Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
EVALUASI CAPABILITY LEVEL INFRASTRUKTUR
JARINGAN TI BANK XYZ MENGGUNAKAN COBIT 2019
Subhan
Deni Hermawan1,
Irman Hermadi2,
Yani Nurhadryani3
Mahasiswa Magister
Ilmu Komputer, Departemen Ilmu
Komputer, IPB University1
Staff Pengajar Magister Ilmu Komputer, Departemen Ilmu Komputer, IPB University2,3
Email: [email protected]
Abstrak
Divisi IT Infrastruktur dan Operasi Bank XYZ merupakan unit
kerja di bawah Direktorat Digital dan Teknologi Informasi yang bertanggung
jawab mengelola operasional sentra data Bank, infrastruktur
jaringan komunikasi, manajemen
keamanan. Divisi Infrastruktur telah mengembangkan
infrastruktur jaringan TI perbankan dan telah memiliki infrastruktur jaringan
digital. Bagi Divisi
Infrastruktur, teknologi digital merupakan tulang punggung pengembangan layanan
produk perbankan. Dalam rangka memberikan layanan kepada
nasabah, Divisi Infrastruktur dan Operasi perlu standard nilai tata kelola.
Hal ini dimaksud untuk mengukur berapa besar tingkat
kemampuan operasional layanan perbankan yang dikelola. Oleh karena itu perlu dievaluasi dan analisis tata kelola bidang
infrastruktur jaringan teknologi informasi untuk menilai kondisi baik.
Tujuan evaluasi adalah mengukur tingkat kapabilitas, analisis nilai kesenjangan
(gap) dan memberikan rekomendasi perbaikan. Penelitian
ini menggunakan teknik wawancara dan kuesioner. Teknik wawancara dimaksud
untuk memperoleh domain objektif yang akan dianalisis.
Sedangkan teknik kuesioner untuk memperoleh nilai pengukuran
dari domain objektif terpilih menggunakan faktor desain pada COBIT 2019.
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh nilai
kapabilitas level 3 pada domain objektif APO12 (Managed Risk), DSS03 (Managed
Problem), dan DSS04 (Managed Continuity). Sedangkan
nilai kapabilitas level 2 pada domain objektif DSS02 (Managed Service
Request and Incidents) dan DSS05 (Managed Security Services). Hasil ini merupakan
deskripsi tata kelola dan manajemen Bank XYZ saat ini dalam mengelola
infrastruktur jaringan TI yang telah dilaksanakan.
Kata
Kunci: Capability Level, COBIT 2019, Faktor
Desain, Infrastruktur Jaringan, Kesenjangan (gap).
Abstract
IT Divisiision
of Infrastructure and Operations Bank XYZ or known as Divisi Infra is a work
unit under the Directorate of Digital and Information Technology which is
responsible for managing the operations of the Bank data center, communication
network infrastructure, security management. Divisi
Infra has developed a banking IT network infrastructure and has a digital
network infrastructure. For Divisi Infra, digital technology is the backbone of
banking product service development. In order to provide services to customers,
Divisi Infra needs governance value standards. This is intended to measure how
much the level of operational capability of banking services is managed. Therefore,
it is necessary to evaluate and analyze the governance of the information
technology network infrastructure to assess good conditions. The purpose of the
evaluation is to measure the level of capability, analyze the value of gaps and
provide recommendations for improvement. This study used interview techniques
and questionnaires. The interview technique is intended to acquire the
objective domain to be analyzed. Meanwhile, the questionnaire technique to
obtain measurement values from selected objective domains uses design factors
in COBIT 2019. Based on the results of the study, a level 3 capability value
was obtained in the objective domains of APO12 (Managed Risk), DSS03 (Managed
Problem), and DSS04 (Managed Continuity). Meanwhile, the
level 2 capability value in the objective domains DSS02 (Managed Service
Request and Incidents) and DSS05 (Managed Security Services). This
result is a description of the current governance and management of Bank XYZ in
managing the IT network infrastructure that has been implemented.
Keywords: Capability
Level, COBIT 2019, Design Factors, Gap, Network Infrastructure
Pendahuluan
Bank XYZ memiliki Divisi teknis yaitu Divisi Infrastruktur
dan Operasi atau lebih dikenal dengan nama Divisi
Infra yang berada di bawah Direktorat Digital dan Teknologi
Informasi yang
bertanggung jawab mengelola operasional sentra data Bank,
infrastruktur jaringan komunikasi, security
management. Divisi Infra telah
menerapkan sistem informasi, dan telah memiliki infrastruktur jaringan yang
menghubungkan setiap unit di lingkungan Direktorat Digital dan Teknologi
Informasi. Selain
itu Divisi Infra juga telah membangun infrastruktur jaringan kerja yang
menghubungkan seluruh kantor di Indonesia. Berbagai aplikasi telah berjalan di atas jaringan tersebut dan
telah diimplementasikan untuk kelancaran operasional bisnis. Berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 38/POJK.03/2016 tentang Penerapan
Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum pasal 13,
disebutkan bahwa Bank wajib menyediakan jaringan komunikasi yang memenuhi
prinsip kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity) dan
ketersediaan (availability). Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kapabilitas proses
tata kelola sesuai tujuan strategis perusahaan, maka perlu dilakukan evaluasi
pengukuran. Tujuan pengukuran adalah untuk menguji dan memberi informasi kepada
manajemen eksekutif dan stakeholder terkait dengan proses bisnis TI
bilamana ditemukan permasalahan. Melalui pengukuran ini, Divisi
Infra dapat melakukan perencanaan dan meningkatkan kemampuan tata kelola bidang
infrastruktur jaringan TI.
COBIT adalah
kerangka kerja yang disusun secara komprehensif untuk tata kelola dan manajemen
informasi dan teknologi perusahaan, yang ditujukan untuk seluruh perusahaan (Hejase et al.,
2016). COBIT 2019 adalah kerangka kerja untuk
enterprise dalam rangka merancang strategi dan
tujuan tata kelola perusahaan agar pemberian nilai ke manajemen
I&T lebih efektif (Isaca, 2018). Dalam COBIT 2019, konsep dan
terminologi terbaru telah diperkenalkan model inti COBIT, yang mencakup empat
puluh tujuan tata kelola dan manajemen untuk menetapkan program tata kelola.
COBIT 2019
mengelompokkan lima domain utama pada tujuan tata
kelola (governance objective) dan manajemen (management objective).
Domain tersebut memiliki nama
dengan kata kerja yang mengungkapkan tujuan utama dan bidang kegiatan tujuan
yang terkandung di dalamnya. Menurut (Isaca,
2018),
pada COBIT 2019 tujuan tata kelola (governance objectives) dikelompokkan
dalam domain Evaluate, Direct, dan Monitor (EDM). Pada domain ini governing
body mengevaluasi opsi strategis, mengarahkan manajemen senior pada opsi
strategis yang dipilih dan memantau pencapaian strategi. Sementara tujuan
manajemen (management objectives) dikelompokkan dalam empat domain: (1)
Domain Align, Plan dan Organize (APO) yaitu membahas keseluruhan organisasi,
strategi dan kegiatan pendukung untuk I&T. (2) Domain Build, Acquired, dan
Implement (BAI) yaitu membahas definisi, akuisisi, implementasi solusi I&T
dan integrasi. (3) Domain Deliver, Service dan Support (DSS) yaitu menangani
operasional dan dukungan terhadap layanan TI, termasuk didalamnya keamanan (security).
(4) Domain Monitor, Evaluate dan Assess (MEA) yaitu memantau kinerja dan
kesesuaian I&T internal.
Faktor desain
adalah hal baru pada COBIT 2019, merupakan panduan desain
dalam merancang solusi tata kelola yang disesuaikan dengan I&T perusahaan
dengan mempertimbangkan semua faktor penting (Isaca,
2018). Ada sebelas faktor desain pada COBIT 2019.
Namun hanya tiga yang akan
dijelaskan. Berikut
ini faktor desain yang dimaksud beserta penjelasan. Faktor desain pertama adalah Enterprise strategy adalah perusahaan dapat memiliki
strategi berbeda dengan perusahaan lain. Sebagai contoh salah satu strategi
yang dimiliki adalah akuisisi, biaya, inovasi dan layanan. Kedua adalah Enterprise goal adalah
tujuan perusahaan yang mendukung strategi perusahaan yang diwujudkan oleh
pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan ini didefinisikan dalam kerangka
COBIT, terstruktur di sepanjang balance score card (BSC) dimensi. Ketiga Risk
profile adalah
profil risiko perusahaan dan isu terkini terkait I&T. Profil risiko
mengidentifikasikan jenis I&T terkait risiko yang sedang dihadapi oleh
perusahaan saat ini dan menunjukkan area risiko mana yang melebihi risiko
tersebut.
�Komponen infrastruktur teknologi
informasi terdiri dari (Caroline,
Gunawan, & Kornarius, 2022):
perangkat keras, sistem operasi (OS), aplikasi perangkat lunak untuk enterprise, telekomunikasi dan jaringan,
layanan integrasi sistem, layanan manajemen TI, internet platform. Infrastruktur TI merupakan pondasi layanan TI. Tanpa
infrastruktur TI, layanan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Berbicara soal
infrastruktur saat ini tidak lagi terfokus hanya pada hardware, tetapi mencakup software
seperti: sistem operasi, aplikasi middleware,
dan basis data. Infrastruktur TI juga merupakan sebuah asset jangka panjang
dari shareholder dan merepresentasikan pilihan jangka panjang dari suatu
organisasi (Banding & Padliansyah, 2022).
�Tingkat
kapabilitas (Capablity Level) merupakan ukuran seberapa baik suatu
proses diimplementasikan atau dilaksanakan. Tingkat kemampuan dari suatu organisasi diukur dalam
bentuk level atau tingkatan dimana teknis pengukuran dilakukan pada seluruh
atau separuh dari struktur organisasi (Botanri
& Siahaya, 2021). Proses
dalam setiap tujuan tata kelola dan tujuan manajemen dapat beroperasi pada
tingkat kemampuan mulai dari 0 hingga 5. Tabel 1 menggambarkan model tingkat kemampuan
beserta ciri-ciri umum setiap level.
Tabel 1.
Level Kapabilitas Proses Menurut ISACA 2018a
Keterangan |
|
0 |
Kapabilitas belum ada, tidak ada pendekatan dalam mengatasi tata kelola
dan tujuan manajemen, ada atau tidak best practise tidak dilaksanakan. |
1 |
Proses ini dalam mencapai tujuan melalui penerapan kegiatan yang tidak
lengkap, dapat dikategorikan sebagai intuitif tidak terlalu terorganisir. |
2 |
Proses ini mencapai tujuan melalui penerapan dasar, lengkap, dan
serangkaian kegiatan yang dapat dicirikan sebagai performa. |
3 |
Proses pencapaian tujuan dengan cara yang jauh lebih terorganisir
dengan menggunakan aset organisasi. Proses biasanya didefinisikan dengan
baik. |
4 |
Proses ini mencapai tujuan dan mendefinisikan dengan baik dan dapat
diukur kinerjanya secara kuantitatif. |
5 |
Proses ini mencapai tujuan, mendifinisikan dan meningkatkan kinerjanya
dengan baik (secara kuantitatif) dapat diukur dan melaksanakan perbaikan
secara kontinyu. |
Tingkat
kemampuan setiap proses diukur dengan menggunakan skala penilaian yang dibagi
dalam empat skala
seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.
Skala Penilaian menurut (ISACA
2018a)
Keterangan |
Pencapaian |
Penilaian_Capability Model |
|
N |
Not Achieved |
0% � 15% |
Tidak ada bukti pencapaian dari proses
yang dinilai. |
P |
Partially Achieved |
>15% � 50% |
Ada beberapa bukti pencapaian dari
proses yang dinilai. |
L |
Largely Achieved |
>50% � 85% |
Ada bukti secara sistematis dan hasil
yang nyata dari proses yang dinilai, namun masih terdapat kelemahan dalam
proses penilaian. |
F |
Fully Achieved |
>85% � 100% |
Ada bukti yang lengkap dan sistematis
dan prestasi yang baik dari proses yang dinilai. |
Beberapa penelitian menggunakan COBIT
2019 pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan (Sigit
& Hadi, 2014) berfokus pada sejauh mana kehandalan infrastruktur
jaringan nirkabel yang diterapkan oleh pemda provinsi Gorontalo. Metode yang
digunakan pada penelian Hadi adalah menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif yang diperoleh dari hasil diskusi, kuesioner, wawancara berdasarkan
proses COBIT 5. Hasil penelitian Hadi terdapat tujuh proses berada pada level 1 performed,
1 proses berada di level 2 managed, 8 proses di level 0 incompleted.
Penelitian oleh (Ardi
Prasetyo & Melkior N.N. Sitokdana, 2021) mengangkat tentang tingkat kapabilitas pada Pusat
Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian XYZ yang ingin diketahui pada titik
ini guna mendukung tujuan, visi, misi organisasi. Menggunakan
metode campuran (mix method) yaitu metode kualitatif dengan wawancara
atau diskusi, metode kuantitatif dengan cara mengukur tingkat kapabilitas dari
perhitungan hasil kuesioner untuk menyelaraskan visi, misi serta tujuan
organisasi berdasarkan framework COBIT 2019, dan faktor desain.
Ketiga domain ini selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan level
kapabilitasnya. Domain BAI02, BAI03 berada pada level 4, dan domain BAI07 berada di level 3. Dari perhitungan level kapabilitas
ketiga domain teratas dapat ditarik kesimpulan bahwa tata kelola teknologi
informasi yang diterapkan oleh Pusdatin Kementerian XYZ secara
keseluruhan berada pada level 4.
Penelitian oleh (Permana,
Fauzi, & Mulyana, 2021) mengangkat topik pertama, transformasi
digital pada sektor industri perbankan adalah suatu keniscayaan karena akan menurunkan daya
saing antara perbankan lokal dengan perbankan
internasional. Kedua, dampak
munculnya perusahaan Financial
Technology (FinTech) terhadap Bank XYZ. Metodologi yang digunakan pada
penelitian Permana adalah: Menggunakan model konseptual sebagai
kerangka kerja untuk mengetahui keterlibatan inDivisiidu, kelompok, kejadian,
penataan masalah, dan identifikasi faktor relevan. Teknik analisis data
menggunakan faktor desain pada framework COBIT 2019 dan aplikasi design toolkit untuk
pembobotan nilai.
Hasil assessment menggunakan COBIT 2019 berfokus pada domain APO05 Managed
Portpolio, APO07 Managed Human Resources, dan APO11 Managed
Quality. Rekomendasi rancangan tata kelola pada domain APO dibuat
berdasarkan aspek people, process, technology.
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur
tingkat kapabilitas pengelolaan layanan infrastruktur jaringan TI menggunakan COBIT 2019, dengan pemilihan objek, lokasi,
teknik sampling data, metodologi dan domain proses COBIT yang berbeda dengan
penelitian yang telah disebutkan.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian
analisis deskriptif kualitatif adalah penelitian yang memiliki maksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami subjek atau objek penelitian dengan deskripsi
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah (Lukmana, 2022). Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner dan wawancara.
Penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan perangkat keras dan
perangkat lunak sebagai berikut:
1.
Perangkat keras meliputi:
DESKTOP-ACMUAED
Processor 11th Gen Intel(R) Core(TM) i5-1135G7
@ 2.40GHz 1.38 GHz
RAM 8,00 GB
System Type 64-bit operating system, x64-based
processor
Koneksi internet 20 Mbps
2.
Perangkat lunak meliputi:
Windows 11 Home Single Language
Ms Office application packet (Ms Word, Ms
Excel, Power Point)
Mendeley Desktop version 1.19.8 Mendeley Ltd
Aplikasi Notepad plus plus.Lnk
Penelitian
ini menggunakan data primer dan skunder. Data
primer diperoleh dari kuesioner yang disebar kepada responden. Pemilihan
responden dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan
sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan atau kriteria tertentu (Wati, Dahmiri, & Indrawijaya, 2021). Urutan metodologi
penelitian sebagaimana merujuk pada penelitian (Insani et al., 2021) berikut ini:
Studi Literatur Menentukan Domain Objektif COBIT Pengumpulan Data Rekomendasi Simpulan Saran Pengukuran dan Analisis Identifikasi Masalah
Gambar 1. Alur Penelitian
Penentuan domain objektif COBIT 2019
berdasarkan alur kerja desain sistem tata kelola. Diawali
dengan memahami konteks dan strategi perusahaan, melakukan analisis menggunakan
faktor desain (FD 1 s/d 4). Kemudian dilanjutkan
perbaikan lingkup sistem tata kelola menggunakan faktor desain (FD 5 s/d
11). Tahapan akhir adalah memilih sekaligus menentukan model dari governance
and management objective sebagai pemilihan domain objektif yang memiliki
level kepentingan tertinggi.
Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui dua aktivitas utama yaitu: wawancara, dan
kuesioner. Pengumpulan data kuesioner dilakukan
dengan mengirimkan beberapa pertanyaan terkait pengelolaan infrastruktur
jaringan TI ke responden di lingkungan Divisi Infra. Penyebaran
kuesioner dilakukan secara langsung oleh penulis kepada responden. Responden dalam
penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang ada. Pengambilan
sampel dilakukan secara purposive
sampling, sampel dipilih berdasarkan pertimbagan tertentu dengan tujuan
untuk memperoleh sampel yang memiliki karakteristik yang dikehendaki (Gay, L. R, Geoffrey E. Mills, 2012). Pengambilan sampel juga didasarkan pada tabel Responsible, Accountable, Consulted, and
Informed (RACI) yang terdapat dalam COBIT 2019.
Pengolahan data
hasil kuesioner yang telah diisi atau diterima balik dari responden. Proses
perhitungan hasil survey untuk
memperoleh nilai kondisi eksisting level saat ini berdasarkan persepsi
responden. Penilaian tingkat kapabilitas tata kelola infrastruktur jaringan TI
disusun dari kegiatan pengumpulan
data dengan pendekatan kuantitatif. Tingkat kapabilitas proses diukur
menggunakan framework COBIT 2019 dan design toolkit. Penilaian
kapabilitas pada domain objective berdasarkan pencapaian hasil. Setiap
domain diukur menggunakan skala yang terbagi dalam empat skala penilaian (lihat Tabel 2). Penilaian
kriteria menggunakan pendekatan skala Guttman dimana nilai jawaban �Y� skor 1,
dan jawaban �N� skor 0
merujuk pada penelitian (Nachrowi
E, 2020). Penentuan
tingkat kematangan menggunakan rumus sebagai berikut�.
Gambar 3.
Rumus Tingkat Kematangan (Nachrowi E, 2020)
|
: |
Nilai
kematangan saat ini |
|
: |
Jumlah keseluruhan nilai kematangan
pada setiap kriteria level |
|
: |
Jumlah kriteria pada proses |
Hasil dan Pembahasan
Setelah menganalisis kesebelas faktor
desain, maka diperoleh kesimpulan objektif proses mana saja yang akan dievaluasi. Maka gambaran hasil
objektif yang dimaksud seperti yang ditampilkan pada gambar 3.
Berdasarkan gambar 3, maka dipilih objectives process yang memiliki nilai ≥ 80 adalah
domain proses APO12 Managed Risk; DSS02 Managed Service Request and
Incidents; DSS03 Managed Problems; DSS04 Managed Continuity;
DSS05 Managed Security Services. Objectives process yang memiliki
kepentingan ≥ 80 yaitu APO12, DSS02, DSS03, DSS04 dan DSS05 menjadi objective
yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan objectives process
yang lain. Sehingga menjadi tolok ukur dalam menyimpulkan objective yang
akan dievaluasi.
Dalam menganalisis aktivitas,
pengumpulan data kuesioner dilakukan bertahap sesuai tingkat kemampuan
aktivitas yang didapatkan berdasarkan rating process activities. Aktivitas yang mencapai tingkat kemampuan sepenuhnya (Fully)
dapat lanjut analisis penilaian ke tingkatan berikutnya agar dapat diketahui capability
level aktifitas perusahaan. Rating pengukuran level process
kapabilitas dalam menentukan capability level merujuk pada gambar 2
penelitian (Nachrowi E, 2020).
Gambar 2. Model Governance dan Management
Objective
Seluruh hasil tingkat kapabilitas dari proses objectives yang
dievaluasi dalam mengukur capability level pada tata kelola
infrastruktur jaringan TI adalah sebagai berikut:
Tabel 4.
Rekapitulasi Hasil
Pengukuran Capability Level Objektif
Proses_Capability Level |
Level 1 |
Level 2 |
Level 3 |
Level 4 |
Level 5 |
Objectives Name |
|
|
|
|
|
APO12 |
100% |
88% |
86% |
83% |
- |
DSS02 |
100% |
88% |
75% |
- |
- |
DSS03 |
100% |
89% |
88% |
80% |
- |
DSS04 |
100% |
97% |
88% |
75% |
- |
DSS05 |
100% |
92% |
83% |
- |
- |
Tabel 5.
Rangkuman Hasil Capability
Level Domain Objektif
Hasil
Uji Test Domain Objektif |
|||||||
Nama
Objektif |
Uji Test |
Capability
Level |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
||
Align, Plan and Organise (APO) |
|||||||
APO12 Managed Risks |
OK |
|
|
� |
|
|
|
Deliver, Service and Support (DSS) |
|||||||
DSS02 Managed Service Request and Incidents |
OK |
|
� |
|
|
|
|
DSS03 Managed Problems |
OK |
|
|
� |
|
|
|
DSS04 Managed Continuity |
OK |
|
|
� |
|
|
|
DSS05 Managed Security Services |
OK |
|
� |
|
|
|
|
Tabel 6.
�Penjelasan Capability Level Domain
Objektif
Level (as-is) |
Keterangan |
|
APO12 (Managed Risks) |
3 |
Proses pencapaian tujuan dengan
cara yang jauh lebih terorganisir dengan menggunakan aset organisasi. Proses
biasanya didefinisikan dengan baik. |
DSS02 (Managed Service Requests
and Incidents) |
2 |
Proses ini mencapai tujuan melalui
penerapan dasar, lengkap, dan serangkaian kegiatan yang dapat dicirikan
sebagai performa. |
DSS03 (Managed Problems) |
3 |
Proses pencapaian tujuan dengan cara
yang jauh lebih terorganisir dengan menggunakan aset organisasi. Proses
biasanya didefinisikan dengan baik. |
DSS04 (Managed Continuity) |
3 |
Proses pencapaian tujuan dengan
cara yang jauh lebih terorganisir dengan menggunakan aset organisasi. Proses
biasanya didefinisikan dengan baik. |
DSS05 (Managed Security Services) |
2 |
Proses ini mencapai tujuan melalui
penerapan dasar, lengkap, dan serangkaian kegiatan yang dapat dicirikan
sebagai performa. |
Tabel 7.
�Analisis Tingkat Kapabilitas yang
Diharapkan (to-be)
Kode Objektif |
Hasil Wawancara |
Kesimpulan Wawancara |
Target Kapabilitas |
|
1 |
APO12 |
Sebagai perusahaan perbankan
nasional yang sedang tumbuh. Potensi risiko ancaman terhadap infrastruktur
jaringan I&T selalu ada. |
Manajemen memberikan pelatihan
sertifikasi bidang infrastruktur dan jaringan TI kepada SDM agar ada
penguatan, kesadaran dan kemauan profesional tanggap terhadap berbagai risiko khususnya di infrastruktur TI. |
4 |
2 |
DSS02 |
Permintaan pelanggan mesti dapat
dipenuhi sesuai dengan waktu yang disepakati. Progres penanganan insiden juga
harus mengacu pada SLA. |
Manajemen ingin ada parameter
standar yang dapat digunakan sebagai jaminan terhadap konsistensi capaian
hasil. |
4 |
3 |
DSS03 |
Pengelolaan penanganan gangguan
telah didukung oleh sistem yang online. Meskipun seluruh gangguan
harus dapat ditangani dengan cepat. Prioritas gangguan diberlakukan pada
gangguan yang memiliki dampak besar seperti gangguan node, transmisi. |
Manajemen ingin ada parameter
standar yang dapat digunakan sebagai jaminan terhadap konsistensi capaian
hasil. |
4 |
4 |
DSS04 |
Pengelolaan continuity
layanan dapat juga berupa penyediaan alternatif link, backbone dan trunk
melalui media fisik yang berbeda. Pada skup yang lebih besar service
continuity juga berhubungan dengan ketersediaan BCP, DRP dan DRC yang
siap dan memadai. |
Manajemen ingin ada parameter
standar yang dapat digunakan sebagai jaminan terhadap konsistensi capaian
hasil. |
4 |
5 |
DSS05 |
Perusahaan telah memberlakukan
pengamanan terhadap infrastruktur seperti mekanisme lockdown
perangkat, filtering, firewall, update akun pengguna
rutin. |
Manajemen ingin ada parameter
standar yang dapat digunakan sebagai jaminan terhadap konsistensi capaian
hasil. |
4 |
Pada penelitian ini target ditentukan berdasarkan keinginan stakeholder
di organisasi Divisi Infra Bank XYZ yang diperoleh dari wawancara responden.
Tabel 6 diatas adalah rangkuman hasil wawancara berdasarkan kriteria
kapabilitas proses.
Tabel 8.
Resume Tingkat
Kapabilitas Yang Diharapkan (Target)
Tingkat Kapabilitas Target |
|||||||
Nama Objektif |
Uji Test |
Capability Level |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
||
Align,
Plan and Organise (APO) |
|||||||
APO12 Managed
Risks |
��� OK |
|
|
|
� |
|
|
Deliver,
Service and Support (DSS) |
|||||||
DSS02 Managed
Service Request and Incidents |
��� OK |
|
|
|
� |
|
|
DSS03 Managed
Problems |
��� OK |
|
|
|
� |
|
|
DSS04 Managed
Continuity |
��� OK |
|
|
|
� |
|
|
DSS05 Managed
Security Services |
��� OK |
|
|
|
� |
|
|
Tabel 9.
Tingkat Kapabilitas
yang Diharapkan (to-be)
Domain Objektif |
Tingkat Kapabilitas Harapan |
Keterangan Tingkat Kapabilitas Harapan |
|
|
|
APO12 |
4 |
Proses ini mencapai tujuan dan mendefinisikan dengan baik dan dapat
diukur kinerjanya secara kuantitatif. |
DSS02 |
4 |
Proses ini mencapai tujuan dan mendefinisikan dengan baik dan dapat
diukur kinerjanya secara kuantitatif. |
DSS03 |
4 |
Proses ini mencapai tujuan dan mendefinisikan dengan baik dan dapat
diukur kinerjanya secara kuantitatif. |
DSS04 |
4 |
Proses ini mencapai tujuan dan mendefinisikan dengan baik dan dapat
diukur kinerjanya secara kuantitatif. |
DSS05 |
4 |
Proses ini mencapai tujuan dan mendefinisikan dengan baik dan dapat
diukur kinerjanya secara kuantitatif. |
Tabel 10.
�Analisis Kesenjangan (Gap)
Domain Objektif |
Tingkat Kapabilitas Saat ini (as-is) (A) |
Tingkat Kapabilitas Diharapkan (to-be) (B) |
Tingkat Kesenjangan (gap) (B-A) |
APO12 Managed Risks |
3 |
4 |
1 |
DSS02 Managed Services Request
and Insidents |
2 |
4 |
2 |
DSS03 Managed Problems |
3 |
4 |
1 |
DSS04 Managed Continuity |
3 |
4 |
1 |
DSS05 Managed Security Services |
2 |
4 |
2 |
Representasi kesenjangan tingkat kapabilitas domain objektif pada COBIT
2019 saat ini dengan yang diharapkan juga dapat dilihat dengan jelas
menggunakan radar chart seperti pada gambar 4.
Gambar 3. Radar Chart Capability Level Saat
Ini vs Harapan (Target)
Tabel 11.
Rekomendasi Hasil
Evaluasi
Nama Objektif |
Tingkat Kapabilitas |
Hasil Evaluasi |
Rekomendasi |
|
|
|
|
APO12 |
3 |
Divisi Infra sudah memiliki informasi dasar perihal kejadian khusus
pada jaringan teknologi informasi, namun belum dilaksanakan secara rutin.
Sebagai contoh kekeliruan input pada konfigurasi router, jaringan tidak
stabil atau komputer host mengalami error loading. Temuan selanjutnya
adalah pada Divisi Infra sudah memiliki dokumentasi manajemen risiko dan
sudah terintegrasi ke dalam dalam prosedur operasional. Namun, analisis
khusus pada infrastruktur jaringan TI tetap menjadi norma. Temuan lain adalah insiden yang terjadi pada infrastruktur
jaringan TI, maka Divisi Infra akan berlakukan eskalasi ke vendor atau
penyedia jaringan. Indentifikasi sumber daya pada infrastruktur jaringan TI
masih dilakukan berdasarkan impact dari kejadian tersebut. |
Divisi Infra didorong untuk memngembangkan daftar potensi risiko, persyaratan
teknis dan risiko terkait dengan tata kelola I&T. Metode ini sebagai
pelengkap ketika ada masalah risiko pada infrastruktur utama (backbone)
ketika belum ditemukan solusi. Selain itu Divisi Infra disarankan melakukan
prioritas kebutuhan risiko berdasarkan probabilitas, gejala (simptom) atau
dampak. |
DSS02 |
2 |
Permintaan pelanggan sebaiknya dapat dipenuhi sesuai dengan waktu yang
disepakati. Progres penanganan insiden juga harus mengacu pada SLA. Saat ini tool yang tersedia masih terpisah,
sehingga kemajuan penanganan insiden baru dapat dimonitor oleh tim TI Divisi
Infrastruktur. |
Divisi Infra disarankan menentukan model permintaan layanan dan skema
prioritas serta kriteria untuk memastikan pendekatan yang konsisten. Selain itu diperlukan adanya tools yang
terintegrasi sehingga tim TI maupun pemangku kepentingan dapat melakukan
monitor secara real time atas penangan insiden. |
DSS03 |
3 |
Divisi Infra sudah melaksanakan identifikasi problem melalui laporan
insiden dan log problem dari sumber daya lain. Namun masih dalam skala umum. Temuan lain adalah kesulitan
menentukan tim yang tepat untuk membantu identifikasi masalah, analisis akar
masalah dan solusi untuk mendukung penyelesaian masalah. |
Divisi Infra disarankan agar memperluas jaringan support group
dan leader yang berisikan sejumlah engineer profesional di bidangnya,
dalam rangka membantu identifikasi problem, analisis akar penyebab (root
cause analysis) beserta penentuan solusi untuk mendukung problem
management. |
DSS04 |
3 |
Pengelolaan continuity layanan dapat juga berupa penyediaan
alternatif link, backbone dan trunk melalui media fisik yang
berbeda. Pada skup yang lebih besar service continuity juga
berhubungan dengan ketersediaan BCP, DRP dan DRC yang siap dan memadai. |
Divisi Infra disarankan melakukan identifikasi proses bisnis internal
dan outsourcing beserta aktivitas layanan kritikal untuk menunjang
operasional perusahaan atau memenuhi kewajiban hukum dan kontrak. |
DSS05 |
2 |
Berdasarkan hasil penelitian masih terdapat celah masuknya para akses
yang tidak dikenali (unclaimed access) pada infrastruktur jaringan TI.
Selanjutnya temuan lain adalah berdasarkan hasil
survey log insiden secara terjadwal. Hal ini merupakan
salah satu kegiatan rutin dilakukan untuk memperbaiki sistem yang
diyakini belum optimum. |
Divisi Infra disarankan membangun komitmen dan kesadaran perihal
ancaman keamanan informasi dengan cara: *mendokumentasikan setiap ancaman
keamanan informasi; *membuat level bagi user-user yang terdaftar pada
perangkat jaringan; *pemberlakuan log book dan pendampingan bagi
visitor (non Divisi Infra) yang hendak masuk ke data center; dan *evaluasi
perbaikan terhadap setiap cela keamanan yang telah dan akan terjadi. |
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada
beberapa simpulan dari penulis sebagai berikut: Pertama, Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan top down dimana
penelitian dimulai dari identifikasi masalah yang ada di organisasi. Kemudian
dengan memetakan sebelas faktor desain yang ada pada framework COBIT
2019, maka dihasilkan 5 domain objektif di antaranya APO12, DSS02, DSS03,
DSS04, dan DSS05. Kelima domain objektif tersebut diukur
tingkat kapabilitasnya, kemudian menentukan tingkat kapabilitas yang diharapkan
(target), dan melakukan gap analysis, serta dibuat hasil evaluasi dan
rekomendasi sebagai usulan perbaikan. Kedua,
hasil pengukuran tingkat kapabilitas menggunakan pendekatan skala Guttman,
menunjukkan bahwa objektif proses yang diukur kapabilitasnya berada pada level
2 (managed) dan level 3 (defined). Domain objektif APO12, DSS03, DSS04 nilai
capability berada pada level 3. Sedangkan domain objektif DSS02 dan DSS05 nilai
capability berada pada level 2. Ketiga, Pada penelitian ini
upaya pemberian rekomendasi perbaikan objektif dan capaian evaluasi diperoleh
dengan merujuk sebagian aktivitas pada proses objektif COBIT 2019.
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut: Pertama, Penelitian terkait COBIT 2019 masih
relatif sedikit karena COBIT 2019 merupakan framework terbaru yang
diperkenalkan oleh ISACA tahun 2018 akhir. Penelitian ini
diharapkan sebagai pelopor untuk penelitian selanjutnya. Kedua, Diperlukan penelitian lanjut yaitu aspek validasi hasil
pemetaan domain objektif pasca outcome dari faktor desain toolkit.
Ketiga, Rekomendasi aktivitas yang diberikan pada penelitian
ini bersifat generik. Penelitian selanjutnya
disarankan agar ada pemilihan pada prioritas aktivitas untuk mendukung perbaikan
pada domain objektif. Keempat, Saran yang dapat diberikan penulis untuk
organisasi adalah prioritas perbaikan proses berdasarkan besar tingkat
kesenjangan antara tingkat kapabilitas saat ini (as-is) dan tingkat kapabilitas
yang diharapkan (to-be) atau target. Hal ini dilakukan jika
organisasi menginginkan nilai terkecil kesenjangan antara tingkat kapabilitas
saat ini dan yang diharapkan dibanding manfaat perbaikan yang dirasakan.
Ardi Prasetyo, Thio Meiza, & Melkior N.N.
Sitokdana. (2021). Analisis Tata Kelola Pusat Data dan Informasi Kementerian
XYZ Menggunakan COBIT 2019. Journal of Applied Computer Science and
Technology, 2(2), 95�107. https://doi.org/10.52158/jacost.v2i2.265.
Banding, Mappa Panglima, & Padliansyah, Roni.
(2022). Sistem Informasi Manajemen: Dalam Perspektif Revolusi Industri 4.0.
Syiah Kuala University Press.
Botanri, Adnan Affan Akbar, & Siahaya, Angel
Marsenda. (2021). Rencana Jaringan Pedestrian Di Negeri Passo, Kota Ambon. Prosiding
Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2021,
222�232.
Caroline, Angela, Gunawan, Agus, & Kornarius, Yoke
Pribadi. (2022). Kebijakan pengelolaan jaringan digital untuk meningkatkan
niat berbagi pengetahuan antar pegawai.
Gay, L. R, Geoffrey E. Mills, Peter Airasian. (2012). Educational
Research : Competencies for Analysis (Tenth). New Jersey: Pearson.
Hejase, Hussin J., Hejase, Ale J., Mikdashi, Ghinwa,
Al-halabi, Alaa, Alloud, Khaled, & Aridi, Rani. (2016). Information
technology governance in Lebanese organizations. 10(21), 529�545.
https://doi.org/10.5897/AJBM2016.8185.
Insani, Tasya Maulariqa, Samsudin, & Ikhwan, Ali.
(2022). Implementasi Framework COBIT 2019 Terhadap Tata Kelola Teknologi Informasi
Pada Balai Penelitian Sungei Putih. Jurnal Teknik Informatika Kaputama
(JTIK), 6(1), 50�60.
ISACA. (2019). COBIT 2019 Introduction and
Methodology. ISACA.
Lukmana, Lukmana Lukmana. (2022). Analisis analisis
semiotika sosok ibu nussa dalam film animasi �nussa bisa� di channel youtube
nussa official. Al-idza�ah: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 4(1),
14�27.
Nachrowi, Erika, Yani Nurhadryani, & Heru Sukoco.
(2020). Evaluation of Governance and Management of Information Technology
Services Using Cobit 2019 and ITIL 4. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem Dan
Teknologi Informasi), 4(4), 764�774.
https://doi.org/10.29207/resti.v4i4.2265.
Permana, Damas Agryan, Fauzi, R., & Mulyana, R.
(2021). Perancangan Tata Kelola Teknologi Informasi Untuk Transformasi Digital
Di Industri Perbankan Menggunakan Framework Cobit 2019 Dengan Domain Build,
Acquire �. eProceedings �, 8(5), 9672�9683.
Sigit, Nur, & Hadi, Sulistya. (2014). Pengukuran
Tingkat Kapabilitas Tatakelola Infrastruktur Jaringan Pemerintah Daerah
Provinsi Gorontalo. Jnteti, 3(2), 109�115.
Wati, Laras, Dahmiri, Dahmiri, & Indrawijaya,
Sigit. (2021). Pengaruh motivasi terhadap keberhasilan usaha para pedagang di
Pasar Parit di Kuala Tungkal Jambi. Jurnal Dinamika Manajemen, 9(1),
41�54.
Copyright holder: Subhan
Deni Hermawan, Irman Hermadi, Yani Nurhadryani �(2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |