Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
HUBUNGAN SCREEN TIME SMARTPHONE DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA MASYARAKAT USIA 15-22 TAHUN
Timotius, Nesya Cendranita,
Hendry Purnomo Sunardi, Elizabeth, Chyntia
Universitas Tarumanagara, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected],
dan [email protected]
Abstrak
Kehidupan
masyarakat sehari-hari sekarang sudah tidak dapat terlepas dari penggunaan smartphone.
Penggunaan smartphone yang berlebihan diketahui dapat mempengaruhi
kesehatan mental. Salah satu kesehatan mental yang dapat dipengaruhi penggunaan
smartphone berlebihan dan sedang marak dibicarakan pada zaman modern ini
adalah depresi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara screentime
smartphone terhadap kejadian depresi. Desain penelitian ini bersifat
potong lintang. Pengumpulan data dilakukan secara online melalui
Google Form (G-form). Data yang dikumpulkan berupa identitas, screentime
dari screenshot smartphone
responden, dan tingkat depresi yang diukur menggunakan Zung
Depression Scale (ZDS). Terdapat sebanyak 135 responden dalam
rentang usia 15-22 tahun. Mayoritas responden menggunakan smartphone
selama ≥6 jam/hari (83,7%). Hasil kuesioner ZDS menunjukkan bahwa
responden sebagian besar tidak mengalami depresi (71,11%). Uji chi-square menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan bermakna antara screentime terhadap tingkat
depresi.
Kata kunci: Screentime, Depresi, Kesehatan Mental.
Abstract
Usage of smartphones has already been a crucial part
of our daily lives. Despite of its� importance, we should know that the overuse
of smartphones would cause damage to the user�s mental condition. One of the
most popular topics regarding mental health that has been associated with
overuse of these gadgets in this modern time is depression.� This research is meant to examine the
relationship between smartphone screentime and
depressive events. The design of this study is cross-sectional. Data collection
is being carried out through online Google Form (G-Form). The miscellaneous of
data that has been collected through the form consists of identity, screentime from respondent�s smartphone in a form of
screenshots, and depression levels measured with Zung
Depression Scale (ZDS). There were 135 respondents, ranging from 15-22 years
old. The majority of respondents use smartphones for more than 6 hours/day (83,7%). ZDS showed that most of the respondents didn�t have depression (71,11%). The chi-square test showed that there was no meaningful
relationship between excessive screentime and
depression level.
Keywords: Screentime, Depression, Mental health.
Pendahuluan
Smartphone merupakan telepon genggam dengan berbagai fungsi komputer dan dilengkapi dengan fitur layar
sentuh, akses internet, pengiriman pesan, upload, menonton
video, bermain game dan
mengunduh berbagai aplikasi. Hal ini menyebabkan penggunanya cenderung menghabiskan waktu yang lebih panjang berada di depan layar smartphone (Tamura,
Nishida, Tsuji, & Sakakibara, 2017). Penggunaan
perangkat elektronik seperti smartphone
atau tablet dalam jangka waktu tertentu dapat didefinisikan sebagai screen time (Merriam-Webster, n.d.).
Prevalensi penggunaan smartphone diketahui
semakin meningkat setiap tahunnya. Kemajuan serta
perkembangan pesat teknologi yang terjadi pada abad ke-21 menyebabkan individu tidak dapat terlepas
dari teknologi seperti smartphone, komputer
dan internet. Beberapa
manfaat penggunaan smartphone
adalah: bermain sosial media, membantu mengurangi stress, mempermudah komunikasi antar individu selama work from home (WFH), mengurangi penat dan kejenuhan (Dampati,
Veronica, & Dwi Chrismayanti, 2020). Menurut penelitian Horwood et al. (2021) pada tahun 2019, 96% masyarakat Amerika (usia 18-29 tahun) mempunyai serta menggunakan smartphone. Lebih
dari 950 juta penduduk India merupakan pengguna smartphone
dan kejadian penyalahgunaan smartphone
diketahui mengalami peningkatan pada abad 21 (Akulwar-Tajane,
Parmar, Naik, & Shah, 2020). Laporan dari DataReportal (2022)
menunjukkan bahwa 96% masyarakat Indonesia yang berusia 16-64 tahun memiliki smartphone.. Penelitian
Madhav et al. (2017), pada
3.201 masyarakat Amerika Serikat yang berusia ≥20 tahun memperoleh hasil bahwa masyarakat
lebih banyak menghabiskan waktu screen time ≥4 jam/hari (1720 orang, 53,74%) dan sisanya <4 jam/hari (1481
orang, 46,27%).
Smartphone selain memiliki banyak manfaat juga dapat
berdampak negatif apabila individu tidak dapat mengendalikan durasi screentime dengan baik. Efek negatif tersebut
adalah penurunan prestasi akademik, rendahnya aktivitas fisik serta dapat
pula berdampak pada kesehatan dan fungsi kognitif (Wacks & Weinstein, 2021). Masalah
kesehatan yang dapat terjadi adalah ketergantungan pada smartphone yang
berlebihan, cemas, penurunan kemampuan memusatkan pikiran, gangguan tidur
seperti insomnia, kualitas hidup rendah, mata tegang, pegal leher, sakit
punggung, peningkatan berat badan berlebih, serta dapat menimbulkan depresi (Akulwar-Tajane
et al., 2020; Dampati et al., 2020). Menurut penelitian Woo et al. (2021),�
penggunaan smartphone
selama 4 jam/hari dalam satu minggu,
meningkatkan risiko
insomnia (Odds Ratio (OR): 1,103), depresi (OR: 1,385) dan ide bunuh diri (OR: 1.248).
Depresi ialah gangguan mood berupa perasaan tertekan, tidak berguna, tidak bahagia, kehilangan minat, hilangnya kesenangan, putus asa,
rasa lelah serta tidak memiliki motivasi (Boland, Verdium & Ruiz, 2021). Penegakan diagnostik gangguan depresi dapat dilakukan berdasarkan kriteria
diagnostik Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (Maslim,
2013). Selain panduan
tersebut, literatur lain juga mencoba membuat skala objektif untuk menilai
tingkat depresi, salah satunya seperti Zung Depression Scale (ZDS) (Tsiros
et al., 2018). Meta analisis terhadap
90 studi pada tahun 1994-2014 mendapatkan hasil bahwa pada
1 juta orang, prevalensi kejadian depresi adalah 12,9% (Boland, Verdium & Ruiz, 2021). Salah satu faktor
resiko terjadinya depresi adalah tingginya angka screen time. Menurut
penelitian Ge et al. (2020), pada 1137 mahasiswa dengan usia 17-23 tahun di daerah Shenyang didapatkan hasil bahwa individu
dengan rata-rata screen
time ≥6 jam/hari (543 orang, 47.8%) memiliki tingkat stress dan depresi lebih
tinggi daripada individu dengan screen time <6 jam/hari (594 orang, 52.2%). Penelitian Madhav et
al. (2017), terhadap masyarakat Amerika Serikat mendapatkan hasil bahwa 174 orang (5,44%) dari 1720 masyarakat dengan waktu screen time ≥4 jam/hari mengalami depresi berat. Sementara itu, pada 1481 masyarakat yang menghabiskan
<4 jam/hari bermain smartphone,
sebanyak 82 orang (2,56%) mengalami depresi berat. Penelitian tersebut juga mendapatkan hasil bahwa dengan penggunaan
screen time ≥4 jam/hari terdeteksi tingkat depresi yang lebih berat dibandingkan
dengan penggunaan screen time <4 jam/hari (p value
< 0.001). Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin lama waktu screen time
maka semakin tinggi pula tingkat depresi yang terjadi.
Data penelitian
mengenai hubungan screentime dan depresi pada
masyarakat usia
15-22 tahun masih sedikit. Oleh karena itu, hal
ini mendorong dilakukannya penelitian
terhadap masyarakat mengenai hubungan screentime
smartphone
dengan kejadian depresi pada masyarakat berusia 15-22 tahun.
Metode Penelitian
Penelitian ini
bersifat analitik dengan desain potong lintang (cross-sectional). Pengambilan
sampel dilakukan secara online kepada masyarakat umum. Kriteria inklusi
penelitian ini adalah masyarakat umum dalam rentang usia 15-22 tahun dan
memiliki data screentime pada smartphone yang dapat diakses.
Responden yang pernah didiagnosa mengalami gangguan kesehatan jiwa selain
depresi dieksklusikan dari penelitian ini.
Tingkat depresi
diukur menggunakan Zung Depression Scale (ZDS) yang dimodifikasi ke
bahasa Indonesia. ZDS memiliki 20 butir pernyataan yang akan dijawab responden
dan diberi nilai 1-4 pada skala likert (Tsiros
et al., 2018). Skor akhir akan ditotal
dan dikategorikan sebagai berikut, <50 adalah normal (tidak depresi), skor
50-69 dikategorikan depresi ringan � sedang, dan skor >70 dikategorikan
depresi berat. ZDS sudah di uji terhadap 60 responden dan didapatkan memiliki
nilai validitas (r tabel > 0,2542) yang baik, serta cronbach�s alpha
sebesar 0,853.
�Data screentime diminta dari responden
melalui pengaturan atau aplikasi apapun yang dapat menunjukkan screentime
mereka. Pengukuran dilakukan dengan mengambil rata-rata harian penggunaan smartphone
selama satu minggu. Jika rata-rata screentime selama 7 hari tertulis
secara langsung di dalam hasil screenshoot maka angka tersebut akan
langsung dimasukkan. Data rata-rata screentime yang tidak tertulis secara
langsung akan disimpulkan hasilnya berdasarkan grafik jam penggunaan smartphone
yang terdapat pada gambar tersebut. Rata-rata tersebut kemudian dikategorikan
menjadi dua kelompok yaitu, ≥6 jam atau ≤6 jam.
Data primer akan
dianalisa menggunakan uji Fisher�s Exact. Hasil dilaporkan bermakna jika p
value > 0,05. Analisa dilakukan menggunakan aplikasi� Statistical Package for Social Sciences
(SPSS) versi 26. Pengukuran besar sampel dilakukan dengan batas kemaknaan
α = 0,05 dan Power 80%, sehingga didapatkan minimal besar sampel sebanyak
104 orang.
Hasil dan Pembahasan
Jumlah subjek penelitian berjumlah 135 orang,
dengan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (59,3%). Usia responden
berkisar antara 15 hingga 22 tahun. Karakteristik dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Subjek
Penelitian (N = 135)
Karakteristik |
N (%) |
Median (Min-Max) |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-laki |
55 (40,7%) |
|
Perempuan |
80 (59,3%) |
|
Usia |
|
15 (15-22) |
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas subjek tidak mengalami depresi
(71,11%), namun prevalensi depresi yang didapatkan dari penelitian ini (28,89%)
lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya oleh Peltzer & Pengpid (2018) di Indonesia (21,8%). Temuan pada penelitian ini
mungkin disebabkan rentang usia sampel yang lebih muda, yaitu sekitar 15-22
tahun. Menurut hasil penelitian Peltzer & Pengpid (2018), usia muda lebih berisiko mengalami depresi. Hasil lain pada penelitian ini, adalah didapatkan bahwa
lebih banyak responden menggunakan smartphone selama ≥6 jam/hari (83,7%).
Tabel 2. Distribusi Variable Penelitian
berdasarkan Tingkat Depresi dan Screentime
Variabel |
Frekuensi (%) |
Tingkat Depresi |
|
Normal |
96 (71,11%) |
Depresi Ringan - Sedang |
38 (28,15%) |
Depresi Berat |
1 (0,74%) |
Screentime |
|
< 6 jam |
22 (16,3%) |
≥ 6 jam |
113 (83,7%) |
Tabel 3 menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dan tingkat depresi. Mayoritas
responden berjenis kelamin perempuan serta tidak mengalami kejadian depresi (53
orang, 39,3%). Uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat depresi. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Peltzer & Pengpid (2018) dan Mumang et al. (2021) yang melaporkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan depresi. Sebuah meta-analysis oleh Salk et al. (2017), melaporkan hasil yang berbeda, yaitu didapatkan
jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami depresi mayor (OR = 1,95). Masing-masing individu memiliki metode coping yang
berbeda, terutama terhadap kesulitan menghadapi situasi sosial, sehingga jenis
kelamin bisa saja tidak terlalu berpengaruh terhadap kejadian depresi (Mumang et al., 2021).
Tabel 3. Hubungan Jenis Kelamin
dengan Tingkat Depresi
Variabel |
Depresi Berat |
Depresi Ringan
- Sedang |
Normal |
P value |
Perempuan |
0 (0%) |
27 (20,0%) |
53 (39,3%) |
0,117 |
Laki-laki |
1 (0,7%) |
11 (8,1%) |
43 (31,9%) |
|
Hubungan antara screentime terhadap tingkat depresi di sajikan
pada tabel 4. Mayoritas responden dilaporkan menggunakan smartphone
selama ≥ 6 jam/hari dan tidak mengalami depresi (58,5%). Uji analisis Chi-Square
screentime terhadap tingkat depresi menunjukkan hubungan yang tidak
bermakna antara kedua variabel tersebut. Penelitian Thom, Bickham, & Rich (2018), melaporkan hasil yang serupa, yaitu pemakaian
internet tidak berhubungan terhadap kejadian depresi. Hasil yang tidak bermakna
dapat disebabkan karena individu banyak menggunakan smartphone untuk
mengakses internet untuk tujuan positif dan mengunjungi website
favoritnya. Hal ini bersifat menyenangkan bagi penggunanya dan dimanfaatkan
untuk mengurangi kecemasan yang sedang mereka alami (Thom, Bickham, & Rich,
2018).
Tabel 4. Hubungan Screentime
dengan Tingkat Depresi
Variabel |
Depresi Berat |
Depresi Ringan
- Sedang |
Normal |
P value |
|
> 6 Jam |
1 (0,7%) |
33 (24,5%) |
79 (58,5%) |
0,737 |
|
< 6 jam |
0 (0%) |
5 (3,7%) |
17 (12,6%) |
|
|
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Salah satu keterbatas yang
dimaksud adalah recall bias. Hal ini dikarenakan responden melakukan
pengisian kuesioner secara online dengan media G-form, yang
mengakibatkan peneliti tidak dapat mengawasi pengisian kuesioner secara
langsung dan responden dapat saja melaporkan data yang tidak sepenuhnya sesuai
dengan pengalaman yang dialami. Keterbasan berikutnya pada penelitian ini
berupa distribusi usia responden yang tidak merata. Mayoritas usia pada
penelitian ini adalah 15 tahun, sehingga kurang dapat menggambarkan kejadian
depresi pada rentang usia yang ingin diteliti, yaitu 15-22 tahun. Bias perancu
dapat juga terjadi pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan banyak faktor
diluar kendali yang dapat mempengaruhi tingkat depresi seseorang. Faktor
perancu tersebut mengakibatkan hasil yang dilaporkan belum tentu menggambarkan
tingkat depresi yang sebenarnya.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menggunakan smartphone
selama ≥6 jam/hari dan memiliki tingkat depresi yang normal. Hasil uji
statistik juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
lama durasi penggunaan smartphone terhadap tingkat depresi seseorang. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor-faktor perancu
yang dapat mempengaruhi hasil. Selain itu, disarankan agar peneliti selanjutnya
mengumpulkan data screentime serta pengisian kuesioner secara langsung,
agar data yang didapatkan lebih akurat. Sebaiknya penelitian selanjutnya dapat
memperhatikan distribusi usia responden yang lebih merata, sehingga dapat
merepresentasikan gambaran kejadian depresi yang lebih nyata.
BIBLIOGRAFI
Akulwar-Tajane, Isha, Parmar, Kashish K., Naik, Palak
H., & Shah, Ayushi V. (2020). Rethinking Screen Time during COVID-19:
Impact on Psychological Well-Being in Physiotherapy Students. International
Journal of Clinical and Experimental Medicine Research, 4(4),
201�216. https://doi.org/10.26855/ijcemr.2020.10.014.
Dampati, Putu Srinata, Veronica, Elvina, & Dwi
Chrismayanti, Ni Kadek Sinta. (2020). Pengaruh Penggunaan Smartphone dan Laptop
Terhadap Muskuloskeletal Penduduk Indonesia pada Pandemi Covid-19. Gema
Kesehatan, 12(2), 57�67. https://doi.org/10.47539/gk.v12i2.135.
Ge, Yinjian, Xin, Shimeng, Luan, Dechun, Zou, Zhili,
Bai, Xue, Liu, Mengting, & Gao, Qian. (2020). Independent and Combined
Associations Between Screen Time and Physical Activity and Perceived Stress
Among College Students. Addictive Behaviors, 103, 106224.
https://doi.org/10.1016/j.addbeh.2019.106224.
Horwood, Sharon, Anglim, Jeromy, &
Mallawaarachchi, Sumudu R. (2021). Problematic Smartphone use in A Large
Nationally Representative Sample: Age, Reporting Biases, and Technology
Concerns. Computers in Human Behavior, 122.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2021.106848.
Madhav, K. C., Sherchand, Shardulendra Prasad, &
Sherchan, Samendra. (2017). Association Between Screen Time and Depression
Among US Adults. Preventive Medicine Reports, 8, 67�71. https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2017.08.005.
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5 (3rd ed.). Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Mumang, Andi Agus, Syamsuddin, Saidah, Maria, Ida Leida,
& Yusuf, Irawan. (2021). Gender Differences in Depression in the General
Population of Indonesia: Confounding Effects. Depression Research and
Treatment, 2021, 1�8. https://doi.org/10.1155/2021/3162445.
Peltzer, Karl, & Pengpid, Supa. (2018). High Prevalence
of Depressive Symptoms in a National Sample of Adults in Indonesia: Childhood
Adversity, Sociodemographic Factors and Health Risk Behaviour. Asian Journal
of Psychiatry, 33, 52�59. https://doi.org/10.1016/j.ajp.2018.03.017.
Salk, Rachel H., Abramson, Lyn Y., & Hyde, Janet
S. (2017). Gender Differences in Depression in Representative National
Samples : Meta-Analyses of Diagnoses and Symptoms. Psychological
Bulletin, 143(8), 783�822.
https://doi.org/https://doi.org/10.1037/bul0000102.
Tamura, Haruka, Nishida, Tomoko, Tsuji, Akiyo, &
Sakakibara, Hisataka. (2017). Association between Excessive Use of Mobile Phone
and Insomnia and Depression Among Japanese Adolescents. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 14(7).
https://doi.org/10.3390/ijerph14070701.
Thom, Robyn Pauline, Bickham, David S., & Rich,
Michael. (2018). Internet Use, Depression, and Anxiety in A Healthy Adolescent
Population: Prospective Cohort Study. JMIR Mental Health, 5(2),
e44. https://doi.org/10.2196/mental.8471.
Tsiros, Georgios, Jelastopulu, Eleni, Katsari,
Vasiliki, Voila, Panagiota, Tsirou, Anastasia, Varaklioti, Agoritsa, &
Domeyer, Philippe Richard. (2018). Validation of the Zung Self-Rating
Depression Scale in Primary Health Care Setting in Greece. European
Psychiatry, 48(Supplement 1), S355.
Wacks, Yehuda, & Weinstein, Aviv M. (2021).
Excessive Smartphone Use is Associated With Health Problems in Adolescents and
Young Adults. Frontiers in Psychiatry, 12.
https://doi.org/10.3389/fpsyt.2021.669042.
Woo, Kyung Soo, Bong, Su Hyun, Choi, Tae Young, &
Kim, Jun Won. (2021). Mental Health, Smartphone Use Type, and Screen Time Among
Adolescents in South Korea. Psychology Research and Behavior Management,
14, 1419�1428. https://doi.org/10.2147/PRBM.S324235.
Copyright holder: Timotius,
Nesya Cendranita, Hendry Purnomo Sunardi, Elizabeth, Chyntia (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |