Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 5, Mei 2023
KEMISKINAN DAN KESEHATAN
PEREMPUAN
Yulinda, Ace
Suryadi, Sardin, Joni R Pramudia, Epti Yorita
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected],
Abstrak
Faktor kunci dalam
memerangi kemiskinan, indeks pembangunan manusia (IPM) mengukur seberapa jauh masyarakat
telah berkembang dalam hal meningkatkan
standar hidup masyarakat. Modal dasar bagi suatu negara untuk keluar dari
kemiskinan adalah pertumbuhan penduduknya dalam segala hal:
intelektual, fisik, dan emosional. Sebagai keprihatinan dunia, kemiskinan secara ekstrim dinyatakan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan, dan menjadi fokus upaya pembangunan
di setiap negara. Objek penelitian ini adalah peluang pendidikan bagi perempuan di masyarakat
Sukamulya. Perempuan dari Sukamulya yang pernah bekerja sebagai TKI untuk orang
Arab atau di usaha keruuk aci atau sebagai kader Posyandu menjadi fokus
penelitian ini. Reduksi Data adalah langkah
pertama dalam proses analisis data, dan ini melibatkan pemilihan, fokus pada
pengurangan, abstraksi, dan transformasi data mentah atau data mentah yang
berasal dari catatan tertulis di lapangan. Kemiskinan telah memberikan dampak komplek
terhadap kehidupan masyarakat baik laki laki maupun perempuan. Baik di
perkotaan maupun perdesaan di Indonesia dengan berbagai penyebabnya. Intervensi
mengatasi kemiskinan membutuhakn upaya dan jangka waktu yang tidak singkat
melalui pendidikan dapat dimulai dengan pendidikan anak sejak usia dini, dan
berkelanjutan, melalui pendidikan inklusif dan kesetaraan gender, dalam
pendidikan non formal berbasis sumber daya di masyraakat partnership goverment dan privat sector. Double Burden pada perempuan harus menjadi fokus pembangunan
mengingat tugas perempuan dalam keluarga dan mayarakat berdampak bagi
pembangunan generasi bangsa.
Kata Kunci : Kemiskinan, Kesehatan,
Perempuan.
Abstract
A key factor in fighting
poverty, the human development index (HDI) measures how far society has
progressed in terms of improving people's living standards. The basic capital
for a country to get out of poverty is the growth of its population in all respects:
intellectual, physical, and emotional. As a worldwide concern, extreme poverty
is expressed in the sustainable development goals, and is the focus of
development efforts in every country. The object of this research is
educational opportunities for women in Sukamulya
society. Women from Sukamulya who have worked as
migrant workers for Arabs or in the aci cracker
business or as Posyandu cadres were the focus of this
study. Data Reduction is the first step in the data analysis process, and it
involves selecting, focusing on subtraction, abstraction, and transformation of
raw data or raw data derived from written records in the field. Poverty has had
a complex impact on the lives of both men and women. Both in urban and rural
areas in Indonesia with various causes. Interventions to overcome poverty
require efforts and a short period of time through education can begin with
early childhood education, and continue, through inclusive education and gender
equality, in resource-based non-formal education in government partnerships and
private sector communities. Double Burden on women must be the focus of
development considering the duties of women in the family and society have an
impact on the development of the nation's generation.
Keywords: Poverty, Health, Women.
Pendahuluan
Faktor kunci dalam
memerangi kemiskinan, indeks pembangunan manusia (IPM) mengukur seberapa jauh masyarakat
telah berkembang dalam hal meningkatkan
standar hidup masyarakat. Modal dasar bagi suatu negara untuk keluar dari
kemiskinan adalah pertumbuhan penduduknya dalam segala hal:
intelektual, fisik, dan emosional. Sebagai keprihatinan dunia, kemiskinan secara ekstrim dinyatakan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan, dan menjadi fokus upaya pembangunan
di setiap negara. Penghapusan
kemiskinan dan kelaparan di
seluruh dunia pada tahun
2015 adalah tujuan utama dari program tersebut, sebagaimana digariskan oleh SDGs. Meskipun merupakan inisiatif dunia, kompleksitas upaya pengentasan kemiskinan diakui secara luas (Arifin,
2019)
Jomtien pada tahun
1990 pertama kali mengadopsi
deklarasi EFA. Inisiatif dan tindakan berkelanjutan
diperlukan untuk mengatasi masalah buta huruf orang dewasa, terutama di kalangan perempuan yang rentan. Tampaknya ada pemahaman yang buruk dan sedikit apresiasi terhadap masalah buta huruf
perempuan dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat, kesehatan dan kemajuan sosial. Kebijakan yang dirancang khusus untuk perempuan
umumnya lemah atau hampir tidak
ada di sebagian besar negara, kekurangan sumber daya dan pelaksanaannya yang buruk. �Studi ini berharap dapat
berkontribusi pada wacana berkelanjutan tentang literasi dan pemberdayaan perempuan (Wirz & Donde, 2020)
Pendidikan yang menyambut semua
orang dan peka terhadap kebutuhan gender yang berbeda menjadi prioritas, sebagaimana
digariskan dalam Deklarasi Bangkok tentang Kualitas dan Kesetaraan dalam
Pendidikan 2021. Fakta bahwa perempuan telah ditolak kesempatan pendidikan yang
setara dengan laki-laki mengilhami proklamasi ini. Lebih dari separuh penduduk
dunia yang buta huruf, atau 860 juta orang, adalah perempuan, menurut
perkiraan. Dari sekitar 104 juta anak yang tidak memiliki akses pendidikan, 56%
adalah anak perempuan. Angka partisipasi sekolah dasar di atas 97% untuk
laki-laki dan perempuan (Maria,
2014)
Kultur budaya yang dianut
masyarakat untuk menikah usia muda bagi perempuan masih dipegang kuat, ada
anggapan setinggi tgingginya perempuan menempuh pendidikan tetap harus mengurus
rumah tangga. Kondisi ini memperngaruhin terhadap ketidaksetaraan gender dalam
pendidikan. Masyarakat paternalistik masih berpandangan bahwa perempuan bukanlah
prioritas dalam pendidikan, dan ada stereotip bahwa siswa perempuan tidak cocok
untuk sekolah kejuruan teknologi. Selain itu, wanita lebih cocok untuk
mengambil beberapa jurusan lunak seperti ilmu sosial dan sastra di perguruan
tinggi, sedangkan pria lebih cocok untuk mengambil jurusan teknik. Fatimah (Maria,
2014)
Menurut statistik yang dikumpulkan oleh inisiatif pemerintah untuk meringankan beban mereka yang menerima kesejahteraan, sekitar 65% dari 1647 Kepala Keluarga (KK) tersebut memang menerima beberapa bentuk kesejahteraan. Menurut statistik, total ada 310 KK yang menerima bantuan dari PKH, 460 dari BPNT, 68 dari BST Kemensos, 145 dari BLT Desa, 114 dari Banprof, dan 154 dari Bankab. Data jumlah penduduk desa Sukamulya tahun 2017 sekitar 50% lebih tinggi dari jumlah penduduk sebenarnya yaitu 1647 KK. (2019) https://www.metromedianews.co/65-persen-kepala-keluarga-di-desa-sukamulya-dapat-bansos/
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukamulya, Kecamatan Sukaluyu kabupaten Cianjur. Lokasi ini terindikasi memiliki jumlah penduduk
sebanyak 11.509 jjiwa dan 3201 Kepala Keluarga, yang terdiri dari laki laki
5623 jiwa dan perempuan
5886 jiwa. �
Gambar 1
Jenis
Pekerjaan Sebesar 65% Penduduk Tidak Bekerja
Tingkat pendidikan yang dicapai sebesar 62 persen adalah Sekolah dasar, sebagian bear 28% berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga. Desa sukamulya terindikasi memiliki remaja yang menikah dalam usia remaja,
hal ini disebabkan
karena ekonomi keluarga yang tidak memiliki kesanggupan untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke tingkat yang lebih tiggi. Beberapa
orang percaya bahwa perempuan tidak perlu repot-repot kuliah karena mereka hanya
akan tinggal di rumah dan mengurus suami dan anak-anak mereka, jadi itu
hanya menambah tekanan untuk menikah
sesegera mungkin.
Kondisi perempuan di desa sukamulya dapat dikatakan memprihantikan, mengingat sebagian besar perempuan tinggal di rumah untuk merawat
anak-anak mereka dan bergantung pada suami mereka untuk dukungan
keuangan. Disadari oleh
para perempuan dimana lapangan kerja sangat terbatas, maka untuk memenuhi kebutuhannya sebagian dari mereka memilih menjadi tenaga kerja wanita keluar negeri dengan pendidikan
Sekolah dasar, beberapa bekerja di Pabrik tekstik di sekitar desa sukamulya namun tidak menerima
tenaga kerja dengan pendidikan SD. Terdapat Peternakan Ayam dapat
menerima pegawai dengan pendidikan SD itupun� dengan pemantauan kinerja/kemampuannya dalam bekerja.
Alasan menikah muda
bagi perempuan didesa sukamulya adalah salah satunya alssan ekonomi, dengan harapan dengan anak perempuan
menikah muda maka beban keluarga
menjadi berkurang karena anak permeuan
akan diberi nafkah oleh suaminya, selian nilai budaya
yang diyakini masyarakat bahwa perempuan tidak perlu sekolah
tinggikarena akan mengurus rumah tangaa, suaminya dan anak daak di rumah.
Beberapa perempuan di desa sukamulya ada yang memilih menjadi kader atau pengurus PKK karena mendapat honor apabila ada kegiatan,
namun karena kegiatan terbatas akhirnya memilih menjadi pegawai pabrik yang lebih menjamin gaj bulanan. Sejak PNPM tidak ada
sejak 2019 kegiatan di desa menjadi berkurang.
Program PNPM telah berhasil membuat koperasi simpan pinjam untuk ibu
ibu di desa sukamulya, dimana modal usaha digunakan untuk membuat usaha
kerupuk aci, ada juga mendapat barang barang untuk
usaha seperti katel, kompor yang hasil usahanya di UMKM, seperti membuat kripik paru, kerupuk aci, sambel
bu tatang. Namun usaha kerupuk
aci, goreng paru ini berlangsung pada saat PNPM masih diberikan. Namun sungguh disayangkan usaha ini tidak
bertahan lama, terhenti karena anggota merasa sulit untuk
menyalurkan hasil produksinya.
�
Metode Penelitian
Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peluang
pendidikan bagi perempuan di masyarakat Sukamulya. Perempuan dari Sukamulya
yang pernah bekerja sebagai TKI untuk orang Arab atau di usaha keruuk aci atau
sebagai kader Posyandu menjadi fokus penelitian ini. Purposive sampling digunakan untuk mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan dari informan. Kriteria untuk memilih sumber informasi harus berdsasarkan dari tujuan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Berikut adalah strategi pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini:
a.Observasi
Adalah suatu cara pengumpulan
informasi dengan cara mengamati sesuatu secara langsung, dengan memanfaatkan
salah satu atau seluruh panca indera seseorang. Istilah "observasi" mengacu pada praktik meneliti pola perilaku subjek (orang)
atau peristiwa sistematis tanpa melibatkan mereka dalam percakapan atau
mengajukan pertanyaan kepada mereka. Ruang (lokasi), orang, benda (barang),
tindakan (apa yang dilakukan orang), peristiwa (apa yang terjadi), waktu, dan emosi
adalah semua bagian data yang dapat dikumpulkan melalui pengamatan. Secara
alami, peneliti memulai di daerah desa Sukamulya, di mana dia melakukan
pengamatan awal dan menanyakan tentang fenomena yang menarik.
b. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, wawancara mendalam
melibatkan pewawancara mengajukan pertanyaan tentang subjek yang diteliti dan
mendengarkan tanggapan mereka untuk menarik kesimpulan tentang subjek tersebut.
Ini tidak dilakukan dengan cara yang teratur melainkan dalam suasana yang
santai dan pribadi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan
konstruksi kontemporer dalam konteks individu, peristiwa, kegiatan sehari-hari,
organisasi di Desa Sukamulya, serta sentimen, motivasi, jawaban atau persepsi,
serta tingkat dan jenis keterlibatan keluarga yang diwawancarai.
c. Dokumentasi
Adalah metode pengumpulan
informasi yang melibatkan pencarian sumber yang relevan seperti perpustakaan
dan arsip sejarah untuk catatan tertulis yang dapat digunakan dalam studi.
Teknik Sampling
Purposive sampling digunakan dalam penelitian ini.
Metode ini dikembangkan atas dasar sejumlah faktor yang diperhitungkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selama hal tersebut tidak mengganggu
tujuan penelitian, peneliti disini tidak akan mengungkapkan identitas informan.
Teknik Analisa Data
Reduksi Data adalah langkah pertama dalam proses analisis data, dan ini
melibatkan pemilihan, fokus pada pengurangan, abstraksi, dan transformasi data
mentah atau data mentah yang berasal dari catatan tertulis di lapangan. Dengan
kata lain, peneliti selalu melakukan proses reduksi data ini saat melakukan
penelitian untuk menghasilkan data sebanyak-banyaknya; yang kedua adalah
penyajian data, atau penyusunan informasi yang kompleks ke dalam bentuk yang
sistematis, membuatnya lebih selektif dan sederhana serta memungkinkan adanya
kemungkinan penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Langkah ketiga
dan terakhir dalam analisis data adalah penyajian temuan, setelah itu peneliti
akan menyederhanakan data dan akan menghasilkan informasi yang sistematis. Peneliti
merangkum temuan dari wawancara, survei, dan sumber data lainnya di bagian ini.
Ketika semua dikatakan valid, peneliti akan benar-benar puas
dengan hasilnya karena merupakan data terbaik.
Hasil dan Pembahasan
Kurangnya
uang, pendidikan, status sosial, pengaruh politik, perlindungan hukum, layanan
publik, sumber daya ekonomi, dan kesempatan kerja yang menjadi ciri masyarakat
miskin membuat penduduknya rentan terhadap efek negatif dari kemiskinan.
Kemiskinan, sebagaimana didefinisikan oleh studi ini, adalah kondisi di mana
individu atau komunitas kekurangan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan mereka
saat ini dan masa depan, tidak mampu merencanakan kemungkinan perubahan
kebutuhan tersebut, dan sangat rentan terhadap tekanan dan bahaya yang
ditimbulkan oleh faktor-faktor seperti penyakit dan lonjakan biaya kebutuhan
seperti makanan dan pendidikan.
Dalam Arifin
2019 terdapat tiga jenis kemiskinan, sebagaimana didefinisikan oleh
Sumodiningrat (1999): 1) Kemiskinan absolut (pendapatan di bawah garis
kemiskinan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok). Ada tiga jenis
kemiskinan: 2) Kemiskinan relatif, yang terjadi ketika orang atau kelompok
tidak mau meningkatkan kondisi hidupnya sampai bantuan tersedia untuk mendorong
mereka keluar dari kondisi ini, dan 3) Kemiskinan struktural, yang terjadi
ketika orang atau kelompok tidak mau memperbaiki kondisi kehidupan mereka
karena cara masyarakat dibentuk. Ikhsan (1999) mengkaji tentang penyebab
kemiskinan yang sering disebut sebagai faktor penentu kemiskinan. Modal
manusia, modal produktif fisik, status pekerjaan, dan karakteristik desa adalah
empat kategori di mana Ikhsan mengkategorikan faktor-faktor yang berkontribusi
atau mengentaskan kemiskinan (Arifin, 2019)
Dampak atau akibat dari kemiskinan, seperti tingginya
tingkat: 1. pengangguran; 2. kejahatan; 3. tidak tamat sekolah; 4. kesehatan. Karena
ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhan gizi dasarnya, masyarakat miskin
seringkali berjuang untuk menjaga kesehatannya. Belum lagi mahalnya biaya
perawatan di klinik dan rumah sakit swasta, yang seringkali tidak terjangkau
oleh masyarakat kurang mampu. Hal ini menyebabkan meluasnya penyakit dan
kelaparan, dan juga berdampak negatif pada generasi berikutnya. Dampak
kemiskinan pada generasi mendatang sangat berbahaya. Pada penelitian ini
sebagian besar keluarga pra sejahtera belum memperoleh pelayanan kesehatan
melalui BPJS atau melahirkan dengan out
of pocket. Kelarga pra sejaktera tidak mampu membayar kan iuran bulanan dan
menganggap terjadi kerugian jika tidak sakit. Kemiskinan dan kesehatan, jika
anak-anak terpaksa putus sekolah dan bekerja, dapat menimbulkan gangguan pada
proses mental, fisik, dan pemikiran anak itu sendiri. Anak-anak yang tidak
memiliki rumah dapat melakukan tindakan ekstrem seperti bernyanyi demi uang
untuk memberi makan diri mereka sendiri dan bertahan hidup. Anak-anak berhak
untuk bahagia, memperoleh pendidikan, mendapatkan makanan yang layak, dan
seterusnya, dan oleh karena itu ketika orang tua mereka tidak mampu melakukan
hal-hal tersebut, akan berdampak negatif dan langgeng pada generasi berikutnya.
Hal ini dapat membuat mereka terperosok dalam masalah sebagai orang dewasa dan
berdampak pada generasi mendatang.
Faktor Penyebab Kemiskinan (Itang,
2017b) Menurut Kuncoro, ada beberapa alasan utama mengapa orang itu miskin: 1.
Secara makro, kemiskinan muncul karena pola kepemilikan sumber daya yang tidak
merata, yang mengakibatkan distribusi pendapatan yang tidak merata; masyarakat
miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan berkualitas rendah.
2.
Perbedaan kualitas sumber daya manusia berkontribusi
terhadap kemiskinan karena pekerja dengan pendidikan dan pengalaman yang kurang
menghasilkan uang yang lebih sedikit. 3. Ketidaksetaraan dalam
akses dan kepemilikan modal berkontribusi terhadap kemiskinan. Akibatnya, orang
dibatasi dalam berbagai pilihan yang tersedia bagi mereka, yang membatasi
kemampuan mereka untuk berkembang sebagai individu. Jika sumber daya manusia
berkualitas rendah, tidak diragukan lagi akan berdampak langsung pada hal-hal
seperti pendapatan, yang berkontribusi pada kemiskinan.
Solusi agar perempuan dapat terbebas dari kemiskinan
Pemberdayaan perempuan dimulai sejak Perempuan masih dalam lingkungan
keluarga, sehingga membutuhkan waktu untuk mempersipakannya menjadi mandiri.
Hal ini diinisasiasi melalui pendidikan dan Pelajaran. Menurut laporan UNFPA
mengenai �Pendidikan anak
perempuan melaporkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anak
perempuan dalam mata pelajaran STEM termasuk norma sosial, budaya dan gender
adalah Remaja puteri dibesarkan dengan pandangan bahwa STEM adalah topik
'maskulin' dan bahwa kemampuan perempuan tidak sesuai karena perempuan di
bidang ini. Keyakinan ini merusak kepercayaan diri, minat, dan kemauan anak
perempuan untuk terlibat dalam mata pelajaran STEM. Pelajaran� (Wirz
& Donde, 2020)
Faktor
penghambat yang dihadapi anak perempuan ketika mengejar mata pelajaran STEM
adalah secara tradisional, mata pelajaran sains hanya dianggap berguna jika
menjadi dokter atau insinyur, masih ada anggapan masyarakat bahwa perempuan
akan menikah dan membesarkan keluarga, untuk melajutkan pendidikan akan
menghabiskan uang sehingga dianggap sebagai pemborosan. Upaya mendorong anak
perempuan untuk mempelajari STEM adalah melalui inovasi pembelajaran melalui keterampilan kolaborasi, berpikir
kritis, berjejaring, dan kreativitas. Fokus pada pembelajaran berdasarkan
pengalaman, dan menautkan setiap topik ke salah satu Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Pendekatan transformatif menggabungkan skenario kehidupan nyata
seperti mencuci pakaian, mencuci piring, dan membuat sabun. Ini adalah bentuk
dari �experencial learning sambil
menanamkan keterampilan STEM.
Pengaruh globalisasi
yang paling nyata terhadap ekonomi adalah meningkatnya kemiskinan. Menurut data global, perempuan
sangat rentan terhadap penindasan, diskriminasi, dan kekerasan akibat kemiskinan. Kekerasan terkait konflik, kasus yang melibatkan pekerja migran, perdagangan manusia, dan prostitusi. Meskipun mereka merupakan lebih dari separuh
populasi dunia, wanita hanya menguasai seperseribu dari kekayaannya dan mendapatkan sepuluh persen dari total pendapatannya. (Taufik, 2017)
Permasalahan di Sukamulya : Jumlah pencari kerja selalu bertambah,
sedangkan lowongan kerja sangat terbatas. 2. Pencari kerja/penganggur
pada umumnya; a. Berpendidikan
rendah b. Keterampilan rendah (profil desa sukamulya).
Pendidikan Non
formal menjadi Jalan Keluar dari kemiskinan
Konsep
belajar sepanjang hayat masih merupakan
satu kesatuan yang parsial dalam kebijakan
pendidikan Indonesia. Yang lain menggunakan
istilah yang lebih umum yang juga umum dalam pendidikan informal, sementara yang lain merujuk langsung pada pendidikan seumur hidup atau
program pembelajaran. (Hufad et al., 2010)
Pendidikan sepanjang
hayat yakni pendidikan yang dimulai sejak dini dan terus berlanjut di
mana pun pelajar berada atau berapa lama waktu telah berlalu atau apa bidang
minat khusus mereka. Konsep belajar sepanjang hayat dielu-elukan sebagai
inovasi besar di bidang pendidikan yang akan memecahkan kesulitan bangsa yang
kompleks di bidang ini. Pendidikan sepanjang hayat yang baik adalah
satu-satunya cara agar setiap orang menyadari hak dan kewajibannya sebagai
individu, kelompok, anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan; dengan
demikian, itu adalah tindakan yang diperlukan. Suatu program pendidikan yang
berlangsung seumur hidup seseorang, dari lahir sampai lanjut usia, dikatakan
seumur hidup. Pembelajaran berkelanjutan adalah sesuatu yang kebanyakan dari
kita terbiasa. Manusia selalu belajar dari dunia di sekitarnya, baik melalui
paparan informasi baru maupun refleksi atas pengalaman sebelumnya. Belajar
adalah sesuatu yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa
saja, maka konsep pendidikan sepanjang hayat tidak membeda-bedakan usia.
(Sunarti,
2013)
Pembelajaran sepanjang hayat didasarkan pada konsep
pedagogis berikut, sebagaimana dituangkan dalam teks UNESCO tentang lembaga
pendidikan (1979): a) Manusia akan terus belajar bahkan setelah mereka mati. b)
Anggota keluarga memiliki banyak dorongan untuk melakukan kegiatan belajar
secara terorganisir dan metodis karena pentingnya pendidikan sepanjang hayat.
c) Kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh, memutakhirkan, dan/atau
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kemampuan yang dimiliki saat ini dan yang
suka atau tidak suka harus dimiliki oleh anggota keluarga karena perubahan yang
berlangsung sepanjang hidup. d) Tujuan pendidikan bersifat berurutan, yang
pertama untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa dan yang kedua untuk mendorong
pertumbuhan kepuasan diri siswa saat mereka terlibat dalam kegiatan pendidikan.
Karena manusia terus-menerus terlibat dalam kegiatan belajar untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, jelas bahwa memperoleh pendidikan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Pendekatan yang disengaja, terencana, dan
metodis diadopsi selama proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Ketika setiap anggota masyarakat secara aktif mencari dan
membuat penemuan informasi baru dan relevan, dan bekerja untuk memajukan
keterampilan dan pertumbuhan pribadi mereka melalui berbagai bentuk
pembelajaran, kita memiliki apa yang dikenal sebagai learning society atau masyarakat yang suka belajar. Berpartisipasi dalam
kegiatan pendidikan sekarang tertanam dalam rutinitas sehari-hari masyarakat.
Kehidupan dan rutinitas keluarga sekarang membutuhkan kesempatan reguler untuk
pendidikan dan pertumbuhan. Pembelajaran yang terjadi dalam keluarga tidak terbatas
pada pemecahan masalah yang muncul atau perluasan basis pengetahuan seseorang (how
to learn). Mereka terlibat
dalam aktivitas yang membantu mereka belajar tentang diri mereka sendiri (how
to be), bagaimana mencapai tujuan
dalam hidup mereka (how to do), dan bagaimana bergaul dengan orang lain (how
to live).
(Saepudin,
2019)
Gagasan belajar sepanjang hayat mencakup keharusan agar
waktu luang digunakan secara produktif. Mempelajari cara memanfaatkan waktu
luang secara produktif adalah keterampilan yang akan berguna sepanjang hidup
seseorang. Hasbulloh juga membagi efek pembelajaran sepanjang hayat terhadap
tujuan akademik menjadi enam jenis yang berbeda (bagi mereka yang memilih untuk
melanjutkan pendidikan mereka di luar pengaturan sekolah tradisional): 1.
Petani dan pekerja kasar lainnya 2.
Siswa sekolah menengah yang tahun
akademiknya dipersingkat. 3. Profesional terlatih 4.
Pakar dan teknisi 5. Tokoh masyarakat 6.
Masyarakat dewasa atau manula
(Marfu�ah,
2022)
����������� Memberikan
penduduk Desa Sukmulya akses ke kesempatan belajar berkelanjutan adalah salah
satu cara untuk membantu mereka memaksimalkan investasi publik, swasta, dan
filantropi di komunitas mereka. Sumber daya datang dalam berbagai bentuk dan
ukuran, termasuk uang, alat, infrastruktur, bangunan, tanah, profesional,
sukarelawan, kelompok, ekosistem, lokasi, dan jaringan. Khusus untuk
mendapatkan akses dana bantuan sosial, penyelenggara dan penyelenggara harus
dapat melakukannya dengan cara yang etis, mengikuti prosedur yang benar, dan
mengikuti aturan (INFORMAL, 2014) seperti halnya di desa sukamulya berupa perkumpulan
Warga untuk mengembangkan produksi kerupuk aci dan pemasasannya secara
merketing online.
Strategi yang digunakan menggunakan kriteria seperti
locus (internal dan eksternal PKBM), fokus (berkaitan dengan proses pelayanan
program, peningkatan kapasitas, dan kesejahteraan masyarakat), objektif (efektifitas efisiensi pengelolaan program, penanganan
masalah sosial ekonomi masyarakat), dan metode implementasi (partisipasi
masyarakat atau pengelola program) untuk mengkategorikan inovasi program di
masyarakat. (Rizka,
A, M dan Tamba, 2015)
Dukungan Mental bagi Perempuan Miskin
Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar seseorang secara finansial membuat individu miskin
merasa tidak berdaya secara emosional. Orang miskin lebih cenderung pesimis
terhadap peluang mereka untuk berprestasi, menurut penelitian Parker dan
Kleiner (dalam Arbiyah, 2008). Pandangan hidup yang tidak menguntungkan
menunjukkan pesimisme. Tidak perlu ketidakberdayaan selalu menghasilkan
interpretasi negatif.
(Maryam & Indriani, 2016)
Ada
kesalahpahaman umum bahwa orang miskin hanya malas
dan boros (Taufik, 2017).
Realitas yang harus dihadapi perempuan memang tragis.
Perempuan diharapkan untuk berkontribusi dalam segala bidang, tetapi mereka
juga harus mengingat "kodrat" mereka sebagai perempuan, menurut
beberapa orang. Sebab, dalam masyarakat kita, perempuan dianggap tidak perlu
belajar atau bekerja. Harapan seperti itu memberikan beban yang tidak
semestinya (beban ganda) pada perempuan. Perempuan diajari sejak usia muda
bahwa mereka harus mencari nafkah dan menafkahi keluarganya. Mereka menjadi miskin
karena industrialisasi mengambil pekerjaan dari mereka dan menggantikan tenaga
manusia dengan mesin. Keberpihakan pemerintah terhadap perempuan dilembagakan
melalui inisiatif bantuan.
Lima peran utama perempuan (Tugas Panca Perempuan) adalah
sebagai berikut: (1) menjadi pendamping suami, (2) mengasuh anak, (3) mengurus
rumah tangga, (4) membantu ekonomi, dan (5) menjadi tokoh masyarakat. Selain
itu, sebagian besar perempuan masih memiliki keahlian yang tidak memadai.
Selanjutnya, nilai-nilai budaya membatasi jenis pekerjaan yang dapat dilakukan
untuk mereka.
Memajukan Kesetaraan Gender dan Keadilan Sosial Rahim
perempuan adalah sumber segala kehidupan. Penyebab utamanya antara lain masalah
struktural yang membuat sumber daya perempuan tidak bisa mengimbangi laki-laki,
dan orientasi nilai sosial budaya yang tidak kondusif bagi pertumbuhan sumber
daya perempuan. Norma-norma masyarakat dan budaya membentuk ekspektasi yang
ditempatkan pada perempuan dan cara perempuan diperlakukan, seringkali
menurunkan mereka ke status objek atau warga negara kelas dua. 8 Pandangan
dunia patriarki ini berkontribusi pada kurangnya representasi, diskriminasi,
dan beban perempuan yang tidak proporsional dalam masyarakat.
Perempuan memainkan
peran penting dalam membentuk kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat. Di seluruh masyarakat, wanita memainkan peran penting. Namun, karena kemiskinan,
fungsi ini masih menjadi tantangan
untuk dipenuhi. Dalam hal dampak
kemiskinan, perempuan terkena dampak secara tidak proporsional,
terutama pada saat kelangkaan pangan. Jika seorang wanita hamil kekurangan gizi, dia mungkin
melahirkan bayi atau balita dengan
keterlambatan perkembangan atau gangguan mental. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulia, Schmidt,
Bond, Jacobs, dan Korcha (2008), wanita
yang miskin lebih cenderung
mengalami stres. Wanita dalam situasi berpenghasilan
rendah lebih cenderung mengalami depresi, gejala skizofrenia, dan masalah kepribadian sebagai akibat dari tekanan
yang mereka hadapi setiap hari.
Seorang perempuan
yang membunuh anaknya sendiri hanyalah satu dari banyak
contoh kesulitan yang dihadapi perempuan berpenghasilan rendah akibat situasi ekonomi mereka (Maryam &
Indriani, 2016), perempuan
dan anak-anak di negara-negara berkembang
terkena dampak malnutrisi secara tidak proporsional, meskipun memiliki akses ke fasilitas
sosial yang lebih sedikit seperti perawatan kesehatan, air bersih, dan sanitasi.
Todaro (dalam
Kumurur, 2009) menyatakan bahwa banyak perempuan
yang menjadi pencari nafkah meskipun potensi penghasilannya buruk dan tidak memiliki pengaruh terhadap penghasilan suaminya. Sementara itu, Todaro menegaskan (dalam Kumurur, 2009) bahwa perempuan menghadapi hambatan yang signifikan untuk memperoleh pendidikan tinggi, mengamankan pekerjaan bergaji tinggi di ekonomi formal, dan mendapatkan manfaat dari inisiatif yang dijalankan pemerintah untuk meningkatkan lapangan kerja dan jaminan sosial. Ortigas (dalam Markum, 2009) berpendapat bahwa salah satu cara yang paling efektif untuk memerangi
kemiskinan adalah melalui penerapan inisiatif yang dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan agensi masyarakat. Melalui pemberdayaan, dilakukan upaya untuk memastikan bahwa perempuan berpenghasilan rendah terintegrasi penuh ke dalam inisiatif
yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan.(Maryam & Indriani, 2016)
Pemberdayaan masyarakat,
dan terutama pemberdayaan perempuan, telah ditemukan sebagai kunci keberhasilan prakarsa perubahan sosial yang meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat melalui sejumlah model pengembangan masyarakat yang mutakhir dan sangat diakui. Bahwa perempuan dan ibu (perempuan dan ibu/WAM) dalam situasi paling terpinggirkan (kehilangan haknya) dan tertindas masih dapat mengambil tindakan yang berhasil memimpin gerakan sosial pemberdayaan diri dan secara signifikan meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakatnya adalah sebuah klaim
yang dibuat oleh Kar, dkk
(1999 dalam Orford, 2008). Melalui pemberdayaan, diupayakan agar perempuan berpenghasilan rendah dapat berperan secara penuh di semua lapisan masyarakat.
Berbagai kelompok
masyarakat Indonesia, termasuk
pemerintah, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan partai politik, telah bekerja selama
bertahun-tahun untuk mengakhiri masalah kemiskinan negara. Perjuangan melawan kemiskinan dapat difokuskan pada tiga bidang (Markum,
2009): (a) Intervensi individu
adalah intervensi di mana
orang miskin diyakinkan bahwa
mereka memiliki kemampuan atau keterampilan khusus
(self-efficacy), yang pada gilirannya meningkatkan kemandirian mereka. (b). Karena model penyaluran
Bantuan Langsung Tunai (BLT) justru akan memperkuat budaya kemiskinan jika dijadikan program jangka panjang, intervensi budaya dilakukan pada level ini untuk merubah budaya
kemiskinan (seperti minimnya perencanaan hidup dan ketidakmampuan untuk menunda kepuasan).
Jadi, sangat penting bahwa intervensi kemiskinan memprioritaskan membuat orang merasa lebih mampu,
dan mandiri. (c). Intervensi
dalam struktur masyarakat sehingga kaum miskin dapat memperoleh akses ke sumber daya
seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, uang, dan pekerjaan adalah salah satu strategi tersebut.
Mengutip apa yang
telah dikatakan tentang pemberdayaan ekonomi perempuan pada prinsipnya (Sukesi, 2002): a) Peningkatan kapasitas adalah inisiatif untuk meningkatkan potensi perempuan. (b). Pergeseran budaya adalah pergeseran masyarakat yang meningkatkan
status perempuan dalam masyarakat. (c). Penyesuaian struktural adalah bentuk penyesuaian yang juga menguntungkan perempuan. (Maryam &
Indriani, 2016)
Peltihan kewirausahaan perempuan bagi peningkatan standar hidup dan
kualitas hidup melalui kredit mikro memungkinkan peminjam untuk mengelola dan
meningkatkan kegiatan yang menghasilkan pendapatan adalah salah satu upaya meningkatkan
taraf hidup dan kualitas hidup. Hal ini juga dikemukakan oleh Nawaz (2010, p.
670) saat dia menulis, �Kredit mikro adalah metode untuk menyediakan modal
dalam jumlah kecil masyarakat miskin sehingga mereka dapat mengelola kegiatan
yang menghasilkan pendapatan, atau mengembangkan satu, dan banyak digunakan di
negara-negara berkembang.
Suryadi, A dalam penelitiannya
tahun 2020 melaporkan bahwa indikator adult learner berpengaruh paling
kuat terhadap jumlah pekerja yang disewa; pengalaman bisnis, kehadiran
pelatihan, dan frekuensi pertemuan kelompok. Menurut Feigenberg et al. (2010),
tidak masalah apa bentuk pembelajaran seumur hidup itu, menciptakan tempat
untuk interaksi yang berkelanjutan antara peminjam, dengan demikian memperkuat
jaringan sosial, akan menawarkan dorongan penting untuk kemajuan ekonomi
masyarakat miskin termiskin di pedesaan (Suryadi et al., 2020).
Sisi positif dari lahirnya konsep-konsep
yang melandasi pendidikan
nonformal antara lain terbukanya
kesempatan belajar pada semua lapisan masyarakat,
termasuk di dalam organisasi dan lembaga sosial, dunia usaha, dan industri; tumbuhnya semangat dan motivasi belajar mandiri (independent
learning) untuk memenuhi kebutuhan sepanjang hayat; dan penguatan keterdidkan masyarakat, agar selalu mencerdaskan diri sendiri dan masyarakat di lingkungannya (Kamil, 2006)
.
Program Pengentasan Kemiskinan
Pemerintah Indonesia berkomitmen
untuk mengakhiri kemiskinan dan terus meluncurkan inisiatif untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut ini adalah
beberapa inisiatif menanggulangi kemiskinan resmi Indonesia, yaitu 1. Kegiatan padat karya. 2. BOS (Bantuan Operasional Sekolah) b) RASKIN (Beras Miskin) c) BLT (Bantuan Langsung Tunai) d) Asuransi Miskin. 3. Jaring Pengaman Sosial dalam kesehatan,
BPJS dengan beberapa tingkatan. 4. Program Keluarga Harapan (PKH), dalam bentuk subsidi
kesehatan dan sekolah. Kredit mikro, elektrifikasi
pedesaan, sertifikasi tanah, dan program pemerintah lainnya yang membantu orang
miskin mendapatkan akses ke modal juga sangat membantu. 5.
Program Pengembangan Bahan
Bakar Nabati (EBN). 6. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM-Mandiri) (Ferezagia, 2018)
Kesimpulan
Kemiskinan
telah memberikan dampak komplek terhadap kehidupan masyarakat baik laki laki
maupun perempuan. Baik di perkotaan maupun perdesaan di Indonesia dengan
berbagai penyebabnya. Intervensi mengatasi kemiskinan membutuhakn upaya dan
jangka waktu yang tidak singkat melalui pendidikan dapat dimulai dengan
pendidikan anak sejak usia dini, dan berkelanjutan, melalui pendidikan inklusif
dan kesetaraan gender, dalam pendidikan non formal berbasis sumber daya di
masyraakat partnership goverment dan
privat sector. Double Burden pada
perempuan harus menjadi fokus pembangunan mengingat tugas perempuan dalam
keluarga dan mayarakat berdampak bagi pembangunan generasi bangsa.
BLIBLIOGRAFI
Arifin,
A. (2019). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinandi Indonesia. Jurnal
Administrasi Publik Dan Bisnis, 1(2), 1�15.
https://doi.org/10.36917/japabis.v1i2.18
Djamaluddin, S. (2017). How to Lower the
Poverty?: Population Control and Increase of Asset Ownership. Signifikan:
Jurnal Ilmu Ekonomi, 6(2), 267�288.
https://doi.org/10.15408/sjie.v6i2.5096
Ferezagia, D. V. (2018). Analisis Tingkat
Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(1),
1�6. https://doi.org/10.7454/jsht.v1i1.6
Hufad, A., Pramudia, J. R., &
Supariatna, S. (2010). Studi tentang Implementasi Program Belajar Sepanjang
Hayat di Indonesia. 4�10. http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/Seminar_Internas.NFE/STUDI_TENTANG_IMPLEMENTASI_PROGRAM_BELAJAR_SEPANJANG_HAYAT_DI_INDONESIA.pdf.
INFORMAL, D. P. P. M. D. J. P. A. U. D. N.
D. (2014). Standar Pusat Kegiaatn Belajar Masyarakat (PKBM). KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.
Itang. (2017a). Faktor Faktor Penyebab
Kemiskinan. Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan Dan Kebudayaan, 16(1),
1�30.
Itang. (2017b). Faktor Faktor Penyebab
Kemiskinan. In Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan (Vol. 1,
Issue 1, pp. 1�30). Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan.
Kamil, M. (2006). ( LEARNING SOCIETY )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BANDUNG 2006.
September.
Marfu�ah, H. (2022). Pendidikan Sepanjang
Hayat dan Berbagai Implikasinya. Jurnal Pendidikan Dan Kajian Aswaja, 7(2),
87�100. https://doi.org/10.56013/jpka.v7i2.1159
Maria, J. (2014). Pengkajian
Ketidaksetaraan Gender Melalui Komunikasi Keluarga Untuk Meningkatkan Akses
Pendidikan Bagi Anak Perempuan Dalam Lingkaran Kemiskinan Di Kawasan Pesisir
Provinsi Sulawesi Selatan. In Komunikasi Keluarga Meningkatkan Akses
Pendidikan bagi Kesetaraan Anak Perempuan dalam Lingkaran Kemiskinan.
Maryam, E. W., & Indriani, R. D. D. S.
(2016). Partisipasi Masyarakat Terhadap Upaya Pengentasan Kemiskinan Berbasis
Pemberdayaan Perempuan Melalui Program P3EL Kabupaten Sidoarjo. Psikologia :
Jurnal Psikologi, 3(1), 83.
https://doi.org/10.21070/psikologia.v3i1.114
Rizka, A, M dan Tamba, W. (2015). Pemetaan
Inovasi Program Pendidikan Non Formal pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) di Kota Mataram M. Transformasii, 1(2010), 1�10.
Saepudin, A. (2019). Implementasi
Pendidikan Sepanjang Hayat Pada Institusi Keluarga. Jurnal Kajian Informasi
Dan Perpustakaan, 53(9), 1689�1699.
Sunarti, V. (2013). Pendidikan Dalam
Keluarga Langkah Awal Pelaksanaan Pendidikan Sepanjang Hayat. SPEKTRUM:
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS), 1(1), 280.
https://doi.org/10.24036/spektrumpls.v1i1.4484
Suryadi, A., Budimansyah, D., Solehuddin,
M., Shantini, Y., & Yunus, D. (2020). Microcredit Provision, Lifelong
Learning, and Productivity of Poor Women in Indonesian Villages. Adult
Education Quarterly, 70(4), 360�376.
https://doi.org/10.1177/0741713620918525
Taufik, T. (2017). Kemiskinan, Perempuan
Dan Agama. Kalam, 10(2), 145.
https://doi.org/10.24042/klm.v9i1.325
Wirz, S., & Donde, S. (2020). Global
Education Monitoring Report-Inclusion and education. In Inclusive Education
Across Cultures: Crossing Boundaries, Sharing Ideas (3rd ed.).
https://doi.org/10.4135/9788132108320.n14
Yulinda, Ace Suryadi, Sardin, Jhoni R Pramudia, Epti Yorita (2023) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |