Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember
2022
ANTESDEN DAN KONSEKUENSI DARI CUSTOMER
SATISFACTION PADA INDUSTRI COFFEESHOP DI LAMPUNG, INDONESIA
Amanda Dea Az-Zahra, Luki Adiati Pratomo
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Indonesia merupakan negara produsen dan pelaku ekspor kopi terbesar ke-4 di dunia, namun konsumsi kopi domestik masih rendah yang diakibatkan orang Indonesia secara historis lebih menyukai teh daripada kopi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Brand image (brand image) terhadap Customer satisfaction (kepuasan konsumen). Penelitian menggunakan pengujian hipotesis, bertujuan menguji pengaruhnya terhadap variabel independen yaitu brand image, caf� atmosphere, instagram marketing activities, product quality dan price fairness terhadap variabel dependen yaitu customer loyalty melalui variable customer satisfaction. Brand image tidak berpengaruh signifikan terhadap customer satisfaction. Cafe atmosphere berpengaruh signifikan dan positif terhadap customer satisfaction.
Kata kunci: Antesden, Customer, Coffe Shop.
Abstract
Indonesia is the
4th largest�coffee producing and exporting country in the
world, but domestic coffee consumption is still low due to Indonesians
historically preferring tea over coffee. The purpose of this study was to
determine the effect of brand image on customer satisfaction. This study uses
hypothesis testing, aiming to test the effect on the independent variables,
namely brand image, caf� atmosphere, instagram marketing activities, product
quality and price fairness on the dependent variable, namely customer loyalty
through customer satisfaction variables. Brand image has no significant effect
on customer satisfaction. Cafe atmosphere has a significant and positive effect
on customer satisfaction.
Keywords: Antesden, Customer, Coffeeshop
Pendahuluan
Indonesia
merupakan negara produsen dan pelaku ekspor kopi terbesar ke-4 di dunia, namun
konsumsi kopi domestik masih rendah yang diakibatkan orang Indonesia secara
historis lebih menyukai teh daripada kopi (Nurhayati-Wolff, 2021). Dalam beberapa tahun kemarin, kopi semakin popular yang didorong oleh
kebangkitan budaya kafe dan perubahan pola konsumsi generasi muda di Indonesia (Urwin et al., 2019). Kesimpulan dari hasil riset tersebut, salah satu faktor yang berpengaruh
di pertumbuhan industri coffeeshop di Indonesia adalah kegiatan promosi dan
marketing melalui sosial media yang disesuaikan dengan gaya hidup modern
konsumennya.
Data Tahunan
Konsumsi Kopi Indonesia 2019 yang dikeluarkan oleh Global Agricultural
Information Network menunjukkan proyeksi konsumsi domestik (Coffee Domestic
Consumption) pada 2019/2020 mencapai meningkat sekitar 13,9% dibandingkan
konsumsi pada 2018/2019. Pada 2021, konsumsi domestik kopi Indonesia
diperkirakan naik lagi menjadi 370.000 ton (Toffin Indonesia Merilis Riset �2020
Brewing in Indonesia� - Toffin Insight, 2020). Permintaan konsumsi kopi yang
meningkat didorong oleh generasi muda yang beralih dari teh ke kopi, dan
menjadi apresiasi konsumi kopi produksi lokal (Nurhayati-Wolff, 2021). Menurut (Yin et al., 2020)�dalam riset yang berjudul �2020
Brewing in Indonesia�, terdapat empat gelombang dalam Industri Coffeeshop di
Indonesia, yaitu gelombang pertama ditandai dengan sedikitnya coffeeshop modern
yang menyediakan menu sama, gelombang kedua�
dari kebiasaan minum kopi sebagai kebutuhan functional menjadi kebutuhan
emotional, gelombang ketiga adalah mulai adanya perhatian khusus dari konsumen
pada seduhan kopi yang dibuat oleh coffeeshop, dan gelombang keempat adalah ketika
konsumen mulai tumbuh akibat banyak gerai coffee to-go mylai naik daun dan
memilili harga terjangkau.
Dengan
memanfaatkan 4 gelombang tersebut, coffeeshop saat ini mulai menyelaraskan
keinginan konsumen dengan menyediakan berbagai macam fasilitas seperti
menyediakan internet (Wi-Fi), memiliki pendingin ruangan (AC), permainan atau
board game yang bisa dimainkan bersama, stopkontak, dan juga musik untuk
mendukung kenyamanan dan suasana sesuai dengan keinginan konsumen (Albesta, 2018). Hal tersebut merupakan cara dari coffeeshop untuk menciptakan suasana
yang sesuai dengan keinginan konsumen dimana konsumen tidak hanya sekedar minum
kopi, juga menjadi tujuan untuk melakukan kegiatan tertentu, seperti bertemu
rekan bisnis, atau belajar kelompok bagi kalangan mahasiswa (Agustina et al., 2020).
Di Bandar
Lampung, budaya hang-out sudah menjadi trend dan gaya hidup. Hal ini dibuktikan
dengan maraknya bisnis minuman yang bermunculan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya keberadaaan kafe atau biasa disebut coffeeshop di kota Bandar Lampung
(Febrian et al., 2021). Gubernur Lampung Arinal Djunaidi juga mengeluarkan surat agar setiap
Jumat minuman kopi dari biji kopi asli Lampung dihidangkan di kantor di seluruh
instansi pemerintah dan swasta di Lampung (lampost.co, 2019). Melalui kebijakan
tersebut, diharapkan dapat meningkatkan konsumsi kopi di Lampung. Hal ini
membuat para pendiri bisnis melihat peluang untuk membuka coffeeshop (Miller, 2021). Maraknya coffeeshop di Lampung juga disebabkan oleh para pecinta kopi�rela menghabiskan waktu untuk hanya berkumpul
bersama sahabat, sehingga berbagai coffeeshop tersebut berlomba melakukan
sejumlah inovasi, mulai dari menu, interior, hingga desain ruang demi menarik
para konsumen (idntimes.com, 2021).
Tabel
1.
Jumlah Usaha Penyedia Makan Minum Skala Menengah
Besar dan Skala Mikro Kecil di Provinsi Lampung Tahun 2019
Jenis Usaha |
Jumlah Usaha Menengah Bawah
(UMB) |
Jumlah Usaha Menengah Kecil
(UMK) |
Jumlah |
||
Restoran/Rumah
Makan |
Katering |
PMM
Lainnya |
|||
95 |
3 |
90 |
188 |
87,692 |
87,880 |
Dari data tersebut, tercatat ada
sekitar 87,692 coffeeshop yang berada
di Lampng. Seiring dengan banyaknya jumlah penyedia makan minum khususnya coffeeshop di Lampung, varian jenis kopi dan pengolahannya turut berkembang dan
membuat minum kopi kini menjadi gaya di masyarakat sampai kalangan anak muda
khususnya di Provinsi Lampung (VOI, 2021). Dengan mempertimbangkan
jumlah coffeeshop di kota Bandar
Lampung, hal ini menunjukkan persaingan yang semakin ketat, disamping trend
sosial masyarakat sendiri yang sekarang lebih sering nongkrong di tempat
kuliner, oleh karena itu para pemilik coffeeshop
ini perlu memperhatikan bagaimana cara bertahan dari persaingan yang ada (Febrian et al., 2021).
Menurut
(Magne et al., 2020) terdapat beberapa faktor-faktor yang
menjadi pengaruh customer loyalty di
industri coffeeshop, yaitu customer satisfaction, service quality,
product quality, price fainess, trust, brand image, employee attitude,
atmosphere & environment, dan
customer engagement. Dari penelitian tersebut, faktor yang paling
mempengaruhi customer loyalty adalah customer satisfaction, trust dan price fairness. Hasil ini menunjukan
bahwa ketika konsumen puas dengan apa yang telah ditawarkan di coffeeshop, maka akan berpengaruh
signifikan terhadap customer loyalty
konsumen untuk kembali mengunjungi. (Dhisasmito & Kumar, 2020)
mengungkapkan hubungan antara service
quality, price fairness, atmosphere & environment dan customer loyalty. Caf� atmosphere memiliki korelasi yang tinggi terhadap customer satisfaction, tetapi hanya service quality dan price fairness yang berpengaruh secara signifikan terhadap customer satisfaction dan kembali
mempengaruhi customer loyalty. (Dhisasmito & Kumar, 2020)
mengungkapkan bahwa model customer
loyalty yang digunakan di coffeeshop
industri khususnya di Indonesia didasarkan pada customer satisfaction yang dimediasi oleh customer loyalty yang dimiliki koefisien determinasi yang lebih
baik dengan menambahkan price fairness
dan cafe atmosphere. Oleh karena itu,
dapat ditarik kemungkinan bahwa customer
loyalty pada coffeeshop di
Lampung dapat dipengaruhi oleh customer
satisfaction, brand image,caf� atmosphere, Instagram marketing activities,
product quality dan price fairness.
Peneliti melakukan pra survey terhadap
30 konsumen coffeeshop
di Lampung untuk mengetahui pendapat kepuasan konsumen mengenai apakah brand image, caf� atmosphere, Instagram marketing activities, product
quality, dan price fairness mempengaruhi customer
satisfaction dan customer loyalty kepuasan konsumen sebagai konsumen.
Gambar
1. Hasil Pra-survey Anteseden dan Konsekuensi dari Customer Satisfaction
pada Konsumen Coffeeshop
Mengenai Brand image
Sumber: (Olahan Peneliti)
Dari 30 responden, terdapat 25 orang (83,3%) yang menganggap bahwa brand image menjadi pertimbangan
kepuasan konsumen pada coffeeshop di Lampung, sedangkan 5 orang (16,7%) tidak.
Gambar 1.
Hasil Pra-survey survey Anteseden dan
Konsekuensi dari Customer Satisfaction pada Konsumen Coffeeshop Mengenai
Faktor Brand image
Sumber: (Olahan Peneliti)
Selanjutnya dari 25 responden yang menganggap bahwa brand
image menjadi pertimbangan kepuasan konsumen pada coffeeshop di Lampung, peneliti juga mempertanyakan mengenai faktor apa yang
menjadi pertimbangan responden dalam brand
image dari coffeeshop di Lampung.
Dari hasil pra-survey tersebut, 10 (40%)
responden
mempertimbangkan Attributes, 5 (20%) responden mempertimbangkan Benefit dan 10 (40%) responden mempertimbangkan Overall Evaluations. Dari hasil pra � survey ini,
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa brand
image menjadi faktor yang konsumen
pertimbangkan dalam
membeli produk coffeeshop di Lampung.
(Magne et al., 2020) faktor yang mempengaruhi Customer Satisfaction diantaranya adalah brand image. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Rahayu et al., 2022) dimana brand image yang telah
dibangun dengan berbagai cara oleh pemilik coffeeshop, akan berimbas pada produk� yang� dibuat oleh�
usaha� itu sendiri. �Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa brand image yang baik selalu
menggambarkan bentuk produk yang dapat
mewakili harapan konsumen sehingga berimbas pada kepuasan konsumen.
Selain
brand image, caf� atmosphere juga menjadi anteseden dari Customer
Satisfaction pada konsumen �coffe
shop� (Magne et
al., 2020).
Gambar
2. Hasil Pra-survey Anteseden dan Konsekuensi dari Customer
Satisfaction pada Konsumen Coffeeshop Mengenai Caf� atmosphere
Sumber: (Olahan Peneliti)
Dari 30 responden, terdapat 21 orang (86,7%) yang menganggap bahwa susana atau caf� atmosphere menjadi pertimbangan
kepuasan konsumen pada coffeeshop di Lampung, sedangkan 9 orang (13,3%) tidak.
Gambar
3. Hasil Pra-survey Anteseden dan Konsekuensi dari Customer
Satisfaction pada Konsumen Coffeeshop Mengenai Faktor Caf� atmosphere
Sumber: (Olahan Peneliti)
Selanjutnya dari 21
responden yang menganggap bahwa susana atau caf�
atmosphere dari coffeeshop menjadi
pertimbangan kepuasan konsumen dalam Anteseden dan Konsekuensi dari Customer Satisfaction pada coffeeshop di Lampung, peneliti juga mempertanyakan mengenai faktor apa yang
menjadi pertimbangan responden dalam susana atau caf� atmosphere dari coffeeshop
di Lampung. Dari hasil pra-survey tersebut, 23.8% responden mempertimbangkan Cleanliness, 19% responden mempertimbangkan Layout, 19% responden mempertimbangkan Music, 23.8% responden mempertimbangkan Lighting, dan tidak ada responden yang memilih Temperature sebagai faktor
yang menjadi pertimbangan kepuasan konsumen. Dari hasil pra � survey ini, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa suasana atau caf�
atmosphere �menjadi pertimbangan
konsumen di Lampung dalam membeli produk di coffeeshop.
Berdasarkan peta persepsi kemiripan suasana coffe shop yang dilakukan oleh (Fornes et al., 2020) pada empat coffeeshop di Lampung, terdapat hasil berupa bagian depan toko (storefront), fasilitas tempat parkir (parking facilities), pencahayaan (lighting), suhu ruangan (temperature), karyawan toko (store personnel), teknologi (technology), aroma dan suara (scents and sounds), penyusunan produk individu (arrangement of individual product), pengaturan tema (a theme setting display) dapat mempengaruhi kepuasan konsumen berkunjung. Hal ini dibenarkan (Dhisasmito & Kumar, 2020) dalam penelitianya yang menyatakan bahwa selain kualitas layanan yaitu customer satisfaction juga dipengaruhi oleh Caf� atmosphere.
Dari kesimpulan latar belakang dan fenomena diatas, industri coffeeshop di Lampung perlu memperhatikan faktor dan variabel apa saja yang dapat digunakan untuk mendukung perkembangan industri coffeeshop-nya. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai anteseden dari customer satisfaction yang terdiri dari �brand image, caf� atmosphere, Instagram marketing activities, product quality dan price fairness sehingga tercapai customer loyalty sebagai konsekuensinya.� Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Brand image (brand image) terhadap Customer satisfaction (kepuasan konsumen).
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pengujian hipotesis,
bertujuan menguji pengaruhnya terhadap variabel independen yaitu brand image,
caf� atmosphere, instagram marketing activities, product quality dan price
fairness terhadap variabel dependen yaitu customer loyalty melalui variable
customer satisfaction. Unit of analysis dari penelitian ini yaitu masyarakat
yang aktif berkunjung ke coffeeshop di Lampung selama 3 (tiga) bulan terakhir.
Data dari penelitian ini yaitu data cross sectional dimana data yang didapat
hanya dalam tempo waktu dan periode yang sudah ditetapkan
Dayang yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer. Data promer adalah data yang dikumpulkan secara langsung
oleh peneliti guna mendapat jawaban dari rumusan masalah dan tujuan penelitian (Sekaran & Bougie, 2016). Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner
adalah cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan atau
pernyataan kepada responden dari penelitian. Daftar pertanyaan berisi tentang
data-data responden dan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengaruh dari terhadap
variabel independen yaitu brand image, caf� atmosphere, Instagram marketing
activities, product quality dan price fairness terhadap variabel dependen yaitu
customer loyalty melalui variable intervening customer satisfaction dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian ini.
����������� Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability
sampling dengan teknik purposive sampling. Penentuan jumlah sampel yang
representative menurut (Hair et al., 2019) �adalah perhitungan
yang didapatkan dari jumlah indikator pertanyaan dikali 5 sampai 10, sehingga
sampel dalam penelitian ini adalah ;
Sampel = jumlah indikator x 10 = 32 x 10 = 320
Sehingga jumlah sampel ditetapkan sebesar 320
sampel. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang aktif
berkunjung ke coffeeshop di Lampung selama 3 (tiga) bulan terakhir. Profil
responden yang menjawab kuesioner dalam penelitian ini adalah
Gambar 5.
Karaktertisik Responden Berdasarkan Frekuensi Responden Telah Mengunjungi Coffeeshop
Tersebut Dalam 1 Tahun
Sumber: Data diolah penulis
Berdasarkan
gambar 1, responden paling sering berkunjung sebanyak 1-4 kali dalam 1 tahun
terakhir dengan jumlah 105 orang dengan persentase 32,81%, 102 orang sebanyak
5-8 kali dengan persentase 31,88%, 52 orang sebanyak 9-12 kali dengan
persentase 16,25% dan 61 orang lebih dari 12 kali dengan persentase 19,06%.
Hasil dan Pembahasan
Pengujian statistik deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan suatu data secara terperinci.
Pengujian statistik deskriptif pada penelitian ini ditinjau berdasarkan nilai mean dan standar deviasi. Nilai mean merupakan nilai rata-rata dari
jawaban responden, sedangkan nilai standar deviasi menunjukkan variasi dari
jawaban responden (Hair et al., 2019) Jika nilai standar deviasi yang diperoleh semakin mendekati nilai nol,
artinya jawaban dari responden semakin tidak bervariasi. Namun, jika nilai
standar deviasi yang diperoleh semakin menjauhi nilai nol, artinya jawaban dari
responden semakin bervariasi (Hair et al., 2019). Berikut ini merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif dari setiap
variabel yang dijelaskan melalui nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi:
Tabel 2.
Statistik Deskriptif Variabel Brand image
Item Pertanyaan |
Mean |
Standard
deviation |
Menurut saya coffeeshop
ini� mengutamakan konsumen. |
4.147 |
1.159 |
Menurut saya coffeeshop
ini merupakan coffeeshop yang
sangat berkualitas |
3.884 |
1.102 |
Menurut saya coffeeshop
ini punya ciri khas brand
tersendiri dibanding dengan coffeeshop� lain |
3.881 |
1.214 |
Brand image |
3.971 |
1.158 |
Sumber: Data diolah penulis
Berdasarkan hasil dari
statistik deskriptif pada tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) dari ketiga item pernyataan variabel brand image �sebesar 3.971. Hasil tersebut mengartikan bahwa masyarakat di Lampung memiliki persepsi yang baik
dari brand image coffeeshop di
Lampung. Begitu
pula dengan nilai standar deviasi pada tiga item
pernyataan variabel brand image sebesar
1.158 yang memperlihatkan tanggapan
dari responden cukup bervariasi.
Variabel brand image diukur menggunakan tiga item
pernyataan. Item pernyataan pertama dengan nilai mean sebesar
4.147 yang berarti responden menilai coffeeshop
di Lampung mengutamakan konsumen. Item pernyataan kedua dengan nilai mean
sebesar 3.884 yang memiliki arti responden menilai coffeeshop di Lampung mengutamakan konsumen. Item pernyataan
ketiga dengan nilai mean sebesar 3.881 yang memiliki arti responden menilai
coffeeshop di Lampung punya ciri khas
brand tersendiri dibanding dengan coffeeshop� lain.
�Statistik Deskriptif Variabel Caf� atmosphere
Item Pertanyaan |
Mean |
Standard deviation |
Menurut saya coffeeshop ini memiliki suasana yang nyaman |
4.091 |
1.243 |
Suasana coffeeshop
ini terasa akrab (familiar) dengan saya |
3.869 |
1.200 |
Saya merasa nyaman menghabiskan waktu saat
berada di coffeeshop ini |
3.850 |
1.246 |
Menurut saya coffeeshop ini membuat saya merasa santai (relax) |
3.941 |
1.240 |
Caf� atmosphere |
3.938 |
1.232 |
Sumber: Data diolah penulis
Berdasarkan hasil dari
statistik deskriptif pada tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) dari keempat item pernyataan variabel caf�
atmosphere sebesar 3.938. Hasil tersebut mengartikan bahwa masyarakat di Lampung memiliki persepsi yang baik
dari caf� atmosphere coffeeshop di Lampung. Begitu pula �dengan nilai standar deviasi
pada keempat item pernyataan variabel caf�
atmosphere sebesar 1.232 yang memperlihatkan tanggapan
dari responden cukup bervariasi.
Variabel caf� atmosphere diukur menggunakan empat item pernyataan. Item pernyataan
pertama dengan nilai mean sebesar 4.091 yang berarti responden menilai coffeeshop di Lampung memiliki suasana
yang nyaman. Item pernyataan kedua dengan nilai mean sebesar
3.869 yang memiliki arti suasana coffeeshop
di Lampung terasa akrab (familiar) dengan responden. Item pernyataan
ketiga dengan nilai mean sebesar 3.850 yang memiliki arti responden
merasa nyaman menghabiskan waktu saat berada di coffeeshop di Lampung. Item pernyataan keempat dengan nilai mean
sebesar 3.941 yang memiliki arti responden merasa coffeeshop di Lampung membuat responden merasa santai (relax).
Tabel 4.
Statistik Deskriptif Variabel Instagram marketing activities
Item Pertanyaan |
Mean |
Standard
deviation |
Keberadaan Social media pada coffeeshop ini membuat saya dapat berkomunikasi dengan konsumen
lain |
3.956 |
1.211 |
Keberadaan Social media pada coffeeshop ini membuat saya dengan mudah berkomunikasi dengan
konsumen lain |
3.753 |
1.142 |
Konten-konten yang
disampaikan melalui� social media pada coffeeshop ini menarik |
3.903 |
1.220 |
Menurut saya
menyenangkan untuk menelusuri coffeeshop
ini di social media kepuasan
konsumen masing-masing, |
3.884 |
1.187 |
Konten social media pada coffeeshop ini menyediakan informasi yang sesuai dengan saya |
3.878 |
1.194 |
Konten social media pada coffeeshop ini menyediakan layanan yang sesuai dengan saya |
3.875 |
1.195 |
Menurut saya konten social media pada coffeeshop ini up-to-date |
3.944 |
1.174 |
Menurut saya konten social media pada coffeeshop ini trendy |
3.941 |
1.172 |
Instagram marketing activities |
3.892 |
1.187 |
Sumber: Data diolah penulis
Berdasarkan hasil dari
statistik deskriptif pada tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) dari kedelapan item pernyataan variabel caf�
atmosphere sebesar 3.892. Hasil tersebut mengartikan bahwa masyarakat di Lampung memiliki persepsi yang baik
dari instagram marketing activities coffeeshop di Lampung. Begitu pula �dengan nilai standar deviasi
pada kedelapan item pernyataan variabel instagram
marketing activities sebesar 1.187 yang memperlihatkan tanggapan
dari responden cukup bervariasi.
Variabel instagram marketing activities
diukur menggunakan delapan item
pernyataan. Item pernyataan pertama
dengan nilai mean sebesar 3.956 yang berarti responden menilai
keberadaan social media pada coffeeshop di Lampung membuat responden
dapat berkomunikasi dengan konsumen lain. Item pernyataan kedua dengan
nilai mean sebesar 3.753 yang memiliki arti responden menilai keberadaan
social media pada coffeeshop di Lampung membuat responden
mudah berkomunikasi dengan konsumen lain. Item pernyataan ketiga dengan
nilai mean sebesar 3.903 yang memiliki arti responden merasa
konten-konten yang disampaikan melalui� social media pada coffeeshop di Lampung menarik. Item pernyataan keempat
dengan nilai mean sebesar 3.884 yang memiliki arti responden merasa
menyenangkan untuk menelusuri coffeeshop
di Lampung di social media kepuasan
konsumen masing-masing. Item pernyataan kelima dengan nilai mean sebesar
3.878 yang memiliki arti responden merasa konten social media pada coffeeshop
di Lampung menyediakan informasi yang sesuai dengan responden. Item pernyataan
keenam dengan nilai mean sebesar 3.875 yang memiliki arti responden
merasa konten social media pada coffeeshop di Lampung menyediakan
layanan yang sesuai dengan responden. Item pernyataan ketujuh dengan
nilai mean sebesar 3.944 yang memiliki arti responden merasa konten social media pada coffeeshop di Lampung up-to-date.
Item pernyataan ketujuh dengan nilai mean sebesar 3.944 yang
memiliki arti responden merasa konten social
media pada offee shop di Lampung trendy.
A.
Uji Hipotesi
Uji Hipotesis yang dilakukan
diambil dengan keputusan berdasarkan 2 hasil uji yaitu path coefficient dan p-value seperti hasil
dibawah berikut.
a.
Path Coeficient
Path
coefficient bertujuan
untuk menunjukkan hubungan antarkonstruk yang dihipotesiskan. Berikut merupakan
hasil path coefficient antar variable.
Hasil
Path Coefficient
Variabel |
Path coefficients |
Caf� atmosphere -> Customer satisfaction |
0,192 |
Brand image -> Customer satisfaction |
0,082 |
Customer
satisfaction -> Customer loyalty |
0,955 |
Instagram marketing activities -> Customer satisfaction |
0,239 |
Price fairness -> Customer satisfaction |
0,260 |
Product quality -> Customer satisfaction |
0,222 |
Sumber: Data diolah
penulis
b. Brand image -> Customer satisfaction
Variabel brand image memiliki nilai path
coefficient sebesar 0,082 terhadap customer
satisfaction, dimana nilai path coefficient tersebut > 0 dan
bernilai positif. Artinya brand image memiliki hubungan positif terhadap
customer satisfaction. Atau dapat
diinterpretasikan bahwa semakin tinggi nilai brand image maka customer satisfaction akan semakin
meningkat pula. Peningkatan satu satuan brand image akan meningkatkan customer satisfaction sebesar 16,1%.
c.
Caf� atmosphere ->
Customer satisfaction
Variabel cafe atmosphere memiliki nilai path
coefficient sebesar 0,192 terhadap customer
satisfaction, dimana nilai path coefficient tersebut > 0 dan
bernilai positif. Artinya cafe atmosphere memiliki hubungan positif
terhadap customer satisfaction. Atau
dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi nilai cafe atmosphere maka customer satisfaction akan semakin
meningkat pula. Peningkatan satu satuan cafe atmosphere akan
meningkatkan customer satisfaction
sebesar 19,2%.
d.
Instagram marketing
activities -> Customer satisfaction
Variabel instagram marketing activities memiliki
nilai path coefficient sebesar 0,239 terhadap customer satisfaction, dimana nilai path
coefficient tersebut > 0 dan bernilai positif. Artinya instagram
marketing activities memiliki hubungan positif terhadap customer satisfaction. Atau dapat
diinterpretasikan bahwa semakin tinggi nilai instagram marketing activities maka
customer satisfaction akan semakin
meningkat pula. Peningkatan satu satuan instagram marketing activities akan
meningkatkan customer satisfaction sebesar
23,9%.
e.
Product quality ->
Customer satisfaction
Variabel product quality memiliki nilai path
coefficient sebesar 0,239 terhadap customer satisfaction, dimana nilai path coefficient tersebut
> 0 dan bernilai positif. Artinya product quality memiliki hubungan
positif terhadap customer satisfaction.
Atau dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi nilai product quality maka
customer satisfaction akan semakin
meningkat pula. Peningkatan satu satuan product quality akan
meningkatkan customer satisfaction
sebesar 23,9%.
f.
Price fairness ->
Customer satisfaction
Variabel price fairness memiliki nilai path
coefficient sebesar 0,260 terhadap customer satisfaction, dimana nilai path coefficient tersebut
> 0 dan bernilai positif. Artinya price fairness memiliki hubungan
positif terhadap customer satisfaction.
Atau dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi nilai price fairness maka
customer satisfaction akan semakin
meningkat pula. Peningkatan satu satuan price fairness akan meningkatkan
customer satisfaction sebesar 26,0%.
g.
Customer satisfaction
-> Customer loyalty
Variabel customer
satisfaction memiliki nilai path coefficient sebesar 0,260 terhadap customer
loyalty, dimana nilai path coefficient tersebut > 0 dan bernilai
positif. Artinya customer satisfaction
memiliki hubungan positif terhadap customer
loyalty. Atau dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi nilai customer satisfaction maka customer loyalty akan semakin meningkat
pula. Peningkatan satu satuan customer
satisfaction akan meningkatkan customer
loyalty sebesar 95,5%.
1.
P-Value
P-value merupakan metode uji hipotesis dengan signifikan
secara statistis hubungan antar konstruk yang dihipotesiskan. Berikut merupakan
hasil P-value antar variable.
Kesimpulan dari hasil uji hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Tabel 6.
Kesimpulan Uji Hipotesis
Variabel |
Path coefficients |
P-Value |
Kesimpulan |
Caf� atmosphere -> Customer satisfaction |
0,192 |
0,001 |
Berpengaruh signifikan dan positif |
Brand image -> Customer satisfaction |
0,082 |
0,140 |
Pengaruh Kecil/tidak signifikan |
Customer satisfaction ->
Customer loyalty |
0,955 |
0,000 |
Berpengaruh signifikan dan positif |
Instagram marketing activities -> Customer satisfaction |
0,239 |
0,005 |
Berpengaruh signifikan dan positif |
Price fairness -> Customer satisfaction |
0,260 |
0,001 |
Berpengaruh signifikan dan positif |
Product quality -> Customer satisfaction |
0,222 |
0,001 |
Berpengaruh signifikan dan positif |
Sumber: Data diolah
penulis
H1. Brand image (brand image) secara positif mempengaruhi Customer satisfaction
Hipotesis pertama menguji pengaruh positif dari brand image terhadap customer satisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand image pengaruh kecil/tidak signifikan terhadap customer satisfaction konsumen
coffeeshop di Lampung. Hasil dari
penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
H2. Caf� atmosphere secara positif mempengaruhi Customer satisfaction
Hipotesis kedua menguji pengaruh positif dari caf� atmosphere terhadap customer satisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa caf� atmosphere berpengaruh
signifikan dan positif terhadap customer satisfaction konsumen coffeeshop di
Lampung. Hasil dari penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
H3. Instagram marketing activities secara positif mempengaruhi Customer satisfaction
Hipotesis ketiga menguji pengaruh positif dari instagram marketing activities� terhadap
customer satisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instagram marketing activities berpengaruh
signifikan dan positif terhadap customer satisfaction konsumen coffeeshop di
Lampung. Hasil dari penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
H4. Product quality secara positif mempengaruhi Customer satisfaction
Hipotesis keempat menguji pengaruh positif dari product quality terhadap customer satisfaction. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa product quality berpengaruh signifikan dan positif terhadap
customer satisfaction konsumen coffeeshop di Lampung. Hasil dari penelitian ini
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
H5. Price fairness secara positif mempengaruhi Customer satisfaction
Hipotesis kelima menguji pengaruh positif dari price fairness terhadap customer satisfaction. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa price fairness berpengaruh signifikan dan positif terhadap
customer satisfaction konsumen coffeeshop di Lampung. Hasil dari penelitian ini
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Magne et al., 2020) diman secara umum, seseorang akan menganggap harga yang
lebih rendah sebagai produk yang lebih rendah dan kualitas pelayanan, dan
sebaliknya, itulah yang disebut sebagai price
fairness. Hasil dari penelitian ini juga mendukung
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
H6. Customer
satisfaction
secara positif mempengaruhi Customer loyalty
Hipotesis keenam menguji pengaruh positif dari customer satisfaction terhadap customer
loyalty. Hasil penelitian menunjukkan bahwa customer satisfaction berpengaruh
signifikan dan positif terhadap customer loyalty
konsumen coffeeshop di Lampung. Hasil
dari penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Kesimpulan
Berdasarkan
dari hasil temuan dan pengujian hipotesis yang telah dijelaskan dalam bab
sebelumnya. Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
penelitian Brand image tidak berpengaruh signifikan terhadap customer
satisfaction. Cafe atmosphere berpengaruh signifikan dan positif terhadap
customer satisfaction. Instagram marketing activities berpengaruh signifikan
dan positif terhadap customer satisfaction. Product quality berpengaruh
signifikan dan positif terhadap customer satisfaction. Price fairness
berpengaruh signifikan dan positif terhadap customer satisfaction. Customer
satisfaction berpengaruh signifikan dan positif terhadap customer loyalty.
Agustina, K. S., Duarsa, D. P., & Kurniati, D. P.
Y. (2020). Posyandu Lansia: Akses Dan Pemanfaatannya Oleh Lanjut Usia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ubud I, Gianyar, Bali. Jurnal Penelitian Dan Kajian
Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram, 6(1),
10�20. Google
Scholar
Albesta,
M. (2018). Pengaruh Kualitas Makanan Dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Konsumen Cafe Warunk Upnormal Kota Malang. Universitas Brawijaya. Google
Scholar
Brakus,
J. J., Schmitt, B. H., & Zarantonello, L. (2009). Brand experience: what is
it? How is it measured? Does it affect loyalty? Journal of Marketing, 73(3),
52�68. Google
Scholar
Dhisasmito,
P. P., & Kumar, S. (2020). Understanding customer loyalty in the coffeeshop
industry (A survey in Jakarta, Indonesia). British Food Journal. Google
Scholar
Febrian,
P. R., Yanti, C. I., Aovilia, H., & Arnas, W. A. (2021). Trend Coffeeshop
di Bandar Lampung dan Strategi Dalam Bertahan di Tengah Banyaknya Coffeeshop di
Bandar Lampung. Jurnal Sociologie, 1, 23�29. Google
Scholar
Fornes,
O., Castro-Mondragon, J. A., Khan, A., Van der Lee, R., Zhang, X., Richmond, P.
A., Modi, B. P., Correard, S., Gheorghe, M., & Barana�ić, D. (2020).
JASPAR 2020: update of the open-access database of transcription factor binding
profiles. Nucleic Acids Research, 48(D1), D87�D92. Google
Scholar
Hair,
J. F., Risher, J. J., Sarstedt, M., & Ringle, C. M. (2019). When to use and
how to report the results of PLS-SEM. European Business Review, 31(1),
2�24. Google
Scholar
Magne,
F., Gotteland, M., Gauthier, L., Zazueta, A., Pesoa, S., Navarrete, P., &
Balamurugan, R. (2020). The firmicutes/bacteroidetes ratio: a relevant marker
of gut dysbiosis in obese patients? Nutrients, 12(5), 1474. Google
Scholar
Miller,
T. K. (2021). Arts-Led Gentrification and the Curated Image of Contemporary
Mediterranean Cities: Destruction and (Re) Construction in Marseille and Tel
Aviv. The University of Arizona. Google
Scholar
Min,
H., Lee, D. Y., Kim, J., Kim, G., Lee, K. S., Kim, J., Paik, M. J., Kim, Y. K.,
Kim, K. S., & Kim, M. G. (2021). Perovskite solar cells with atomically
coherent interlayers on SnO2 electrodes. Nature, 598(7881),
444�450. Google
Scholar
Nurhayati-Wolff,
H. (2021). Number of internet users in Indonesia 2017-2026. Statista. Com.
Google
Scholar
Rahayu,
E., Yulianti, L. N., & Kirbrandoko, K. (2022). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Customer Loyalty Sosis Farmhouse di Daerah Jabodetabek. Jurnal
Bisnis Darmajaya, 8(1), 28�48. Google
Scholar
Sekaran,
U., & Bougie, R. (2016). Research methods for business: A skill building
approach. john wiley & sons. Google
Scholar
Urwin,
J. W., Gudbranson, E., Graham, D., Xie, D., Hume, E., & Emanuel, E. J.
(2019). Accuracy of the relative value scale update committee�s time estimates
and physician fee schedule for joint replacement. Health Affairs, 38(7),
1079�1086. Google
Scholar
Yin,
M., Wingfield, M. J., Zhou, X., & de Beer, Z. W. (2020). Phylogenetic
re-evaluation of the Grosmannia penicillata complex (Ascomycota,
Ophiostomatales), with the description of five new species from China and USA. Fungal
Biology, 124(2), 110�124. Google
Scholar
Copyright holder: Amanda Dea
Az-Zahra, Luki Adiati Pratomo (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |