Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
3, Januari 2023
Imam Hidayat, Akhmad
Wahyu Dani, Irvan Hermala, Harisuddin
Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana
Yayasan Wakaf Energi Nusantara
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Dari data PT PLN Unit Induk Wilayah NTT didapatkan bahwa masih terdapat
352 desa yang belum teralirkan listrik dari PLN. Salah satu desa di NTT yang belum mendapatkan akses energi listrik adalah Desa Kojagete
yang terletak di Kabupaten
Sikka. Penduduk desa ini tinggal di pesisir pantai dan memiliki mata pencaharian
sebagai nelayan. Desa Kojagete tergolong
dalam desa tertinggal karena mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan
dan keterbelakangan. Untuk dapat mengurangi permasalahan hidup yang dialami oleh penduduk Desa Kojagete, perlu adanya sebuah
solusi teknologi produk penelitian yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses energi listrik. Rekacipta yang diaplikasikan adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) berbasis Internet of Thing (IoT) yang merupakan suatu sistem yang paling cocok untuk wilayah pesisir pantai NTT yang memiliki curah matahari dengan intensitas yang sangat tinggi. Penerapan PLTS juga merupakan salah satu upaya mendukung sustainable
development goals (SDGs) yang mana akan mengurangi pembakaran bahan bakar fosil
yang menghasilkan karbon dioksida (CO2), karbon
monooksida (CO) dan material-material partikulat yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu: penentuan lokasi, survey lapangan, perakitan dan uji coba, implementasi dan Monitoring dan evaluasi.
Dari penerapan sistem pembangkit listrik tenaga surya yang dilengkapi dengan kontrol berbasis IoT ini, menghasilkan kapasitas listrik sebesar 8.500 watt peak, yang digunakan untuk mengalirkan listrik ke 48 rumah dan 3 (tiga) buah fasilitas
umum, yaitu Masjid, Sekolah (SD), dan Posyandu.
Kata kunci: PLTS, Internet of Thing, Kampung Lo�Ang, Emisi Gas Rumah Kaca, Panel Surya
Abstract
From data from PT PLN NTT Regional Main Unit, it is found that there are
still 352 villages that have not been supplied with electricity from PLN. One
of the villages in NTT that has not received access to electrical energy is Kojagete Village located in Sikka Regency. The villagers
live on the coast and have a livelihood as fishermen. Kojagete
village is classified as a disadvantaged village because the majority of the
population lives in poverty and backwardness. To be able to reduce life
problems experienced by the residents of Kojagete
Village, it is necessary to have a research product technology solution that
can meet the community's needs for access to electrical energy. The design
applied is an Internet of Thing (IoT)-based Solar Power Plant (PLTS) which is a
system that is most suitable for NTT coastal areas that have very high
intensity solar fall. The application of solar power plants is also one of the
efforts to support sustainable development goals (SDGs) which will reduce the
burning of fossil fuels that produce carbon dioxide (CO2), carbon monooxide (CO) and particulate matter materials that can
increase greenhouse gas emissions. This Community Service activity is carried
out in several stages, namely: location determination, field survey, assembly
and trials, implementation and monitoring and evaluation. From the application
of the solar power generation system equipped with IoT-based control, it
produces an electricity capacity of 8,500 watt peak,
which is used to deliver electricity to 48 houses and 3 (three) public
facilities, namely Mosques, Schools (SD), and Posyandu.
Keywords:�PLTS, Internet of Thing, Kampung Lo'Ang, Greenhouse Gas Emissions, Solar Panels
Pendahuluan
Data dari Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, TNP2K (2021) menyatakan
bahwa 1,399,575 rumah tangga di Indonesia tidak memiliki akses terhadap energi listrik (Nurlaili, 2021). Kemendes PDTT (2021)
juga menyampaikan bahwa berdasarkan Data Potensi Desa tahun 2018, masih terdapat 2.275 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik (Sakti, 2021). Salah satu provinsi yang tingkat elektrifikasinya masih rendah adalah Nusa Tenggara Timur
(NTT). PT PLN Unit Induk Wilayah NTT mengungkapkan bahwa masih terdapat 352 desa yang belum teralirkan listrik dari PLN (Aditya et al., 2020). Salah satu desa di NTT yang belum mendapatkan akses energi listrik adalah Desa Kojagete
yang terletak di Kabupaten
Sikka. Penduduk desa ini tinggal di pesisir pantai dan memiliki mata pencaharian
sebagai nelayan. Desa Kojagete tergolong
dalam desa tertinggal karena mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan
dan keterbelakangan. Hal ini
disebabkan oleh minimnya infrastruktur di Desa Kojagete untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk seperti listrik, pendidikan, dan kesehatan.
Untuk dapat mengurangi permasalahan hidup yang dialami oleh penduduk Desa Kojagete,
perlu adanya sebuah solusi teknologi
produk penelitian yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses energi listrik. Rekacipta yang diaplikasikan adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) berbasis Internet of Thing (IoT) yang merupakan suatu sistem yang paling cocok untuk wilayah pesisir pantai NTT yang memiliki curah matahari dengan intensitas yang sangat tinggi. Penerapan PLTS juga merupakan salah satu upaya mendukung sustainable
development goals (SDGs) yang mana akan mengurangi pembakaran bahan bakar fosil
yang menghasilkan karbon dioksida (CO2), karbon monooksida (CO) dan material-material partikulat
yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca. Dalam Paris Agreement tahun 2015, pemerintah Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar
29% hingga tahun 2030 (Ghaniyyu & Husnita,
2021). Hal ini juga sejalan dengan agenda G20 di Bali
tahun 2022 yang memprioritaskan
penanganan masalah global
warming sebagai isu utama (Anwar, 2022).
Atas dasar itulah, dibangun suatu solusi rekacipta
untuk dapat mengatasi masalah yang dialami oleh penduduk di Desa Kojagete sekaligus
mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca melalui
pengembangan potensi Energi Baru Terbarukan
(EBT). Keunggulan dari rekacipta ini terletak
pada sistem kontrol berbasis IoT yang mampu melakukan automasi terhadap penggunaan sistem agar tidak terjadi kelebihan beban (over load) dan dapat dikendalikan dari jarak jauh (Caraka, 2016). Permasalahan sistem tenaga surya
yang selama ini mangkrak disebabkan oleh tidak adanya sistem
kontrol yang efektif sehingga menyebabkan tidak berfungsinya PLTS dalam waktu yang cepat setelah diinstalasi.
Rekacipta yang ditawarkan bersifat tepat guna (open innovation) berupa purwarupa dasar yang akan diterapkan pada masyarakat di Kampung Lo�ang, Desa Kojagete, Kabupaten Sikka, NTT. Dengan demikian, pengembangan purwarupa final sebagaimana yang disyaratkan oleh mitra dari Yayasan Wakaf Energi Nusantara dapat dicapai.
Dalam hal kerja sama dengan
mitra dunia usaha dan dunia
industri (DUDI), yang merupakan
sebuah yayasan yang concern
di bidang sosial, kemanusiaan, dan pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah 3T dengan program utama bernama di antaranya Berbagi Listrik (Irwan et al., 2022). Yayasan ini telah mengimplementasikan program
Berbagi Listrik di 14 (empat
belas) titik lokasi di seluruh Indonesia.
Program Berbagi Listrik terbanyak
berada di wilayah NTT dengan
total 4 (empat) lokasi yang
terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur,
Belu dan Sikka (Indradewa & St, 2021). Berdasarkan pengalaman kegiatan tahun lalu di Kab
Sikka, terdapat beberapa lokasi yang membutuhkan program Berbagi Listrik diantaranya di
Kampung Lo�ang, Desa Kojagete yang merupakan daerah di pesisir pantai Pulau Besar.
Mitra telah berhasil melakukan eksekusi program Berbagi Listrik di Desa ini namun jumlah
yang sudah terkumpul belum dapat memenuhi
kebutuhan energi listrik untuk seluruh
rumah tangga yang berada di Kampung Lo�ang. Oleh karena itu, tujuan
yang lain dari kegiatan PkM ini adalah
mendukung program Berbagi
Listrik yang akan dilakukan
mitra melalui penerapan rekacipta di Kampung Lo�ang, Desa Kojagete,
Kabupaten Sikka, NTT. Dengan
penerapan rekacipta ini diharapkan dapat mendukung akses energi listrik
yang lebih bersih dan terjangkau bagi masyarakat Kampung Lo�ang sesuai dengan SDG No.7 yaitu clean and affordable energy.
Metode Penelitian
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
1. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi di Kampung
Lo�ang berdasarkan rekomendasikan dari mitra yang pada tahun 2020 lalu
menjalankan kegiatan Berbagi Listrik di Pulau Pangabatang, Kab. Sikka, NTT
bekerjasama dengan ZIS Indosat dengan membangun Balai Energi sebagai pusat
energi masyarakat. Kondisi Kampung Lo�ang di Pulau Besar memiliki kesamaan
dengan yang ada di Pulau Pangabatang sehingga menjadi daerah prioritas mitra
Yayasan dalam menjalankan program Berbagi Listrik.
Lokasi yang dipilih untuk
kegiatan PkM ini adalah Kampung Lo�ang, yang terletak di pesisir pantai Pulau
Besar, Desa Kojagete, NTT. Kampung ini dipilih karena merupakan daerah 3T yang
hingga saat ini belum mendapatkan akses listrik dari negara (Syafii,
2018). Penduduk di Kampung Lo�ang sebagian besar hidup di bawah garis
kemiskinan sehingga hanya segelintir orang saja diantara mereka yang mampu
membeli genset untuk memenuhi kebutuhan terhadap energi listrik (Perizade,
2011). Setiap hari sebagian besar warga menggunakan pelita sebagai
sumber penerangan seperti terlihat pada gambar 1.
Gambar 1
Aktivitas pengajian di Kampung Lo�ang pada malam hari
2. Survey Lapangan
Untuk kegiatan survey
lapangan, yang disebut juga sebagai tahapan awal adopsi teknologi, tim peneliti
melakukan analisis lapangan untuk menentukan titik lokasi yang paling feasible
untuk instalasi perangkat PLTS berbasis IoT. Selain itu, perlu dilakukan
pengukuran jarak rumah terjauh dari lokasi instalasi PLTS untuk menentukan
bentangan panjang kabel yang diperlukan untuk pendistribusian ke tiap rumah
seperti terlihat pada gambar 2. Pada survei awal ini dilakukan sosialisasi dan
penandatanganan komitmen warga untuk berkontribusi dalam pemeliharaan terhadap
perangkat yang akan dipasang.
Gambar 2
Kegiatan survei lapangan
3. Perakitan dan Uji coba
Produk teknologi yang diadopsi
pada kegiatan PkM ini yaitu sebuah sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) berbasis IoT. Panel surya pada umumnya terbuat dari bahan yang mampu
menyerap energi foton dari radiasi matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik.
Energi panas dari radiasi matahari juga ikut terserap sehingga menaikkan
temperatur sel-sel surya. Temperatur lingkungan sekitar panel surya juga
memiliki kontribusi dalam perubahan temperatur pada sel-sel surya. Akibat
kenaikan temperatur, maka daya listrik yang diproduksi oleh panel surya menjadi
berkurang (Khwee, 2013).
Berikut ini persamaan untuk
menganalisis dalam melakukan pengisian terhadap baterai: Pin = G x A (Suryawinata et al., 2017) dimana
Pin adalah daya input akibat radiasi matahari (Watt) , G adalah intensitas
radiasi matahari (Watt/m2), dan A adalah luas area permukaan photovoltaic
module (m2). Kemudian untuk mencari Daya Output digunakan persamaan sebagai
berikut: Pout = Vmax . Imax (Sinaga & Prabowo, 2018) dimana
Pmax adalah nilai daya output maksimum (Watt), Vmax adalah nilai tegangan pada
daya maksimum (Volt) , Imax adalah arus pada daya maksimum (A).
Lama Pengisian baterai/aki
adalah sebagai berikut: T_1=� C/1� (1+ η) (Khwee, 2013) dimana
T1 adalah waktu yang diinginkan, C adalah kapasitas, dan 𝜂 adalah nilai de-efesiensi. Sedangkan untuk rumus yang kita
gunakan untuk mengetahui tingkat efesiensi pada panel surya adalah sebagai
berikut : η=� P_max/(E_((x,y))� x A)��
x 100% (Kamil, 2016).
Sedangkan IoT menurut IEEE
((Institute of Electrical and Electronics Engineers) Internet of Things (IoT)
di definisikan sebagai sebuah jaringan dengan masing-masing benda yang ternanam
dengan sensor yang terhubung kedalam jaringan internet (Setiadi & Muhaemin, 2018). Konsep
internet of things mencangkup 3 (tiga) elemen utama yaitu: benda fisik atau
nyata yang telah diintegrasikan pada modul sensor, koneksi internet, dan pusat
data pada server untuk menyimpan data ataupun informasi dari aplikasi.
Penggunaan benda yang terkoneksi ke internet akan menghimpun data yang kemudian
terkumpul menjadi �big data� untuk kemudian diolah, dianalisa baik oleh
instansi pemerintah, perusahaan terkait, dan instansi lain kemudian di
manfaatkan bagi kepentingan masing-masing (Setiadi & Muhaemin, 2018).
Secara umum, desain sistem
PLTS berbasis IoT yang dikembangkan dalam kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar
3. Produk ini terdiri dari beberapa komponen yaitu panel surya dengan kapasitas
270-watt peak sebanyak 32 unit, solar monitoring system berbasis IoT, Baterai
VRLA 100A 12v senbanyak 24 unit, inverter surya DC-AC untuk penggunaan
peralatan yang menggunakan listrik AC, dan Router. Sistem operasi PLTS berbasis
IoT ini akan diinstal pada laptop/ pc operator untuk dapat dikontrol secara
remote (Noviyanto,
2018).
Gambar 3
�Desain Sistem PLTS Berbasis IoT
Sumber: https://rumahsolarraina.com/jasa-pelayanan/pembangkit-listrik-tenaga-surya-off-grid/
4. Implementasi
Setelah seluruh perangkat PLTS
berbasis IoT tiba di lokasi, tim peneliti, mahasiswa, dan mitra bersama-sama
melakukan kegiatan implementasi, yaitu dengan instalasi dari sistem PLTS ini
berikut dengan instalasi sistem kelistrikkan ke rumah-rumah penduduk dan
fasilitas umum. Kegiatan PkM ini merancang dan mengimplementasikan suatu sistem
PLTS yang berfungsi sebagai pengatur intensitas cahaya lampu yang digunakan
pada rumah-rumah sebagai beban, dengan daya listrik yang bersumber dari panel
surya.� Sistem ini dilengkapi dengan
suatu program IoT yang digunakan untuk memonitoring arus dan tegangan yang
mengalir pada sistem, melalui komputer atau smartphone berbasis Internet of
Things sehingga alat dapat disesuaikan oleh pengguna melalui jarak jauh.
Komponen utama yang digunakan pada perancangan ini adalah panel surya untuk
menopang daya yang akan dialirkan ke beban, yang dilengkapi dengan baterai
sebagai tempat penyimpanan daya yang berasal dari panel surya.
Hasil dan Pembahasan
����������� Data-data awal didapatkan dari kegiatan survey, yang di antaranya adalah Panjang bentangan kabel yang dibutuhkan pada instalasi kelistrikkan ke rumah-rumah warga dan fasilitas umum, tahap selanjutnya adalah proses perakitan bersama sistem PLTS berbasis IoT. Dalam tahap perakitan ini, selain menghasilkan suatu sistem PLTS berbasis IoT yang efisien, kegiatan ini bertujuan juga sebagai proses pembelajaran kepada mahasiswa yang terlibat pada PkM ini dalam hal proses merangkai perangkat keras maupun lunak pada sistem PLTS. Selama proses perakitan, terjadi proses transfer pengetahuan kepada mitra kerjasama dan juga kepada mahasiswa terkait cara kerja sistem PLTS berbasis IoT yang akan diadopsi.
����������� Setelah selesai proses perakitan, sistem PLTS berbasis IoT dikirim ke lokasi kegiatan yaitu di Kampung Lo�ang, NTT. Selama proses pengiriman berlangsung, mitra berkoordinasi dengan penanggungjawab di lokasi kegiatan untuk menyiapkan Balai Energi yang digunakan untuk penyimpanan perangkat sistem PLTS seperti baterai, inverter, dan perangkat monitoring. Selain untuk penyimpanan perangkat sistem PLTS, Balai Energi juga akan digunakan sebagai tempat pelatihan dan pemberdayaan masyarakat Kampung Lo�ang.
����������� Setelah seluruh perangkat PLTS berbasis IoT tiba di lokasi, tim peneliti, mahasiswa, dan mitra bersama-sama melakukan kegiatan implementasi, yaitu dengan instalasi dari sistem PLTS ini. Proses instalasi ini berlangsung selama 1 minggu mulai dari pemasangan hingga pengetesan perangkat. Selama proses instalasi, diberikan pelatihan kepada warga setempat terkait dengan cara kerja dan juga pemeliharaan perangkat PLTS berbasis IoT. Dalam kegiatan ini, mahasiswa dijadikan sebagi fasilitator pelatihan, untuk membantu warga yang mengikuti pelatihan memahami apa yang disampaikan. Sementara itu, mitra melakukan kegiatan pemberdayaan tentang pemanfaatan energi listrik untuk kegiatan ekonomi. Dalam kegiatan ini pula, mitra dibentuk kelompok usaha sebagai pengelola Balai Energi dan menyediakan modal usaha untuk keberlangsungan kelompok usaha tersebut.
Rangkaian adopsi teknologi ditutup dengan proses monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pengecekan kondisi perangkat di lokasi dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan. Dalam kegiatan ini, juga dievaluasi perkembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh kelompok usaha yang terbentuk. Perangkat sistem PLTS berbasis IoT diberikan kepada kelompok usaha agar dikelola secara optimal untuk kemaslahatan sebesar-besarnya bagi warga Kampung Lo�ang, Desa Kojagete, NTT.
Dari hasil penerapan sistem PLTS dengan kontrol berbasis IoT ini, penduduk desa sangat mengapresiasi kegiatan pemasangan sistem ini karena dengan kegiatan tersebut penduduk dapat menikmati khususnya sistem penerangan yang selama ini mereka harapkan walau dengan kapasitas yang masih terbatas. Disamping itu kegiatan ini adalah wujud dari pencapaian beberapa indikator utama (IKU) perguruan tinggi yang dicanangkan pemerintah, diantaranya adalah hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat, mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus, dan dosen berkegiatan di luar kampus.
Kesimpulan
Dari proses kegiatan pengabdian masyarakat, yaitu masyarakat kampung Lo�Ang, Desa Kojagete Kabupaten Sikka, �Nusa Tenggara Timur, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa masalah prioritas yang mampu diselesaikan adalah bidang energi yaitu pengadaan pembangkit listrik. Metode pelaksanaan pengabdian meliputi penentuan lokasi, survey lapangan, perakitan dan uji coba, implementasi serta monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini berhasil membangun suatu sistem pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 8500 watt-peak yang penggunaannya dapat dimonitor dan dikontrol melalui perangkat berbasis IoT baik melalui komputer ataupun smart phone. Sistem pembangkit listrik ini dimanfaat untuk mengalirkan listrik ke 48 rumah penduduk, yang masing-masing mendapatkan sebesar 200 watt, dan tiga buah fasilitas umum yang terdiri dari masjid, sekolah dasar, dan posyandu. Kendala yang dihadapi tim peneliti adalah masih minimnya sinyal komunikasi pada daerah tersebut yang dapat menghambat proses monitoring dan kontrol dari sistem.
BIBLIOGRAFI
Aditya, M. I. S., Chumaidiyah, E.,
& Suryana, N. (2020). Analisis Pemilihan Alternatif Investasi Perangkat Cdc
Di Pt. Infrastruktur Telekomunikasi Indonesia Di Daerah Yang Tidak Teraliri
Listrik. Eproceedings Of Engineering, 7(2).
Anwar, M. (2022). Green Economy Sebagai
Strategi Dalam Menangani Masalah Ekonomi Dan Multilateral. Jurnal Pajak Dan
Keuangan Negara (Pkn), 4(1s), 343�356.
Caraka, R. E. (2016). Simulasi Kalkulator
Energi Baru Terbarukan (Ebt) Guna Memenuhi Ketahanan Energi Di Indonesia. Statistika,
16(2), 77�88. Https://Doi.Org/10.29313/Jstat.V16i2.1956
Ghaniyyu, F. F., & Husnita, N. (2021).
Upaya Pengendalian Perubahan Iklim Melalui Pembatasan Kendaraan Berbahan Bakar
Minyak Di Indonesia Berdasarkan Paris Agreement. Morality: Jurnal Ilmu Hukum,
7(1), 110�129.
Indradewa, I. D., & St, D. A. (2021). Etnoagronomi
Indonesia. Penerbit Andi.
Irwan, M., Rosdiana, R., & Nainggolan,
E. (2022). Kapita Selekta Pendidikan Masyarakat. Bayfa Cendekia
Indonesia.
Kamil, M. (2016). Pengaruh Temperatur
Baterai Pada Solar Charger Controller (Scc) Pada Plts. Menara Ilmu, 10(73).
Https://Doi.Org/10.33559/Mi.V10i73.54
Khwee, K. H. (2013). Pengaruh Temperatur
Terhadap Kapasitas Daya Panel Surya (Studi Kasus: Pontianak). Jurnal Elkha,
5(2).
Noviyanto, A. (2018). Perancangan Sistem
Monitoring Prototipe Pembangkit Hibrid Plts Dengan Pltb Berbasis Internet Of
Things (Iot). Jurnal Online Mahasiswa (Jom) Bidang Teknik Elektro, 1(1).
Nurlaili, N. (2021). Prosedur
Inventarisasi Aset Dan Survei Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (Tnp2k) Pada Masyarakat Bengkalis.
Perizade, B. (2011). Tim Kajian
Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dalam Meningkatkan Kesejahteraan.
Sakti, P. T. W. S. (2021). Evaluasi
Strategi Komunikasi Kementerian Desa-Pdtt Dalam Membangun Awareness Program
Inovasi Desa Tahun 2018-2019 (Studi Kasus Di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
Prasetyo Edho Wibowo. Jurnal Visi Komunikasi/Volume, 20(02),
187�196.
Setiadi, D., & Muhaemin, M. N. A.
(2018). Penerapan Internet Of Things (Iot) Pada Sistem Monitoring Irigasi
(Smart Irigasi). Infotronik: Jurnal Teknologi Informasi Dan Elektronika,
3(2), 95�102. Https://Doi.Org/10.32897/Infotronik.2018.3.2.108
Sinaga, W. D., & Prabowo, Y. (2018).
Monitoring Tegangan Dan Arus Yang Dihasilkan Oleh Sel Surya Berbasis Web Secara
Online. Skanika, 1(3), 1273�1277.
Suryawinata, H., Purwanti, D., &
Sunardiyo, S. (2017). Sistem Monitoring Pada Panel Surya Menggunakan Data
Logger Berbasis Atmega 328 Dan Real Time Clock Ds1307. Jurnal Teknik Elektro,
9(1), 30�36. Https://Doi.Org/10.15294/Jte.V9i1.10709
Syafii, A. (2018). Perluasan Dan Pemerataan
Akses Kependidikan Daerah 3t (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Dirasat:
Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam, 4(2), 153�171.
������
Copyright holder: Imam Hidayat, Akhmad Wahyu Dani, Irvan Hermala, Harisuddin (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |