Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember
2022
ANALISIS
PENGARUH VARIASI GRADASI BATU PECAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON K300
Pengki Suanto, Asri Mulyadi, Surya Darma
Fakutas Teknik, Universitas Palembang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
Abstrak
Beton sangat diminati karena bahan ini merupakan bahan konstruksi yang mempunyai banyak kelebihan antara lain, mudah dikerjakan dengan cara mencampur semen, agregat, air, dan bahan tambahan lain bila diperlukan dengan perbandingan tertentu, dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki, mampu menerima kuat tekan dengan baik, tahan aus, rapat air, awet dan mudah perawatannya, maka beton sangat populer dipakai baik untuk struktur-struktur besar maupun kecil. Penelitian dan pengujian beton ini penulis akan mencoba menganalisis pengaruh ukuran batu pecah dalam menentukan kuat tekan mutu beton. Pada penelitian ini beda uji dicetak dengan menggunakan kubus baja ukuran 15cm x 15cm x 15cm dan direndam, beton di uji umur 28 hari karena pada umur ini menurut PBI 1974, kekuatan beton telah mencapai 100%. Pada campuran mutu beton K300 tersebut di cetak Beton Normal (batu pecah ukuran bervariasi 25 mm, 19 mm, dan 12,5 mm), nilai kuat tekan yang di capai 271, Nilai kuat tekan yang di capai oleh beton dengan ukuran batu pecah seragam 25 mm kuat tekan pada umur 28 hari di dapat 280,79 kg/cm2. Nilai kuat tekan yang di capai oleh beton dengan ukuran batu pecah seragam 19 mm kuat tekan pada umur 28 hari di dapat 301,93 kg/cm2.Nilai kuat tekan yang di capai oleh beton dengan ukuran batu pecah seragam 12,5 mm kuat tekan pada umur 28 hari d idapat 288,34 kg/cm2. Dari hasil pengujian yang dilakukan, terlihat adanya peningkatan kuat tekan beton pada variasi yang menggunakan ukuran agregat 19 mm.
Kata Kunci: Kuat Tekan Beton, Agregat Halus, Batu Pecah.
Abstract
Concrete is in great demand because this
material is a construction material that has many advantages, among others,
easy to work with by mixing cement, aggregate, water, and other additives if
needed in a certain ratio, can be shaped according to the desired needs, able
to accept compressive strength with a certain ratio. good,
wear-resistant, water-tight, durable and easy to maintain, so concrete is very
popular for use in both large and small structures. Research and testing of
this concrete the author will try to analyze the effect of the size of crushed
stone in determining the compressive strength of concrete quality. In this
study, the different tests were printed using a steel cube measuring 15cm x
15cm x 15cm and soaked, the concrete was tested for 28 days because at this
age, according to PBI 1974, the strength of the concrete had reached 100%. In
the K300 quality concrete mixture, Normal Concrete (broken stone varies in size
25 mm, 19 mm, and 12.5 mm), the compressive strength value achieved is 271, the
compressive strength value achieved by concrete with uniform crushed stone size
is 25 mm compressive strength at the age of 28 days obtained 280.79 kg/cm2. The
compressive strength value achieved by concrete with a uniform crushed stone
size of 19 mm compressive strength at the age of 28 days was 301.93 kg/cm2. The
compressive strength value achieved by concrete with a uniform crushed stone
size of 12.5 mm compressive strength at 28 days old got 288.34 kg/cm2. From the
results of the tests carried out, it is seen that there is an increase in the
compressive strength of concrete in variations using an aggregate size of 19
mm.
Keywords: Compressive Strength of Concrete, Fine
Aggregate, Crushed Stone.
Pendahuluan
Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat penting dan
paling dominan digunakan pada struktur bangunan (Arisyi, 2021). Beton sangat
diminati karena bahan ini merupakan bahan konstruksi yang mempunyai banyak
kelebihan antara lain, mudah dikerjakan dengan cara mencampur
semen, agregat, air, dan bahan tambahan lain bila diperlukan dengan
perbandingan tertentu (Winarto, 2018).
Kelebihan beton yang lain adalah, ekonomis (dalam pembuatannya menggunakan
bahan dasar lokal yang mudah diperoleh), dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan
yang dikehendaki, mampu menerima kuat tekan dengan baik, tahan aus, rapat air,
awet dan mudah perawatannya, maka beton sangat populer dipakai baik untuk
struktur-struktur besar maupun kecil (Perdana et al., 2015). Salah satu sifat material penyusun beton yang cukup berperan adalah agregat
kasar, sebab agregat kasar mengisi sebagian besar volume beton. Agregat kasar
adalah batuan alam yang terdiri dari butiran-butiran dalam ukuran tertentu yang
jumlahnya terbesar (60% - 70%) dalam campuran beton sehingga berpengaruh besar
terhadap kekuatan tekan beton (Mulyono,
2005).
Kekuatan tekan beton direncanakan sehingga pemilihan ukuran diameternya
merupakan bagian yang penting dalam pembuatan beton (Nugraha et al., 2017). Karena itu perlu dipelajari
karakteristik agregat yang akan menentukan sifat beton yang akan dihasilkan (Nadia & Fauzi, 2011). Berdasarkan uraian-uraian
yang telah dipaparkan di atas, penulis akan mencoba menganalisis pengaruh
ukuran agregat kasar terhadap kuat tekan mutu beton. Eksperimen akan dilakukan
di laboratorium.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang
digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang bertujuan untuk menentukan
jawaban atas permasalahan yang diajukan. �Metode penelitian adalah cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu�.
Metode penelitian mencakup prosedur
dan teknik penelitian. Metode penelitian merupakan langkah penting untuk
memecahkan masalah-masalah penelitian. Dengan menguasai metode penelitian,
bukan hanya dapat memecahkan berbagai masalah penelitian, namun juga dapat
mengembangkan bidang keilmuan yang digeluti. Selain itu, memperbanyak
penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan dunia
pendidikan.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara membuat benda uji (sampel) dilaboratorium
Test bahan dan Struktur Sipil Fakultas Teknik
Universitas Palembang. Benda uji dalam penelitian ini adalah beton normal yang menggunakan� batu pecah sebai agregat kasar dengan variasi
campuran� ukuran seragam (25 mm, 19 mm,
12,5 mm), ukuran 25 mm, ukuran 19 mm, dan ukuran 12,5 mm. Sampel dalam tiap
variasi dalam penelitian ini adalah 3 benda uji�
bentuk kubus dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm untuk menguji kuat
tekan beton dengan mutu beton K300. Sedangkan waktu pengujian dilakukan setelah
beton berumur 28 hari.
1. Persiapan Peralatan
Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Test bahan dan Struktur Sipil
Fakultas Teknik Universitas Palembang, sebelum penelitian dilakukan perlu
adanya persiapan peralatan dan bahan. Peralatan yang digunakan berupa alat � alat untuk memeriksa agregat
terdiri dari:
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
b. Satu set saringan, untuk memeriksa agregat
halus dan kasar
c. Gelas ukur
d. Piknometer
e. Kerucut terpancung
f. Penumbuk
g. Pan aluminium
h. Pelat kaca
i.
Cawan
j.
Oven
yang dilengkapi pengatur suhu
k. Density
spoon
l.
Mesin penggetarayakan
m. Timbangan
n. Spatula
o. Tabung silinder
p. Jangka sorong
q. Kuas
r. Ember
plastic
2. Persiapan Bahan � Bahan Penelitian
a. Semen Portland Padang type I
b. Agregat halus (pasir)
c. Agregat kasar (koral)
d. Limbah pecahan beton
Sebelum membeli bahan-bahan
tersebut, sebaiknya diperkirakan terlebih dahulu berapa jumlah yang dibutuhkan. Untuk pasir : harus
diperhitungkan yang terbuang setelah pengayakan. Sebaiknya jumlah pasir dan
koral dilebihkan, agar pemeriksaan agregat tidak terulang lagi, karena
mengingat karakteristik agregat tidak akan sama untuk
tiap pembelian. Semen sebaiknya dibeli pada waktu mendekat hari pengecoran,
karena penyimpanan semen yang terlalu lama akan
mengurangi mutu, jika penyimpanan yang kurang tepat dapat menyebabkan semen
mengeras dan terjadi penggumpalan.
3.
Perencanaan
Campuran Beton
Metode perencanaan campuran beton yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan campuran beton dengan mutu beton rencana K300. Dengan langkah kerja sebagai berikut:
a.
Menentukan
karakteristik kuat tekan yang diisyaratkan diambil K300 pada umur 28 hari
dengan jumlah cacat 5 % dari banyak sample.
b.
Menentukan
deviasi standar (s) dengan melihat tabel.
c.
Nilai
tambah (margin) menggunakan rumus = k � s
d.
Menghitung
kekuatan rata-rata yang akan dicapai dengan menjumlahkan hasil nomor 1 + 3
e.
Menetapkan
jenis semen yang digunakan adalah semen Portland type I
f.
Menetapkan
jenis agregat yang dipakai adalah:
1)
Agregat
Halus :� alami
2)
Agregat
Kasar� :�
alami / batu pecah
a.
Faktor
air semen ditentukan dengan berpedoman pada grafik 1 dan 2 kemudian disesuaikan
dengan type semen yang dipakai dan kekuatan tekan yang direncanakan pada umur
28 hari.
b.
Faktor
air semen maksimum dapat dilihat pada tabel yang disesuaikan dengan kondisi
penggunaan beton tersebut.
c.
Menentukan
tinggi slump dengan menyesuaikan kegunaan dari beton tersebut untuk konstruksi
d.
Ukuran
kadar agregat ditentukan dari hasil analisa saringan dengan mengambil ukuran
agregat maksimum lolos saringan
e.
Kadar
air bebas dapat dilihat pada tabel disesuaikan dengan besarnya slump dan ukuran
agregat maksimum
f.
Kadar
semen tiap m beton dihitung dari perbandingan air dengan factor air semen (no
11 / no 7)
g.
Kadar
semen maksimum tidak ditentukan jadi dapat diabaikan
h.
Kadar
semen minimum ditetapkan 413 kg / m3�
i.
Susunan
besar butir agregat disesuaikan dengan analisa saringan yang ditentukan
j.
Persentase
agregat halus diperoleh dari perbandingan gabungan antara agregat halus dan
kasar
k.
Berat
jenis agregat kering permukaan diperoleh dari perbandingan rata � rata berat
jenis agregat halus dan kasar
l.
Berat
jenis beton diperoleh dari grafik degan jalan membuat grafik baru yang sesuai
dengan nilai berat jenis gabungan
m. Kadar agregat gabungan = berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air
n.
Kadar
agregat halus = persentase agregat halus (16) x kadar agregat gabungan (no 19)
o.
Kadar
agregat kasar = kadar agregat gabungan (19) dikurangi�� kadar agregat halus (20)
Dari
langkah no.1 sampai no.21, didapat susunan campuran beton teoritis untuk tiap 1
m3 yaitu diperlukan semen sebanyak (no.12), air (no.11), pasir
(no.20), koral (no.21).
Dalam perhitungan yang telah dilakukan, agregat halus dan agregat kasar
dalam keadaan jenuh kering permukaan (SSD) maka apabila material yang ada di
lapangan tidak jenuh kering permukaan harus dilakukan koreksi terhadap
kebutuhan bahannya.
4. Pengujian Slump
Slump
pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana untuk mengetahui workability
beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam
pekerjaan pengecoran. Adapun langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut:
a. Kerucut terpancung dan pelat dibasahi
dengan kain basah
b. Letakkan kerucut terpancung di atas pelat.
c. Isilah kerucut terpancung sampai penuh
dengan beton segar dalam 3 lapisan, setiap 25 kali
tumbukkan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat masuk sampai
lapisan bagian bawah tiap lapisan.
d. Segera setelah selesai pemadatan ratakan
permukaan benda uji dengan tongkat, tunggu selama 30 detik dan dalam jangka
waktu ini semua benda uji yang jatuh disekitar kerucut harus disingkirkan.
e. Kemudian angkat kerucut secara
perlahan-lahan ke atas secara tegak lurus.
f. Ukurlah slump yang terjadi dengan
menetukan penurunan benda uji terhadap puncak kerucut terpancung.
Perhitungan :
Besar Slump = Tinggi Penurunan Benda Uji
5. Pengujian Berat Isi Beton
Adapun
langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut :
a. Basahi takaran volume campuran beton segar
dengan air
b. Tuangkan campuran beton segar ke dalam
takaran tersebut sampai penuh dalam 3 lapisan,tiap
lapis berisi kira-kira 1/3 isi takaran tersebut. Setiap lapis dipadatkan dengan
25 tumbukkan secara merata. Pada pemadatan tongkat harus masuk sampai lapisan
bagian bawah tiap-tiap lapis.
c. Bersihkan bibir takaran dari campuran
beton yang menempel, kemudian timbang.
d. Buang campuran beton segar
dari takaran kemudian dibersihkan.
e. Timbang takaran dalam keadaan kosong.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)
Hasil perencanaan campuran beton digunakan untuk mengetahui komposisi
masing-masing keperluan campuran beton. Berikut ini adalah komposisi kebutuhan bahan campuran
beton:
Tabel 1.
Kebutuhan
Bahan Susun Beton Tiap 1 m3
Mutu Beton |
Semen (kg) |
Pasir (kg) |
Batu Pecah |
Air (liter) |
w/c ratio |
26.4 MPa (K300) |
413 |
681 |
1021 |
215 |
0.52 |
Sumber : SNI
DT-91-0008-2007 Tata cara perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh Dept.
Pekerjaan Umum
B. Koreksi Campuran Beton
1.
Perbandingan berat antara masing � masing campuran 1
m3 beton sebelum dikoreksi dan setelah dikoreksi kadar air nya
adalah:
Semen �� =
=
1
Pasir������ =
=
1,50
Batu Pecah = ������ =
2,47
Air�� =��� ��� = 0,52
2. Komposisi campuran untuk setiap zak semen
adalah :
1 zak semen = 50 kg
Pasir�� = 1,50 x 50� = 75 kg/m3
Batu
Pecah� =� 2,47 x 50�
= 123,5 kg/m3
Air�
�= 0,52 x 50 �=
26 lt/m3
3. Beton campuran material batu pecah dengan
ukuran bervariasi (25 mm, 19 mm, 12,5 mm). Untuk mutu
beton K300, Analisis kebutuhan semen, pasir, batu pecah, dan air, untuk 3 kubus
adalah :
3 x
0,003375 x 1,2= 0,0122
Semen� : 0,0122 x 413� = 5,039 Kg
Pasir� : 0,0122 x 681� = 8,308 Kg
Koral� : 0,0122 x 1021� = 12,456 Kg
Air� : 0,0122 x 215�� = 2,623 L
4. Beton campuran material batu pecah dengan
ukuran seragam (25 mm). Untuk mutu beton K300, Analisis kebutuhan semen, pasir,
batu pecah, dan air, untuk 3 kubus adalah :
3 x
0,003375 x 1,2= 0,0122
Semen
�� : 0,0122 x
413� = 5,039 Kg
Pasir� ����: 0,0122 x 681� = 8,308
Kg
Koral���� : 0,0122 x 1021 =
12,456 Kg
Air ������� : 0,0122 x
215� = 2,623 L
5. Beton campuran material batu pecah dengan
ukuran seragam (19 mm). Untuk mutu beton K300, Analisis kebutuhan semen, pasir,
batu pecah, dan air, untuk 3 kubus adalah :
3 x
0,003375 x 1,2= 0,0122
Semen� : 0,0122 x 413� = 5,039 Kg
Pasir���� : 0,0122 x
681� = 8,308 Kg
Koral��� : 0,0122 x 1021 =
12,456 Kg
Air������� : 0,0122 x 215
= 2,623 L
6.
Beton
campuran material batu pecah dengan ukuran seragam (12,5
mm). Untuk mutu beton K300, Analisis kebutuhan semen, pasir, batu pecah, dan
air, untuk 3 kubus adalah :
3 x
0,003375 x 1,2= 0,0122
Semen� : 0,0122 x 413� = 5,039 Kg
Pasir���� : 0,0122 x
681� = 8,308 Kg
Koral��� : 0,0122 x 1021 �= 12,456 Kg
Air������� : 0,0122 x 215
��=
2,623 L
C. Analisis Pemeriksaan Agregat Halus
Pengujian
bersekala laboratorium yang dilakukan untuk agregat halus meliputi berat isi
gembur dan berat isi padat, analisa saringan, berat jenis dan penyerapan, kadar lumpur dan kadar air, agregat halus yang digunakan
adalah pasir sungai musi.
Dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan di laboratorium, didapat data � data
sebagai berikut:
1.
Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Aggregat
Halus
Data hasil perhitungan untuk berat jenis dan
penyerapan agregat halus dapat dilihat pada tabel 2. berikut ini :
Tabel 2.
Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
No. |
Uraian |
Sampel I |
Sampel II |
Rata-rata |
Satuan |
1. |
Berat
Benda Kering |
500,00 |
500,00 |
500,00 |
Gram |
2. |
Berat
Benda Uji Kering � Oven (B2) |
496,00 |
495,80 |
495,90 |
Gram |
3. |
Berat
Piknometer di Isi Air (25�C) (B3) |
732,40 |
740,10 |
736,25 |
Gram |
4. |
Berat
Piknometer + Benda Uji SSD + Air (25�C) (B1) |
1.033,50 |
1.041,80 |
1.037,65 |
Gram |
* |
Berat
Jenis (Bulk) =� B2
/ (B3 + 500 � B1) |
2,49 |
2,50 |
2,50 |
- |
* |
Berat
Jenis Kering Permukaan
Jenuh = 500 / (B3
+ 500 � B1) |
2,51 |
2,52 |
2,52 |
- |
* |
Berat
Jenis Semu Apparent = B2
/ (B3 + B2 � B1) |
2,54 |
2,55 |
2,55 |
- |
* |
Penyerapan
(Absorption) = (500 � B2)
/ B2 |
0,81 |
0,85 |
0,83 |
% |
������
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungan berat jenis dan
penyerapan agregat halus, didapatkan :
a.
Berat Jenis (Bulk) = 2,50
b.
Berat
Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 2,52
c.
Berat
Jenis Semu Apparent = 2,55
d.
Penyerapan
= 0,83%
2.
Perhitungan
Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Data
perhitungan kadar lumpur dan lempung agregat halus dapat dilihat pada tabel 3. dibawah ini :
Tabel 3.
Perhitungan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat
Halus
No. |
Uraian |
Sampel I |
Sampel II |
Rata-rata |
Satuan |
1. |
Berat Benda Kering (semula) + Cawan (W2) |
500,00 |
500,00 |
500,00 |
Gram |
2. |
Berat Benda Uji Kering (Akhir) + Cawan
(W4) |
494,00 |
493,00 |
493,50 |
Gram |
3. |
Berat Cawan (W1) |
15,00 |
15,00 |
15,00 |
Gram |
4. |
Berat Benda Kering (semula) (W3
= W2 � W1) |
485,00 |
485,00 |
485,00 |
Gram |
5. |
Berat Benda Kering (akhir) (W5
= W4 � W1) |
479,00 |
478,00 |
478,50 |
Gram |
|
Kadar Lumpur dan Lempung = |
1,24 |
1,44 |
1,34 |
% |
��� Sumber : Hasil Perhitungan
Dari
hasil perhitungan kadar lumpur agregat halus, didapatkan persentase kadar
lumpur agregat halus = 1,34%.
3. Perhitungan Analisa
Ayak Agregat Halus
Data hasil
perhitungan analisa ayak agregat halus dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Perhitungan Analisa Ayak Agregat Halus
Ukuran Ayakan/Saringan |
Agregat Tertahan |
Agregat Lolos (%) |
||
Inch |
MM |
Gram |
% |
|
1� �� �� 3/8� No. 04 No. 08 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 |
25,40 19,91 12,70 9,52 4,76 2,38 1,19 0,60 0,30 0,15 |
- - - - 2,40 15,50 124,00 339,00 453,00 500,50 |
- - - - 0,48 3,09 24,70 67,53 90,24 99,70 |
100,00 100,00 100,00 100,00 99,52 96,91 75,30 32,47 9,76 0,30 |
Total |
285,74 |
|
||
Angka Kehalusan = |
Sumber: Hasil
Perhitungan
D. Analisis Perhitungan Agregat Kasar
Perhitungan untuk agregat kasar (split), meliputi berat jenis dan
penyerapan, dan analisa ayak. Agregat kasar (split) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah split dari Lahat. Hasil analisis perhitungan terhadap
split dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1. Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan
Agregat Kasar
Data
hasil perhitungan untuk berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat dilihat
pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5.
Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan
Agregat Kasar
No. |
Uraian |
Sampel I |
Sampel II |
Rata-rata |
Satuan |
1. |
Berat
Benda Kering (Bk) |
2.452,00 |
2.454,00 |
2.453,00 |
Gram |
2. |
Berat
Benda Uji Permukaan Kering
(Bj) |
2.487,00 |
2.482,00 |
2.484,50 |
Gram |
3. |
Berat
Dalam Air� (W1) |
1.535,00 |
1.530,00 |
1.532,50 |
Gram |
* |
Berat
Jenis (Bulk) =� Bk / (Bj
� W1) |
2,58 |
2,58 |
2,58 |
- |
* |
Berat
Jenis Kering Permukaan
Jenuh = Bj / (Bj
� W1) |
2,61 |
2,61 |
2,61 |
- |
* |
Berat
Jenis Semu Apparent = Bk / (Bk
� W1) |
2,67 |
2,66 |
2,66 |
- |
* |
Penyerapan
(Absorption) = (Bj � Bk)
/ Bk x 100% |
1,43 |
1,14 |
1,28 |
% |
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari
hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar, didapatkan
:
a. Berat Jenis (Bulk)
= 2,58
b. Berat Jenis
Kering Permukaan Jenuh (SSD) = 2,61
c. Berat Jenis Semu
Apparent = 2,66
d. Penyerapan =
1,28%
2. Perhitungan Analisa Ayak Agregat Kasar
Tabel 6.
Perhitungan Analisa Ayak Agregat Kasar
Ukuran Ayakan/Saringan |
Agregat Tertahan |
Agregat Lolos (%) |
||
Inch |
MM |
Gram |
% |
|
1� �� �� 3/8� No. 04 No. 08 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 |
25,40 19,91 12,70 9,52 4,76 2,38 1,19 0,60 0,30 0,15 |
0 4.950,00 10.855,00 11.700,00 11.970,00 0 0 0 0 0 |
0 41,35 90,67 97,73 99,98 0 0 0 0 0 |
100,00 58,65 9,33 2,27 0,02 0 0 0 0 0 |
Total |
329,73 |
|
||
Angka Kehalusan = |
Sumber :
Hasil Perhitungan
Dari pengujian yang
telah dilakukan di laboratorium didapat data-data sebagai berikut:
3.
Agregat
Halus
Tabel 7.
Data-Data Agregat Halus
No |
Uraian |
Keterangan |
1 2 3 4 5 6 |
Berat Jenis
(Bulk) Berat Jenis
Kering Permukaan Jenuh Berat Jenis
Semu Apparent Penyerapan Kadar
Lumpur Kehalusan |
2,50 2,52 2,55 0,83% �1,34% 2,86 |
Sumber:
Hasil Perhitungan
4.
Agregat Kasar
Tabel 8.
Data-data
Agregat Kasar
No |
Uraian |
Keterangan |
1 2 3 4 5 |
Berat Jenis (Bulk) Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh Berat Jenis Semu Apparent Penyerapan Kehalusan |
2,58 2,61 2,66 1,28% 3,30 |
Sumber: Hasil Perhitungan
E. Perhitungan
Desain Campuran
Perencanaan campuran beton ini menggunakan
daftar isian (formulir) yang tersedia pada SKSNI T-15-1990-03. Adapun
perhitungan desain campuran beton dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 9.
Daftar
Isian Perencanaan Campuran Beton
No |
Uraian |
Tabel
/ Grafik / Perhitungan |
Nilai |
||||
1 |
Kuat tekan yang diisyaratkan |
Ditetapkan |
K300 pada 28 hari |
||||
2 |
Deviasi Standar Rencana |
Ayat 3.3.1 Tabel 1 |
7 N/mm2 atau tanpa data |
||||
3 |
Nilai Tambah (margin)�� k = 1,64 |
|
1,64 x 7 = 11,48 N/mm2 |
||||
4 |
Kekuatan rata-rata yang ditargetkan |
Ayat 3.3.2 |
21,7 + 11,48 = 33,18 N/mm2 |
||||
5 |
Jenis semen type I |
Ditetapkan |
Type I Ex. Baturaja |
||||
6 |
Jenis agregat kasar : |
|
Split Ex. Lahat |
||||
|
Jenis agregat halus : |
|
Pasir Ex. Sungai Musi |
||||
7 |
Faktor air � semen bebas |
Tabel 2 |
0,56 |
||||
|
|
Grafik 1 atau 2 |
(ambil nilai terkecil) |
||||
8 |
Faktor air � semen maksimunm |
Ayat 3.3.2 |
0,52 |
||||
9 |
Slump |
Ditetapkan Ayat 3.3.3 |
Slump 60-100 mm |
||||
10 |
Ukuran agregat maksimum |
Ditetapkan Ayat 3.3.4 |
38 mm |
||||
11 |
Kadar air bebas |
Tabel 6 Ayat 3.3.5 |
215 kg/m3 |
||||
12 |
Jumlah semen |
11 : 8 atau 7 |
215 : 0,52 = 413 kg/m3 |
||||
13 |
Jumlah semen maksimum |
Ditetapkan |
kg/m3 |
||||
14 |
Jumlah semen minimum |
Ditetapkan Ayat 3.3.2 Tabel 3, 4, 5 |
384 kg/m3 (pakai bila > 12, lalu hitung 15) |
||||
15 |
Faktor air � semen yang disesuaikan |
|
0,59 |
||||
16 |
Susunan besar butir agregat halus |
Grafik 3 s/d 6 |
Daerah gradasi susunan butir |
||||
17 |
Persen agregat halus |
Grafik 10 s/d 12 |
36% |
||||
18 |
Berat jenis relatif agregat (kering permukaan) |
|
2,58 diketahui |
||||
19 |
Berat jenis beton |
Grafik 13 |
2354 kg/cm3 |
||||
20 |
Kadar agregat gabungan |
19 � (12 + 11) |
2354 � 413 = 1941 kg/m3 |
||||
21 |
Kadar agregat halus |
|
36% x 1941 =� 699 kg/m3 |
||||
22 |
Kadar agregat kasar material 1/1 |
|
64% x 1941 = 1242 kg/m3 |
||||
Proporsi campuran - Tiap M3 - Perbandingan campuran M3 |
Semen (Kg) 413,00 ��� 1,00 |
Air (Lt) 215 ���
0,52 |
Agregat Halus (Kg) 699 ��� 1,80 |
Agregat Kasar (Kg) 1242 ���� 2,71 |
|||
Sumber: Hasil Perhitungan
F. Hasil Pengujian Slump Beton
Adapun hasil pengujian slump beton dapat dilihat
pada tabel 10 berikut :
Tabel 10.
Nilai
Pengujian Slump
Beton dg batu pecah |
Nilai slump ( cm ) |
|
1 Maret 2022 |
Ukuran bervariasi: 25, 19, 12,5 mm |
7,2 |
1 Maret 2022 |
Ukuran seragam : 25 mm |
10,5 |
1 Maret 2022 |
Ukuran seragam : 19 mm |
9,7 |
1 Maret 2022 |
Ukuran seragam : 12,5 mm |
8,3 |
Gambar 1. Grafik Pengujian Slump
Berdasarkan grafik
tersebut dapat diketahui bahwa slump yang di capai mulai dari beton dengan
material batu pecah ukuran bervariasi 25 mm, 19 mm, 12,5 mm, beton dengan material batu
pecah ukuran seragam 25 mm, 19
mm, 12,5
mm masih memenuhi
slump yang disyaratkan antara 60 � 100 mm.
G. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat
tekan beton dilaksanakan pada umur beton 28 hari. Kubus Beton
K300 yang diuji menggunakan material batu pecah ukuran bervariasi 25 mm, 19 mm,
12,5 kemudian ukuran seragam 25 mm, dan 19 mm, serta 12,5 mm. Beton yang di uji
mencapai umur 28 hari karena pada umur ini menurut PBI 1974, kekuatan beton
telah mencapai 100%. Data hasil pengujian kuat tekan beton
dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel 11.
Hasil
Pengujian Kuat Tekan Beton Umur 28 hari
Ukuran Maksimum Agregat |
No. Benda Uji |
Berat |
Luas (cm2) |
Tanggal Pembuatan Benda Uji |
Tanggal Pengujian Benda Uji |
Nilai Kuat Tekan |
σ Hancur (kg/cm2) |
Rata-Rata |
|
Kn |
Kg |
||||||||
25 mm, 19 mm, 12,5mm |
1 |
7,820 |
225 |
01-03-2022 |
28-03-2022 |
600 |
61.140 |
271,73 |
271,73 |
2 |
7,750 |
580 |
59.102 |
262,68 |
|||||
3 |
7,880 |
620 |
63.178 |
280,79 |
|||||
25 mm |
1 |
7,650 |
225 |
01-03-2022 |
28-03-2022 |
610 |
62.159 |
276,26 |
280,79 |
2 |
7,710 |
590 |
60.121 |
267,20 |
|||||
3 |
7,740 |
660 |
67.254 |
298,91 |
|||||
19 mm |
1 |
8.040 |
225 |
01-03-2022 |
28-03-2022 |
680 |
69.292 |
307,96 |
301,93 |
2 |
7,890 |
630 |
64.197 |
285,32 |
|||||
3 |
7,960 |
690 |
70.311 |
312,49 |
|||||
12,5mm |
1 |
8,110 |
225 |
01-03-2022 |
28-03-2022 |
740 |
75.406 |
335,14 |
288,34 |
2 |
8,080 |
620 |
63.178 |
280,79 |
|||||
3 |
7,860 |
550 |
56.045 |
249,09 |
Sumber: Hasil penelitian 2022
Gambar 2. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
Kesimpulan
Dari
penelitian yang telah dilaksanakan dan dari hasil yang telah dicapai, penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Bahwa
slump yang di capai mulai dari beton dengan material batu pecah ukuran
bervariasi 25 mm, 19 mm, 12,5 mm, beton dengan
material batu
pecah ukuran seragam 25 mm, 19 mm, 12,5 mm
masih memenuhi slump yang disyaratkan antara 60 � 100. 2)
Nilai kuat tekan yang di capai oleh beton dengan ukuran batu pecah bervariasi 25 mm, 19 mm, dan
12,5 mm pada umur 28 hari di dapat
kuat tekan 271,73 kg/cm2. 3) Nilai kuat tekan
yang di capai oleh beton dengan ukuran batu pecah seragam 25 mm kuat tekan pada umur 28 hari di dapat
280,79 kg/cm2. 4) Nilai kuat tekan
yang di capai oleh beton dengan ukuran batu pecah seragam 19 mm kuat tekan pada umur 28 hari di dapat
301,93 kg/cm2. 5) Nilai kuat tekan yang di capai
oleh beton dengan
ukuran batu pecah seragam 12,5 mm kuat tekan pada umur 28 hari d idapat
288,34 kg/cm2.
�Arisyi, M. H.
(2021). Pengaruh Bahan Tambah Zat Aditif Normet Tipe D terhadap Kuat Tekan
Beton f�c 20 Mpa. Universitas Siliwangi. Google
Scholar
PEDC Bandung. (1987). Teknologi Bahan II (p.
6). p. 6. EDC, EDC CI CNS.
Mulyono, T. (2005). Teknologi Beton. yogyakarta:
Penerbit Andi. Google
Scholar
Murdock, L. J., & Brook, K. M. (1986). Bahan dan
Praktek Beton, Terjemahan Ir. Stephanus Hindarko, Erlangga, Jakarta. Google
Scholar
Murdock, L. J., & Brook, K. M. (1991). Hendarko
and Stephanus 1991. Bahan Dan Praktek Beton.
Murdock, L. J., & Brook, K. M. (1999). Bahan dan
Praktek Beton; diterjemahkan oleh Ir. Stephanus Hendarko, Jakarta.
Murdock, L. J., & Brooks, K. M. (n.d.). Bahan dan
Praktek Beton, trans. Hendarko, S. Penerbit Erlangga.
Nadia, N., & Fauzi, A. (2011). Pengaruh Kadar
Silika Pada Agregat Halus Campuran Beton Terhadap Peningkatan Kuat Tekan.
Konstruksia, 3(1), 35�43. https://doi.org/10.24853/jk.3.1.%25p. Google
Scholar
Nasional, Badan Standarisasi. (1990). SNI
03-1968-1990: Metode Pengujian Analisa Saringan Agregat. Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Nasional, Badan Standarisasi. (1991). SKSNI
T-15-1991-03: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Badan
Standarisasi Nasional.
Nugraha, Y., Prayuda, H., & Saleh, F. (2017).
Pengaruh Variasi Bahan Tambah Abu Sekam Padi dan Zat Adiktif Bestmittel 0, 5%
Terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi. Semesta Teknika, 20(2), 116�124.
https://doi.org/10.18196/st.v20i2.3172. Google
Scholar
Perdana, A. O., Wahyuni, A. S., & Elhusna, E.
(2015). Pengaruh Penambahan Serat Ijuk Terhadap Kuat tarik Belah beton dengan
Faktor Air Semen 0, 5. Inersia: Jurnal Teknik Sipil, 7(2), 7�12.
https://doi.org/10.33369/ijts.7.2.7-12. Google
Scholar
S-04-1989-F, SK SNI. (n.d.). Tentang Spesifikasi
Aggregat sebagai bahan bangunan Normal. Badan Standarisasi Nasional.
Sari, Ira Puspita. (2019). Perilaku Beton Non-Pasir
Dengan Agregat Batu Pecah Limbah Kerajinan. Jurnal TEDC, 13(1),
29�34.
SNI 1970. (2008). Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan
Air Agregat Halus. Badan Standar Nasional Indonesia, 7�18.
Umum, Departemen Pekerjaan. (1982). Persyaratan umum
bahan bangunan di Indonesia (PUBI 1982). Pusat Pengembangan Pemukiman Badan
Penelitian Dan Pengembangan PU. Bandung.
Umum, Departemen Pekerjaan. (1990). SK SNI
T-15-1990-03 Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. DPU, Bandung.
Winarto, S. (2018). Pemanfaatan Serat Ijuk Sebagai
Material Campuran Dalam Beton Untuk Meningkatkan Kemampuan Beton Menahan Beban
Tekan Studi Kasus: Pembangunan Homestay Singonegaran Kediri. UKaRsT, 1(1),
1�10. https://doi.org/10.30737/ukarst.v1i1.79. Google
Scholar
Copyright holder: Pengki Suanto, Asri Mulyadi,
Surya Darma (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |