Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
EVALUASI PENYIMPANAN DAN
DISTRIBUSI OBAT DENGAN PENDEKATAN SIKLUS MANAJEMEN LOGISTIK DI INSTALASI
FARMASI RS. HERMINA JATINEGARA TAHUN 2022
Naomi Aulia S
Adjie1, Ascobat Gani2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Proses
penyimpanan dan distribusi obat merupakan bagian dari siklus manajemen
logistic. Penyimpanan obat yang tidak tepat data
mengakibatkan kerusakan atau kehilangan obat di rumah sakit, oleh karena itu
obat harus disimpan dengan baik untuk kemudian didistribusikan kepada pasien.
Untuk pendistribusian obat, keamanan dan ketepatan obat yang disediakan oleh
fasilitas apotek, ketepatan pasien, ketepatan jadwal baik tanggal, waktu dan cara pemberian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji penyimpanan dan pendistribusian obat menggunakan pendekatan
siklus manajemen logistik di fasilitas farmasi Rumah Sakit Hermina Jatinegara.
Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif melalui
wawancara mendalam kepada informan dengan panduan wawancara. Hasilnya ditemukan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit Hermina
Jatinegara dalam menerapkan prosedur penyimpanan dan pendistribusian obat di
gudang sudah sesuai dengan dengan ketentuan dalam standar pelayanan kefarmasian
rumah sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016. Pendistribusian obat menggunakan metode
desentralisasi, sehingga semua obat-obatan dan alat kesehatan dilayani terpisah
dari Instalasi Farmasi.
Kata Kunci:
penyimpanan, distribusi, obat, rumah sakit
Abstract
The process of storing and distributing drugs is part of the logistics management cycle. Improper storage of the drug can result in damage or loss of the drug in the hospital therefore the drug must be properly stored so that it is stored and then distributed to the patient. For the distribution of drugs, the safety and accuracy of drugs provided by pharmacy facilities, the accuracy of the patient, the accuracy of the schedule, the date, time, mode of administration, the personal accuracy of the drug giver to the patient and medicine. This study aims to examine the storage and distribution of drugs using a logistics management cycle approach at the pharmaceutical facility of Hermina Jatinegara hospital. The research methodology is descriptive and qualitative through in-depth interviews with informants with interview guides. As a result, it was found that the Pharmaceutical Installation of Hermina Jatinegara Hospital in implementing the procedures for storing and distributing drugs in warehouses was mostly in accordance with the provisions in the hospital pharmaceutical service standards based on the Regulation of the Minister of Health No. 72 of 2016. Drug distribution uses a decentralized method, so that all medicines and medical devices are served separately from the Pharmaceutical Installation.
Keywords: storage,
distribution, medicine, hospitals
Pendahuluan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Obat Rumah
Sakit, pelayanan obat rumah sakit tidak dapat dipisahkan dari sistem kesehatan
rumah sakit yaitu pelayanan penunjang�
yang menjadi revenue center utama (Kencana,
2018). Hal ini mengingat lebih dari 90%
pelayanan medis rumah sakit menggunakan bahan habis pakai farmasi dan 50% dari
seluruh pendapatan rumah sakit berasal dari pengelolaan bahan habis pakai
farmasi (Satrianegara
et al., 2018).
����������� Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan bagian dari
rumah sakit yang menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit itu sendiri. Instalasi farmasi rumah sakit bertanggung jawab atas penggunaan
obat yang aman dan efektif di seluruh rumah sakit. Tanggung jawab ini
meliputi pemilihan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk konsumsi, dan
pendistribusian obat ke unit pelayanan pasien (Qiyaam et
al., 2016).
Pada tahap penyimpanan obat yang diterima
agar aman (tidak hilang), menghindari kerusakan fisik dan kimia, dan menjamin
kualitas. Penyimpanan yang tidak tepat dapat merusak obat dan merugikan rumah
sakit. Sistem distribusi obat meliputi penyampaian obat dengan keamanan
dan ketepatan obat yang dikeluarkan dari fasilitas apotek ke ruang rawat
pasien, ketepatan pasien, jadwal, tanggal, waktu, dan ketepatan cara pemberian. .meningkat. Keakuratan
pribadi penyedia obat kepada pasien dan integritas kualitas obat (Julyanti,
2017).
Rumah Sakit Hermina Jatinegara melayani
pasien rawat jalan, rawat inap, dan pasien pulang. Gudang obat Rumah
Sakit melakukan pendistribusian obat kepada pasien dalam bentuk pelayanan resep
dari pasien rawat jalan, rawat inap dan pasien pulang.
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah
pengelolaan persedian obat. Pengelolaan obat-obatan, termasuk obat-obatan, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai. Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu
siklus kegiatan yang dimulai dari seleksi, perencanaan permintaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan pengembalian,
pengelolaan dan pengelolaan, serta dikendalikan oleh peraturan Kementerian
Kesehatan (Mundari et al., 2020). Pelayanan kefarmasian adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan menyelesaikan masalah
terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian perlu diperluas dari paradigma lama berorientasi produk
ke paradigma baru berorientasi pasien dengan filosofi pelayanan kefarmasian (pharmaceutical
care) (Malinggas, 2015).
Secara umum, manajemen
logistik di rumah sakit adalah penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam
kegiatan logistik yang bertujuan untuk memungkinkan pergerakan personel dan
perbekalan yang efektif dan efisien. Manajemen logistik di rumah sakit merupakan salah
satu aspek terpenting dari rumah sakit. Ketersediaan
obat di rumah sakit merupakan tuntutan pelayanan medis. Pengelolaan obat di rumah sakit meliputi tahap perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengeluaran, evaluasi, dan pemantauan.
Fase-fase ini saling terkait dan perlu dikoordinasikan (Fitriani et al.,
2019; Satrianegara et al., 2018).
Fungsi manajemen logistik adalah sebagai berikut :
1. Fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan
Fungsi perencanaan
meliputi tujuan departemen logistik, pedoman, dan kegiatan untuk mengukur
implementasi masalah. Menentukan
kebutuhan merupakan detail dari fungsi perencanaan. Jika
perlu, semua faktor yang dapat mempengaruhi keputusan kebutuhan harus
diperhitungkan.
2. Fungsi
penganggaran
Fungsi
penganggaran adalah upaya untuk merumuskan rincian penilaian kebutuhan dalam
satu kesatuan skala, yaitu skala mata uang dan besaran biaya, dengan
memperhatikan arahan dan batasan yang berlaku.
3. Fungsi
pengadaan
Fungsi
pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional
yang dituangkan dalam fungsi perencanaan dan keputusan bagi pelaksana.
4. Fungsi
penyimpanan dan penyaluran
Fungsi ini merupakan penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian peralatan yang dimiliki oleh fitur sebelumnya untuk kemudian
didistribusikan ke instansi pelaksana. Gudang Farmasi Rumah Sakit adalah bagian dari rumah
sakit dan kegiatannya berada di bawah arahan departemen pendirian apotek.
Bagian instalasi farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan
didukung oleh beberapa apoteker yang bertanggung jawab atas semua operasi dan
layanan obat, termasuk perencanaan, pengadaan, pembuatan, penyimpanan,
persediaan obat atau obat, kontrol kualitas dan kontrol distribusi semua produk
obat.� Di rumah
sakit, gudang farmasi adalah tempat penyimpanan dimana kegiatan dan upaya
dilakukan untuk mengelola persediaan obat agar dapat diamati mutunya, barang
dapat terlindungi dari kerusakan fisik, dan barang dapat dicari dengan mudah
dan cepat, mempunyai fungsi. Aman dari pencuri dan
memudahkan pengelolaan persediaan. Gudang farmasi
memainkan peran sentral dalam manajemen logistik, yang menentukan kelancaran
distribusi. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pergudangan atau
warehousing, dipahami dan diketahui dengan baik (Solikhah et al.,
2010).
Pada
tahap penyimpanan obat yang diterima, kami akan aman
(tidak hilang), menghindari kerusakan fisik dan kimia, dan menjamin kualitas.
Penyimpanan yang tidak tepat dapat merusak obat dan merugikan rumah sakit (Julyanti, 2017).
5. Fungsi
pemeliharaan
Fungsi ini adalah proses
bisnis atau aktivitas untuk menjaga status teknis, kemudahan penggunaan, dan
hasil barang inventaris.
6. Fungsi
penghapusan
Fungsi
ini adalah berupa aktivitas dan upaya untuk membebaskan produk dari tanggung
jawab yang berlaku. Dengan kata lain, fitur depresiasi adalah upaya untuk menghilangkan aset
karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
7. Fungsi
pengendalian
Fungsi ini merupakan fungsi inti dari pengolahan
perlengkapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan
pengelohan logistik. Dalam fungsi
ini diantaranya terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi yang merupakan
unsur-unsur utamannya (Kencana, 2018).
Metode Penelitian
A. Waktu dan
Tempat Penelitian
Penelitian
dilakukan di Gudang Intalasai Farmasi Rumah Sakit Hermina Jatinegara dan waktu
penelitian pada bulan April 2022.
B. Jenis
Penelitian
Penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode triangulasi (Sugiyono, 2015).� Metode triangulasi yang digunakan adalah pengamatan dan wawancara
mendalam (in-depth interview) terhadap para informan dan observasi.
C. Subyek
Penelitian
Pengambilan sampel pada peneltian ini didasarkan
metode purposive sampling yaitu tenaga kesehatan yang bekerja di Gudang
farmasi dan semua aspek pengelolaan obat di gudang Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Hermina Jatinegara.
Tabel
1. Data Karakteristik
Responden
No |
Nama |
Usia (Thn) |
Lama kerja (Thn) |
Kompetensi/Jenis Pekerjaan |
1 |
R |
39 |
11 |
Apoteker/ Kepala IFRS |
2 |
E |
33 |
7 |
Apoteker |
3 |
RS |
29 |
10 |
Asisten Apoteker |
4 |
Z |
44 |
21 |
Lulusan SMA/Runner |
5 |
J |
44 |
24 |
Lulusan SMA/ Bag.Pembelian |
6 |
U |
47 |
24 |
Lulusan SMA/Bag.Penerimaan |
7 |
E |
33 |
15 |
Lulusan SMK/Bag. Pembelian |
D. Instrumen Penelitian
Adapun
instrumen pada penelitian ini adalah voice recorder dan sejenisnya untuk
merekam pada saat wawancara dengan informan dan pedoman wawancara.
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil wawancara
didapatkan gambaran manajemen logistik farmasi di RS. Hermina Jatinegara sebagai berikut:
�Pada penelitian ini, peneliti melihat siklus
manajemen logistik obat dengan berpedoman pada standar pelayanan kefarmasian
sesuai pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Manajemen logistik yang
dimaksud, meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, serta
administrasi.
A. Pemilihan/
Seleksi dan Perencanaan
Proses pemilihan atau seleksi obat dan perencanaan yang dilakukan di RS.
Hermina Jatinegara menggunakan metode konsumsi yang disesuaikan dengan
Permenkes No 72 tahun 2016 (Menkes, 2016). Perhitungan kebutuhan obat dengan metode konsumsi
dapat menggunakan langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:
1) langkah evaluasi yang terdiri dari evaluasi
rasionalitas pola pengobatan periode lalu
2) evaluasi suplai obat periode lalu
3) evaluasi data stok, distribusi, dan
penggunaan obat periode lalu
4) pengamatan kerusakan serta kehilangan obat (Wibowo et al., n.d.).
Formularium obat yang digunakan di RS. Hermina Jatinegara adalah formularium dari dari PT.
Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) yang merupakan kantor
pusat dari RS. Hermina seluruh Indonesia, namun hal tersebut tidak menutup
kemungkinan dimasukannya obat lain berdasarkan usulan kebutuhan dokter dimana
obat tersebut tidak ada padanannya dan sangat dibutuhkan serta disetujui oleh
TFT (Tim Farmasi Terapi) dan perwakilan dari Komite Medis RS. Hermina
Jatinegara. Sementara untuk pasien JKN menggunakan
Formularium Nasional (FORNAS).
B. Pengadaan
Pengadaan Obat sesuai dari Formularium dari HHG yang
disesuaikan dengan kondisi RS.Hermina Jatinegara dan kebutuhan dari dokter
praktek. Dibuatkan kategori obat
secara pareto menggunakan system ABC VEN. Pembelian
obat dilakukan setiap 3 hari sekali dengan evaluasi setiap minggu kedua setiap
bulannya dari kantor pusat untuk RS. Hermina Jatinegara. Pembelian obat untuk
seluruh RS.Hermina melalui PT. Medikaloka Mitra Farmasi (PT.MMF) yang juga
merupakan anak perusahaan dari PT. Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).
C. Penerimaan
dan Penyimpanan
Penerimaan barang dari distributor/supplier obat disesuaikan dengan
faktur yang dating sesuai dengan PO obat.
Dicek nama obat, jumlah obat, expired obat dan no
batch. Copy faktur akan diinput didalam system, pada
saat input dicek diskon dan jumlah obat untuk kemudian dilakukan persetujuan
oleh kepala IFRS. Jumlah penerimaan fisik obat dan penyimpanan ada 2 orang dan
untuk yang melakukan input data obat di computer hanya 1 orang. Saat ini di
RS.Hermina Jatinegara sudah ada arahan dari Direktur HEAL dimana expired
date diatas 1 tahun wajib terima dan dibawah 1 tahun wajib tolak, kecuali
obat-obat tertentu seperti vaksin.
Bilamana
obat datang diatas jam kerja akan tetap diterima bila
untuk kasus emergency namun jadwal penerimaan barang dapat dilakukan
sampai jam 19:00 WIB di RS.Hermina Jatinegara. Jadwal pengiriman barang akan diinformasikan oleh distributor/ supplier obat kepada
bagian pengadaan RS yang selanjutnya informasi tersebut disampaikan ke bagian
penerimaan dan penyimpanan.
D. Distribusi
Pendistribusian obat dilakukan oleh petugas yang
disebut runner kepada seluruh instalasi farmasi yang ada di RS baik
Apotek Rawat Jalan, Apotek Rawat Inap, Apotek BPJS dan lain-lain. Pembagian tugas distribusi oleh runner
dilakukan perlantai. Setiap runner bertugas di
2 lantai instalasi farmasi RS. Jumlah runner
ada 4 orang dengan sistem shift pagi dan sore.
E.
Penghapusan dan Pemusnahan
Obat-obatan yang rusak dan expired date akan
disimpan dalam lemari karantina secara terpisah. Pemusnahan dan penarikan obat
yang rusak dan expired date rutin dilakukan, khusus obat narkotika,
psikotropikan dan prekursor dimusnahkan berdasarkan ketentuan dari Permenkes RI
Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi (Hakim, 2021). Pencatatan dilakukan secara
rutin. Karantina mulai dilakukan untuk obat-obatan usia
kurang atau sama dengan 3 bulan untuk kemudian dimasukan di lemari karantina.
Kemudian menghubungi distributor, bila memungkinkan dilakukan retur, maka akan diretur. Bila tidak maka akan
dimusnahkan dan dihapus dari stok Rumah Sakit. Hal ini
dilakukan secara rutin setiap bulan dengan laporan dibuat menggunakan Berita
Acara.
Kesimpulan
Gudang
farmasi merupakan salah satu tempat yang penting dalam menjamin ketersediaan
obat dengan keadaan yang stabil, aman dan berkualitas. Menurut peraturan menteri kesehatan gudang harus memenuhi standar
terkait luas dan perlengakapan yang baik untuk penyimpanan obat, pengaturan
penyimpanan dan adminitrasi atau pencatatan obat yang disimpan. Berdasarkan penelitian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Hermina Jatinegara pengaturan tata ruang berdasarkan Daftar Tilik Jaminan Mutu
yang dilakukan oleh peneliti kepada petugas kesehatan (Bachtiar et al., 2021). Hasil penelitian pengaturan tata ruang gudang di Farmasi
Rumah Sakit Hermina Jatinegara seperti pada tabel 2
Tabel
2. Gambaran prosedur
penyimpanan obat di IFRS Hermina Jatinegara
Pertanyaan |
Hasil |
|
Memenuhi |
Tidak |
|
Adanya jarak antara rak obat dengan dinding Obat disimpan diatas rak /
lemari |
√ |
|
Ada tempat menaruh obat (tidak diletakkan langsung diatas dilantai) |
√ |
|
Ada penandaan khusus pada Penyimpanan obat LASA (look alike sound a
like) dan tidak diletakkan berdekatan���
|
√ |
|
Obat disimpan berdasarkan metode FIFO |
√ |
|
Penyimpanan obat dengan metode FEFO |
√ |
|
Penyimpanan obat dipisahkan sesuai jenis obat |
√ |
|
Obat disimpan disesuaikan menurut bentuk sediaan |
√ |
|
Metode penyimpanan obat sesuai abjad |
√ |
|
Obat dipisahkan dan disimpat menurut kelas terapi atau khasiat |
√ |
|
�Adanya pemisahan letak
penyimpanan Obat rusak dengan obat yang baik |
√ |
|
Tempat penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika pada tempat
terpisah dengan kunci ganda |
√ |
|
Tempat penyimpanan obat narkotika / psikotropika selalu dikunci
Penyimpanan obat pada rak terdapat label (nama obat) |
√ |
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2, metode penyimpanan obat di instalasi farmasi RS diurutkan berdasarkan abjad dan disusun berdasarkan kelas terapi serta diberlakukan metode FIFO dan FEFO. FIFO adalah dimana barang yang datang terlebih dahulu akan dikeluarkan terlebih dulu, sedangkan FEFO adalah dimana barang yang memiliki Expired Date (ED) lebih cepat maka akan dikeluarkan terlebih dahulu (Primadiamanti et al., 2021). Dari hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi, metode yang digunakan adalah kombinasi dari FIFO dan FEFO. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM atau Look Alike Sound Alike / LASA) sesuai dengan Permenkes No.72 Tahun 2016 (Menkes, 2016). Peletakkannya pun tidak boleh berdekatan, karena jika berdekatan, persentase terjadinya salah ambil atau salah baca akan semakin besar. Penandaan dan penempatan yang jelas untuk meningkatkan kewaspadaan obat- obat LASA. Semua metode penyimpanan digabungkan agar penyimpanan lebih efisien, menggunakan metode FIFO dan FEFO, dan juga penataan obat berdasarkan kelas terapi dan abjad (Primadiamanti et al., 2021)
Untuk pendistribusian obat di
RS.Hermina Jatinegara telah memenuhi persyaratan seperti yang dapat kita lihat
pada Tabel 3 dimana untuk obat-obatan yang perlu disimpan di suhu tertentu
telah dilengkapi degan tempat khusus beserta alat pemantau khusus (Widodo, 2022).
Tabel 3. Evaluasi distribusi di IFRS
RS.Hermina Jatinegara
Evaluasi |
Hasil |
|
Ya |
Tidak |
|
Menerapkan Prinsip Sentralisasi |
|
|
Menerapkan prinsip Desentralisasi |
|
|
Menerapkan Resep Perorangan |
√ |
|
Menggunakan Sistem Floor Stock |
√ |
|
Menggunakan Unit Doses Dispensing |
√ |
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti, proses penyimpanan dan distribusi yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Hermina Jatinegara telah sesuai dengan ketentuan dari Permenkes 72 tahun 2016.
BIBLIOGRAFI
Bachtiar, A., Setyaningsih, I., & Hidayati, N. R.
(2021). Gambaran Pengelolaan Penyimpanan Obat Di Gudang Farmasi Rumah Sakit
Pertamina Cirebon. Medical Sains: Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 5(2),
161�166. Google
Scholar
Fitriani,
A., Dwimawati, E., & Parinduri, S. K. (2019). Analisis Manajemen Logistik
Obat Di Instalas Farmasi RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Tahun
2019. Promotor, 2(5), 334�339. Google
Scholar
Hakim,
R. A. (2021). Gambaran Sistem Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dengan Metode Traffic Light di Puskesmas Cempae Kota Parepare. Strada
Journal of Pharmacy, 3(2), 70�77. Google
Scholar
Julyanti,
J. (2017). Evaluasi Penyimpanan dan Pendistribusian Obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Siloam Manado. PHARMACON, 6(4). Google
Scholar
Kencana,
G. G. (2018). Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik
di RSUD Cicalengka Tahun 2014. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia,
3(1). Google
Scholar
Malinggas,
N. E. R. (2015). Analisis Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi Tondano. JIKMU, 5(5). Google
Scholar
Menkes,
R. I. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Halaman, 3. Google Scholar
Mundari,
H. P., Razak, A., & Batara, A. S. (2020). Studi Pengelolaan Managemen
Logistik di Instalasi Farmasi RSUD Raha Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara Tahun
2019. Promotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 124�129.
Google Scholar
Primadiamanti,
A., Hasni, N. A. M., & Ulfa, A. M. (2021). Evaluasi Penyimpanan Obat di
Instalasi Farmasi RSU Wismarini Pringsewu. Jurnal Farmasi Malahayati, 4(1),
107�115. Google Scholar
Qiyaam,
N., Furqoni, N., & Hariati, H. (2016). Evaluasi Manajemen Penyimpanan Obat
Di Gudang Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong
Lombok Timur. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 61�70. Google Scholar
Satrianegara,
M. F., Bujawati, E., & Guswani, G. (2018). Analisis Pengelolaan Manajemen
Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rsud Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
Jeneponto. Al-Sihah: The Public Health Science Journal. Google Scholar
Solikhah,
S., Sheina, B., & Umam, M. R. (2010). Penyimpanan Obat Di Gudang Instalasi
Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I. Kes Mas: Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 4(1), 25003. Google
Scholar
Sugiyono,
M. (2015). penelitian & pengembangan (Research and Development/R&D). Bandung:
Penerbit Alfabeta. Google Scholar
Wibowo,
S. W., Suryawati, C., & Sugiarto, J. (n.d.). Analisis Pengendalian
Persediaan Obat-Obatan Instalasi Farmasi RSUD Tugurejo Semarang Selama Pandemi
COVID-19. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 9(3), 215�224.
Google Scholar
Widodo,
S. (2022). Gambaran Manajemen Logistik Kefarmasian pada Masa Pandemi Covid-19
di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes Jawa Tengah. Jurnal Medika Hutama,
3(02 Januari), 2047�2052. Google Scholar
Copyright holder: Naomi Aulia S A (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |