulkan
penumpang dari daerah yang terpencil untuk diarahkan ke Bandara sebagai Bandara Induk untuk kemudian
menyebarkan lagi ke kota kota
besar di seluruh Indonesia.
Berdasarkan Peraturan
Menteri Perhubungan No. PM 69 Tahun
2013 bahwa Bandar Udara Sanggu Buntok memiliki peran sebagai :
a)
simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya
yaitu bandar udara dijadikan sebagai titik pertemuan beberapa jaringan dan rute angkutan udara.
b) pintu gerbang kegiatan perekonomian yaitu lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara dijadikan sebagai pintu gerbang kegiatan
perekonomian dalam upaya pemerataan pembangunan, pertumbuhandan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
c)
tempat kegiatan alih moda transportasi
yaitu sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda
transportasi lain atau sebaliknya dalam bentuk interkoneksi antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan
peningkatan kualitas pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan.
d) pembuka isolasi daerah dan pengembangan daerah perbatasan yaitu keberadaan bandar udara diharapkan dapat membuka daerah
terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena sulitnya
moda transportasi lain, penghubung daerah perbatasan dalam rangka mempertahankan
wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
e)
prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan kedaulatan
Negara yaitu titik-titik lokasi bandar udara di wilayah nusantara saling terhubungkan dalam suatu jaringan dan rute penerbangan sehingga dapat mempersatukan wilayah untuk kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hierarkinya, Bandar Udara Sanggu Buntok merupakan
Bandar Udara pengumpan yaitu :
a)
bandar udara yang mempunyai
cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi lokal.
b) bandar udara tujuan atau bandar udara penunjang dari bandar udara pengumpul
c)
bandar udara sebagai
salah satu prasarana penunjang pelayanan kegiatan lokal.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan maka ditemukan beberapa permasalahan yang timbul dalam efektifitas organisasi di Bandar Udara Sanggu
Buntok.
1.
Terjadi Penurunan Jumlah Penumpang Pengguna Jasa Transportasi Udara Penerbangan Perintis
Dalam perkembangannya sejak tahun 1983 sampai dengan awal
Tahun 2000 Bandar Udara Sanggu
Buntok merupakan tulang punggung transportasi yang sangat diandalkan
oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan perekonomiannya keluar ataupun masuk menuju
kota Buntok Kabupaten Barito Selatan. Pada masa itu
frekuensi penerbangan dari dan menuju Buntok sebanyak tujuh kali dalam seminggu di Bandar Udara Sanggu Buntok. Penurunan jumlah penumpang mulai terlihat di Tahun 2006 sampai dengan saat sekarang
dimana frekuensi penerbangan hanya dua kali dalam seminggu. Berdasarkan data yang didapatkan dilapangan
sejak tahun 2018 hingga 2020 terjadi penurunan jumlah penumpang secara drastis.
Dari kegiatan wawancara terlihat bahwa pengguna jasa penerbangan
perintis mengalami penurunan yang signifikan dikarenakan beberapa faktor seperti :
a)
Kapasitas yang disediakan pesawat twin
otter maximal 12 seat yang menjadikan faktor utama penurunan jumlah penumpang di Bandar Udara Sanggu
b)
Rute penerbangan yang kurang beragam
c)
Seringnya terjadi cancel flight pada penerbangan
perintis
d)
Masyarakat
kurang percaya menggunakan pesawat kecil berbaling baling
e)
Sarana
jalan darat yang cukup memadai bagi
masyarakat menuju kota lainnya
2.
Bagaimana Efektifitas Organisasi Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara Sanggu Buntok
Menjawab hal ini peneliti
melakukan observasi di lapangan dan melakukan wawancara dengan berbagai sumber untuk mengetahui seberapa besar efektifitas Bandar Udara Sanggu ini. Hal lain yang dilakukan adalah dengan menggali
data yang diperoleh dari
Bandara Sanggu berupa statistik data penerbangan, dokumentasi kegiatan penerbangan dari masa ke masa, data perencanaan dan pengamatan langsung aktifitas operasional Bandar
Udara Sanggu dalam melayani masyarakat pengguna jasa transportasi
udara.
Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti terdapat beberapa hal yang ditemukan untuk mengukur efektifitas organisasi Bandar Udara Sanggu . Dapat
dilihat bahwa efektifitas Bandara Sanggu Buntok dalam beberapa
hal sudah dapat dikatakan sudah cukup efektif dan maksimal mencapai target kinerja yang direncanakan, hal ini terlihat dari indikator :
1)
meningkatnya keselamatan dan
keamanan transportasi udara
2)
meningkatnya kinerja pelayanan
3)
meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik
4)
dilihat dari indeks kepuasan pengguna jasa layanan
bandar udara
5)
tingkat penyerapan anggaran bandar udara
6)
nilai aset bandar udara yang berhasil diinventarisasi,
7)
pencapaian target Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP)
8)
Namun dalam hal jumlah penumpang
yang diangkut, jumlah pergerakan pesawat, masih belum mencapai
target yang diinginkan
Hal ini tidak sesuai
dengan hirarki sebuah Bandar Udara yang memiliki
tujuan menyelenggarakan kegiatan penerbangan dalam melayani masyarakat untuk menggunakan jasa penerbangan secara aman dan selamat, sebagai tempat kegiatan alih moda transportasi
yaitu sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda
transportasi lain atau sebaliknya dalam bentuk interkoneksi antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan
peningkatan kualitas pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan.
Peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan penyelenggaraan penerbangan di Bandara Sanggu belum efektif dan perlu di temukan solusi untuk meningkatkan
fungsi dari Bandara Sanggu Buntok agar manfaatnya dapat di rasakan langsung oleh masyakat Barito Selatan.
3.
Faktor faktor apa saja yang mendukung Efektifitas Organisasi Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara Sanggu Buntok ?
Dalam menggali informasi untuk menemukan faktor pendukung yang dapat meningkatkan efektifitas Bandar Udara Sanggu, peneliti melakukan observasi di lapangan berupa wawancara dengan berbagai narasumber terkait, pengumpulan data pendukung dari Kantor UPBU Sanggu, serta membandingkan data tersebut dengan data yang dimiliki Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Hasil dari observasi dilapangan yang dilakukan melalui wawancara dengan pegawai dan stake holder
yang terkait serta data pendukung lainnya ditemukan kesimpulan mengenai faktor pendukung yang dapat meningkatkan efektifitas Bandar
Udara Sanggu, sebagai berikut:
1)
Keberadaan
Bandara Sanggu yang telah ada sejak dulu
2)
Trend masyarakat saat ini yang gemar bepergian untuk berbagai keperluan
3)
Potensi sumber daya alam
yang dimiliki Kabupaten
Barito Selatan
4)
Dokumen perencanaan yang matang
5)
Organisasi
Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Sanggu merupakan Instansi Pemerintah yang siap melayani kegiatan
operasional penerbangan dengan SDM yang berkompeten.
6)
Rencana pemindahan IKN di wilayah Kalimantan Timur membuat Bandara Sanggu menjadi bandara pendukung sebagai ujung tombak transportasi
menuju ibukota negara yang baru.
4.
Faktor Faktor Apa Saja Yang Menghambat Efektifitas Organisasi Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara Sanggu Buntok
Dalam menemukan faktor apa saja yang mempengaruhi
belum maksimalnya efektifitas di Bandara Sanggu khususnya dalam penyelenggaraan jasa transportasi udara , peneliti menemukan
data di lapangan bahwa penumpang pesawat udara mengaalami penurunan jumlah yang cukup signifikan.� Hal ini dapat dilihat dari
Data Lalu Lintas Udara selama pelaksanaan
penerbangan perintis yang
di dapat dari Kantor
Bandara Sanggu serta membandingkan data tersebut yang didapatkan dari koordinator wilayah penerbangan perintis di Kalimantan Tengah.
Dalam perkembangannya saat ini Bandara Sanggu tidak mendapatkan slot untuk penerbangan perintis sejak tahun 2021 dikarenakan jumlah penumpang pengguna jasa transportasi
udara belum memnuhi target yang diinginkan.
Menyikapi hal ini perlu
diambil langkah strategis untuk meningkatkan jumlah penumpang sehingga penerbangan di Bandara Sanggu di
masa mendatang akan kembali mendapat animo ataupun antusisasme
yang besar dari masyarakat.
Peneliti menggunakan metode wawancara dengan berbagai sumber untuk menemukan faktor penghambat efektifitas di Bandara Sanggu, sehingga di masda yang akan datang dapat
dicarikan solusi yang melibatkan semua pihak dari pusat
maupun daerah.
Berdasarkan hasil wawancara serta penelitian dan observasi di lapangan penurunan jumlah penumpang yang menjadi indikator kurang efektifnya Organisasi Kantor Unit
Penyelenggara Bandar Udara Sanggu
terjadi diantaranya disebabkan faktor sebagai berikut :
1)
Kurang
optimalnya pelaksanaan penerbangan perintis
2)
Fasilitas
Bandara yang kurang memadai
3)
Ketersediaan anggaran dari pemerintah
dalam pembiayaan pengembangan Bandara Sanggu
4)
Kurangnya sumber daya manusia
di Bandara Sanggu sehingga banyak pegawai yang rangkap jabatan dalam operasional
5)
Kurangnya kesadaran masyarakat setempat untuk menggunakan jasa transportasi udara dikarenakan image menggunakan pesawat kecil dari
segi safety kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat.
6)
Tidak ada rute penerbangan
lainnya, rute penerbangan yang ada hanya melayani penerbangan Buntok � Banjarmasin.
7)
Pertumbuhan ekonomi daerah yang stagnan
8)
Namun demikian terdapat pula pendapat dari sebagian
kecil masyarakat untuk terus menjaga
dan melestarikan kearifan lokal sehingga pertumbuhan ekonomi daerah tidak dapat
meningkat seperti sebagaimana mestinya.
B. Pembahasan
Terdapat empat factor yang mempengaruhi efektifitas suatu organisasi yaitu faktor keterlibatan
(involvement), faktor adaptasi
(adaptation), faktor misi� (mission), dan faktor
konsistensi (consistency).
1.
Faktor keterlibatan
(involvement)
Perkembangan organisasi atau perusahaan sangat bergantung pada staf didalamnya. Kepuasan kerja staf organisasi
berpacu kepada hal positif yang dimiliki staf perusahaan
itu sendiri ketika menjalankan pekerjaannya. Para staf diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuanyang telah ditetapkan oleh suatu organisasi atau perusahaan melalui pemuasan kerja.
Pendapat dari (Susilo, 2000) �Kepuasan kerja merupakan sebuah keadaan emosionalkaryawan yang terjadi ataupun tidak terjadi
titik temu antara nilai balas
yang memang diinginkan oleh
karyawan yang berkaitan. Balas jasa karyawan
ini, berupa finansial maupun nonfinansial.�
Sinergi dari aspek psikologis, aspek fisiologis dan lingkungan sehingga membuat individu menyukai pekerjaan yang dilakukannya dapat dibilang kepuasan kerja. Sikap positif
pada sebuah pekerjaan akan tercipta saat
seorang individu mempunyai tingkat kepuasan dalam pekerjaan yang tinggi. Sebaliknya jika tidak memilikinya kepuasan kerja dapat berdampak dengan adanya sikap
negatif pada pekerjaannya. Lingkungan kerja yang kondusif bisa tercipta
ketika adanya kepuasan kerja.
Keterlibatan para staff di Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Sanggu
Buntok dalam menjalankan tugas dan fungsi kesehariannya dalam rangka pelayanan
dan penyelenggaraan transportasi
udara yang aman, nyaman dan selamat dapat dilihat dari
keefektifan pegawai dalam mencapai kinerja sesuai dengan yang di rencanakan.
Namun dalam hal
pengelolaan jasa transportasi udara penerbangan perintis kinerja pegawai masih belum bisa
dikatakan efektif jika dilihat dari
minimnya load faktor penumpang pesawat udara, hal ini
terjadi karena :
a.
Frekuensi penerbangan yang dirasa kurang, mengingat jika dalam 1 minggu
hanya sekali penerbangan membuat calon penumpang akan berfikir ulang
jika akan menggunakan jasa pesawat udara, dimana jika melaksanakan
keperluan keluar kota maka mereka
harus menunggu minggu berikutnya untuk kembali ke
Buntok. Jika ada penerbangan tambahan minimal 2 x dalam seminggu bisa dipastikan masyarakatakan beralih kepesawat udara dalam menjalankan aktifitasnya untuk bepergian.
b.
Pesawat yang tersedia adalah pesawat kecil berbaling
baling seperti Twin Outer, Grand Carravan
ataupun Cessna dan sejenisnya
sedangkan Maskapai penerbangan yang beroperasi adalah Susi Air. Spesifikasi pesawat ini hanya
dapat menampung maksimal 12 orang penumpang. Masyarakat
kebanyakan kurang
confidence atapun percaya diri menggunakan pesawat kecil berbaling
baling.
c.
Sering terjadi cancel flight secara sepihak dari pihak
maskapai, hal ini berdampak kepada
masyarakat untuk menggunakan jasa pesawat udara perintis,
dikarenakan dengan seringnya terjadi cancel flight berdampak kepada penerbangan lanjutan yang sudah direncanakan calon penumpang.
d.
Kurangnya kompetisi dan persaingan pada penerbangan perintis, hal ini dapat
dilihat dari maskapai yang menyelenggarakan penerbangan perintis hanya terdapat maskapai Susi Air, sehingga tidak terdapat kompetisi harga yang mengakibatkan pemain tunggal dalam rute
ini dan pelayanan penerbangan yang disajikan kurang begitu optimal.
e.
Fasilitas
Bandar Udara Sanggu Buntok
yang belum memadai untuk bisa didarati
pesawat berbadan lebar. Saat ini
dimensi Landas Pacu di Bandar Udara Sanggu Buntok yang memiliki Panjang 750
m dan lebar 23 m hanya dapat untuk didarati
pesawat kecil seperti Twin Outer, Chessna ataupun Grand Carravan dan sejenisnya. Hal ini berpengaruh terhadap jenis pesawat yang dapat mendarat di Bandara Sanggu Buntok dengan
minimal populasi pesawat
yang ada sekarang yang dioperasikan maskapai maskapai besar seperti Lion Air Group, Garuda Indonesia, Sriwijaya Air Group, adalah pesawat ATR 72 yang dapat menampung 70 orang penumpang. Untuk dapat di darati pesawat ATR 72 dan sejenisnya maka perlu peningkatan fasilitas di Bandar Udara Sanggu Buntok. Rencana pengembangan Bandara Sanggu Buntok tercantum dalam Rencana Induk
Bandara dan Rancangan Teknis Terinci
yang secara mendetailakan dijelaskan pada bagian selanjutnya dalam proposal penelitian ini. Diharapkan dengan realisasi pengembangan falisitas bandara dapat meningkatkan jumlah penumpang pengguna jasa transportasi
udara.
f.
Pertumbuhan ekonomi daerah yang stagnan sebagai salah satu kabupaten tertua di Barito Selatan kota Buntok mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini tercermin dari kondisi kota yang tidak berkembang dimana infrastruktur kota yang tidak mengalami pertumbuhan dalam pembangunan dari waktu ke
waktu dibandingkan daerah lain di sekitar wilayah Kabupaten Barito Selatan. Hal ini
terjadi karena :
1)
Belum dimaksimalkan kegiatan usaha pertambangan di wilayah Kabupaten Barito Selatan.
2)
Belum dimaksimalkan kegiatan usaha pertanian, perkebunan dan perikanan di
wilayah Kabupaten Barito Selatan.
3)
Belum dimaksimalkan potensi wisata di kabupaten Barito
Selatan
4)
Transportasi udara yang belum memadai
g.
Kurangnya kesadaran masyarakat setempat untuk menggunakan jasa transportasi udara dikarenakan image menggunakan pesawat kecil dari
segi safety kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat.
h.
Tidak ada rute penerbangan
lainnya, rute penerbangan yang ada hanya melayani penerbangan Buntok � Banjarmasin.
Masyarakat membutuhkan rute
penerbangan dari Buntok ke wilayah Jawa dan sekitarnya, untuk kepentingan pendidikan, pengobatan bisnis dan keperluan ekonomi lain.
i.
Kebijakan pemerintah tentang anggaran pengembangan Bandara Sanggu. Pembangunan Bandara Sanggu
yang telah teruang dalam Rencana Strategis
Pengembangan Bandara Sanggu
sejak Tahun 2014 tidak berjalan sebagaimana mestinya dikarenakan Anggaran yang belum tersedia dari APBN dan belum sinerginya pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan
tahapan pengembangan Bandar
Udara Sanggu Buntok.
2.
Faktor Adaptasi
(Adaptation)
Berkaitan dengan adaptasi, sarana dan prasarana yang minim untuk dapat didarati
pesawat berbadan lebar maka sangat perlu dilakukan pengembangan fasilitas bandara agar memadai untuk didarati pesawat ATR 72 dan sejenisnya sehingga dapat meningkatkan animo masyarakat untuk menggunakan jasa penerbangan di Bandara Sanggu Buntok.
Bagaimana langkah
dan kebijakan yang diambil
agar dapat meningkatkan jumlah penumpang sehingga efektifitas Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Sanggu
bisa optimal. Dalam menyikapi hal ini
perlu dilakukan langkah sebagai berikut :
1)
Percepatan pembangunan fasilitas di Bandara Sanggu sesuai Rencana� Induk dan
RTT
2)
Penyediaan Rute Penerbangan yang lebih beragam
3)
Percepatan eksekusi pengelolaan usaha pertambangan
4)
Optimalisasi sektor pariwisata dan perikanan di Kabupaten Barito
Selatan
3.
Faktor Misi (Mission)
Tujuan dari penyelenggaraan
penerbangan perintis adalah dapat memberikan
pelayanan sebesar besarnya bagi masyarakat
pengguna jasa transportasi udara untuk melakukan aktivitas perekonomian dari dan keluar Kabupaten Barito Selatan masih belum optimal dilihat dari jumlah penumpang
yang sangat minim.
Dari
segi manfaat dan dengan investasi yang telah dilakukan pemerintah pusat dalam memberikan anggaran untuk operasional penerbangan di
Bandara Sanggu belum dapat dirasakan secara maksimal oleh masyarakat.
Apa yang terjadi saat ini di Bandara Sanggu Buntok dilihat
dari segi efektifitas organisasi kurang optimal terlihat
dari terjadinya penurunan jumlah penumpang sebagai akibat dari lajunya
perkembangan jaman dimana masyarakat dapat memilihtransportasi yang diinginkan. Keberadaan penerbangan perintis di Bandara Sanggu faktanya tidak dapat menarik
minat masyarakat untuk menggunakan pesawat udara. Rute penerbangan yang ada saat ini
belum merupakan rute yang banyak diminati oleh masyarakat.
Masyarakat
Buntok sepert masyarakat pada umum nya lebih bersifat
centralistic, artinya berkiblat
kepulau Jawa atau Ibukota Negara yaitu DKI Jakarta. Bandara Sanggu
Buntok saat ini belum menyediakan
rute penerbanganke Jakarta ataupun pulau Jawa
dan sekitarnya. Diharapkan dengan kolaborasi antara Pemerintah Daerah setempat dan kementerian Perhubungan diharapkan dapat mengatasi permasalahan turunnya minat masyarakat Barito Selatan dalam menggunkan jasa transportasi udara sebagai transportasi
uatama untuk bepergian keluar kota dalam kepentingan
bisnis, pendidikan, kesehatan dan kepentingan yang
lain.
Saat ini untuk melakukan
aktivitas perkeonomian keluar daerah masyarakat
lebih memilih menggunakan jasa transportasi darat seperti mobil pribadi,
bus, travel bahkan kendaraan
roda 2 untuk bepergian keluar kota dikarenakan biayanya yang lebih murah dan jadwal yang lebih flexible.
Melihat hal ini diharapkan
Bandara Sanggu Buntok dapat berbenah diri untuk menyediakan
rute-rute penerbangan yang diminati masyarakat sehingga masyarakat antusias dalam menggunakan jasa transportasi udara dan Pemerintah Daerah secara sinergi dan parallel dapat membangun infrastruktur dan pemanfaatan hasil bumi sehingga perekonomian
daerah dapat tumbuh� dan meningkatkan
potensi daerah untuk kemjauan daerah Kabupaten Barito Selatan secara umum.
Terkait isu pemindahan ibukota ke Kalimantan Timur hal ini menunjukan
besarnya potensi Kabupaten Barito Selatan untuk berkembang mengingat letak geografis Kalimantan Tengah
yang berdekatan dengan
Kalimantan Timur. Kalimantan Tengah akan menjadi penyangga Ibukota Negara Baru dalam masa yang akan datang dimana pusat
perekonomian, industry, jasa,
pendidikan, kesehatan dan hiburan akan berpindah
ke ibukota yang baru.
Barito
Selatan akan menjadi penyangga sebagai jalur transportasi menuju ibukota baru baik transportasi
darat, transportasi udara maupun transportasi
sungai dalam jalur distribusi pangan, sembako, industry,
logistic dan sebagai pusat bisnis, pemerintahan maupun keamanan dan keutuhan NKRI.
4.
Faktor Konsistensi
(Consistency)
Untuk mewujudkan visi dan misi Kementerian Perhubungan dalam meningkatkan efektifitas Bandara hendaknya dilaksanakan secara konsisten dengan bantuan semua pihak baik
dari staff, stakeholder terkait,
masyarakat, maupun pemerintah pusat dan daerah.
Dalam pembahasan penelitian ini penulis mencoba
memecahkan permasalahan dari kondisi kurang
efektifnya organisasi di
Bandar Udara Sanggu Buntok berupa menurunnya jumlah penumpang sebagai pengguna jasa transportasi udara.
Dalam memberikan solusi dari permasalahan ini penulis mengambil
data berdasarkan wawancara
dan sample data serta pendapat
dari para tokoh yang terkait selama pelaksanaan penerbangan di Bandar
Udara Sanggu Buntok. Tidak bisa dipungkiri
dengan kemajuan jaman dituntut transportasi udara yang menunjang perekonomian daerah.
Kabupaten
Barito Selatan yang merupakan salah satu Kabupaten tertua di wilayah Kalimantan Tengah saat
ini sedang berusaha bangkit dari keterpurukannya dalam mengembangkan daerahnya dengan salah satu langkah strategisnya
adalah membantu pengembangan Bandar Udara Sanggu Buntok. Melalui Tata Wilayah
Daerah Pembangunan Kabupaten Barito Selatan telah di alokasikan anggaran infrastruktur untuk pembangunan akses jalan raya
menuju Bandar Udara Sanggu Buntok. Jalan yang ada saat ini kurang
menunjang transportasi menuju Bandara dikarenakan jalan yang ada terdapatkerusakan dan lubang dimana-mana. Dengan Rencana Pembangunan Daerah yang diseleraskan
dengan Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Bandar Udara Sanggu
Buntok maka diharapkan sinergitas ini dapat mempercepat
pemenuhan sarana dan prasrana bagi kelangsungan
kemajuan penerbangan di
Bandar Udara Sanggu Buntok.
Berapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Efektifitas Organisasi di Bandar Udara Sanggu
Buntok maka perlu dilakukan langkah-langkah seperti diatas yang kami rincikan sebagai berikut:
1)
Percepatan pembangunan fasilitas di Bandara Sanggu sesuai Rencana
Induk dan RTT, Pengembangan
Fasilitas sisi udara dilakukan selama dua tahapan
yaitu:
a)
Landas Pacu
Landasan pacu atau landas pacu (bahasa Inggris: Runway)
adalah suatu daerah persegi panjang yang ditentukan pada bandar udara di daratan atau perairan
yang dipergunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat udara.� Nama landasan
pacu diambil dari arahnya dengan
pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landasan pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Pada umumnya landasan pacu memiliki
lapisan aspal "hotmix" dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan "zebra cross" pada ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke
tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda
roda menyentuh landasan saat mendarat)
serta take off (melandas).
Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin, serta tekanan
udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landasan pacu yang digunakan lebih panjang daripada
yang umum digunakan
di bandara-bandara bahkan bandara internasional, karena
tekanan udara yang lebih rendah. Bandara Sanggu Buntok adalah
bandara komersial yang saat ini melayani
penerbangan perintis dengan dimensi Landas Pacu panjang
750 meter dan lebar 23
meter. Saat ini Bandara Sanggu Buntok hanya
dapat didarati pesawat sekelas Twin Outter dengan kapasitas
12 orang penumpang. Dalam
perencanaan pengembangan
Bandar Udara Sanggu Buntok seperti
tercantum di dalam Tabel Rencana Induk
Nasional Bandar Udara (Peraturan Menteri Perhubungan No. 69 Tahun 2013), bahwa Bandar Udara Sanggu Buntok dalam
pengembangannya direncanakan
memiliki Klasifikasi Bandar Udara
(Aerodrome Refrence Code) 2C pada tahun 2020 dan dikembangkan hingga memliki klasifikasi 3C.
Pada Pengembangan
Fasilitas Landas Pacu Tahap I sesuai
master plan landas pacu akan di kembangkan dengan dimensi panjang 1.100 meter dan lebar 30 meter, konstruksi aspal hotmix dan kekuatan landas pacu 12 F/C/Y/T. Dengan dimensi ini landas
pacu Bandara Sanggu Buntok dapat didarati
pesawat ATR 42 dan sejenisnya
dengan maksimal kapasitas angkut penumpang 48 orang. Adapun pengembangan
Landas Pacu ini siap dilaksanakan
dengan ketersediaan lahan milik Bandara.
Pada Pengembangan
Fasilitas Landas Pacu Tahap II sesuai
master plan landas pacu akan di kembangkan dengan dimensi panjang 1.450 meter dan lebar 30 meter, konstruksi aspal hotmix dan kekuatan landas pacu 12 F/C/Y/T. Dengan dimensi ini landaspacu
Bandara Sanggu Buntok dapat didarati pesawat ATR 72 dan sejenisnya dengan maksimal kapasitas angkut penumpang 70 orang. Adapun pengembangan
Landas Pacu ini akan dilaksanakan
dengan catatan lahan telah dibebaskan
oleh pemerintah daerah. Saat ini rencana
pembebasan lahan telah di rencanakan dalam Rencana Tata Ruang dan Tata
Wilayah Pemkab Barito Selatan dan akan
dilaksanakan dalam waktu dekat.
b) Apron
Pelataran pesawat (bahasa Inggris: apron) adalah bagian dari bandar udara yang digunakan
sebagai tempat parkir pesawat
terbang. Selain untuk parkir, pelataran
pesawat digunakan untuk mengisi bahan
bakar, menurunkan penumpang, dan mengisi penumpang pesawat terbang. Pelataran pesawat berada pada sisi udara (air side) yang langsung
bersinggungan dengan bangunan terminal, dan juga dihubungkan
dengan jalan rayap (taxiway)
yang menuju ke landas pacu.
Dimensi Apron saat
ini dengan luas panjng 60
meter dan lebar 40 meter, hanya
dapat menampung pesawat Twin Outter. Pengembangan fasilitas apron sesuai tahapan Rencana Induk adalah :
1. Tahap I dengan dimensi panjang 80 meter dan lebar 60 meter
2. Tahap II dengan dimensi panjang 102 meter dan lebar 70 meter
c) Taxiway
Landasan gelinding, jalan rayap, (bahasa Inggris: taxiway)
adalah jalan penghubung antara landasan..pacu dengan pelataran..pesawat (apron), kandang�pesawat (hangar)
terminal, atau
fasilitas lainnya di sebuah bandar udara. Sebagian besar jalan rayap
mempunyai permukaan keras yang merupakan lapisan aspal atau beton, walaupun
bandar udara yang lebih kecil terkadang menggunakan batu kerikil atau rumput. Bandara-bandara yang sibuk umumnya membangun landas gelinding berkecepatan tinggi sehingga pesawat terbang dapat lebih cepat
meninggalkan landasan pacu. Hal ini dilakukan
agar landasan pacu dapat dikosongkan dalam jangka waktu
yang lebih pendek untuk memberikan ruang bagi pesawat
lainnya untuk mendarat.
Pengembangan fasilitas
apron sesuai tahapan Rencana Induk adalah :
1. Tahap I dengan dimensi panjang 58 meter dan lebar 15 meter
2. Tahap II dengan dimensi panjang 80 meter dan lebar 15 meter
d) Strip
Runway strip adalah suatu
bidang persegi panjang yang diratakan bersih tanpa benda
benda yang mengganggu, diberi drainasi dan mencakup landas pacu, daerah henti
dan dipergunakan untuk mendukung peralatan pemeliharaan serta dalam keadaan darurat
harus mampu mendukung pesawat bila keluar dari
landas pacu. Pengembangan Runway Strip akan dilakukan parallel dengan pengembangan fasilitas Landas Pacu dimana saat
iniukuran Runway Strip 90 meter
akan dikembangkan menjadi 150 meter.
e) Terminal Penumpang
Terminal penumpang eksisting memiliki luas 200 m2, yang dibangun pada tahun 1991 /1992. Pada Phase I (tahun 2015), berdasarkan perhitungan forecast, kebutuhan luas terminal untuk menampung pergerakan penumpang pada jam sibuk 97 dan penumpang tahunan 7.187 adalah 950 m2. Dengan komposisi untuk kebutuhan komersial 20% dari total luas terminal penumpang. Kebutuhan luasan direncanakan 8 m2 per penumpang pada saat jam sibuk.
Pada Phase II (tahun 2025), berdasarkan perhitungan forecast,
kebutuhan luas terminal untuk menampung pergerakan penumpang pada jam sibuk 181 dan penumpang tahunan 15,432 adalah 1735 m2. Dengan komposisi untuk kebutuhan komersial 204 dari total luas terminal penumpang. Kebutuhan luasan direncanakan 8m ' per penumpang
pada saat jam sibuk.
Pada Phase Ultimate (tahun 2030),
berdasarkan perhitungan
forecast, kebutuhan luas
terminal untuk menampung pergerakan penumpang pada jam sibuk 197 dan penumpang tahunan 22.231 adalah 1800 m2. Dengan komposisi untuk kebutuhan komersial 20%dari total luas
terminal penumpang. Kebutuhan
luasan direncanakan 8m2 per
penumpang pada saat jam sibuk. Akan tetapi dikarenakan perluasan pada Phase
II ke Phase Ultimate tidak terlalu besar maka
luasan terminal Penumpang
pada Phase Ultimate ini tidak
dilakukan atau tetap dengan luasan
735 m2.
2) Penyediaan Rute
Penerbangan Yang Lebih Beragam
Berdasarkan Rencana
Induk Bandara Sanggu Buntok maka Skenario
Optimis digunakan untuk menetukan rute penerbangan berdasarkan pada :
a. Masyarakat membutuhkan komitmen dari perusahaan penerbangan dalam hal kepastian jadwal.
Sedangkan perusahaan penerbangan membutuhkan permintaan pengguna jas aangkutan udara
agar mencapaiload faktor.
b. Masyarakat Kabupaten Barito Selatan membutuhkan
moda transportasi lain selain moda darat
dan sungai, yang dapat mengantar masyarakat menuju pusat ekonomi
dan pemerintahan dengan cepat.
c. Keunggulan dari
transportasi udara adalah efektifitas dan efisiensi waktu. Selain itu, transportasi
udara juga dianggap sebagai salah satu transportasi yang bisa meningkatkan prestise bagi calon penggunanya.
d. Percepatan eksekusi
pengelolaan usaha pertambangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Barito
Selatan perlu segera melakukan eksekusi terhadap pelaksanaan pertambangan untuk kemajuan daerah. Dalam wilayah Kabupaten Barito
Selatan selain perkebunan,
wilayah Izin Usaha Pertambangan
seluas 111.895,44 Ha (11189544 Krn2) sehingga peruntukan yang digunakan untuk wilayah Izin Usaha Pertambangan adalah 9, 79 % dari total luas wilayah Kabupaten Barito
Selatan. Kabupaten Barito Selatan dari
sektor Pertambangan merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi Pilot
Project/Daerah Percontohandari Tim UKP4 dalam bidang penataan
perizinan pertambangan.
Dari sektor pertambangan, peningkatan untuk pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam
khususnya peningkatan Sumber Daya Alam
Mineral dan Batubara. Kabupaten Barito selatan memiliki perizinan pertambangan yang terdiri dari : 32 (Tiga Puluh
Dua) IUP Pertambangan
Batubara, 1 (satu) IUP Mineral Logam
(BijihBesi). Sedangkan 2 (dua) perizinan PKPZB yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM yang masuk
wilayah Kabupaten Barito Selatan yaitu : PT. Multi Tambang
Jaya Utama dan Batubara Dua Ribu
Abadi. Dari total 32 Izin Usaha Pertambangan
(lUP) yang diterbitkan oleh
PemerintahKabupatenBarifa'mrdiridari 13 lUPEksplorasi Batubara, 1 IUP Eksplorasi
Mineral Logam (bijihbesi)
dan 18 IUPOperasiProduksi Batubara yang meliputi wilayah Kecamatan Gunung bintang Awai dan Kecamatan Dusun Utara sedangkan
yang sudah memiliki Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH) adalah
6 IUP Operasi Produksi dan
1IUP Eksplorasi. Dari 18 IUP Operasi
Produksi. yang sudah melakukan produksi Batubara ada 2 (dua) yaitu
PT. Palopo lndah Raya dan
yang sudah melakukan Produksi dan Penjualan Batubara
PT. Bara Prima Mandiri sebesar
10.000 Metric Ton. Dari total 32 IUP Pertambangan
Mineral dan Batubara, yang dinyatakan CnC melalui pengumuman
oleh Kementerian ESDM melalui Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara baru
23 IUP, sedangkan 9 IUP yang belum
CnC terkait dengan tata batas wilayah kabupaten dan 4 IUP yang sudah memilki Sertifikat Clear and
Clean (CnC).
e. Optimalisasi sektor
pariwisata dan perikanan di
Kabupaten Barito Selatan
Dengan dioptimalkannya sektor Pariwisata dan perikanan maka akan menambah jumlah
wisatawan yang masuk. Kabupaten Barito Selatan memiliki
potensi yang cukup besar dan beragam serta layak untuk
dikembangkan, baik wisata alam, wisata
sejarah, maupun wisata budaya yang kesemuanya ini belum dikelola atau dikembangkan secara maksimalbaik oleh Pemerintah Daerah mau pun pihak Swasta.
Kabupaten Barito Selatan memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan
budi daya baik sungai dan dan khususnya dalam
menghasilkan sumberdaya
protein ikan termurah, peningkatan
produksi sektor perikanan cukup menggembirakan dan dimasa yang akan datang diyakini
mampu memberikan nilai plus bagi kemajuan daerah.
Kesimpulan
1.
Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa bahwa efektifitas Kantor Unit Penyelenggara Bandara Sanggu
Buntok belum dapat dikatakan efektif khususnya dalam penyelenggaraan jasa transportasi udara, hal ini terlihat dari jumlah penumpang yang diangkut dan jumlah pergerakan pesawat masih belum mencapai
target yang diinginkan. Namun
dalam beberapa hal sudah
dapat dikatakan sudah efektif dan maksimal mencapai target kinerja yang direncanakan, hal ini terlihat
dari indikator meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara, meningkatnya kinerja pelayanan, meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik dilihat dari indeks
kepuasan pengguna jasa layanan bandar udara, tingkat penyerapan anggaran bandar udara, nilai aset bandar udara yang berhasil diinventarisasi, dan pencapaian target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
2.
Hasil dari observasi dilapangan yang dilakukan melalui wawancara dengan pegawai dan stake holder yang terkait
serta data pendukung lainnya ditemukan kesimpulan mengenai faktor pendukung yang dapat meningkatkan efektifitas Bandar Udara Sanggu, yaitu keberadaan Bandara Sanggu yang telah ada sejak dulu,
trend masyarakat saat ini yang gemar bepergian untuk berbagai keperluan, potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Barito
Selatan, dokumen perencanaan
yang matang, organisasi
Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Sanggu merupakan Instansi Pemerintah yang siap melayani kegiatan
operasional penerbangan dengan SDM yang berkompeten, rencana pemindahan IKN di wilayah
Kalimantan Timur membuat Bandara Sanggu
menjadi bandara pendukung sebagai ujung tombak transportasi
menuju ibukota negara yang baru.
3.
Berdasarkan hasil wawancara� serta penelitian dan observasi di lapangan penurunan jumlah penumpang yang menjadi indikator kurang efektifnya Organisasi Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara Sanggu terjadi
diantaranya disebabkan faktor sebagai berikut yaitu kurang
optimalnya pelaksanaan penerbangan perintis, fasilitas bandara yang kurang memadai, ketersediaan anggaran dari pemerintah dalam pembiayaan pengembangan Bandara Sanggu, kurangnya sumber daya manusia di Bandara Sanggu, kurangnya kesadaran masyarakat setempat untuk menggunakan jasa transportasi udara, tidak ada rute
penerbangan lainnya, pertumbuhan ekonomi daerah yang stagnan, namun demikian terdapat pula pendapat dari sebagian kecil
masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan kearifan lokal sehingga pertumbuhan ekonomi daerah tidak dapat
meningkat seperti sebagaimana mestinya.
BIBLIOGRAFI
Atmosudirjo, S. Prajudi. (2006). Administrasi dan
Manajemen Umum. Jilid II. Jakarta: Ghalia Indonesia. Google
Scholar
Bernard, Chester I. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta:
Pustaka Raya. Google
Scholar
Daft, Richard L. (2010). Era baru manajemen. Jakarta:
Salemba Empat, 249. Google
Scholar
Gibson, Ivancevich, Ivancevich, John M., & James
Jr, H. (2005). Donnelly. Organisasi, Alih Bahasa Nunuk Adiarni, Edisi. Google
Scholar
Gibson, James L., Ivancevich John, M., & Donelly
Jr, James. (1985). Organisasi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Google
Scholar
Hasibuan, Malayu S. P. (2003). Organisasi dan
motivasi. Jakarta: Bumi Aksara. Google
Scholar
Hasibuan Malayu, S. P. (2003). Organisasi dan Motivasi
Dasar Peningkatan Produktivitas. Cetakan Keempat, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Google
Scholar
Julianto, Bagus, & Carnarez, Tommy Yunara
Agnanditiya. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Organisasi Professional:
Kepemimpinan, Komunikasi Efektif, Kinerja, Dan Efektivitas Organisasi (Suatu
Kajian Studi Literature Review Ilmu Manajemen Terapan). Jurnal Ilmu
Manajemen Terapan, 2(5), 676�691. Google
Scholar
McCusker, Kevin, & Gunaydin, Sau. (2015). Research
using qualitative, quantitative or mixed methods and choice based on the
research. Perfusion, 30(7), 537�542. Google
Scholar
Miles, B. (1992). Mathew dan Michael Huberman. Analisis
Data Kualitatif. Google
Scholar
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi penelitian
kualitatif edisi revisi. Google
Scholar
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian
Kualitatif (XXVII). Bandung: Remaja Rosdakarya. Google
Scholar
Mooney, D. James. (1996). Konsep Pengenbangan
Organisasi Publik. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Google
Scholar
Peters, A. A. G., & Siswosoebroto, Koesriani.
(1988). Perkembangan Hukum Modern dan Rasional: Sosiologi Hukum Max Weber dalam
Hukum dan Perkembangan Sosial. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Google
Scholar
Robbins, S P. (2014). Perilaku Organisasi, Jilid I
dan II, Alih Bahasa: Hadayana. Prehallindo. Google
Scholar
Robbins Stephen, P. (2008). Perilaku Organisasi,
Jilid 1 & 2, Alih Bahasa: Hadyana Pujaatmaka, Indeks Kelompok Gramedia.
Jakarta. Google
Scholar
Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi, Jilid
2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 90�160. Google
Scholar
Siagian, Sondang P. (2008). Manajemen sumber daya
manusia. Google Scholar
Stoner, A. F. (1996). James dan Edward Freeman (eds),
Manajemen Jilid I, terj. Alexander Sindoro, Jakarta: PT Prahallindo. Google
Scholar
Sugiyono, MPPPK. (2007). Kualitataif dan r&d,
Bandung: Alfabeta, 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
Dan R&D Bandung: Alfabeta. Google
Scholar
Susilo, Martoyo. (2000). Manajemen sumber daya
manusia. Bpfe, Yogyakarta. Google
Scholar
Syafiie, Inu Kencana, Tandjung, Djamalidin, &
Modeong, Supardan. (1999). Ilmu administrasi publik. Google
Scholar
Copyright holder: Idi Adman Ismail (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |