Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
PERFORMA BROILER YANG
DIPELIHARA PADA KANDANG PANGGUNG DAN POSTAL DOUBLE
DECK DENGAN SISTEM CLOSE HOUSE
Fahri Irwan, M. Juraid Wattiheluw, Abraham H. Tulalessy
Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Tipe kandang yang sering
digunakan oleh peternak dalam pemeliharaan broiler yaitu kandang panggung dan
postal double deck.
Masing-masing tipe kandang tentunya memberikan pengaruh
berbeda terhadap kenyamanan ayam yang dipelihara, sehingga berdampak pada
performa yang dihasilkan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui performa broiler yang dipelihara pada kandang
panggung dan postal double deck dengan sistem close house. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Oktober sampai
November 2021 pada peternakan broiler dengan tipe kandang berbeda (panggung dan
postal double deck) di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Kabupaten
Bojonegoro, Jawa Timur. Bahan pada penelitian
ini yaitu broiler strain lohman atau MB-202 yang dipelihara pada
kandang panggung dan postal doble deck dengan sistem close house
populasi 13.000 ekor/kandang.� Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survei dan observasi
(pengamatan secara langsung di lapangan) untuk mengambil data yang berkaitan
dengan performa broiler. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu
konsumsi pakan (feed intake), pertambahan bobot badan, feed
convertion ratio (FCR), deplesi, dan indeks performa (IP). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa broiler yang dipelihara
pada kandang panggung lebih baik dibandingkan kandang postal double deck.
Hal ini karena pada kandang panggung diperolah jumlah konsumsi pakan (feed
intake) yang lebih rendah, pertambahan bobot badan yang lebih tinggi, dan feed convertion ratio (FCR) yang lebih
rendah dibandingkan kandang postal double deck. Selain
itu, indeks performa (IP) pada kandang panggung juga lebih tinggi dibandingkan
kandang postal double deck, namun keduanya termasuk kategori sangat
baik.
Kata Kunci:
Performa, Broiler, Kandang Panggung, Kandang Postal Double Deck.
Abstract
Types of cages that are often used
by breeders in broiler maintenance are stage cages and postal double decks.
Each type of cage certainly has a different effect on the comfort of the
chickens that are kept, so that it has an impact on the resulting performance.
This study aims to determine the performance of broilers reared in stage cages
and postal double decks with a close house system. This research was conducted
from October to November 2021 on broiler farms with different types of cages
(stage and postal double deck) in Ngumpakdalem Village, Dander District,
Bojonegoro Regency, East Java. The material in this
study was the Lohman strain broiler or MB-202 which was reared in stage cages
and postal double decks with a close house system with a population of 13,000 birds/cage. The method used in this research is
survey and observation (direct observation in the field) to collect data
related to broiler performance. The variables observed in this study were feed
intake, body weight gain, feed conversion ratio (FCR), depletion, and
performance index (IP). The data obtained were analyzed descriptively. The
results showed that the performance of broilers reared in stage cages was
better than postal double deck cages. This is because in stage cages, lower
feed intakes, higher body weight gain, and lower feed conversion ratios (FCR)
than postal double deck cages are obtained. In addition, the performance index
(IP) in the stage cage was also higher than the postal double deck cage, but
both were in the very good category.
Keywords: Performance, Broiler, Stage Cage,
Double Deck Postal Cage
Pendahuluan
Peternakan merupakan salah satu sub
sektor pertanian yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan sumber
protein hewani. Salah satu pangan sumber protein hewani yang
sangat digemari di masyarakat yaitu ayam ras pedaging. Broiler merupakan jenis ayam ras unggul hasil persilangan yang
memiliki pertumbuhan dan produktivitas tinggi khususnya dalam memproduksi
daging. Usaha peternakan broiler banyak diminati dan
berkembang di masyarakat. Populasi dan produksi daging
broiler di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Populasi broiler pada tahun 2020 yaitu 2.919.516 ribu ekor meningkat menjadi
3.107.183 ribu ekor pada tahun 2021, sedangkan produksi daging broiler pada
tahun 2020 yaitu 3.219.117 ton meningkat menjadi 3.426.042 ton di tahun 2021.
Ayam broiler banyak diusahakan peternak karena pertumbuhan dan perkembangannya
yang cepat serta dapat dipanen pada umur 28-35 hari (Ganda, Amanda, & Sehabudin, 2022).
Keberhasilan usaha peternakan broiler dipegaruhi oleh
berbagai faktor.
Faktor yang sangat menentukan
keberhasilan usaha peternakan broiler yaitu bibit, pakan, dan manajeman atau
tata laksana.
Ketiga hal ini merupakan kesatuan dan saling berkaitan satu sama
lain. Faktor manajemen atau tata laksana itu sendiri sangat
ditentukan oleh sistem perkandangan yang digunakan. Kandang
merupakan tempat tinggal ayam mulai dari awal pemeliharaan hingga panen.
Kandang juga memiliki fungsi untuk memberikan kenyamanan
kepada ayam agar dapat tumbuh dengan baik secara maksimal. Sistem
kandang broiler dibagi menjadi dua yaitu open
house dan close house (Herlambang et al., 2020).
Kandang close house atau sistem tertutup merupakan kandang yang secara
keseluruhan dapat dikontrol seperti sistem ventilasi, pemberian pakan dan
minum, serta suhu dan kelembaban. Gangguan dari lingkungan luar dapat
diminimalisir dengan kandang close house.
Tipe kandang yang sering digunakan oleh peternak dalam
pemeliharaan broiler yaitu kandang panggung dan postal double deck. Masing-masing tipe kandang tentunya memberikan
pengaruh berbeda terhadap kenyamanan ayam yang dipelihara, sehingga berdampak
pada performa yang dihasilkan (Barus et al., 2019).
Keberhasilan produksi broiler dapat
diekspresikan dalam penampilan performanya. Performa atau penampilan broiler
dapat diukur melalui mortalitas (deplesi), konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan, feed convetion ratio (FCR),
dan indeks performa (IP). Indeks performa (IP) merupakan suatu parameter utama
yang sering digunakan untuk menentukan keberhasilan peternakan broiler (Sadah, 2021).
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang �Performa
Broiler yang Dipelihara pada Kandang Panggung dan Postal Double Deck dengan Sistem
Close House.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai
dari bulan Oktober sampai November 2021 pada peternakan broiler dengan tipe
kandang berbeda (panggung dan postal double
deck) di Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa
Timur. Bahan
pada penelitian ini yaitu broiler strain
lohman atau MB-202 yang dipelihara
pada kandang panggung dan postal doble
deck dengan sistem close house
populasi 13.000 ekor/kandang. Kandang panggung dimiliki oleh peternakan Cicik Farm dengan ukuran
panjang 96 m, lebar 9 m, tinggi dalam kandang 2 m, dan tinggi panggung 1 m.
Sedangkan kandang postal double deck
dimiliki oleh peternakan Dimas Farm dengan ukuran panjang 54 m, lebar 8 m, dan
tinggi 4 meter (2 meter/lantai).
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu survei dan observasi (pengamatan secara langsung di
lapangan) untuk mengambil data yang berkaitan dengan performa broiler (Khoiriyah, 2021).
Adapun tahapan penelitian sebagai berikut.
Gambar 1. Diagram
Alir Penelitian
1. Survei dan Observasi
Tahap pertama yang
dilakukan yaitu menyurvei tempat atau lokasi penelitian pada kandang panggung
di peternakan Cicik Farm dan kandang postal double
deck di peternakan Dimas Farm.
2. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu:
a. Pengamatan (observasi);
yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan pemeliharaan pada
lokasi penelitian.
b. Wawancara (interview);
yaitu mewawancarai peternak dan anak buah kandang (ABK) mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian.
c. Pencatatan (recording):
yaitu mencatat setiap hal yang dijalankan dan yang terjadi selama penelitian.
Pencatatan dilakukan menggunakan alat tulis (buku dan pena).
d. Pengukuran dan perhitungan; yaitu mengukur data yang
berkaitan dengan penelitian seperti bobot badan ayam mingguan, jumlah ayam
mati, dan sisa pakan. Pengukuran bobot badan mingguan dilakukan dengan
mengambil sampel sebanyak 40 ekor ayam pada setiap kandang secara acak
sederhana (simple random sampling).menggunakan
timbangan gantung digital. Sedangkan perhitungan data menggunakan aplikasi
Microsoft Excel.
e. Dokumentasi; yaitu mendokumentasikan berbagai hal atau
kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi pada penelitian ini
menggunakan kamera smart phone.
f. Studi pustaka; yaitu melakukan penelusuran referensi
atau data dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah.
Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui pengamatan,
wawancara, pencatatan, pengukuran dan perhitungan, serta dokumentasi.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah, buku teks, skripsi (laporan
penelitian), serta referensi lainnya (Nur & Wahyuni, 2022).
Variabel yang diamati dalam
penelitian ini yaitu performa broiler yang dipelihara pada kandang panggung dan
postal double deck, meliputi:
1) Konsumsi Pakan (Feed
Intake)
Jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ayam selama pemeliharaan hingga panen. Rumus feed intake yaitu:
2) Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Kenaikan bobot
badan ayam selama periode waktu tertentu. Rumus pertambahan bobot badan yaitu:
3) Feed
Convertion Ratio (FCR)
Perbandingan antara
pakan yang dikonsumsi dengan bobot badan ayam yang dihasilkan. Rumus feed convertion ratio (FCR) yaitu:
4) Deplesi
Persentase kematian dan culling selama pemeliharaan. Rumus deplesi yaitu:
5) Indeks Performa (IP)
Parameter utama
untuk mengetahui keberhasilan dalam pemeliharaan broiler. Rumus indeks performa (IP) yaitu:
Dimana:
IP���������� = Indek
Performa
ABW���� = Average Body Weihgt (rata-tata bobot
badan)
FCR������ = Feed Convertion Ratio (FCR)
Ur��������� = Umur
rata-rata panen
Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis deskriptif untuk melihat performa broiler yang dipelihara pada kandang
panggung dan postal double deck
dengan sistem close house.
Hasil dan Pembahasan
A.
Konsumsi Pakan (Feed Intake)
Konsumsi pakan (feed intake) merupakan jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ayam dalam jangka waktu tertentu dan berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Konsumsi pakan didapat dari total pakan yang diberikan dikurang sisa dan
dibagi jumlah ayam (Ismail,
Rizal, Armenia, & Kasim, 2022). Rata-rata
konsumsi pakan pada kandang panggung dan postal double deck dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Rata-Rata Konsumsi
Pakan
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan pada kandang panggung
minggu ke-1 sampai ke-4 (195 gr/ekor, 579 gr/ekor, 1.250 gr/ekor, dan 2.172 gr/ekor) lebih tinggi dibandingkan kandang postal doble deck (159 gr/ekor, 548 gr/ekor,
1.236 gr/ekor, dan 2.062 gr/ekor). Sedangkan konsumsi pakan minggu ke-5 pada kandang panggung yaitu
2.804 gr/ekor lebih tinggi dibandingkan kandang postal double deck yaitu 2.885 gr/ekor. Hal ini
sejalan dengan penelitian Umam et al.,
(2014), bahwa rataan konsumsi pakan pada kandang panggung cenderung lebih
rendah dibandingkan kandang bertingkat. Konsumsi pakan
yang lebih rendah pada kandang panggung disebabkan oleh perbedaan struktur
kandang, tipe lantai, suhu dan kelembapan, serta kenyamanan dan tingkat stres
ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Faiq et al. (2013), bahwa perbedaan konsumsi pakan dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti temperatur kandang, perkandangan, kandungan zat
makanan, palatabilitas, kenyamanan, status kesehatan ternak, dan tingkat stres
ayam (Febrianto, 2019).
Tipe kandang yang berbeda sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan (Lantowa, Londok, & Imbar, 2021).
Konsumsi
pakan minggu ke-5 pada kandang panggung yaitu 2.804 gr/ekor dan kandang postal double deck yaitu 2.885 gr/ekor lebih
rendah dibandingkan standar atau targer performa broiler MB 202 yaitu 3.339
gr/ekor (PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, 2018). Hasil rata-rata konsumsi pakan
pada minggu ke-5 ini juga lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian
Budiarta et al. (2014), yaitu 3.030-3.132
gr/ekor, serta Asih & Anwar (2022) yaitu 3.239,67 gr/ekor. Rendahnya konsumsi pakan pada lokasi penelitian disebabkan oleh
berbagai faktor seperti umur dan bangsa ayam, kondisi lingkungan kandang, cuaca
dan iklim, serta kandungan nutrisi pakan. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Wahju (2004), bahwa besar dan bangsa ayam, temperatur
lingkungan, tahap produksi, serta energi dalam pakan dapat mempengaruhi
konsumsi pakan. Menurut Suarjaya & Nuriyasa (2010), untuk
mendapatkan produksi yang baik perlu diadakan kontrol dengan penimbangan yang
teratur setiap minggunya. Apabila berat ayam belum memenuhi
standar, maka jumlah pakan dapat ditambah dengan presentase kekurangan berat
badan dari standar. Akan tetapi bila bobot badan ayam telah melebihi
standar, maka jumlah pakan yang diberikan tetap sama dengan jumlah pakan yang
diberikan sebelumnya (Dalila Fadhila Hidayat, Widodo, Diyantoro, &
Yuliani, 2020). Usaha
yang dapat dilakukan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal diantaranya dengan
memberikan pakan bernutrisi tinggi serta manajemen temperatur lingkungan
kandang yang optimal. Suhu udara yang tinggi merupakan salah satu
masalah yang dihadapi untuk mencapai performa broiler yang optimal (Fahrina, Mutia, & Sumiati, 2021).
Suhu atau
temperatur kandang akan sangat mempengaruhi tingkat
konsumsi pakan oleh ayam. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata suhu pada
kandang panggung yaitu minggu ke-1 32,5 oC, ke-2 29,4 oC,
ke-3 29 oC, ke-4 28,3 oC, dan ke-5 28,4oC.
Sedangkan pada kandang postal doble deck
yaitu minggu ke-1 33.6 oC, ke-2 32,2 oC, ke-3 29,9 oC,
ke-4 28 oC, dan ke-5 28,2 oC. Suhu yang
tinggi pada kandang postal doble deck
di minggu ke-1 sampai ke-3 menyebabkan tingkat konsumsi pakan lebih rendah
dibandingkan kandang panggung (Gambar 2). Hal ini disebabkan karena ayam
akan lebih banyak mengonsumsi air minum dibandingkan
pakan ketika merasakan suhu yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Widana et al. (2019), bahwa jika ayam
merasakan suhu yang tinggi maka akan terlalu banyak mengonsumsi air minum
dibandingkan dengan pakan, sedangkan jika ayam merasakan suhu yang rendah maka
ia tidak akan aktif bergerak mencari pakan tetapi lebih cenderung berkumpul
dengan kawanannya untuk mencari suhu hangat.�
Broiler akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif
konstan melalui peningkatan pernapasan dan konsumsi air minum serta penurunan
konsumsi pakan, sehingga akan menyebabkan penurunan dalam pertumbuhan dan
produksi (Astuti & Jaiman, 2019).
Akan terjadi penurunan konsumsi pakan sebesar 1,7%
pada setiap kenaikan suhu sebesar 1�C. Suhu udara yang tinggi dalam kandang
disebabkan oleh beberapa sumber panas yaitu panas dari tubuh ternak akibat
proses metabolisme, sinar matahari, serta fermentasi litter (A. Hidayat, Sarjana, & Kismiati, 2020).
Tipe lantai yang digunakan pada kandang panggung yaitu lantai panggung
dengan menggunakan litter, sedangkan
kandang postal double deck yaitu
lantai litter di tanah (tanpa
panggung). Tipe lantai kandang yang berbeda ini juga akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan oleh
ayam.� Hal ini karena keadaan pada lantai
litter panggung lebih nyaman
dibandingkan lantai litter di tanah. Gaya
gesek udara pada lantai litter
panggung lebih rendah dibandingkan lantai litter
di tanah sehingga keadaannya akan lebih nyaman (Mauliah, 2018).
Ketinggian lantai kandang dari tanah akan berpengaruh terhadap ayam yang ada di
dalam kandang, karena apabila terlalu rendah maka uap dari kotoran akan
terhirup kembali sehingga berdampak terhadap kesehatan ayam (Juariah, 2019).
B. Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot
badan ayam dalam periode waktu tertentu. Pertambahan bobot badan didapat dari
selisih antara bobot badan akhir dengan bobot badan awal (Muslim, Widjastuti, & Garnida, 2022). Rata-rata pertambahan bobot badan broiler dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Rata-Rata Pertambahan Bobot Badan
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan broiler pada
kandang panggung pada minggu ke-1 sampai ke-5 (150 gr/ekor, 449 gr/ekor, 946
gr/ekor, 1.581 gr/ekor, dan 2.147 gr/ekor) cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan kandang postal double deck (155
gr/ekor, 437 gr/ekor, 914 gr/ekor, 1.545 gr/ekor, dan 2.127 gr/ekor). Ini berarti bahwa pertambahan bobot badan pada kandang panggung
lebih baik dibandingkan kandang postal double
deck. Hal ini sesuai dengan penelitian Umam et al. (2014), bahwa hasil rataan
pertambahan bobot badan pada kandang panggung cenderung lebih tinggi dibandingkan
kandang bertingkat. Salah satu faktor yang menyebabkan
tingginya pertambahan bobot badan pada kandang panggung yaitu konsumsi pakan
yang tinggi pada minggu ke-1 sampai ke-4 sehingga mengoptimalkan pertumbuhan
ayam.� Konsumsi
pakan sangat mempengaruhi pertambahan bobot badan karena pakan mengandung zat
nutrisi yang dibutuhkan ayam untuk tumbuh. Konsumsi pakan yang tinggi akan menghasilkan bobot badan yang tinggi pula atau
sebaliknya (Umam et al., 2014).
Menurut Wahju (2004), konsumsi pakan merupakan aspek terpenting dalam membentuk
jaringan tubuh sehingga meningkatkan pertambahan bobot badan ayam. Zat nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan jaringan
tubuh ayam yaitu protein. Pakan yang diberikan memiliki kandungan
protein yaitu pre-starter 22%,� starter 21%, dan finisher 19%. Kandungan protein ini telah sesuai dengan persyaratan
mutu pakan broiler berdasarkan SNI yaitu pre-starter
22%,� starter
20%, dan finisher 19% (SNI, 2017). Arum et al. (2017), menyatakan bahwa bobot badan ayam dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi, karena broiler membutuhkan
nutrisi yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan pada jaringan tubuh. Dijelaskan lebih lanjut oleh Karang (2017), bahwa faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap bobot badan broiler yaitu kelembaban udara, kecepatan
angin, dan temperatur selama pemeliharaan broiler.
Sistem
perkandangan juga akan berpengaruh terhadap
pertambahan bobot badan ayam. Hal ini dikarenakan ayam akan
berproduksi secara optimal berada pada lingkungan yang nyaman. Menurut Saputra et al. (2015), kandang yang baik adalah
kandang yang dapat menyediakan kondisi nyaman untuk pertumbuhan ayam. Rasa nyaman (comfortable)
ayam dalam kandang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, kelembaban,
tingkat kepadatan ternak, dan jenis atau tipe lantai kandang yang dipergunakan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa suhu pada kandang panggung
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kandang postal double deck. Hal ini sesuai dengan pendapat Umam et al. (2014), bahwa suhu dan kelembapan
pada kandang panggung akan lebih rendah, sedangkan
kandang bertingkat akan lebih tinggi. Suhu dan kelembapan lingkungan akan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan broiler
(Fatmaningsih, 2016; Pakage et al., 2020).
Broiler akan mengalami stres pada suhu udara yang
tinggi dan akan menyebabkan penurunan konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan
bobot tubuh (Nova, 2008). Dijelaskan lebih lanjut oleh Saputra et al. (2015), bahwa suhu yang ideal akan membuat seluruh aktifitas fisiologis broiler berjalan
secara normal sehingga produksi dapat optimal. Suhu yang
tinggi pada postal double deck disebabkan
oleh berbagai faktor seperti tipe lantai, sinar matahari, metabolisme ayam, dan
fermentasi sekam. Hasil penelitian Puspani (2008), juga menunjukkan
bahwa suhu dan kelembapan tipe lantai liiter
di tanah lebih tinggi dibandingkan litter
panggung. Hal ini karena gesekan aliran udara pada permukaan tanah lebih
besar sehingga aliran udara pada kandang litter
di tanah terhambat yang menyebabkan terhalangnya pertukaran udara dari kandang
ke lingkungan. Ternak selalu melakukan metabolisme untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang salah satu hasilnya adalah panas tubuh.
Selain itu, feses yang tertampung pada litter
akan mengalami proses fermentasi yang menghasilkan
gas amonia dan metan sehingga dapat meningkatkan suhu udara kandang. Posisi kandang pada lokasi penelitian (kandang panggung dan postal doble deck) membujur dari timur ke barat
sehingga dapat menurunkan pengaruh dari sinar matahari langsung ke dalam
kandang yang menyebabkan tingginya suhu udara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan
minggu ke-5 pada kandang panggung yaitu 2.147 gr/ekor dan kandang postal double deck yaitu 2.127 gr/ekor. Hasil ini
lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Umam et al. (2014) yang mendapatkan rata-rata pertambahan bobot badan
pada kandang panggung yaitu 1.890 gr/ekor dan kandang bertingkat 1.760 gr/ekor,
serta penelitian Budiarta et al.
(2014) pada kandang close house yaitu
1.718,33 gr/ekor dan Susanti et al. (2016)
yaitu 1.962 gr/ekor. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan
bobot badan ayam pada lokasi penelitian cukup tinggi. Pertambahan
bobot badan yang tinggi ini diduga karena adanya peningkatan mutu genetik,
serta kondisi lingkungan yang nyaman sehingga broiler dapat bertumbuh secara
optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Umam et al. (2014), bahwa ayam akan berproduksi
secara optimal apabila berada pada zona nyaman (Comfort zone). Menurut Petrawati (2003), pertumbuhan merupakan
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Wijayanti (2011) dan Rahmadhani (2016), bahwa pertambahan bobot badan ayam
dipengaruhi oleh genetik (strain),
tipe ayam, jenis kelamin, temperatur dan kelembapan lingkungan, manajemen pemeliharaan,
serta kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi.�
C. Feed Convertion Ratio (FCR)
Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang
dikonsumsi dengan produksi daging yang dihasilkan. Nilai FCR didapat dari
membagi total pakan yang dikonsumsi dengan total bobot badan ayam. Nilai FCR pada kandang panggung dan postal double deck dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Nilai FCR pada Kandang Panggung dan
Postal Double Deck
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai FCR minggu ke-1 dan ke-2� pada kandang panggung (1,045 dan
1,192) lebih tinggi dibandingkan kandang postal double deck (0,822 dan 1,153). Nilai FCR yang
tinggi pada kandang panggung disebabkan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi tidak
sebanding dengan bobot badan yang dihasilkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wijayanti (2011), bahwa tinggi rendahnya nilai FCR
dipengaruhi oleh selisih yang semakin besar atau kecil pada perbandingan pakan
yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai. Sedangkan
Nilai FCR minggu ke-3 sampai ke-5 pada kandang panggung relatif lebih rendah
dibandingkan kandang postal duble deck (Gambar
4). Hal ini menunjukkan bahwa konversi pakan pada kandang
panggung lebih baik dibandingkan kandang postal double deck. Nilai FCR minggu ke-5 pada kandang panggung
yaitu 1,446 jauh lebih rendah dibandingkan standar atau target performa MB 202
dari PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk yaitu 1,560, sedangkan nilai FCR pada
kandang postal double deck yaitu
1,568 masih sedikit lebih tinggi dari standar tersebut. Hal
ini berarti bahwa penggunaan pakan pada kandang panggung sangat efisien,
sedangkan kandang postal double deck
masih sedikit kurang efisien. Hal ini sesuai dengan penelitian Umam et al. (2014), bahwa FCR pada kandang
panggung lebih baik dibandingkan kandang bertingkat karena hasil rataan FCR
kandang panggung cenderung lebih rendah dari pada kandang bertingkat. Nilai FCR yang rendah pada kandang panggung disebabkan oleh tingkat
konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan yang tingggi. Selain itu juga disebabkan oleh suhu, kelembapan, dan tingkat
kenyamanan ayam di dalam kandang. Rata-rata suhu pada kandang postal double deck yaitu 30,4
oC cenderung lebih tinggi dibandingkan kandang panggung yaitu 29,5 oC.
Sedangkan rata-rata kelembapan kedua kandang tidak terlalu
berbeda yaitu pada kandang postal double
deck 78% dan kandang panggung 79%. Menurut Dharmawan et al. (2016), rekomendasi kelembapan
udara yaitu 65-75%, serta kisaran suhu udara lingkungan yang nyaman bagi ayam
hidup antara 18-22 oC. Tingginya suhu dan kelembapan di dalam
kandang akan menyebabkan cekaman panas sehingga ayam
menjadi stres. Ayam yang mengalami stres akan
menyebabkan kandungan nutrisi pakan tidak dapat diserap secara optimal. Menurut
Fatmaningsih et al, (2016), apabila
suhu dan kelembapan di dalam kandang tidak sesuai dengan kebutuhan, maka akan membuat ayam merasa kurang nyaman sehingga menyebabkan
rendahnya konsumsi dan efisiensi penggunaan pakan. Hal ini
terjadi karena pakan yang dikonsumsi ayam tidak digunakan untuk pertumbuhan
melainkan demi mengatasi stres.
Menurut
Aryanti et al. (2013), nilai FCR yang
tinggi menunjukkan bahwa efisiensi pakan kurang baik, sebaliknya nilai FCR yang
rendah menunjukkan bahwa makin banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ternak. Nilai FCR merupakan ukuran seberapa efisien ayam mengoptimalkan
pakan untuk pertumbuhannya, semakin rendah nilai FCR maka semakin efisien pakan
yang dikonsumsi (Siregar et al.,
2017). Nilai FCR pada pemeliharaan broiler sangat berkaitan dengan nilai
ekonomi dan jumlah pakan yang tinggi tentunya akan
mengurangi keuntungan yang didapatkan (Risnajati, 2012). Hal
ini sesuai dengan pendapat Tamaluddin (2018), bahwa pakan merupakan salah satu
unsur penting yang berpengaruh terhadap performa serta menjadi bagian terbesar
dalam biaya produksi yaitu sekitar 60-70%.
Menurut
Marom et al. (2017), nilai FCR
digunakan untuk mengukur produktivitas broiler, semakin tinggi nilai FCR maka
semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan
berat. Nilai FCR minggu ke-5 pada kandang panggung yaitu 1,446 dan kandang postal double deck yaitu 1,568 lebih
rendah dibandingkan dengan penelitian Budiarta et al. (2014) yaitu 1,865, dan Susanti et al. (2016), yaitu 1,800. Hal ini menunjukkan
bahwa efisiensi pakan pada lokasi penelitian (kandang panggung dan postal double deck) tergolong baik.� Rendahnya nilai FCR pada
lokasi penelitian disebabkan oleh kandungan nutrisi pakan yang baik serta
keadaan lingkungan kandang yang sesuai dengan kebutuhan broiler. Hal ini
sesuai dengan pendapat Susanti et al. (2016),
bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan meliputi daya
cerna ternak, kualitas pakan yang dikonsumsi, serta keserasian nilai nutrisi
yang terkandung dalam pakan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Subkhie et al. (2012), bahwa faktor penyebab
tingginya nilai FCR adalah pemberian pakan berlebihan, tempat pakan tidak
sesuai standar sehingga banyak pakan yang tercecer, ayam terserang penyakit
terutama penyakit saluran pernapasan sehingga menurunkan nafsu makan, tingginya
suhu dan kandungan gas amonia di dalam kandang, serta mutu pakan yang kurang
baik.
D.
Deplesi
Deplesi merupakan presentase kematian dan culling ayam pada periode waktu tertentu. Nilai
deplesi diperoleh dari jumlah ayam mati dan culling
dibagi total populasi awal, kemudian dikali 100%. Tingkat
deplesi pada kandang panggung dan postal double
deck dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar
5. Tingkat
deplesi pada Kandang Panggung dan Postal Double
Deck
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat deplesi pada kandang panggung minggu ke-1
yaitu 1,28%, ke-2 1,72%, ke-3 2,18%, ke-4 2,78%, dan ke-5 3,28% cenderung lebih
tinggi dibandingkan kandang postal double
deck minggu ke-1 yaitu 0,97%, ke-2 1,79%, ke-3 2,25%, ke-4 2,65%, dan ke-5
2,94% (Gambar 5). Deplesi yang tinggi pada kandang panggung disebabkan oleh
kematian yang terjadi pada ayam akibat manajemen brooding yang kurang baik,�
lingkungan tidak sesuai kebutuhan ayam, keadaan litter yang basah, belum diterapkan program biosekuriti yang baik,
serta pengoperasian sistem close house
yang belum optimal. Jumlah kematian ayam tertinggi pada
kandang panggung terjadi pada minggu pertama yaitu 167 ekor dan minggu keempat
yaitu 79 ekor. Sedangkan pada kandang postal double deck kematian tertinggi terjadi
pada minggu pertama yaitu 126 ekor dan minggu kedua 107 ekor. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat kematian pada broiler
di minggu pertama yaitu internal (tergantung individu) dan eksternal (manajemen
atau lingkungan). Faktor Internal yang berhubungan
dengan tingkat kematian ayam yaitu umur breeder,
jenis kelamin, dan jenis anak ayam, sedangkan faktor eksternar yaitu jenis
kandang, musim, dan jenis tempat air minum (Yerpes et al., 2020). Menurut Limbergen et al. (2019), ada tiga faktor utama penyebab kematian ayam pada
minggu pertama yaitu pertumbuhan harian, adaptasi cahaya, dan jenis atau tempat
minum ayam. Jenis tempat minum dapat menyebabkan kematian pada minggu awal
dikarenakan jika menggunakan tempat minum yang tidak sesuai, maka ayam akan mudah basah oleh air minum sehingga menyebabkan
kedinginan. Selain itu, tempat minum yang tidak higenis dan
bersih juga dapat menjadi sumber penyebaran penyakit lewat air minum. Tempat minum yang digunakan pada lokasi penelitian (kandang
panggung dan postal double deck)
yaitu jenis nipple. Menurut Umiarti (2020), tempat minum
ayam untuk sistem kandang close house
harus menggunakan nipple karena lebih
efisien dan tidak memakan banyak tempat serta kebersihan air tetap terjaga.
Lingkungan yang tidak sesuai kebutuhan ayam juga dapat menyebabkan
tingkat deplesi meningkat. Hasil penelitian
Nadzir et al. (2015), menunjukkan
bahwa 28% penyebab kematian broiler disebabkan oleh suhu lingkungan. Suhu lingkungan kandang harus dijaga agar tetap sesuai dengan
kebutuhan ayam. Apabila suhu lingkungan fluktuatif
tidak dapat dikontrol, maka harus dapat disiasati pada saat suhu terlalu dingin
ataupun terlalu panas untuk ayam broiler (Marom et al., 2017). Hal ini karena kondisi
tersebut dapat meningkatkan resiko terserangnya penyakit dan kematian pada
broiler. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan lingkungan untuk mengabsorbsi uap air yang
berasal dari broiler, sehingga menyebabkan cekaman panas yang sangat hebat. Selain menyebabkan cekaman panas, suhu dan kelembaban yang tinggi
juga dapat mengakibatkan perilaku agresif semakin meningkat (Dharmawan et al., 2016).
Jenis litter yang digunakan pada kandang
panggung dan postal double deck yaitu
sekam padi. Sekam padi digunakan karena harganya yang
terjangkau, lebih mudah didapat, serta daya serap air yang tinggi. Litter pada peternakan broiler berfungsi
untuk memberikan kenyamanan khususnya anak ayam, menyerap air dan menjaga
kelembapan, menyimpan dan mempertahankan panas. Bahan litter yang baik dan efektif yaitu
memiliki daya serap air (absorben)
tinggi, tidak berdebu dan beracun, sukar dimakan ayam, mudah diangkut dan
diganti, mudah didapat dan tersedia berlimpah, serta murah harganya (Sholikin,
2011). Kondisi litter pada kandang
panggung minggu ke-4 sampai ke-5 cenderung lebih basah dan lembab dibandingkan
kandang postal double deck. Hal
disebabkan karena manajemen litter yang
kurang baik seperti tidak dilakukan bolak balik serta pengangkatan sekam yang
basah, dan terlambat dilakukan penambahan sekam baru. Sekam
yang basah mengakibatkan tingginya kelembapan di dalam kandang sehingga
memengaruhi tingkat kesehatan broiler dan berdampak negatif terhadap
performanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tamalluddin (2018),
bahwa litter yang basah akan menimbulkan beberapa masalah seperti munculnya gas
amonia yang menyengat dan mengiritasi saluran pernapasan ayam, menjadi sumber
penularan penyakit, mengundang vektor penularan penyakit seperti lalat, serta
menimbulkan luka pada telapak kaki dan kemerahan di bagian otot dada ayam.
Sumber daya manusia yang belum memadai juga dapat menyebabkan tingginya
angka deplesi pada kandang. Hal ini dikarenakan sumber daya
manusia yang belum memadai tidak akan dapat
mengoperasikan sistem close house
secara benar agar dapat mengediakan lingkungan yang ideal bagi ayam. Hal ini
sesuai dengan pendapat Alam (2018), bahwa tingkat kematian ayam pada kandang
sistem close house dapat disebabkan
karena faktor penyakit, sistem bangunan kandang yang tidak ideal, pengoperasian
closed house yang salah, dan manajemen
yang menyimpang. Purwantoro (2015), juga menyatakan bahwa pada umumnya
kegagalan closed house disebabkan
karena mempunyai sumber daya manusia yang belum paham terhadap pengoperasian closed house. Dijelaskan lebih lanjut
oleh Nuryanti (2019), bahwa kematian yang tinggi dapat disebabkan oleh kualitas
DOC rendah, kualitas pakan rendah, kuantitas pakan tidak sesuai kebutuhan,
manajemen brooding kurang bagus,
vaksinasi tidak benar, adanya problem penyakit, bangunan closed house tidak ideal, pengoperasian closed house yang tidak sesuai dengan prosedur dan kebutuhan,
kompetensi sumber daya manusia belum memadai, suhu lingkungan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan, serta genetik ternak.
Tingkat
deplesi minggu ke-5 pada kandang panggung yaitu 3,28%
dan kandang postal double deck yaitu
2,94% (Gambar 5) masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan tingkat deplesi
tersebut masih lebih rendah dibandingkan standar atau target performa broiler
yaitu 3,70% (PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, 2018). Hasil ini juga masih lebih rendah jika dibandingkan penelitian
Susanti et al. (2016), yang
melaporkan bahwa tingkat deplesi kandang close
house dalam satu periode pemeliharaan broiler selama 5 minggu yaitu sebesar
4%. Selain itu juga lebih rendah dibandingkan penelitian Umam et al. (2014), bahwa rataan deplesi
kandang panggung sebesar 4,54% dan kandang bertingkat 7,76%. Menurut Petrawati
(2003), standar kematian ayam yaitu sebesar 5% selama periode pertumbuhan.� Menurut Widana et al. (2019), faktor yang menyebabkan terjadinya deplesi yaitu
genetik dan penyakit. Tingkat deplesi tidak hanya dipengaruhi
oleh penyakit tetapi juga oleh beberapa fakor seperti bobot badan, jenis ayam,
iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi kandang, dan peralatannya (Kusnadi,
2006). Hooidonk (2004), menyatakan bahwa kemungkinan penyebab kematian
tinggi pada ayam adalah manajemen brooding
kurang baik, kesehatan, vaksinasi tidak benar, bobot badan DOC rendah, serta
tempat pakan dan tempat minum tidak cukup atau distribusinya tidak merata.
E. Indeks Performa (IP)
Indeks Performa (IP) merupakan suatu parameter yang digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dalam pemeliharaan broiler. Hasil perhitungan indeks performa (IP) pada kandang panggung dan
postal double deck dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar
6. Indeks
Performa (IP) pada Kandang Panggung dan Postal Double Deck
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks performa (IP) pada kandang
panggung minggu ke-1 (251) dan ke-2 (286) lebih rendah dibandingkan kandang
postal double deck (minggu ke-1 333
dan ke-2 289).� Sedangkan
indeks performa (IP) pada kandang panggung minggu ke-3 yaitu 360, ke-4 418, dan
ke-5 395 lebih tinggi dibandingkan kandang postal double deck minggu ke-3 yaitu 342, ke-4 381, dan ke-5 356. Hal ini berarti bahwa performa pada kandang panggung lebih baik
dibandingkan kandang postal double deck.
Menurut Fadillah et al. (2007),
semakin tinggi nilai IP yang diperoleh maka semakin baik performa ayam. Nilai IP yang tinggi pada kandang panggung disebabkan oleh
rata-rata bobot badan ayam yang tinggi dan nilai FCR yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan kandang postal double
deck. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugito et al. (2021), bahwa IP yang tinggi
dapat dicapai apabila bobot badan tinggi serta FCR yang rendah.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Widana et
al. (2019), bahwa nilai IP dipengaruhi oleh persentase ayam hidup, bobot
badan akhir, nilai FCR, dan rata-rata umur panen broiler.
Indeks performa (IP) minggu ke-5 pada kandang panggung yaitu 395 dan
kandang postal double deck yaitu 356
tergolong sangat baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Bell &
Weaver (2002) serta Santoso & Sudaryani (2009), bahwa IP 351-400 di
kategori sangat baik. Hasil tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penelitian Susanti et al. (2016),
yaitu 299, Nuryanti (2019) yaitu 213, Pakage et al. (2020) yaitu 336, Widana et
al. (2019), yaitu 322, dan Mahardika���
et al. (2020) yaitu 327. Hal ini menunjukkan bahwa broiler pada lokasi penelitian (kandang
panggung dan postal double deck)
menghasilkan performa yang sangat baik.�
Perhitungan IP pada akhir pemeliharaan broiler dari
suatu usaha sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat atau skor
produktivitas yang mampu dicapai dari hasil budidaya (Pakage et al. 2020). Hal
ini sesuai dengan pendapat Arum et al. (2017),
bahwa parameter dari keberhasilan pemeliharaan broiler dapat dilihat dari nilai
IP pada periode tertentu. Dijelaskan lebih lanjut oleh Mahardika et al. (2020) dan Sugito et al. (2021), bahwa semakin tinggi
nilai IP maka pendapatan dari pemeliharaan broiler akan semakin meningkat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa performa broiler yang dipelihara pada kandang panggung lebih
baik dibandingkan kandang postal double
deck. Hal ini karena pada kandang panggung diperolah jumlah konsumsi
pakan (feed intake) yang lebih
rendah, pertambahan bobot badan yang lebih tinggi, dan nilai FCR (Feed Convertion Ratio) yang lebih rendah
dibandingkan kandang postal double deck.
Selain itu, indeks performa (IP) pada kandang panggung lebih
tinggi dibandingkan kandang postal double
deck, namun keduanya termasuk kategori sangat baik.
Astuti, Farida Kusuma, & Jaiman, Elisabet. (2019).
Perbandingan pertambahan bobot badan ayam pedaging di CV Arjuna Grup
berdasarkan tiga ketinggian tempat yang berbeda. Jurnal Sains Peternakan,
7(2), 75�90. Google Scholar
Barus, Baba, Sudradjat, Ahmad Junaidi, Sugiyanta, Suryo
Wiyono, Susila, Anas D., Tarigan, Suriadarma, Hartono, Arief, & Arifin,
Hadi Susilo. (2019). Pertanian Era Digital 4.0. IPB 4.0: Pemikiran, Gagasan,
Dan Implementasi, 59. Google Scholar
Fahrina, Yuyun, Mutia, Rita, & Sumiati, Yuyum.
(2021). Suplementasi Zink dalam Pakan Untuk Meningkatkan Performa dan Imunitas
Ayam IPB-D3. TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production, 22(2),
105�112. Google Scholar
Febrianto, Nanang. (2019). Analisis Efisiensi
Ekonomi Usaha Ternak Ayam Petelur Di Kabupaten Malang: Pendekatan Stochastic
Frontier Analysis (Sfa). Universitas Brawijaya. Google Scholar
Ganda, Kelvin Yohanes Andreas, Amanda, Dea, &
Sehabudin, Ujang. (2022). Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras
Pedaging Pola Kemitraan Makloon di Kabupaten Sukabumi (Studi Kasus: Peternak
Mitra PT. X). Indonesian Journal of Agriculture Resource and Environmental
Economics, 1(1), 47�57. Google Scholar
Herlambang, Herlambang, Dwi Fitri, Amelia, Natasha,
Nyimas, Puspasari, Anggelia, Kusdiyah, Erny, Nofrienis, Rina, & Harahap,
Huntari. (2020). Peningkatan Pengetahuan Dan Pemasangan/Pelepasan Implan/Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr). Pengabdian Universitas Jambi Untuk Negeri,
67�70. Google Scholar
Hidayat, A., Sarjana, T. A., & Kismiati, S.
(2020). Perubahan Mikroklimatik Amonia pada Zona Berbeda dalam Kandang Closed
House Ayam Broiler di Musim Kemarau terhadap Tampilan Karkas. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 15(1), 60�66. Google Scholar
Hidayat, Dalila Fadhila, Widodo, Agus, Diyantoro,
Diyantoro, & Yuliani, M.Gandul Atik. (2020). The Effect of Providing
Fermented Milk on The Performance of Gallus domesticus. Journal of Applied
Veterinary Science And Technology, 1(2), 43�47. Google Scholar
Ismail, Akhis Soleh, Rizal, Yose, Armenia, Armenia,
& Kasim, Anwar. (n.d.). Optimalisasi Performa Produksi Broiler yang
Dipelihara dalam Kondisi Heat Stress Menggunakan Antioksidan Alami
�Kalincuang.� Jurnal Peternakan, 19(1), 55�63. Google Scholar
Juariah, Elis. (2019). Materi pelatihan berbasis
kompetensi berbasis SKKNI level IV klaster penetasan telur, pemeliharaan unggas
pedaging, pemeliharaan unggas petelur, pembibitan unggas dan pembuat pakan:
memonitor dan mengimplementasikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Google Scholar
Khoiriyah, Itsna. (2021). Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Dalam Meningkatkan Index Performance Pada
PT. Broiler Makmur Tangguh Madiun. IAIN Ponorogo. Google Scholar
Lantowa, Z., Londok, JJMR, & Imbar, M. R. (2021).
Pengaruh pembatasan pakan terhadap performa ayam pedaging strain yang berbeda. Zootec,
41(1), 53�61. Google Scholar
Mauliah, Dwi Risky. (2018). Kawasan Wisata
Waterpark di Pantai Amal Tarakan. Universitas Brawijaya. Google Scholar
Muslim, Aang Mohamad, Widjastuti, Tuti, & Garnida,
Dani. (2022). Performa Ayam Sentul Fase Developer Yang Diberi Tingkatan Ekstrak
Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Yang Disuplemenasi Dengan Cu Dan Zn. Jurnal
Produksi Ternak Terapan (JPTT), 3(1), 25�32. Google Scholar
Nur, Fitriyanti, & Wahyuni, Andi Sri. (2022).
Akuntansi Program Pensiun Berdasarkan PSAK 18: Studi Kasus pada PT Antam Perwakilan
Makassar. AKUNSIKA: Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 3(1), 22�30. Google Scholar
Sadah, Maola Alwi Al. (2021). Kinerja Ayam Broiler
Pada Tipe Kandang Terbuka (Open House) Dan Tertutup (Closed House) Pola
Kemitraan Di Kecamatan Bantarkawung. Naskah Publikasi Program Studi
Peternakan. Google Scholar
Copyright holder: Fahri Irwan, M. Juraid
Wattiheluw, Abraham H. Tulalessy (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |