Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
Samsul Azi
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Indonesia
E-mail: [email protected]
Gedung Bappenda Kabupaten Bogor adalah gedung yang mengalami perubahan desain pada saat pembangunan berlangsung. Dimana terjadi penambahan lantai pelayanan yang pada perencanaanya didesain sebagai bangunan 2 lantai namun pada pelaksanaanya dibangun mejadi 3 lantai tanpa adanya analisis struktur terlebih dahulu.Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kinerja dan kapasitas struktur terhadap gaya luar yang bekerja ditinjau dari standar perencanaan serta peta gempa terbaru. Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan program Etabs versi 18.2 dengan mengasumsikan sistem struktur menggunakan SRPMK dilanjutkan dengan analisis element struktur dengan cara manual berdasarkan SNI 03-2847-2019.Hasil analisis menunjukan bahwa kapasitas lentur dan geser balok tidak dapat menahan moment dan gaya geser ultimit yang terjadi, sedangkan Kapasitas aksial kolom masih bisa menahan gaya aksial ultimit yang terjadi tetapi kapasitas lentur kolom tidak dapat menahan moment ultimit yang terjadi serta persyaratan kekangan dan Strong Column Weak Beam tidak terpenuhi. Sehingga gedung ini perlu dilakukan perkuatan/retrofiting.
Kata Kunci: Review, Desain, Kapasitas, Retrofiting, Kekangan.
Abstract
Bogor county bappenda's building
was one of those that suffered design changes
during construction. The development of the service floor has been
designed as a two-story building, but
the process has been built into three floors without any structural analysis. The purpose of this study is to know the
performance and structural capacity
of the external force at work according
to standard planning
and current earthquake maps.Structural analysis conducted using a
version 18.2 version of etabs program
assuming structural systems using SRPMK followed by manual element analysis
based on SNI 03-2847-2019.Analysis shows that the capacity of bending and slide beams cannot hold the occurrence of both the moments
and the shear beams, while the axial capacity can still withstand the ultimite axial forces that occur but that
the flexible capacities of columns could not
hold the occurrence moments and the confinement and strong column weak
beam requirements are unfulfilled. So the building needs to retrograde.
Keyword: Review,
Design, Capacity, Retrofiting, Confinement.
Dalam perencanaanya, gedung Bappenda direncanakan dengan standar peraturan gempa menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726 : 2002 dan SNI 2847 : 2002 untuk tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan Gedung. SNI 1726 : 2002 dengan tinjauan pengaruh gempa rencana priode ulang 500 tahun sedangkan pada SNI 1726 tahun 2012 dan 2019 mensyaratkan pengaruh gempa harus ditinjau dengan periode ulang 2500 tahun (Wijaya, 2018). Gempa rencana yang menggunakan periode ulang 500 tahun akan berdampak terhadap beban geser akibat gempa jika gempa rencanannya menggunakan periode ulang 2500 tahun. (Faizah, 2013) Hal ini pula akan membuat output gaya dalam yang berbeda dan penulangan struktur yang berbeda pula (Pamungkas & Harianti, 2018).
Seiiring dengan sering terjadinya gempa besar di Indonesia, dimana Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng (Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik), maka Badan Standarisasi Nasional (BSN) juga menetapkan standar peraturan yang terbaru seperti Standar Nasional Indonesia 1726 : 2019 tentang Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung dan nongedung yang merupakan revisi dari Standar Nasional Indonesia 1726 : 2012, Standar Nasional Indonesia 2847 : 2019 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung yang merupakan revisi dari Standar Nasional Indonesia 2847 : 2013, dan Standar Nasional Indonesia 1727 : 2019 tentang Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung dan struktur lain yang merupakan revisi dari Standar Nasional Indonesia 1727 : 2013 (Badan Standarisasi Nasional, 2002) (Badan Standardisasi Nasional, 2012) (Badan Standarisasi Nasional, 2019).
Perubahan yang signifikan SNI 1726 : 2019 yang mengacu dari ASCE/SEI 7-16, FEMA P-1050-15, International Building Kode 2015 terhadap 1726 : 2012 yang mengacu dari ASCE/SEI 7-10, FEMA P-7502009, International Building Kode 2009, adalah perubahan peta gempa, respon spektrum, koefisien situs, dan penskalaaan (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Badan Penelitian dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman. Tim Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Perubahan-perubahan tersebut dimungkinkan akan mempengaruhi struktur yang didesain secara signifikan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka struktur gedung badan pengelolaan pendapatan daerah kabupaten Bogor akan direview dengan menggunakan standar peraturan yang terbaru (Council, 1996).
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aman tidaknya kinerja struktur setelah ditinjau dengan standar peraturan yang terbaru, juga untuk mengetahui kapasitas dimensi terhadap beban yang bekerja, serta mengetahui kuat tidaknya tulangan eksisting terhadap beban yang bekerja (Yanto, Imani, & Andika, 2019). Lokasi penenlitian ini berada di Jl. Tegar Beriman Kelurahan Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Moemn Khusus) adalah Struktur yang didesain dengan syarat pendetailan yang ketat sehingga menghasilkan struktur yang memiliki daktilitas tinggi (Liando, Dapas, & Wallah, 2020).
Secara garis besar, prinsip SRPMK terdiri dari, Strong- Column/weak-beam, tidak terjadi kegagalan geser pada balok, kolom dan joint, memiliki syarat pendetailan yang membuat struktur lebih daktail. Persyaratan perencanaan komponen struktur lentur SRPMK sesuai SNI Beton 2847-2019 pasal 18.6.1 dan pasal 18.6.2 yaitu, Gaya Tekan aksial terfaktor pada komponen struktur, Pu tidak boleh melebihi dari Agfc�/10, Panjang bentang bersih untuk komponen struktur, ln, tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektifnya, Lebar komponen, bw tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari 0,3 h dan 250 mm, serta proyeksi lebar balok yang melampaui lebar kolom penumpu tidak boleh melebihi nilai terkecil dari c2 dan 0,75 c1 pada maing-masing kolom.
Berdasarkan SNI 2847-2019 pasal 22.2.2.4.1 kapasitas lentur nominal terfaktor harus lebih besar dari momen ultimit yang terjadi. perhitungan kapasitas lentur balok sebagai berikut :
a.
Menghitung Blok tegangan
b.
Menghitung jarak serat tekan terjauh
ke sumbu netral
c. Menghitung Kapasitas lentur nominal terfaktor
=����� . �(d-1/2 a)
Berdasarkan SNI 03-2847-2019 pasal 18.6.5.1 gaya geser, Ve yang dipakai dalam menentukan kapasitas geser dengan sistem struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah dengan menjumlahkan gaya geser mungkin yang timbul pada muka-muka joint ditambah dengan gaya geser hasil kombinasi gravitasi. Adapun tahapannya sebagai berikut :
a. Menghitung Tinggi
Blok tegangan Mungkin
apr =
b. Menentukan Nilai
Mpr
Mpr =����� (1,25 fy ) ( d- �)
c.
Menghitung gaya geser mungkin
pada muka Joint.
d.
Menentukan Gaya
Geser Desain
Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 22.74.1 tulangan torsi dihitung apabila nilai Torsi ultimit, Tu > ϕ Tcr /4. Dimana diambil persamaan tersebut dihitung sebagai berikut :
|
Dimana :
Acp����� = b x
h
Pcp������ = 2 x (b + h)
Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 22.7.7.1
bahwa dimensi balok harus diperiksa terhadap kecukupan penampangnya penampang dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
a.
Tulangan Tranversal Torsi
Berdasarkan����� pasal 22.7.6.1 SNI 2847- 2019, kebutuhan tulangan tranversal torsi ditentukan dengan :
Namun berdasarkan pasal 9.6.4.2 SNI 2847-2019, ada syarat minimum untuk kebutuhan tulangan tranversal torsi dan geser, yaitu :
1)
2) �/
Pada pasal 22.7.6.1 SNI 2847 : 2019, kebutuhan tulangan traversal torsi harus digabungkan dengan kebutuhan tulangan geser, �+ t/ s.
b. Tulangan Longitudinal Torsi
Berdasarkan pasal 22.7.6.1
SNI 2847- 2019, tulangan
longitudinal torsi, �ditentukan sebagai berikut :
Dimana :
Ph������� = 2 x ( X0 + Y0)
X0������� = h- 2 cc-ds
Y0������� = b- 2 cc-ds
Setelah hasil pemodelan dan analisis struktur dilakukan, maka struktur harus diperiksa terhadap standar dan peraturan yang berlaku sebagai berikut :
a.
Periode Fundamental
b.
Partisipasi massa
c.
Gaya Geser Nominal
(Base Shear)
d.
Simpangan Antar Lantai
Setelah struktur memenuhi persyaratan diatas, maka selanjutnya dilanjutkan pada desain komponen struktur.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif yaitu metode ini dipakai peneliti untuk menganalisis data yang didapat dari lapangan yang berupa angka dan diolah menjadi hasil yang kemudian disimpulkan.
Gambar 1. Bagan
Alir Penelitian
A. Kapasitas Lentur Balok
Dari hasil analisis yang dilakukan berdasarkan data dari asbuilt drawing berupa jumlah tulangan, kuat tarik tulangan dimensi struktur dan kuat tekan beton. didapat hasil Analisis kapasitas balok eksisting pada gedung Bappenda Kabupaen bogor sebagai berikut :
Perbandingan���� Mn dan Mu Balok
|
|
Mn |
Mu |
|
Lantai |
Tipe Balok |
Tul. Tarik |
Tul. Tarik |
Cek |
|
|
Tul. Tekan |
Tul. Tekan |
|
|
B1 |
1143.61 |
1358.95 |
Not Ok |
|
|
618.44 |
270.29 |
OK |
Lantai 1 |
B2 |
530.4 |
407.12 |
OK |
|
408.90 |
170.87 |
OK |
|
|
B4 |
131.73 |
127.72 |
OK |
|
|
82.32 |
27.99 |
OK |
|
B1 |
1143.61 |
1538.87 |
Not Ok |
|
|
618.44 |
508.67 |
OK |
Lantai 2 |
B2 |
530.4 |
407.12 |
OK |
|
408.90 |
150.38 |
OK |
|
|
B4 |
131.73 |
41.6 |
OK |
|
|
82.32 |
57.31 |
OK |
|
B1 |
1143.61 |
1478.96 |
Not Ok |
|
|
618.44 |
254 |
OK |
Lantai 3 |
B2 |
530.4 |
507,25 |
OK |
|
408.90 |
192,32 |
OK |
|
|
B4 |
131.73 |
107,06 |
OK |
|
|
82.32 |
63,04 |
OK |
|
B1 |
1143.61 |
1146.96 |
Not Ok |
|
|
618.44 |
254 |
OK |
Atap |
B2 |
530.4 |
273.87 |
OK |
|
408.90 |
109.25 |
OK |
|
|
B4 |
131.73 |
61.38 |
OK |
|
|
82.32 |
23.2 |
OK |
Kapasitas lentur pada balok B1 lantai 1 dan lantai 2 lebih kecil dari momen yang terjadi seperti terlihat pada tabel 1. Sehingga balok yang mengalami kegagalan lentur harus diperkuat.
Tabel 2.
|
ϕ
Vn |
Vu |
|
Tipe Balok |
Tumpuan |
Tumpuan |
Cek |
|
Lapangan |
Lapangan |
|
B1 |
556,5 |
688,3 |
Not Ok |
|
469,4 |
437,65 |
OK |
B2 |
176,85 |
305,06 |
Not Ok |
|
117,84 |
155,21 |
Not Ok |
B4 |
177,67 |
103,06 |
OK |
|
139,48 |
58,99 |
OK |
Kapasitas geser pada balok B1 tumpaun, B2 area tumpuan-lapangan lebih kecil dari gaya terjadi seperti terlihat pada tabel 2. Sehingga balok yang mengalami kegagalan geser harus diperkuat.
Kapasitas torsi dihitung berdasarkan perbandingan tulangan torsi yang terpasang dengan tulangan torsi yang dibutuhkan.
Perbandingan Luas Terpasang Tul. Torsi dengan Luas Tul. Torsi yang dibutuhkan
Tipe Balok |
As Torsi
Pasang (mm�) |
As Torsi
Butuh (mm�) |
Cek |
Tranversal |
Tranversal |
||
|
Longitudinal |
Longitudinal |
|
B1 |
1.57 |
8,99 |
Not Ok |
|
414,48 |
1983 |
Not Ok |
B2 |
1.57 |
5,93 |
Not Ok |
|
265,48 |
929 |
Not Ok |
B4 |
1.57 |
3,81 |
Not Ok |
|
265,48 |
1082 |
Not Ok |
Dari tabel 3 bisa dilihat bahwa tulangan torsi yang terpasang lebih kecil dari tulangan torsi yang dibutuhkan, sehingga kapasitas torsi pada balok harus ditambah.
Berdasarkan hasil Analisa program Etabs didapat : Pu = 5309,48 kN
Mux = 117,55 kNm Muy = 509,35 kNm
Setelah dianalisa menggunakan program bantu Sp colum, kolom K1a masih bisa menahan beban aksial dan lentur yang terjadi seperti terlihat pada gambar 3.
Kapasitas geser pada kolom K1a dari hasil perhitungan adalah 715,01 kN sedangkan gaya geser desain yang terjadi 604,28 kN (OK).
Mnc Basement
=
= 1125,50 kNm
Mnc Lt.1������������������������� =
= 853,04 kNm
������������������������ �= 1125,50+853,04
= 1978,54 kNm
1,2 ����= 1,2 (1143,61+618,44)
= 2114,46 kNm
Karena �< 1,2 �maka Tidak Memenuhi (Not Ok)
F. Kolom K1
Berdasarkan hasil Analisa program Etabs didapat :
Pu��� = 3583,67 kN
Mux = 117,09 kNm Muy = 508,76 kNm
Setelah dianalisa menggunakan program bantu Sp colum, kolom K1 masih bisa menahan beban aksial namun tidak bisa menahan momen yang yang terjadi seperti terlihat pada gambar 6
Gambar 5. Ilustrasi kuat momen nominal
pada HBK K1
Kapasitas geser pada kolom K1a dari hasil perhitungan adalah
468,32 kN sedangkan gaya geser desain yang terjadi 126,33 kN (OK).
Mnc Basement =��������������������������������������������������������� = 774,876 kNm
Mnc Lt.1������������������������� =
= 754,23 kNm
����������������������� �= 774,876+754,230
= 1529,10 kNm
1,2 ���= 1,2 (530,40+408,90)
= 1127,16 kNm
Karena �> 1,2 �maka Memenuhi
(Ok).
H. Kolom K2
Berdasarkan hasil Analisa program Etabs didapat :
Pu��� = 602,02 kN
Mux = 56,83 kNm Muy = 85,18 kNm
Setelah dianalisa menggunakan program
bantu Sp colum, kolom K2 masih bisa
menahan beban aksial dan lentur yang terjadi seperti terlihat pada gambar 7. Kapasitas geser pada kolom K1a dari hasil
perhitungan adalah 300,18 kN sedangkan gaya geser desain yang terjadi 76,53 kN (OK).
Mnc Basement =��������������������������������� = 344,95 kNm
Mnc Lt.1������������������������� =
=272,98 kNm
����������������������� �= 344,95 272,98
= 617,93 kNm
1,2 ���= 1,2 (131,73+ 82,32)
= 256,86 kNm
Karena �> 1,2 �maka Memenuhi (Ok).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya, didapat kesimpulan sesuai dengan tujuan Tugas akhir sebagai berikut :
1. Untuk kinerja
struktur, bangunan ini masih memenuhi
persyaratan bangunan tahan
gempa berdasarkan SNI 1726 : 2019.
2.
Struktur balok
:
a.
Balok B1
Pada area tulangan tarik tumpuan di semua lantai hampir semua mengalami gagal lentur serta tulangan tranversal maupun tulangan torsi pada balok masih belum cukup kuat menahan gaya geser dan torsi yang terjadi.
b. Balok B2
Untuk kapasitas lentur masih mampu menahan momen yang terjadi dan dimensi balok masih mampu menahan kombinasi geser dan torsi secara bersamaan tetapi tulangan geser dan torsi tidak cukup kuat untuk menahan gaya geser dan torsi yang terjadi.
c. Balok B4
Untuk kapasitas lentur, tulangan balok ini (eksisting) masih dapat menahan momen yang terjadi tetapi tidak dapat menahan kombinasi geser dan torsi.
3. Struktur kolom :
a. Kolom K1 a
Kolom masih dapat menahan gaya dalam aksisal lentur
ultimit, serta kapasitas geser kolom
eksisting masih sanggup menahan gaya geser ultimit yang terjadi tetapi
persyaratan Strong Column Weak Beam .
b.
Kolom K1
Kapasitas aksial eksisting kolom masih dapat menahan gaya aksial ultimit yang terjadi tetapi kapasitas eksisting lentur kolom tidak dapat menahan gaya dalam momen ultimit yang terjadi tetapi persyaratan Strong Column Weak Beam dan terpenuhi.
c. Kolom K2
Kapasitas aksial-lentur eksisting kolom masih dapat menahan gaya aksial � lentur ultimit yang terjadi serta persyaratan Strong Column Weak Beam terrpenuhi.
Melihat kerumitan yang beragam dalam analisis/perencanaan struktur gedung maka perlu adanya pemahaman yang baik mengenai statika dan mekanika dalam menganalisis struktur. Adapun saran-saran dari penulis terkait penelitian yaitu struktur yang mengalami over kapasitas terahadap gaya dalam yang terjadi harus segera dilakukan perkuatan (retrofitting) untuk menghindari kegagalan struktur dan menyebabkan korban jiwa ketika beban gempa yang terjadi serta perkuatan struktur sebaiknya dengan menggunakan CFRP agar lebih cepat dalam pengerjaanya sehingga tidak terlalu mengganngu kegiatan operasional bangunan.
Council, Appiied
Teehnoiogy. (1996). Seismic
evaluation and retrofit
of concrete buildings. Report No. SSC 96-01: ATC-40, 1.
Faizah, Restu. (2013). Analisis Gaya Gempa Rencana Pada Struktur Bertingkat Banyak Dengan Metode Dinamik Respon Spektra. Universitas Sebelas Maret.
Liando, Frinsilia Jaglien, Dapas, Servie O., & Wallah, Steenie E. (2020). Perencanaan struktur beton bertulang gedung kuliah 5 lantai. Jurnal Sipil Statik, 8(4).
Nasional, Badan Standardisasi. (2012). Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. Sni, 1726, 2012.
Nasional,
Badan Standarisasi. (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung (SNI 1726�2002). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Nasional,
Badan Standarisasi. (2019). SNI-03-2847-2019. Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung.
Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Badan Penelitian dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman. Tim Pusat Studi Gempa. (2017). Peta sumber dan bahaya gempa Indonesia tahun 2017. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian �.
Pamungkas, Anugrah,
& Harianti, Erny. (2018). Struktur
Beton Bertulang Tahan Gempa.
Andi Offset, Yogyakarta.
Wijaya, Tavio Usman. (2018). Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja (Performance Based Design). Andi. Yogyakarta.
Yanto, Nugrafindo, Imani, Rafki, & Andika, Zulva. (2019). Evaluasi Kinerja Struktur Gedung Rumah Sakit Paru Sumatera Barat dengan Pushover Analysis. Civil Engineering Collaboration, 1�9.
Copyright holder: Samsul Azi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |