Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
HUBUNGAN KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2020 DAN 2021
Monika Lisa Siagian1, M. Surya
Husada2
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,
Indonesia1
Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara, Indonesia2
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Kecemasan merupakan antisipasi terhadap ancaman masa depan. Mahasiswa, khususnya pada Fakultas Kedokteran rentan mengalami
kecemasan dikarenakan keseluruhan sekolah kedokteran sering dianggap sangat
menegangkan yang memproyeksikan efek negatif tidak hanya pada kinerja akademik
mahasiswa kedokteran tetapi juga memperburuk kesehatan fisik dan kesejahteraan
psikososial. Kecemasan yang dialami seseorang tidak
terlepas dari kepribadiannya. Five Factor Model (FFM), atau dikenal juga
sebagai model �Big Five�, adalah model ciri kepribadian normal yang paling
banyak digunakan, yang terdiri dari neuroticism, extraversion, openness,
agreeableness, dan conscientiousness. Kepribadian, khususnya
kombinasi neuroticism tinggi dan extraversion rendah, mungkin memainkan peran
etiologis predisposisi penting dalam kecemasan. Tujuan.
Untuk mengetahui hubungan kepribadian dengan tingkat
kecemasan pada responden. Metode. Penelitian
bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian dipilih
dengan teknik stratified random sampling dari seluruh data kuesioner yang
memenuhi kriteria. Hasil. Dari uji Spearman rho
didapati hubungan signifikan (p<0,05) antara
tingkat kecemasan dengan neuroticism (r=0,666), extraversion (r=-0,242), dan
agreeableness (r=-0,227). Sedangkan, hubungan tingkat kecemasan dengan openness
(r=-0,010) dan conscientiousness (r=-0,012) tidak signifikan (p>0,05). Ada hubungan antara tingkat
kecemasan dengan neuroticism, extraversion, dan agreeableness pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2020 dan 2021.
Kata Kunci: Kecemasan, Five Factor Model, Big
Five Inventory, Kepribadian.
Abstract
Anxiety is an anticipation of future threats.
College students, especially those in medical schools, are prone to anxiety
because the whole medical school is often considered to be very stressful which
projects negative effects not only on the academic performance of medical
students but also worsens their physical health and psychosocial well-being.
Anxiety experienced by a person can not be separated from hir or her
personality. The Five Factor Model (FFM), also known as the "Big
Five" model, is the most widely used model of normal personality traits,
consisting of neuroticism, extraversion, openness, agreeableness, and
conscientiousness. Personality, particularly the combination of high
neuroticism and low extraversion, may play an important predisposing etiologic
role in anxiety.To determine the relationship between personality and anxiety
levels in respondents.This research is analytical study with cross sectional
design. The research sample was selected using a stratified random sampling
technique from all questionnaire data that met the criteria. The Spearman rho
test found a significant relationship (p<0.05) between anxiety levels and
neuroticism (r=0.666), extraversion (r=-0.242), and agreeableness (r=-0.227).
Meanwhile, the relationship between anxiety levels with openness (r=-0.010) and
conscientiousness (r=-0.012) was not significant (p>0.05). There is a
relationship between anxiety levels with neuroticism, extraversion, and
agreeableness in college students of the Faculty of Medicine, Universitas
Sumatera Utara, Class of 2020 and 2021.
Keywords: Anxiety, Five Factor Model, Big
Five Inventory, Personality.
Pendahuluan
Kecemasan merupakan respons terhadap bahaya yang ambigu atau tidak didefinisikan dengan baik, dan manifestasi perilakunya cenderung lebih meluas daripada ketakutan; melibatkan kekhawatiran atau perenungan yang berkepanjangan, dan seringkali tanpa hasil yang pasti (Blanchard & Blanchard, 2008). Setiap orang pernah mengalami kecemasan pada beberapa titik dalam kehidupan mereka (Paul Swift, Dr Eva Cyhlarova, Isabella Goldie, 2014). Menurut (Organization., 2017), pada tahun 2015, 3,6 persen � atau sekitar 264 juta orang di seluruh dunia � memiliki gangguan kecemasan. Pelajar dan pengangguran lebih cenderung mengalami kecemasan sepanjang waktu atau dalam waktu yang lama (Paul Swift, Dr Eva Cyhlarova, Isabella Goldie, 2014). Kecemasan merupakan masalah yang cukup berpengaruh di kalangan mahasiswa (41,6 persen), diikuti oleh depresi (36,4 persen) dan masalah dalam hubungan sosial (35,8 persen) (AUCCCD Survey, 2012).
Pelajar, khususnya mahasiswa rentan mengalami kecemasan dikarenakan harus melaksanakan kewajiban dan tuntutan akademis. Kewajiban dan tuntutan akademis tersebut dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya kecemasan. Tidak terkecuali bagi mahasiswa kedokteran. Program Sarjana Kedokteran umumnya dianggap lebih mengkhawatirkan bagi mahasiswa dibandingkan dengan program sarjana lainnya. Lingkungan keseluruhan sekolah kedokteran sering dianggap sangat menegangkan yang memproyeksikan efek negatif tidak hanya pada kinerja akademik mahasiswa kedokteran tetapi juga memperburuk kesehatan fisik dan kesejahteraan psikososial mereka (Saravanan & Wilks, 2014). Banyak faktor-faktor yang memberatkan mahasiswa kedokteran, seperti teman sebaya yang sangat kompeten dan ambisius, tuntutan keluarga, waktu yang lama yang dibutuhkan untuk menyelesaikan studi, kurangnya waktu senggang dan materi yang teramat banyak yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa kedokteran. Menurut penelitian (Reynolds et al., 2019) pada dua perguruan tinggi kedokteran Karachi, yaitu Universitas Kedokteran Jinnah Sindh (lembaga publik) dan Perguruan Tinggi Kedokteran Ziauddin (lembaga swasta) pada Februari 2019, faktor-faktor tersebut mungkin menjadi alasan bahwa mahasiswa kedokteran, jika dibandingkan dengan populasi umum dari kelompok usia yang sama, ditemukan memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.
Five Factor Model (FFM), atau dikenal juga sebagai model �Big Five�, adalah model ciri kepribadian normal yang paling banyak digunakan dan didukung secara empiris. (Chmielewski & Morgan, 2013). Lima ciri kepribadian FFM adalah neurotisisme (neuroticism), ekstraversi (extraversion), keterbukaan (openness to experience), keramahan (agreeableness), dan kehati-hatian (conscientiousness). Kepribadian, khususnya kombinasi neurotisisme (neuroticism) tinggi dan ekstraversi (extraversion) rendah, mungkin memainkan peran etiologis predisposisi penting dalam kecemasan (Gershuny & Sher, 1998). Individu dengan skor tinggi pada neurotisisme (neuroticism) secara emosional tidak stabil dan menunjukkan kecenderungan untuk mengalami emosi negatif seperti ketakutan dan kecemasan (Vreeke & Muris, 2012). Neurotisisme (neuroticism) juga menyumbang sebagian besar hubungan antara karakteristik pekerjaan yang negatif dan kecemasan (Booth, Murray, Marples, & Batey, 2013).
Di Indonesia, salah satu penelitian mengenai hubungan kepribadian, khususnya yang menggunakan Five Factor Model (FFM) dengan kecemasan ialah penelitian yang dilakukan oleh (Harris, Reyhan, Ramli, Prihartono, & Kurniawan, 2018)pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, yang menunjukkan bahwa dua model kepribadian dari Five Factor Model (FFM) yaitu extraversi (extraversion) dan keterbukaan (openness) memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat kecemasan berkomunikasi. Artinya, semakin tinggi skor model kepribadian extraversi (extraversion) dan keterbukaan (openness) pada seseorang, maka semakin rendah tingkat kecemasan berkomunikasinya, begitu juga sebaliknya. Selain itu, hasil penelitian (Mulyani, Darminto, & Endang, 2014) pada karyawan PT. Telkom, Tbk. di berbagai wilayah di Indonesia, yang meneliti mengenai hubungan Five Factor Model (FFM) dengan kecemasan menghadapi assessment centre menunjukkan bahwa model kepribadian ekstraversi (extraversion), dan keterbukaan (openness to experience) berhubungan negatif dengan kecemasan menghadapi assessment centre, selanjutnya model kepribadian neurotisisme (neuroticism) dan kehati-hatian (conscientiousness) berhubungan positif dengan kecemasan menghadapi assessment centre.
Masa pandemi kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Namun, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang aktif berkuliah diwajibkan untuk telah melakukan vaksinasi minimal dua kali. Berdasarkan penelitian Agrawal dkk dari data U.S. Census Bureau�s Household Pulse Survey yang digabungkan dengan data State-level COVID-19 vaccination eligibility data ditemukan bahwa vaksinasi menyebabkan pengurangan sekitar 30% gejala gangguan kesehatan mental serta pengurangan gejala kecemasan dan depresi di antara populasi berpenghasilan rendah, pekerja yang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja jarak jauh, dan rumah tangga yang menyewa rumah mereka (Agrawal, Cantor, Sood, & Whaley, 2021). Kesehatan mental dapat lebih meningkat ketika teman dan keluarga divaksinasi, sejalan dengan pulihnya ekonomi, prevalensi virus di komunitas turun, dan lebih sedikit orang yang menderita penyakit parah atau kematian (Koltai, Raifman, Bor, McKee, & Stuckler, 2022). Tujuan dari penelitian ini adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepribadian dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2020 dan 2021 dan Manfaat dari penelitian ini adalah Dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa serta masyarakat mengenai masalah mental, khususnya kecemasan dan pentingnya Kesehatan mental.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross- sectional untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2020 sampai 2021 dengan jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria Inklusi dan Enklusi adalah 216 orang.
Metode Pengumpul Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini merupakan pengumpulan data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari responden melalui kuesioner yang telah terstandarisasi. Kuesioner tersebut akan dibagikan dalam bentuk google form melalui media sosial line dan/atau whatsapp. Analisis Data
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Uji Normalitas
Data
Tabel 1.
Uji Normalitas
|
Kolmogorov-Smirnova |
||
Statistic |
df |
Sig. |
|
Neuroticism |
.071 |
216 |
.009 |
Extraversion |
.072 |
216 |
.009 |
Openness |
.060 |
216 |
.005 |
Agreeableness |
.097 |
216 |
.000 |
Conscientiousness |
.090 |
216 |
.000 |
GAD-7 |
.069 |
216 |
.014 |
Berdasarkan hasil hitung uji normalitas kolmogorov-smirnov dapat diketahui, bahwa neuroticism memiliki nilai sig. 0.009 (<0.05), nilai sig. extraversion 0.009 (<0.05), openness memiliki nilai sig. 0.055 (>0.05), agreeableness dengan nilai sig. 0.001 (<0.05), conscientiousness memiliki nilai sig. 0.001 (<0.05) dan GAD-7 memiliki nilai sig. 0.014 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji normalitas sampel penelitian untuk variabel neuroticism, extraversion, agreeableness, conscientiousness dan kecemasan (GAD-7) tidak berdistribusi normal, hanya variabel openness saja yang berdistribusi normal.
Uji Hipotesis
Tabel Uji 2.
Hipotesis Neuroticism
Variabel |
N |
r |
p |
Neuroticism dengan
GAD-7 |
216 |
0,666 |
0.001 |
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis antara hubungan kecemasan (GAD-7) dengan
neuroticism didapatkan hasil uji statistik dengan Rank Spearman p value 0,001
dimana p value <0,05 sehingga 〖Ho〗_1 ditolak artinya ada hubungan yang
signifikan antara kecemasan dengan neuroticism. Nilai correlation coefficient
sebesar 0,666 yang menunjukkan keeratan hubungan antara kecemasan dengan
neuroticism adalah kuat yang terletak direntang correlation coefficient� 0,400-0,699 (Mroczek & Almeida, 2004). Nilai correlation coefficient bersifat positif
dengan nilai 0,666 sehingga dapat diartikan bahwa hubungan kedua variabel
searah.
Tabel
3.
Uji Hipotesis Extraversion
Variabel
|
N |
r |
p |
Extraversion dengan GAD-7 |
216 |
-0,242 |
0.001 |
Berdasarkan tabel 3 hasil analisis antara hubungan kecemasan (GAD-7) dengan extraversion didapatkan hasil uji statistik dengan Rank Spearman p value 0,001 dimana p value <0,05 sehingga �ditolak artinya ada hubungan signifikan antara kecemasan dengan extraversion. Nilai correlation coefficient sebesar -0,242 yang menunjukkan keeratan hubungan antara kecemasan dengan extraversion adalah lemah yang terletak direntang correlation coefficient� 0,200-0,299 (Mroczek & Almeida, 2004). Nilai correlation coefficient bersifat negatif dengan nilai -0,242 sehingga dapat diartikan bahwa hubungan kedua variabel berlawanan arah.
Tabel
4
Uji
Hipotesis Openness
Variabel |
N |
r |
p |
Openness dengan GAD-7 |
216 |
-0,010 |
0.880 |
Berdasarkan tabel 5.9 hasil analisis antara hubungan kecemasan (GAD-7) dengan openness didapatkan hasil uji statistik dengan Rank Spearman p value 0,880 dimana p value >0,05 yang artinya secara statistik tidak signifikan dengan nilai correlation coefficient -0,010 terletak direntang correlation coefficient� 0,001-0,199 (Mroczek & Almeida, 2004) yaitu keeratan hubungan tidak ada atau diabaikan sehingga gagal menolak artinya tidak ada hubungan antara kecemasan dengan openness.
Tabel
5
Uji
Hipotesis Agreeableness
Variabel |
N |
r |
p |
Angreeableness dengan GAD-7 |
216 |
-0,227 |
0.001 |
Berdasarkan tabel 5 hasil analisis antara hubungan kecemasan (GAD-7) dengan agreeableness didapatkan hasil uji statistik dengan Rank Spearman p value 0,001 dimana p value <0,05 sehingga ditolak artinya ada hubungan signifikan antara kecemasan dengan agreeableness. Nilai correlation coefficient sebesar -0,227 yang menunjukkan keeratan hubungan antara kecemasan dengan agreeableness adalah lemah yang terletak direntang correlation coefficient� 0,200-0,299 (Mroczek & Almeida, 2004). Nilai correlation coefficient bersifat negatif dengan nilai -0,227 sehingga dapat diartikan bahwa hubungan kedua variabel berlawanan arah.
Tabel 6.
Uji
Hipotesis Conscientiousness
Variabel |
N |
r |
p |
Conscientiousness dengan GAD-7 |
216 |
-0,011 |
0.869 |
Berdasarkan tabel 6 hasil analisis antara hubungan kecemasan (GAD-7) dengan conscientiousness didapatkan hasil uji statistik dengan Rank Spearman p value 0,869 dimana p value >0,05 yang artinya secara statistik tidak signifikan dengan nilai correlation coefficient -0,011 terletak direntang correlation coefficient� 0,001-0,199 (Mroczek & Almeida, 2004) yaitu keeratan hubungan tidak ada atau diabaikan sehingga gagal menolak artinya tidak ada hubungan antara kecemasan dengan conscientiousness.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah ditemukan bahwa trait Five Factor Model (FFM) yang memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kecemasan adalah trait neuroticism, extraversion dan agreeableness yang menunjukkan signifikansi yaitu sebesar 0.001 (p<0.05) sehingga hipotesis 〖Ho〗_1,〖Ho〗_2� dan 〖Ho〗_4� ditolak. Sedangkan untuk trait openness dan conscientiousness masing-masing didapati signifikansi sebesar 0.880 dan 0.869 (p>0.05) maka 〖Ho〗_3 dan 〖Ho〗_5 gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara trait openness dan conscientiousness dengan tingkat kecemasan.
����������� Pada penelitian ini, didapati bahwa trait neuroticism memiliki hubungan yang secara statistik signifikan dan searah dengan tingkat kecemasan, dengan keeratan hubungan yang kuat (Nilai correlation coefficient: 0,666). Hasil penelitian ini mendukung peneltian yang dilakukan oleh (Xin, Odachi, & Shirai, 2022), dimana didapati juga trait neuroticism memiliki hubungan searah yang signifikan dengan nilai correlation coefficient 0,54. Individu dengan neurotisisme tinggi merespon buruk terhadap stres lingkungan, menafsirkan situasi biasa sebagai ancaman, dan menganggap frustrasi kecil sebagai putus asa luar biasa (Ji, Sang, Zhang, Zhu, & Bo, 2022). Individu neurotik merasakan, memperhatikan, menunjukkan, dan melaporkan lebih banyak kesusahan, gejala, dan rasa sakit (Friedman, 2019).
����������� Kemudian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa trait extraversion memiliki hubungan signifikan yang berlawanan arah dengan tingkat kecemasan meskipun keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan extraversion adalah lemah (nilai correlation coefficient: -0,242). Korelasi lemah yang signifikan secara statistik menunjukkan bahwa paparan tertentu berdampak pada variabel hasil, tetapi ada juga faktor penentu penting lainnya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Soderlund, 2021), dimana pada penelitian tersebut didapatkan� nilai correlation coefficient dalam hubungan antara trait extraversion dan anxiety symptoms adalah -0.243. Ekstrover menunjukkan lebih banyak reaktivitas emosional terhadap suasana hati yang positif sedangkan introvert menunjukkan reaktivitas emosional yang lebih tinggi terhadap suasana hati yang negatif tetapi tidak terhadap suasana hati yang positif (Mourelatos, 2021). Namun, jika dibandingkan dengan trait neuroticism, ekstroversi rendah dan neurotisisme menyumbang asosiasi yang signifikan dengan kecemasan, dengan neurotisme memberikan kontribusi yang lebih besar daripada ekstraversi rendah (Uliaszek et al., 2010).
Selanjutnya, hampir sama dengan trait extraversion, trait agreeableness memiliki hubungan signifikan yang berlawanan arah dengan tingkat kecemasan dengan keeratan hubungan antara tingkat kecemasan dengan agreeableness adalah lemah (nilai correlation coefficient: -0,227). Costa dan McCrae� menjelaskan bahwa beberapa trait agreeableness (misalnya perilaku empati dan altruistik) memiliki dampak yang sama dengan sifat ekstraversi (Abdollahi et al., 2022). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Al Qaisy & Thawabieh, 2017), dimana pada penelitian tersebut didapatkan nilai correlation coefficient dalam hubungan antara trait agreeableness dan anxiety adalah -0.280.
Untuk trait openness dan conscientiousness, pada penelitian ini tidak didapati adanya hubungan antara kedua trait tersebut dengan kecemasan, dimana hasil uji statistik dengan Rank Spearman p value >0,05 yang artinya secara statistik tidak signifikan dengan nilai correlation coefficient terletak direntang correlation coefficient� 0,001-0,199 (Mroczek & Almeida, 2004) sehingga keeratan hubungan tidak ada atau diabaikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh (Tao et al., 2022) dimana kecemasan tidak memiliki hubungan yang signifikan (p>0,05) dengan trait openness (nilai correlation coefficient 0,02) dan dengan trait conscientiousness (nilai correlation coefficient -0,06).
Openness to experience adalah salah satu ciri kepribadian �Big Five� yang secara luas terkait dengan kreativitas, rasa ingin tahu, dan kecerdasan (Chiappelli et al., 2021). Hal ini dapat dikaitkan dengan kesediaan untuk mengambil berbagai risiko. Namun, di sisi lain, trait openness juga dapat berupa keterbukaan terhadap perasaan, dimana orang-orang seperti itu menghargai emosi, lebih sensitif terhadap peristiwa emosional, dan juga mengalami sebagian besar emosi lebih kuat, yang dalam kasus tertentu dapat menyebabkan frustrasi, karena seseorang mungkin bingung dan kewalahan dengan emosi tersebut (Gray et al., 2019). Kedua hal tersebut diasumsikan dapat menjadi penyebab tidak adanya hubungan antara trait openness dengan kecemasan pada penelitian ini. Selain itu, beberapa penelitian tidak menemukan hubungan yang signifikan antara openness to experience dengan positive affect dan negative affect (Mroczek & Almeida, 2004).
Sementara, trait conscientiousness juga memiliki kompleksitas jika dihubungkan dengan kecemasan. Conscientiousness adalah kecenderungan untuk menjadi terencana, terorganisir, berorientasi pada tugas dan tujuan, dan mengendalikan diri, dan untuk menunda kepuasan dan mengikuti norma dan aturan (Fayard, 2012). Dengan demikian, orang-orang yang "mengikuti aturan" dan berprestasi akan dihargai oleh orang lain dalam hal pujian, pengakuan, dan bahkan peluang lebih lanjut untuk kemajuan, yang seharusnya mengarah pada pengalaman dengan lebih banyak positive affect dan lebih sedikit negative affect (Fayard, Roberts, Robins, & Watson, 2012). Sebaliknya, kecemasan, sedari awal didefinisikan dengan negative affect dan physiological arousal yang tinggi (Cohen et al., 2017). Negative affect adalah keadaan perasaan internal (affect) yang terjadi ketika seseorang gagal mencapai tujuan atau menghindari ancaman atau ketika seseorang tidak puas dengan keadaan saat ini. Namun, di sisi lain, conscientiousness berperan sebagai prediktor positif yang signifikan dari behavioral inhibition (Chandra, Szwedo, Allen, Narr, & Tan, 2020).� Behavioral inhibition adalah komponen kecemasan yang ditandai dengan sifat penyegan dan menarik diri. Sehingga, hal-hal tersebut dapat diasumsikan menjadi penyebab tidak didapatinya juga hubungan antara trait conscientiousness dengan kecemasan dalam penelitian ini.
Meskipun beberapa penelitian telah berfokus pada hubungan antara ciri-ciri kepribadian dan kecemasan dan depresi, tidak semua ciri kepribadian dikaitkan dengan kecemasan dan depresi (Tao Y, Liu X, Hou W, Niu H, Wang S, Ma Z, Bi D, 2022).
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan ada beberapa kesimpulan yang didapat: (1) Jumlah
responden terbanyak berdasarkan angkatan ialah angkatan 2020 sebanyak 51,4%;
berdasarkan jenis kelamin ialah perempuan sebanyak 69,4%; berdasarkan usia
ialah berusia 19 tahun 38,4% dari total keseluruhan responden dalam penelitian
ini. (2.) Terdapat
hubungan antara model kepribadian neuroticism dengan tingkat kecemasan. (3) Terdapat
hubungan antara model kepribadian extraversion dengan tingkat kecemasan. (4.) Tidak
ada hubungan antara model kepribadian openness to experience dengan tingkat
kecemasan. (5.) Terdapat hubungan antara model kepribadian agreeableness dengan
tingkat kecemasan. (6.) Tidak ada hubungan antara model kepribadian
conscientiousness dengan tingkat kecemasan.
Abdollahi, Abbas, Ahmed, Alim Al Ayub, Suksatan,
Wanich, Kumar, Tribhuwan, Majeed, Mohammed Sabeeh, Zainal, Anna Gustina,
Dokoushkani, Farimah, & Allen, Kelly A. (2022). Courage: a potential
mediator of the relationship between personality and social anxiety. Psychological
Studies, 67(1), 53�62.
Agrawal, Virat,
Cantor, Jonathan H., Sood, Neeraj, & Whaley, Christopher M. (2021). The
impact of the covid-19 vaccine distribution on mental health outcomes.
National Bureau of Economic Research.
Al Qaisy, Lama M.,
& Thawabieh, Ahmad M. (2017). Personal Traits and Their Relationship with
Future Anxiety and Achievement. Journal on Educational Psychology, 10(3),
11�19.
Blanchard, D.
Caroline, & Blanchard, Robert J. (2008). Defensive behaviors, fear, and
anxiety. Handbook of Behavioral Neuroscience, 17, 63�79.
Booth, Tom, Murray,
Aja Louise, Marples, Kate, & Batey, Mark. (2013). What role does
neuroticism play in the association between negative job characteristics and
anxiety and depression? Personality and Individual Differences, 55(4),
422�427.
Chandra, Cerella M.,
Szwedo, David E., Allen, Joseph P., Narr, Rachel K., & Tan, Joseph S.
(2020). Interactions between anxiety subtypes, personality characteristics, and
emotional regulation skills as predictors of future work outcomes. Journal
of Adolescence, 80, 157�172.
Chiappelli, Joshua,
Kvarta, Mark, Bruce, Heather, Chen, Shuo, Kochunov, Peter, & Hong, L.
Elliot. (2021). Stressful life events and openness to experience: Relevance to
depression. Journal of Affective Disorders, 295, 711�716.
Chmielewski, Michael
S., & Morgan, Theresa A. (2013). Five-factor model of personality. Encyclopedia
of Behavioral Medicine. New York, NY: Springer, 803�804.
Cohen, Jonah N.,
Dryman, M. Taylor, Morrison, Amanda S., Gilbert, Kirsten E., Heimberg, Richard
G., & Gruber, June. (2017). Positive and negative affect as links between
social anxiety and depression: Predicting concurrent and prospective mood
symptoms in unipolar and bipolar mood disorders. Behavior Therapy, 48(6),
820�833.
Fayard, Jennifer.
(2012). Exploring the link between conscientiousness and positive affect.
University of Illinois at Urbana-Champaign.
Fayard, Jennifer V,
Roberts, Brent W., Robins, Richard W., & Watson, David. (2012). Uncovering
the affective core of conscientiousness: The role of self‐conscious
emotions. Journal of Personality, 80(1), 1�32.
Friedman, Howard S.
(2019). Neuroticism and health as individuals age. Personality Disorders:
Theory, Research, and Treatment, 10(1), 25.
Gershuny, Beth S.,
& Sher, Kenneth J. (1998). The relation between personality and anxiety:
findings from a 3-year prospective study. Journal of Abnormal Psychology,
107(2), 252.
Gray, Richard,
Bradley, Rosie, Braybrooke, Jeremy, Liu, Zulian, Peto, Richard, Davies, Lucy,
Dodwell, David, McGale, Paul, Pan, Hongchao, & Taylor, Carolyn. (2019). Increasing
the dose intensity of chemotherapy by more frequent administration or
sequential scheduling: a patient-level meta-analysis of 37 298 women with early
breast cancer in 26 randomised trials. The Lancet, 393(10179),
1440�1452.
Harris, Salim, Reyhan,
Teuku, Ramli, Yetty, Prihartono, Joedo, & Kurniawan, Mohammad. (2018).
Middle cerebral artery pulsatility index as predictor of cognitive impairment
in hypertensive patients. Frontiers in Neurology, 9, 538.
Ji, Wentao, Sang,
Chao, Zhang, Xiaoting, Zhu, Keming, & Bo, Lulong. (2022). Personality,
Preoperative Anxiety, and Postoperative Outcomes: A Review. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 19(19), 12162.
Koltai, Jonathan,
Raifman, Julia, Bor, Jacob, McKee, Martin, & Stuckler, David. (2022).
COVID-19 vaccination and mental health: A difference-in-difference analysis of
the understanding America study. American Journal of Preventive Medicine,
62(5), 679�687.
Mourelatos, Evangelos.
(2021). How personality affects reaction. A mental health behavioral insight
review during the Pandemic. Current Psychology, 1�22.
Mroczek, Daniel K.,
& Almeida, David M. (2004). The effect of daily stress, personality, and
age on daily negative affect. Journal of Personality, 72(2),
355�378.
Mulyani, Sri,
Darminto, E., & Endang, M. G. W. (2014). Pengaruh karakteristik perusahaan,
koneksi politik dan reformasi perpajakan terhadap penghindaran pajak (studi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek tahun 2008-2012). Jurnal
Mahasiswa Perpajakan, 2(1), 1�9.
Organization., World
Health. (2017). Depression and other common mental disorder: Global health
estimates. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/254610/WHO-MSD-
MER-2017.2-eng.pdf?sequence=1 (8 Maret 2022).
Paul Swift, Dr Eva
Cyhlarova, Isabella Goldie, Chris O�Sullivan. (2014). Living wit Anxiety.
Reynolds, Kurt,
Kumari, Priyanka, Sepulveda Rincon, Lessly, Gu, Ran, Ji, Yu, Kumar, Santosh,
& Zhou, Chengji J. (2019). Wnt signaling in orofacial clefts: crosstalk,
pathogenesis and models. Disease Models & Mechanisms, 12(2),
dmm037051.
Saravanan,
Coumaravelou, & Wilks, Ray. (2014). Medical students� experience of and
reaction to stress: the role of depression and anxiety. The Scientific World
Journal, 2014.
Soderlund, Kate. (2021).
The Relationship Between Personality Traits and the Strength of Anxiety
Symptoms. Journal of the South Carolina Academy of Science, 19(2),
16.
Tao, Sha Sha, Cao,
Fan, Sam, Napoleon Bellua, Li, Hong Miao, Feng, Ya Ting, Ni, Jing, Wang, Peng,
Li, Xiao Mei, & Pan, Hai Feng. (2022). Dickkopf-1 as a promising
therapeutic target for autoimmune diseases. Clinical Immunology, 109156.
Tao Y, Liu X, Hou W,
Niu H, Wang S, Ma Z, Bi D, Zhang L. (2022). The Mediating Role of Emotion
Regulation Strategies in the Relationship Between Big Five Personality Traits
and Anxiety and Depression Among Chinese Firefighters. Front Public Health.
Uliaszek, Amanda A.,
Zinbarg, Richard E., Mineka, Susan, Craske, Michelle G., Sutton, Jonathan M.,
Griffith, James W., Rose, Raphael, Waters, Allison, & Hammen, Constance.
(2010). The role of neuroticism and extraversion in the stress�anxiety and
stress�depression relationships. Anxiety, Stress, & Coping, 23(4),
363�381.
Vreeke, Leonie J.,
& Muris, Peter. (2012). Relations between behavioral inhibition, big five
personality factors, and anxiety disorder symptoms in non-clinical and
clinically anxious children. Child Psychiatry & Human Development, 43(6),
884�894.
Xin, Yunzi, Odachi,
Kai, & Shirai, Takashi. (2022). Fabrication of ultra-bright carbon
nano-onions via a one-step microwave pyrolysis of fish scale waste in seconds. Green
Chemistry, 24(10), 3969�3976.
Copyright holder: Monika
Lisa Siagian, M. Surya Husada (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |