Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember
2022
Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja, Iklim Keselamatan
Kerja, Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pekerja Hulu Migas Di PT �X�
Melalui Prilaku Kerja Aman Pekerja Sebagai Variabel Mediasi
Teguh Santoso,
Merry Citra Sondari, Zainur Hidayah
Universitas Terbuka, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitain ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
budaya keselamatan kerja, iklim keselamatan kerja, kepemimpinan dan motivasi
terhadap kinerja pekerja melalui prilaku kerja aman sebagai mediasi. Responden
diambil dari perwakilan personil dari semua fungsi dengan total responden
sebanyak 410 orang. Adapaun komposisi dari responden tersebut adalah pekerja
level pengawas dan kontraktor yang bekerja salah satu perusahaan yang bergerak
di oil and gas dengan fokus kegiatan sebagai pusat pengumpul produksi (Main
Ghatering Station) crude oil yang berlokasi di Kabupaten Indramayu,
Jawa Barat. Semua responden yang dipilih telah dibekali materi terkait materi basic
safety training dan lulus ujian sebagai syarat sebelum bekerja di lokasi.
Hasil data yang didapat kemudian dilakukan pengolahan untuk mengetahui korelasi
antar variabel langsung dan tidak langsung dengan menggunakan tools Partial
Least Square - Structural Equation Model (PLS-SEM). Temuan dari hasil
penelitian menunjukan bahwa (1) Budaya Keselamatan Kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Prilaku Kerja Aman; (2) Budaya Keselamatan Kerja
berpengaruh negative dan signifikan terhadap Kinerja Pekerja; (3) Iklim
Keselamatan Kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Prilaku Kerja
Aman; (4) Iklim Keselamatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Pekerja; (5) Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Prilaku Kerja Aman; (6) Kepemimpinan berpengaruh positif dan sugnifikan
terhadap Kinerja Pekerja; (7) Motivasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Prilaku Kerja Aman; (8) Motivasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja Pekerja; (9) Prilaku Kerja Aman berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Pekerja; (10) Budaya Keselamatan Kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja dengan mediasi penuh dari Prilaku Kerja
Aman; (11) Prilaku Kerja Aman tidak mampu memediasi hubungan antara Iklim
Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Pekerja; (12) Kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pekerja dengan mediasi penuh Prilaku
Kerja Aman; (13) Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja
Pekerja dengan mediasi penuh dari Prilaku Kerja Aman.
Kata Kunci: budaya keselamatan kerja;
iklim keselamatan kerja; kepemimpinan; motivasi; prilaku kerja aman dan kinerja
pekerja
Abstract
This research was conducted to determine the effect
of workplace safety culture, work safety climate, leadership, and motivation on
worker performance through safe behavior as a mediation. Respondents were taken
from personnel representatives from all functions with a total of 410
respondents. The composition of the respondents is supervisory level workers
and contractors who work in a company engaged in oil and gas with a focus on
activities as a production center for crude oil (Main Gathering Station)
located in Indramayu Regency, West Java. All of the selected respondents had
been provided with materials related to basic safety training and passed an
exam as a requirement before working on-site. The results of the data obtained
are then processed to determine the correlation between variables using the
Partial Least Square - Structural Equation Model (PLS-SEM) tools. The findings
of the research show that (1) Occupational Safety Culture has a positive and
significant effect on Safe Work Behavior; (2) Work Safety Culture has a
negative and significant effect on Worker Performance; (3) Work Safety Climate
does not have a significant effect on Safe Work Behavior; (4) Work Safety
Climate has a positive and significant effect on Worker Performance; (5)
Leadership has a positive and significant effect on Safe Work Behavior; (6)
Leadership has a positive and significant effect on Worker Performance; (7)
Motivation has a positive and significant effect on Safe Work Behavior; (8)
Motivation has a positive and significant effect on Worker Performance; (9)
Safe Work Behavior has a positive and significant effect on Worker Performance;
(10) Work Safety Culture has a positive and significant effect on Performance
with full mediation of Safe Work Behavior; (11) Safe Work Behavior is not able
to mediate the relationship between Work Safety Climate and Worker Performance;
(12) Leadership has a positive and significant effect on worker performance
with full mediation of Safe Work Behavior; (13) Motivation has a positive and
significant effect on Worker Performance with full mediation of Safe Work
Behavior.
Keywords:
�safety culture;
safety climate; leadership; motivation; safe work behavior; performance
Pendahuluan
PT
�X� yang merupakan salah satu anak perusahaan PT Pertamina (Persero) bergerak
di sektor Hulu Migas dengan wilayah operasi tersebar dari Provinsi Aceh hingga
Papua. PT �X� adalah salah satu KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) Migas
dengan salah satunya adalah mengelola pusat penampungan produksi minyak bumi
atau dikenal dengan nama Main Gathering Station (MGS) yang terbesar di
Jawa Barat. Asset ini dikelola oleh PT �X� yang berlokasi di Desa Balongan,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tentunya dalam pengelolaan aspek K3 menjadi
hal yang utama, terbukti dalam implementasinya dituangkan dalam penilaian KPI (Key
Performance Indicator) yang melekat di semua jajaran pekerja, dari level
Direksi hingga level Frontliner (pekerja lapangan), serta pihak ketiga
aspek pengelolaan K3 dijadikan sebagai penilaian di setiap tahunnya dalam
bentuk Implementasi HSE Kontraktor. Hal tersebut diatas membuktikan bahwa
Perusahaan �X� telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan operational
excellent tanpa terjadi kecelakaan kerja. Adapun upaya � upaya yang sudah
dilakukan dalam pengelolaan aspek keselamatan kerja diantaranya: melakukan
pencatatan kondisi dan tindakan tidak aman di lokasi kerja, system HSSE untuk
kontraktor, pelatihan, SDM, penyediaan peralatan sesuai standar hingga
implementasi reward and punishment.
Meskipun
usaha � usaha sudah dilakukan guna menghilangkan faktor � faktor penyebab
kecelakaan kerja, namun masih ditemukan catatan kejadian insiden yang terjadi
di lokasi kerja PT �X� dengan kategori tinggi serta dari
laporan Pengamatan Keselamatan Kerja (PEKA) dan laporan kejadian di PT �X�
periode 2016 � 2021 tercatat terdapat kenaikan jumlah kejadian medical
treatment cased (MTC) dengan kategori hypo. Kejadian kecelakaan
kerja walaupun kategori MTC memberikan dampak negatif bagi kinerja karyawan dan
perusahaan. Berdasarkan hasil investigasi internal dari kejadian MTC yang
terjadi, ditemukan fakta bahwa 63% penyebab langsung dari kejadian tersebut
diebabkan oleh prilaku yang tidak aman dan 37% disebabkan oleh kondisi tidak
aman, serta faktor motivasi yang tidak tepat terkait dengan keinginan untuk
bekerja lebih cepat selesai. Hal ini menggambarkan bahwa masih ada
personil-personil yang tidak menjalankan pekerjaan sesuai dengan aspek-aspek
keselamatan kerja. Kondisi tersebut diduga berdampak pada capaian kerja PT �X�
yang tertuang dalam bentuk realisasi Key Performance Indicator (KPI)
yang tertuang dalam Dashboard Realisasi Kinerja (RK) mengalami penurunan pada
tahun 2018 - 2021 pada realisasi dibawah 100%.
Oleh
sebab itu untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pelaksanaan keselamatan
kerja yang baik dalam perusahaan tidak hanya bergantung pada satu hal, namun
membutuhkan keterkaitan berbagai hal, diantaranya faktor komitmen dan
kepemimpinan dari manajemen untuk membentuk budaya keselamatan kerja (safety
culture). Budaya keselamatan kerja kemudian dapat membentuk iklim keselamatan
kerja (safety climate) sehingga dapat memicu motivasi pekerja untuk
melakukan pekerjaan dengan memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja yang
berlaku di perusahaan sehingga melakukan prilaku kerja aman (Guldenmund
:2010).
Penelitian
terkait pengaruh budaya keselamatan, iklim keselamatan, kepemimpinan dan
motivasi sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Beni Agus Setiono (2019) dan (Marzuki & Sularso, 2018) yang menyimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut memliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja pekerja sektor Pelabuhan dan Logistik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh (Susanti & Sugianto, 2019) terkait pengaruh iklim keselamatan kerja terhadap prilaku
keselamatan kerja, didapatkan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap prilaku
kerja aman penelitian ini dilakukan di Industri Perkapalan. Namun penelitian
yang dilakukan oleh (Lisnanditha, 2012) menemukan bahwa dalam penelitiannya bahwa kepemimpinan
tidak ada pengaruh positif terhadap prilaku keselamatan kerja, namun iklim
keselamatan kerja dan budaya keselamatan kerja berpengaruh positif terhadap
prilaku keselamatan kerja penelitian ini dilakukan pada insdustri otomotif di
Indonesia. Dalam hal ini masih sedikit peneliti yang mengangkat tema
penelitainnya terkait pengaruh budaya keselamatan kerja, iklim keselamatan
kerja, kepemimpinan dan motivasi terhadap prilaku kerja aman sebagai variabel
mediasi terhadap kinerja pekerja yang bekerja di Industri Hulu Minyak dan Gas
Bumi. Hal ini lah yang menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan penelitin
tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya
keselamatan kerja (X1), iklim keselamatan kerja (X2), kepemimpinan (X3) dan
motivasi (X4) terhadap kinerja Pekerja (Y2) melalui prilaku kerja aman (Y1)
pekerja Hulu MIGAS di PT �X�. Kerangka konseptual menggambarkan pengaruh antara
variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah budaya keselamatan
kerja, iklim keselamatan kerja, kepemimpinan dan motivasi, adapun variabel
terikat (dependent) adalah kinerja pekerja pegawai dan variabel Interverning
adalah prilaku kerja aman pekerja.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling dengan
pendekatan proposional sampling dengan
tujuan agar karyawan pada masing masing fungsi dapat terwakili. Adapun hasil
pengambilan sampel Stratified Random Sampling dengan pendekatan proposional
sampling dengan tujuan agar para pengawas dan kontraktor pada masing masing
fungsi di lokasi penelitian dengan jumlah responden minimal sebanyak 300
responden. Lokasi penelitian ini dilakukan di salah satu lapangan (site) dimana
sebagai tempat pusat pengumpul (Main Ghatering Station) untuk crude oil, lokasi
tersebut merupakan Objek Vital Nasional sebagai pusat penampung minyak bumi
yang berasal dari wilayah PT Pertamina EP dari Subang, Tambun dan Jatibarang.
Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari epat
variabel laten eksogen (Budaya Keselamatan Kerja, Iklim Keselamatan Kerja,
Kepemimpinan, Motivasi), satu variabel mediasi (Prilaku Kerja Aman) dan satu
variabel endogen (Kinerja). Berikut adalah penjelasan variabel yang digunakan:
Tabel 1
Variabel Dalam Penelitian
Variabel |
Indikator |
|
Kepemimpinan (Laten Endogen) |
KEP.1 |
Kegiatan knowledge sharing/ rapat
internal |
|
KEP.2 |
Reward terhadap pencapaian
kelompok/bawahan |
|
KEP.3 |
Program pengembangan K3 untuk personil |
|
KEP.4 |
Personil menerapkan aspek K3 saat
bekerja |
|
KEP.5 |
Tim kerja bekerja dengan baik dan
bekerja sesuai dengan kaidah K3 |
|
KEP.6 |
Kelompok kerja/fungsi memberikan ide dan
masukan terkait K3 terhadap perusahan |
|
KEP.7 |
Diskusi terkait K3 antara pimpinan dan
kelompok kerja |
|
KEP.8 |
Kelompok kerja/fungsi andil terhadap
perusahaan |
|
KEP.9 |
Pimpinan memberikan teladan bagi
kelompok kerja/personil |
Iklim Keselamatan Kerja (Laten Endogen) |
BK.1 |
Kebijakan perusahaan memuat aspek-aspek
K3 |
|
BK.2 |
Tersedianya Sumberdaya untuk K3 di
lokasi kerja |
|
BK.3 |
Prosedur kerja perusahaan memuat
aspek-aspek K3 |
|
BK.4 |
Komunikasi aspek K3 disampaikan oleh
pimpinan saat interaksi |
|
BK.5 |
Komunikasi aspek K3 melalui media
promosi perusahaan |
|
BK.6 |
Kegiatan pre-job safety meeting/SIKA/
Prosedur untuk bekerja |
|
BK.7 |
Pekerjaan rutin memenuhi persyaratan K3
agar aman |
|
BK.8 |
Pekerjaan non-rutin memenuhi persyaratan
K3 agar aman |
|
BK.9 |
Pelatihan K3 untuk karyawan |
|
BK.10 |
Persyaratan dalam rekrutmen pekerja baru |
|
BK.11 |
Lay out peralatan sesuai dengan
aspek-aspek K3 |
|
BK.12 |
Pemenuhan APD untuk bekerja |
|
BK.13 |
Program Stop Of Work di lingkungan kerja |
|
BK.14 |
Rapat dan pertemuan K3 |
Iklim Keselamatan Kerja (Laten Endogen) |
IK.1 |
Program-program K3 di lokasi kerja |
|
IK.2 |
Reward dan punishment untuk pekerja |
|
IK.3 |
Personil khusus K3 |
|
IK.4 |
Reward terhadap pekerja |
|
IK.5 |
Punishment untuk pekerja yang melanggar
K3 |
|
IK.6 |
Reward untuk pekerja terkait HSE |
|
IK.7 |
Penggunaan APD oleh pekerja saat bekerja |
|
IK.8 |
Pelaporan PEKA online |
|
IK.9 |
Pelaksanaan Pre Job safety meeting |
|
IK.10 |
Ketersediaan alat keselamatan di lokasi
kerja |
|
IK.11 |
Prosedur kondisi emergency |
|
IK.12 |
Komunikasi program-program K3 di lokasi
kerja |
|
IK.13 |
Pelaporan HSE Performance |
|
IK.14 |
Implementasi program-program K3 |
|
IK.15 |
Drill penanggulangan keadaan darurat |
Variabel |
|
Indikator |
Motivasi (Laten Endogen) |
M.1 |
Pendapatan/ upah personil |
|
M.2 |
Fasilitas yang diberikan oleh perusahaan |
|
M.3 |
Lingkungan kerja aman |
|
M.4 |
Ketersediaan APD untuk bekerja |
|
M.5 |
Terdapat rekan kerja yang cocok/ partner
kerja yang baik |
|
M.6 |
Tim yang kompak/ solid |
|
M.7 |
Apresiasi HSE untuk pekerja |
|
M.8 |
Lokasi kerja di industry MIGAS |
|
M.9 |
Program pengembangan personil
(pelatihan, sosialisasi, tugas belajar |
|
M.10 |
Reward dari pimpinan |
Prilaku Kerja Aman (Laten Mediasi) |
PKA.1 |
Penggunaan APD oleh personil |
� |
PKA.2 |
Prosedur kerja |
|
PKA.3 |
Pemahaman potensi bahaya kerja |
|
PKA.4 |
Kehadiran personil saat kegiatan
sosialisasi K3 |
|
PKA.5 |
Pelaporan kondisi tidak aman (PEKA) |
|
PKA.6 |
Kehadiran personil saat pelatihan-pelatihan
K3 |
Kinerja (Laten Eksogen) |
KIN.1 |
Aktifitas yang diselesaikan |
|
KIN.2 |
Dedikasi terhadap pekerjaan |
|
KIN.3 |
Penguasaan pekerjaan |
|
KIN.4 |
Kesalahan dalam pekerjaan |
|
KIN.5 |
Kehadiran dalam pekerjaan |
|
KIN.6 |
Kesediaan untuk bekerjasama |
Data yang peneliti peroleh melalui penyebaran kuesioner selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan analisis deksriptif dan metode alternatif Partial Least Square (PLS) dengan software Smart-PLS 3.0. Model PLS-SEM terdiri dari tiga komponen diantaranya: model structural, model pengukuran dan skema pembobotan. Dalam penelitian ini model structural dibangun menjadikan aspek Budaya Keselamatan Kerja, Iklim Keselamatan Kerja, Kepemimpinan, Motivasi sebagai variabel laten Eksogen yang dihubungkan dengan variabel laten eksogen-endogen aspek Prilaku Kerja Aman serta variabel endogen aspek Kinerja Pekerja.
PLS merupakan teknik analisis multivariat yang digunakan untuk memproyeksikan hubungan linear antar variabel-variabel pengamatan (Handayani et al., 2012). Tujuan PLS adalah menguji teori yang lemah dan data yang lemah, seperti jumlah sampel yang kecil atau terdapat masalah normalitas data, memprediksikan pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen, dan menjelaskan hubungan teoritikal di antara kedua variabel tersebut (Abdi, 2003). Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam PLS meliputi: 1).
Perancangan model struktural (inner model) menjelaskan hubungan antara variabel laten yang satu dengan variabel laten lainnya; 2) Perancangan model pengukuran (outer model) yang menjelaskan hubungan antara variabel laten dengan variabel indikatornya yang bersifat reflektif dalam penelitian ini; 3) Penyusunan konstruksi diagram jalur berdasarkan dua model, yaitu model struktural dan model pengukuran; 4) Konversi diagram jalur ke dalam model persamaan struktural (hubungan antar variabel laten yang diteliti) dan model pengukuran (hubungan variabel indikator dengan variabel laten); 5) Pendugaan parameter di dalam PLS (model reflektif) yang dilakukan dengan cara path estimate (estimasi jalur); 6) Evaluasi Goodness of Fit dengan cara pengujian terhadap kesesuaian model, yaitu outer model (Convergent validity, Discriminant validity, dan Composite reliability) dan inner model (R-square, Q-square predictive relevance dan NFI); 7) Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode resampling bootstrap dan statistic uji yang digunakan adalah uji t.
Hasil dan Pembahasan
Statistik Pengukuran
Lokasi penelitian berada di lokasi Terminal yang
merupakan Main Gathering Station (MGS) yang terbesar di Jawa Barat.
Asset ini dikelola oleh PT �X� yang berlokasi di Desa Balongan, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat. Tentunya dalam pengelolaan aspek K3 menjadi hal yang
utama, terbukti dalam implementasinya dituangkan dalam penilaian KPI (Key
Performance Indicator) yang melekat di semua jajaran pekerja, dari level
Direksi hingga level Frontliner (pekerja lapangan), serta pihak ketiga
aspek pengelolaan K3 dijadikan sebagai penilaian di setiap tahunnya dalam
bentuk Implementasi HSE Kontraktor. Hal tersebut diatas membuktikan bahwa
Perusahaan �X� telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan operational
excellent tanpa terjadi kecelakaan kerja. Adapun upaya � upaya yang sudah
dilakukan dalam pengelolaan aspek keselamatan kerja diantaranya: melakukan
pencatatan kondisi dan tindakan tidak aman di lokasi kerja, system HSSE untuk
kontraktor, pelatihan, SDM, penyediaan peralatan sesuai standar hingga
implementasi reward and punishment. Hasil dari data primer dapat diketahui
bahwa 97% adalah laki-laki dengan tingkat Pendidikan dominan SMA sebesar 71%
dengan distribusi rentang usia 30-40 tahun sebesar 61%, rentang usia 21-25
tahun sebesar 17%, rentang usia 26-30 tahun 16% hal ini terlihat bahwa dominan
para pekerja yang bekerja di lokasi adalah memiliki usia yang produktif dengan
masa kerja memiliki pengalaman >5 tahun dengan presentase 62%.
Adapun hasil kuesioner dapat diketahui bahwa setiap
pernyataan yang diberikan pada kuesioner memiliki nilai rata-rata 4.2 hal ini
memiliki arti bahwa implementasi terkait aspek-aspek k3 telah diimplementasikan
dengan baik di lokasi kerja.
Model Pengukuran
Sebelum
melakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui hubungan antar variabel laten
dalam model structural, maka dilakukan terlebih dahulu evaluasi model
pengukuran untuk memverifikasi indicator dan variabel laten yang dapat diuji
selanjtnya. Indicatorreliability menunjukan berapa variasi indicator
yang dapat dijelaskan oleh variabel laten. Pada indicator reliability,
suatu indicato reflektif harus dieliminasi dari model pengukuran jika nilai
outer model-nya <0,7 (siswoyo Haryono, 2017). Dibawah ini
adalah hasil outer loading dari olah data SEM-PLS:
Gambar
1 Diagram Jalur (Outer Model)
Berdasarkan hasil data diatas, maka indicator M.1
dan KIN.4 harus dieliminasi dari model dikarenakan memiliki nilai loading faktor
<0.7, sehingga dihasilkan diagram sebagai berikut:
Gambar 2 Diagram Jalur (Outer Model Kalkulasi Ulang)
Dari data diatas secara kesuluruhan masing-masing
indicator memiliki nilai loading faktor > 70%, sehingga secara keseluruhan
masing-masing variabel laten mampu menjelaskan varian dari setiap
indicator-indikatir yang mengukurnya. Selanjutnya untuk uji convergent
validty (AVE) dan Composite Reliability ditampilkan pada tabel
dibawah ini:
Tabel
2
Nilai Convergen
Validity (AVE) dan Composite Reliability
Variabel |
AVE |
Composite Reliability |
Cronbach's Alpha |
Budaya Keselamatan Kerja |
0.894 |
0.992 |
0.991 |
Iklim Keselamatan Kerja |
0.855 |
0.988 |
0.987 |
Kepemimpinan |
0.838 |
0.979 |
0.976 |
Kinerja |
0.881 |
0.974 |
0.966 |
Motivasi |
0.806 |
0.974 |
0.970 |
Prilaku Kerja Aman |
0.859 |
0.973 |
0.967 |
Dari tabel diatas, menunjukan bahwa semua variabel
laten memiliki nilai AVE >0,5 hal ini menunjukan bahwa semua convergent
validity sudah baik atau telah memenuhi kriteria convergent validty.
Sedangkan untuk nilai composite reliability dan Cronbach�s Alpha
>0,7 hal ini menunjukan bahwa indicator yang telah ditetapkan mampu mengukur
setiap variabel laten dengan baik dan reliable. Kriteria selanjutnya adalah
pengujian discriminant validity, dengan cara membandingkan korelasi
antar konstruk dengan akar AVE dengan hasil sebagai berikut:
Tabel
3
Korelasi Antar
Variabel Laten
|
BK |
IK |
KEP |
KIN |
M |
PKA |
Budaya Keselamatan
Kerja |
0.946 |
|
|
|
|
|
Iklim Keselamatan
Kerja |
0.908 |
0.925 |
|
|
|
|
Kepemimpinan |
0.874 |
0.978 |
0.916 |
|
|
|
Kinerja |
0.805 |
0.881 |
0.887 |
0.939 |
|
|
Motivasi |
0.794 |
0.866 |
0.911 |
0.835 |
0.898 |
|
Prilaku Kerja Aman |
0.853 |
0.845 |
0.843 |
0.895 |
0.804 |
0.927 |
Selanjutnya,
nilai korelasi tersebut dibandingkan dengan nilai (√𝑨𝑽𝑬)
sebagai berikut:
Nilai √𝑨𝑽𝑬
dan Discrminiant Validity Setiap Variabel Laten
Variabel |
√𝑨𝑽𝑬 |
Discriminat
Validity |
Budaya
Keselamatan Kerja |
0.945 |
Memenuhi |
Iklim
Keselamatan Kerja |
0.924 |
Memenuhi |
Kepemimpinan |
0.915 |
Memenuhi |
Kinerja |
0.938 |
Memenuhi |
Motivasi |
0.897 |
Memenuhi |
Prilaku
Kerja Aman |
0.926 |
Memenuhi |
Model Struktural
Model structural (Inner Model) merupakan model yang mengambarkan hubungan antar
variabel laten, dievaluasi menggunakan koefisien jalur, R2, Q2,
dan NFI. Uji kelayakan menggunakan nilai R2. Nilai R2
untuk Kinerja sebear 87% dan untuk Prilaku Kerja Aman sebedar 77,5%. Ini
menjelaskan bahwa variabilitas variabel endogen dapat dijelaskan oleh variabel
eksogen untuk variabel Prilaku Kerja Aman sebesar 77,5% dan variabel Kinerja
sebesar 87%. Hasil perhitungan Q2 didapatkan angka sebesar 0,97 atau
97% hal ini menunjukan bahwa model memiliki kemampuan yang tinggi untuk
menjelaskan data empiris. Sedangkan untuk nilai NFI dari hasil running data
didapatkan sebesar 0,142 nilai NFI >0,1 atau lebih tinggi maka model dapat
dikatakan jauh lebih baik. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
model yang terbentuk adalah valid.
Selanjutnya dari
koefisien jalur dan nilai t-statistic didapatkan melalui proses bootstrapping
dengan jumlah sampel 431, pengulangan sebanyak 5000 kali dan sinifikan level
sebesar 5%.
Hasil Pengujian
Pengaruh Langsung (Path Coefficient)
Original Sample (O) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Hasil |
|
Budaya Keselamatan
Kerja -> Kinerja |
-0.239 |
12.482 |
0.000* |
Ho Ditolak |
Budaya Keselamatan
Kerja -> Prilaku Kerja Aman |
0.499 |
17.958 |
0.000* |
Ho Diterima |
Iklim Keselamatan
Kerja -> Kinerja |
0.382 |
8.595 |
0.000* |
Ho Diterima |
Iklim Keselamatan
Kerja -> Prilaku Kerja Aman |
-0.011 |
0.174 |
0.862 |
Ho Ditolak |
Kepemimpinan ->
Kinerja |
0.161 |
4.230 |
0.000* |
Ho Diterima |
Kepemimpinan ->
Prilaku Kerja Aman |
0.221 |
3.831 |
0.000* |
Ho Diterima |
Motivasi ->
Kinerja |
0.091 |
4.004 |
0.000* |
Ho Diterima |
Motivasi ->
Prilaku Kerja Aman |
0.215 |
9.385 |
0.000* |
Ho Diterima |
Prilaku Kerja Aman
-> Kinerja |
0.568 |
21.068 |
0.000* |
Ho Diterima |
*) Signifikansi
dengan level 5%
Selanjutnya untuk mengetahui
pengaruh secara tidak langsung, dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 6
Hasil Pengujian Indirect Effect
Original Sample (O) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Hasil |
|
Budaya Keselamatan
Kerja -> Prilaku Kerja Aman -> Kinerja |
0.283 |
13.897 |
0.000* |
Ho Diterima |
Iklim Keselamatan
Kerja -> Prilaku Kerja Aman -> Kinerja |
-0.006 |
0.174 |
0.862 |
Ho Ditolak |
Kepemimpinan ->
Prilaku Kerja Aman -> Kinerja |
0.126 |
3.682 |
0.000* |
Ho Diterima |
Motivasi ->
Prilaku Kerja Aman -> Kinerja |
0.122 |
8.584 |
0.000* |
Ho Diterima |
*) Signifikansi dengan level 5%
Menurut Ghozali (2009), sebuah variabel
dikatakan sebagai mediasi apabila hubungan X ke Y signifikan dan M ke Y juga
signifikan. Untuk mengetahui adanya mediasi sempurna/parsial dapat dilakukan
dengan melihat nilai VAF (Variance Accounted For), perhitungan VAF dapat menggunakan formula
dibawah ini:
Hasil Perhitungan Nilai VAF (Variance Accounted For)
Untuk Variabel Tidak Langsung
|
a |
b |
c |
�(b*c) |
�(a+(b*c)) |
VAF |
Kesimpulan |
Budaya Keselamatan
Kerja -> Prilaku Kerja Aman -> Kinerja |
12.79 |
18.11 |
20.75 |
375.87 |
388.66 |
97% |
Mediasi Penuh |
Motivasi ->
Prilaku Kerja Aman -> Kinerja |
3.979 |
8.771 |
20.75 |
182.00 |
185.98 |
98% |
Mediasi Penuh |
Kepemimpinan ->
Prilaku Kerja Aman -> Kinerja |
4.28 |
3.613 |
20.75 |
74.97 |
79.25 |
95% |
Mediasi Penuh |
Kesimpulan
1.
Budaya keselamatan kerja (Safety Culture)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap prilaku kerja aman, artinya semakin
bagus tinggi budaya K3 yang diterapkan di perusahaan tersebut makan semakin
tinggi prilaku kerja aman yang bekerja di lingkungan kerja begitupun
sebaliknya.
2.
Budaya keselamatan kerja (Safety Culture)
berpengaruh negative namun signifikan terhadap kinerja pekerja, artinya semakin
rendah budaya K3 diterapkan diperusahaan maka akan berdampak semakin tinggi
kinerja dari pekerja, namu hal ini perlu dipertimbangkan terkait aspek-aspek K3
karena akan berpengaruh pada potensi-potensi kecelakan kerja yang akan terjadi.
Oleh sebab itu perlu adanya variabel mediasi terkait kondisi ini.
3.
Iklim keselamatan kerja (Safety climate)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap prilaku kerja aman pekerja,
artinya kedua variabel ini tidak ada pengaruh.
4.
Iklim keselamatan kerja (Safety climate)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, artinya semakin bagus
iklim keselamatan kerja maka kinerja dari pekerja semakin baik, begitupun
sebaliknya.
5.
Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap prilaku kerja aman, artinya semakin bagus kepemimpinan maka akan
berpengaruh pada prilaku kerja aman yang semakin baik, begitupun sebaliknya.
6.
Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja, artinya semakin bagus kepemimpinan maka kinerja pekerja akan
semakin baik, begitupun sebaliknya.
7.
Motivasi memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap prilaku kerja aman, artinya semakin tinggi motivasi pekerja untuk
bekerja aman maka semakin tinggi prilaku kerja aman di lokasi kerja, begitupun
sebaliknya.
8.
Motivasi memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pekerja, artinya semakin tinggi motivasi pekerja untuk bekerja
secara aman maka semakin tinggi kinerja pekerja, beitupun sebaliknya.
9.
Prilaku kerja aman pekerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja, artinya semakin bagus prilaku kerja aman pekerja
maka semakin bagus juga kinerja pekerjanya, begitupun sebaliknya.
10.
Budaya keselamatan kerja (Safety Culture)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pekerja dengan
prilaku kerja aman sebagai variabel mediasi, artinya budaya keselamatan
memiliki pengaruh postif dan signifikan terhadap kinerja dengan adanya pengaruh
mediasi dari variabel prilaku kerja aman.
11.
Prilaku kerja aman tidak mampu mediasi terhadap
hubungan iklim keselamatan kerja (Safety climate) dan kinerja sehingga
hubungan ini tidak ada memiliki pengaruh yang signifikan.
12.
Prilaku kerja aman mampu memediasi penuh pada
kepemimpinan sehingga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pekerja artinya semakin bagus kepemimpinan maka semakin bagus juga kinerja
pekerja melalui prilaku kerja aman sebagai mediasi.
13.
Prilaku kerja aman memediasi penuh terhadap motivasi
sehingga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pekerja,
artinya motivasi bagus akan dapat meningkatkan kinerja pekerja melalui variabel
mediasi prilaku kerja aman.
Al-Refaie, Abbas. (2013). Factors affect companies�
safety performance in Jordan using structural equation modeling. Safety
Science, 57, 169�178. Google
Scholar
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur suatu
penelitian: pendekatan praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta. Google
Scholar
Chen, Wei Tong, Wang, Chao Wei, Lu, Shih Tong, &
Pan, Nai Hsin. (2018). The Impact Of Safety Culture On Safety Performance-A
Case Study Of Taiwan�s Construction Industry. International Journal of
Organizational Innovation (Online), 11(1), 1�15. Google
Scholar
Cooper, Dominic. (2001). Improving Safety Culture: A
Pratical Guide, Applied Behavioral Sience. United Kingdom. Google
Scholar
Cooper, M. Dominic, & Phillips, Robin A. (2004).
Exploratory analysis of the safety climate and safety behavior relationship. Journal
of Safety Research, 35(5), 497�512.
Glendon, A. Ian, & Stanton, Neville A. (2000).
Perspectives on safety culture. Safety Science, 34(1�3), 193�214.
Google
Scholar
Griffin, Mark A., & Curcuruto, Matteo. (2016).
Safety climate in organizations. Annual Review of Organizational Psychology
and Organizational Behavior, 3, 191�212. Google
Scholar
Griffin, Mark A., & Neal, Andrew. (2000). Perceptions
of safety at work: a framework for linking safety climate to safety
performance, knowledge, and motivation. Journal of Occupational Health
Psychology, 5(3), 347. Google
Scholar
Hastuti, Hastuti. (2021). Pengaruh Motivasi Dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variable
Intervening Pegawai Puskesmas Di Kabupaten Mamuju. Universitas Hasanuddin. Google
Scholar
Hidayah, Tamriatin, & Tobing, Diana Sulianti K.
(2018). The influence of job satisfaction, motivation, and organizational
commitment to employee performance. Google
Scholar
Lisnanditha, Yudithia. (2012). Pengaruh Kepemimpinan,
Budaya Keselamatan Kerja, dan Iklim Keselamatan Kerja terhadap Perilaku
Keselamatan Kerja: Studi Kasus di PT. Google
Scholar
�
Krama Yudha Ratu Motor (KRM). Skripsi Fakultas
Ekonomi, Program Studi Ekstensi Manajemen Depok, Universitas Indonesia. Mathis,
RL, & Jackson, JH (2002).
Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat, Jakarta. Google
Scholar
Lu, Chin Shan, & Yang, Chung Shan. (2010). Safety
leadership and safety behavior in container terminal operations. Safety
Science, 48(2), 123�134. Google
Scholar
Mangkunegara, Anwar Prabu, & Prabu, Anwar. (2009).
Manajemen sumber daya manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Google
Scholar
Marzuki, Hasan, & Sularso, Raden Andi. (2018). The
Influnce of Occupational Safety Culture, Leadership and Motivation toward Job
Satisfaction and Employee Performance at PT. Total Logistic and Operation
Support in Eastern Kalimantan. Google
Scholar
Marzuki, Hasan, Sularso, Raden Andi, &
Purbangkoro, Murdijanto. (2018). Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja,
Kepimimpinan Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan Pada
Perusahaan Minyak Dan Gas Bumi �X� Di Propinsi Kalimantan Timur. BISMA:
Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 12(1), 51�65. Google
Scholar
Neal, Andrew, & Griffin, Mark A. (2006). A study
of the lagged relationships among safety climate, safety motivation, safety
behavior, and accidents at the individual and group levels. Journal of
Applied Psychology, 91(4), 946. Google
Scholar
Oah, Shezeen, Na, Rudia, & Moon, Kwangsu. (2018).
The influence of safety climate, safety leadership, workload, and accident
experiences on risk perception: A study of Korean manufacturing workers. Safety
and Health at Work, 9(4), 427�433. Google
Scholar
Permanasari, Ragil. (2013). Pengaruh Motivasi dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja PT. Augrah Raharjo Semarang. Management
Analysis Journal, 2(2). Google
Scholar
Pulungan, Delyana Rahmawany. (2020). The Impact of
Occupational Health, Safety (K3) Program and Work Environment on Employee
Commitment of PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. International
Journal of Economic, Technology and Social Sciences (Injects), 1(2),
40�48. Google
Scholar
Purnama, Nurul Qomarianing, Sunuharyo, Bambang Swasto,
& Prasetya, Arik. (2016). Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Komitmen
Organisasional Dan Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Bank BRI Cabang Kawi
Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 40(2). Google
Scholar
Salleh, Suzila Mat, Zahari, Ahmad Suffian Mohd, Said,
Nur Shafini Mohd, & Ali, Siti Rapidah Omar. (2016). The influence of work
motivation on organizational commitment in the workplace. Journal of Applied
Environmental and Biological Sciences, 6(58), 139�143. Google
Scholar
Setiono, Benny Agus, Brahmasari, Ida Ayu, &
Mujanah, Siti. (2018). Effect of Safety Culture, Safety Leadership, and Safety
Climate on Employee Commitments and Employee Performance PT. Pelindo III
(Persero) East Java Province. Sebelas Maret Business Review, 3(1),
6�10. Google
Scholar
Subeno, Isni. (2015). Pengaruh Kontrol Pekerjaan
Dan Perilaku Aman Terhadap Kinerja Karyawan Pt. Pertamina Hulu Energi Onwj.
Universitas Mercu Buana Jakarta-Menteng. Google
Scholar
Susanti, Elva, & Sugianto, Welly. (2019). Pengaruh
Iklim Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Perilaku Kerja Aman Pada Pekerja
Shipyard Batam. Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), 4(02), 23�31. Google Scholar
Tengilimoglu, Dilaver, Celik, Elif, & Guzel,
Alper. (2014). The effect of safety culture on safety performance: Intermediary
role of job satisfaction. Methodology, 15(3), 1�12.
Wahyuni, Dewi Urip, Christiananta, Budiman, &
Eliyana, Anis. (2014). Influence of organizational commitment, transactional
leadership, and servant leadership to the work motivation, work satisfaction
and work performance of teachers at private senior high schools in Surabaya. Educational
Research International, 3(2), 82�96. Google
Scholar
Widagdo, Aryo, Widodo, Djoko Setyo, & Samosir,
Partogi Saoloan. (2018). Effect of compensation and motivation to employee
performance through commitment. Scholars Journal of Economics, Business and
Management (SJEBM), 5(4), 319�325. Google
Scholar
Widyaningrum, M. Enny, & Rachman, Mochammad Munir.
(2019). The Influence of the Work Environment, Organizational Commitment and
Organizational Citizenship Behavior on Employee Performance and Motivation as
Intervening (Studies in the Matahari Department Store Tbk. Tunjungan Plaza in
Surabaya, Indonesia). Https://Www. Iiste. Org/Journals/Index. Php/EJBM/Issue/View/4286,
11(35), 60�68. Google
Scholar
Yang, Cheng Chia, Wang, Yi Shun, Chang, Sue Ting, Guo,
Suh Er, & Huang, Mei Fen. (2009). A study on the leadership behavior,
safety culture, and safety performance of the healthcare industry. International
Journal of Humanities and Social Sciences, 3(5), 546�553. Google
Scholar
Copyright holder: Teguh Santoso, Merry Citra
Sondari, Zainur Hidayah (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |