Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF DAN SELF ESTEEM TERHADAP BUDGETARY SLACK
Miranda Panata
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Anggaran merupakan alat manajemen yang berhubungan
dengan fungsi perusahaan, perencanaan dan pengendalian, untuk mencapai tujuan
perusahaan yaitu memenuhi keinginan pelanggan dan agar menang dalam persaingan
bisnis. Namun, saat proses penyusunan anggaran, seringkali manajer tingkat
bawah berlaku curang sehingga terciptalah budgetary
slack. Hal ini terjadi karena manajer tingkat bawah lebih mementingkan
keuntungan pribadi daripada tujuan perusahaan. Penelitian eksperimen ini akan
meneliti dua faktor variabel yang dapat mempengaruhi terciptanya budgetary slack. Variabel pertama yang
akan diteliti yaitu pemberian insentif dan variabel lainnya adalah self esteem. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian insentif
dan self esteem terhadap budgetary slack. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori keagenan dan teori kontijensi. Desain
eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental faktorial
antar subjek 2x2 terhadap 84 partisipan mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang berperan sebagai manajer
tingkat bawah. Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji menggunakan alat
Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
insentif berpengaruh terhadap terciptanya budgetary
slack. Hal ini dikarenakan partisipan termotivasi untuk memperoleh insentif
lebih. Hasil penelitian yang kedua menunjukkan bahwa self esteem berpengaruh terhadap terciptanya budgetary slack. Hal ini dikarenakan partisipan yang dengan self esteem yang tinggi percaya akan
kemampuannya sendiri untuk mencapai target anggaran yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: Budgetary Slack, Pemberian
Insentif, Self Esteem.
Abstract
Budget is a management tool related to the company's functions, planning
and control, to achieve the company's goals, namely to meet customer desires
and to win in business competition. However, during the budgeting process,
lower- level managers often cheat, resulting in budgetary slack. This happens
because lower-level managers are more concerned with personal gain than company
goals. This experimental research will examine two variable factors that can
affect the creation of budgetary slack. The first variable to be studied is the
provision of incentives and the other variable is self-esteem. This research is
an experimental study that aims to determine the effect of incentives and
self-esteem on budgetary slack. The theory used in this research is agency
theory and contingency theory. The experimental design used in this study is a
2x2 factorial experimental between subjects with 84 participants of
undergraduate students majoring in Accounting, Widya Mandala Catholic
University, Surabaya, who act as lower-level managers. The hypothesis in this
study will be tested using the Analysis of Variance (ANOVA) tool. The results
of this study indicate that the provision of incentives has an effect on the
creation of budgetary slack. This is because participants are motivated to get
more incentives. The results of the second study indicate that self-esteem has
an effect on the creation of budgetary slack. This is because participants with
high self-esteem believe in their own abilities to achieve the budget targets
that have been set.
Keywords: Budgetary Slack, Incentives Pay Scheme, Self Esteem.
Pendahuluan
Pada
umumnya organisasi atau perusahaan percaya bahwa pencapaian tujuan dapat
menggambarkan tujuan dari setiap bagian divisi yang ada dengan tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan tersebut,
pastinya perusahaan akan merancang serta mendesain strategi perencanaannya
dengan baik. Selain merancang strategi perencanaan dengan baik, perusahaan
diwajibkan mempunyai pengendalian manajemen yang merupakan faktor yang berperan
besar dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Strategi
perencanaan yang disusun oleh sebuah perusahaan akan menjadi dasar atas
pengendalian perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus
mempertimbangkan dengan baik dalam hal penyusunannya. Ketika strategi
perencanaan suatu perusahaan tidak disusun dengan baik, pencapaian tujuan
perusahaan akan terhambat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian
ini akan membahas tentang penganggaran yang merupakan salah satu faktor penting
terkait dengan perencanaan perusahaan.
Penganggaran
merupakan alat manajemen yang berhubungan dengan fungsi perusahaan yaitu
perencanaan dan pengendalian guna mencapai tujuan perusahaan dalam memenuhi
keinginan pelanggan serta menang dalam persaingan bisnis (Adisaputro & Anggarini, 2011). Anggaran memiliki pengaruh atas tindakan manajer terkait
kemampuannya dalam mencapai tujuan, karena status dan karir seorang manajer
dapat dipengaruhi, maka anggaran dapat berpengaruh positif maupun negatif
berdasarkan bagaimana anggaran digunakan (Kwary, Fitriasari, Hansen, & Mowen, 2022). Oleh karena itu, organisasi maupun perusahaan diharapkan
dapat menyusun perencanaan keuangan yang baik, sehingga dapat menang dalam
persaingan bisnis dan mencapai tujuannya.
Pada
umumnya, perusahaan memberikan tanggung jawab untuk menyusun anggaran pada
manajemen tingkat atas sedangkan manajemen tingkat bawah yang menjalankannya.
Adanya jarak antara manajemen tingkat atas dengan manajemen tingkat bawah ini
menimbulkan kemungkinan munculnya masalah dalam penyusunan anggaran (Agatha, 2018). Masalah ini dapat muncul karena terdapat asimetri
informasi, sehingga dapat menimbulkan sikap oportunistik dari manajemen tingkat
bawah dalam menyusun anggaran. Jarak antara manajemen tingkat atas dan manajemen
tingkat bawah ini dapat memberikan peluang atau kesempatan bagi manajemen
tingkat bawah untuk memanfaatkan asimetri informasi dalam penyusunan anggaran,
sehingga terciptalah kesenjangan anggaran (budgetary
slack).
Budgetary slack dapat tercipta saat manajer tingkat bawah sengaja
menurunkan kemampuannya serta kemampuan unit bisnis dalam anggaran yang disusun
(Hobson, Mellon, & Stevens, 2011). Budgetary slack sendiri
merupakan perilaku manajer tingkat bawah ketika berkesempatan untuk ikut serta
dalam aktivitas penyusunan anggaran, dimana cenderung menurunkan pendapatan
atau menaikkan biaya dari yang seharusnya. Tujuan seorang manajer tingkat bawah
melakukan budgetary slack adalah
untuk menjaga tingkat kinerja mereka supaya tetap stabil di masa depan. Hal ini
umumnya dilakukan supaya anggaran yang disusunnya dapat mudah tercapai,
sehingga kinerja manajer akan dinilai baik oleh atasan, mendapat insentif serta
dapat menghindari sanksi jika anggaran tidak dapat tercapai.
Budgetary slack dapat menciptakan dilema moral karena terdapat kemungkinan
bahwa seorang pegawai menurunkan target pendapatan maupun menaikkan biaya yang
akan dikeluarkan dalam anggaran, dan hal tersebut dianggap melanggar
norma-norma sosial umum serta standar dasar perilaku profesional (Hobson et al., 2011). Kecenderungan seorang pegawai menciptakan slack umumnya bertujuan untuk melindungi
kinerjanya di perusahaan. Hal ini dikarenakan selalu ada ketidakpastian dan
risiko yang tidak dapat dihindari dalam setiap keputusan yang diambil.
Terdapat
beberapa intensi atau tujuan mengapa seseorang menciptakan
budgetary slack (Lukka,
1988), dalam (Lucyanda & Sholihin, 2016). Yang pertama adalah untuk tujuan sumber daya (resource intention), dimana individu
memiliki keinginan dalam mengendalikan sumber daya dengan jumlah yang sangat
besar atau seluruh sumber daya, sehingga terciptalah budgetary slack. Tujuan yang kedua yaitu untuk tujuan evaluasi
kinerja (performance evaluation intention)
yaitu dengan membuat target output anggaran
seminimal mungkin agar evaluasi yang didapatkan karyawan tersebut baik,
sehingga terciptalah budgetary slack.
Tujuan yang ketiga yaitu untuk tujuan motivasi (motivation intention) yang bertujuan agar karyawan dapat
termotivasi dalam bekerja, sehingga kinerja mereka akan meningkat.
Terdapat
beberapa teori terkait dengan budgetary
slack, diantaranya adalah teori keagenan dan teori kontijensi. Dalam teori
keagenan, ada dua faktor yang dapat memicu terjadinya budgetary slack, yang pertama adalah pendekatan kinerja dengan
basis kompensasi dan yang kedua adanya asimetri informasi (Wang
dan Song, 2012), dalam
(Lucyanda & Sholihin, 2016). Teori keagenan juga menggambarkan hubungan antara agen
dengan principal dimana agen adalah
manajemen dan principal adalah
pemilik (Jensen & Meckling, 2019). Permasalahan budgetary
slack yang diciptakan oleh seorang agen merupakan salah satu bentuk
peningkatan biaya perusahaan dikarenakan berbagai keputusan yang didasari oleh
berbagai alokasi sumber daya akan berubah menjadi sangat tinggi (Maiga dan Jacobs, 2008),
dalam (Lucyanda & Sholihin, 2016).
Teori
kontijensi menjelaskan bahwa tidak ada desain atau rancangan sistem
pengendalian manajemen yang dapat diterapkan pada semua kondisi maupun jenis
perusahaan secara efektif, tetapi sistem pengendalian tertentu hanya akan
efektif untuk kondisi atau janis perusahaan tertentu (Otley, 1999). Teori kontijensi adalah teori yang menyatakan bahwa tidak
ada cara terbaik dalam mengatur atau mengambil keputusan dalam sebuah
perusahaan. Sebaliknya, cara terbaik untuk mengatur sebuah perusahaan adalah
kontijen (tergantung) pada situasi perusahaan tersebut. Teori ini berkaitan
dengan budgetary slack dimana budgetary slack di perusahaan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah pemberian insentif dan
faktor individu self esteem yang akan
diteliti dalam penelitian ini.
Budgetary slack dapat ditimbulkan oleh berbagai macam faktor, baik faktor
organisasional maupun faktor individual. Dalam faktor organisasional,
perusahaan percaya bahwa dengan pemberian insentif, motivasi individu dalam
bekerja di perusahaan dapat meningkat. Perusahaan umumnya menggunakan metode
pemberian insentif sebagai alat pengendali dimana manajer tingkat bawah
cenderung menyalahgunakan sumber daya karena percaya bahwa terdapat hubungan
antara kinerja dengan bonus, peningkatan gaji, dan promosi (Kwary et al., 2022). Dengan memberikan insentif, perusahaan berharap individu
di dalamnya termotivasi, sehingga mencapai prestasi, salah satunya adalah
mencapai target anggaran yang telah ditentukan.
Metode
pemberian insentif membuat para manajer tingkat bawah percaya bahwa saat target
anggaran yang sudah ditentukan tercapai, maka mereka akan mendapatkan nilai
kinerja yang baik dimata atasan, sehingga akan memperoleh insentif. Maka dari
itu, manajer tingkat bawah yang ikut serta dalam penyusunan anggaran cenderung
membuat target pendapatan perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya (underestimate revenue) serta akan
membuat biaya yang harus dikeluarkan perusahaan lebih tinggi (overestimate expenditure), sehingga
pengeluaran yang terjadi saat pelaksanakan untuk mencapai target dapat
ditoleransi. Dengan melakukan hal ini, manajer tingkat bawah tidak membutuhkan
usaha yang besar untuk memenuhi target anggaran yang telah ditentukan. Manajer
akan mudah mendapatkan insentif yang diberikan oleh atasan karena target
anggaran yang dicapainya.
Terdapat
dua metode untuk menilai kinerja karyawan terkait dengan penyusunan target
anggaran, yaitu metode slack inducing dan
truth inducing. Metode slack inducing bertujuan memotivasi
karyawan dengan memberikan gaji pokok ditambah dengan insentif ketika mereka
berhasil mencapai target anggaran dan tidak terdapat sanksi (punishment) ketika gagal mencapainya.
Berbeda dengan metode slack inducing,
metode truth inducing memberikan gaji
pokok ditambah dengan insentif ketika karyawan yang berhasil mencapai target
dan terdapat sanksi jika mereka gagal mencapai target anggaran. Salah satu
penelitian terkait budgetary slack dan
pemberian insentif di Indonesia yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Puspita & Andriansyah, 2017). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian insentif
berpengaruh atas terciptanya budgetary
slack di perusahaan. Selain penelitian tersebut, penelitian yang sama
dilakukan oleh (Efrilna, 2018) yang juga meneliti pengaruh pemberian insentif dan
tanggung jawab personal terhadap budgetary
slack. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian insentif berpengaruh
terhadap budgetary slack, dan
tanggung jawab personal tidak berpengaruh terhadap budgetary slack.
Penelitian
lainnya terkait metode pemberian insentif juga telah dilakukan oleh (Sampouw, 2018)
yang meneliti pengaruh
metode pemberian insentif dan nilai personal terhadap budgetary slack. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian
insentif berpengaruh secara signifikan dan dengan metode slack inducing, karyawan cenderung melakukan slack yang lebih besar daripada metode truth inducing. Variabel lainnya yaitu nilai personal tidak
terbukti berpengaruh terhadap budgetary
slack.
Faktor
individual yang juga mempengaruhi budgetary
slack adalah self esteem. Self esteem merupakan faktor dari dalam
diri individu yang merupakan keyakinan pada diri sendiri atau penghargaan
seseorang terhadap dirinya sendiri. Self
esteem sendiri juga merupakan rasa keyakinan akan potensi dan kemampuan
dalam setiap individu. Dengan adanya self
esteem, individu dapat termotivasi dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuannya serta memiliki keyakinan bahwa mereka mampu mencapai target yang
telah ditetapkan. Seseorang yang memiliki self
esteem yang tinggi cenderung menganggap diri mereka sebagai orang yang
berharga, penting dan berarti di perusahaan tempat mereka bekerja. (Langevin & Mendoza, 2013)
menjelaskan bahwa individu yang mempunyai self esteem tinggi cenderung berusaha
menggunakan kemampuannya dalam mencapai target anggaran yang ditetapkan,
sehingga dapat meminimalisasi terjadinya budgetary
slack.
Penelitian
terkait self esteem dan budgetary slack di Indonesia dilakukan oleh (Dewi & Widanaputra, 2019)
yang meneliti pengaruh self esteem, kompleksitas tugas, dan
ketidakpastian lingkungan pada senjangan anggaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dewi & Widanaputra, 2019)
menunjukkan bahwa self esteem dan ketidakpastian lingkungan
berpengaruh negatif terhadap budgetary
slack, dan kompleksitas tugas berpengaruh positif budgetary slack. Penelitian lainnya dilakukan oleh (Netra & Damayanthi, 2017)
yang meneliti pengaruh karakter
personal, reputasi, dan self esteem terhadap
senjangan anggaran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakter personal,
reputasi, dan self esteem berpengaruh
negatif terhadap budgetary slack.
Artinya, semakin tinggi self esteem yang
dimiliki individu, semakin kecil kemungkinannya melakukan budgetary slack, begitu pula sebaliknya.
Budgetary slack adalah suatau fenomena yang mengakibatkan munculnya dilema
moral yang sering dilakukan oleh manajer tingkat bawah yang ikut serta dalam
penyusunan anggaran. Dengan meningkatkan self
esteem setiap individu, manajer yang ikut terlibat dalam kegiatan
penyusunan anggaran diharapkan menyusun anggaran dengan jujur sesuai dengan
kemampuannya dalam mencapai target anggaran tersebut. Manajer tingkat bawah
juga diharapkan dapat bertindak jujur terlepas dari ada tidaknya sistem
pemberian insentif di perusahaan.
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan hasil yang berkontribusi terkait pemilihan
metode pemberian insentif antara metode slack
atau truth inducing yang
berpengaruh terhadap budgetary slack.
Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji dan menganalisis apakah variabel
pemberian insentif dan self esteem berpengaruh
terhadap budgetary slack.
Metode Penelitian
1. Pemilihan Sampel Dan Pengumpulan Data
Subjek penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi S1 semester atas
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Dalam pemilihan sampel, diambil
mahasiswa yang telah lulus mata kuliah Penganggaran dan Akuntansi Manajemen
karena dapat diasumsikan bahwa mahasiswa tersebut sudah dapat berperan sebagai
seorang manajer tingkat bawah dalam perusahaan. Dalam penelitian ini,
partisipan tidak diharuskan memiliki keahlian tertentu dalam mengerjakan tugas
khusus karena tugas yang akan diterapkan sangat sederhana, hanya menerjemahkan
gambar menjadi huruf. Selain itu, partisipan diharuskan mengisi beberapa
pertanyaan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui perbedaan penyampelan yang dipengaruhi beberapa faktor seperti
tingkat kepintaran, gender, maupun faktor lainnya.
Dalam suatu penelitian
eksperimen, data yang diambil nantinya akan diuji dan akan diperoleh hasil dari
data laboratorium yang sudah termanipulasi (Hartono, 2017). Dalam penelitian kali ini, peneliti akan mengumpulkan sampel yang
lebih banyak dalam tiap sel untuk mencegah jika terdapat partisipan yang tidak
lolos dalam tahap uji manipulasi. Dalam penelitian eksperimen ini, setiap sel
akan mempunyai 15-20 partisipan dengan jumlah total sebanyak 60-80 partisipan.
Penelitian ini menguji data
yang didapatkan dengan eksperimen laboratoris atas sampel yang dipilih. Hal ini
bertujuan agar dapat langsung memperoleh data primer. Pertama-tama, peneliti
akan menggunakan pilot test (pilot study) dikarenakan penelitian yang
kompleks. Sebelum melakukan eksperimen terhadap subjek yang sebenarnya,
peneliti akan berdiskusi terlebih dahulu bersama akademisi maupun profesional
mengenai metode eksperimen yang akan digunakan.������� Dengan begitu
peneliti
dapat
mengetahui
apakah
partisipan
memahami
setiap skenario dalam tiap kelompok kasus yang akan diberikan.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu
skenario yang dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai dimensi yang ingin
diukur. Berikut merupakan langkah-langkah pembentukan serta pengujian instrumen:
1)
Peneliti
melakukan diskusi terlebih dahulu dengan para ahli mengenai skenario eksperimen
yang menggambarkan kondisi sebenarnya (nyata) dan dapat membuat perbaikan.
2)
Peneliti
melakukan diskusi kembali dengan para ahli untuk mengkonfirmasi apakah hasil
perbaikan sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Instrumen dalam penelitian
ini merupakan modifikasi berdasarkan penelitian tentang budgetary slack oleh Propana (2019).
3. Analisis Data
Pengujian hipotesis
penelitian ini akan menggunakan alat statistik yaitu Univariate ANOVA. Namun perlu dilakukan pengujian Levene�s Test terlebih dahulu yang
bertujuan untuk mengonfirmasi terpenuhinya semua asumsi ANOVA, dengan memastikan bahwa semua sampel mempunyai varians sama. (Ghozali, 2016) menjelaskan
bahwa pengujian dapat dilakukan jika telah memenuhi asumsi-asumsi dasar
berikut:
a)
Mengambil
subjek setiap kelompok secara acak.
b)
Normalitas
multivariat yaitu mendistribusikan variabel dependen secara normal pada tiap
kategori variabel independen.
c)
Varians
sama
Asumsi ini diuji dengan
melihat hasil test homogenitas atas
varian dengan Levene�s Test. Kelompok
atau grup dikatakan memiliki nilai varians yang sama ketika hasil Levene�s Test tidak signifikan
(probabilitas > 0.05).
Setelah asumsi-asumsi diatas
telah terpenuhi, dapat melanjutkan pengujian terhadap hipotesis penelitian
dengan menggunakan ANOVA.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Gambaran
Umum Subjek Penelitian
Subjek
penelitian eksperimen ini merupakan mahasiswa jurusan Akuntansi S1 semester
atas Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Subjek
penelitian ini memiliki kriteria yaitu mahasiswa semester 4 keatas yang sudah
atau sedang mengambil mata kuliah Penganggaran dan Akuntansi Manajemen. Kriteria
minimal subjek penelitian eksperimen ini adalah mahasiswa semester 4
dikarenakan mahasiswa pada semester 4 mulai belajar untuk memecahkan masalah.
Partisipan
yang merupakan subjek penelitian ini diperoleh dengan cara menyebarkan
kuisioner secara online kepada mahasiswa yang bersedia untuk menjadi
partisipan. Jumlah total partisipan dalam penelitian eksperimen ini sebanyak 84
mahasiswa yang merupakan mahasiswa semester 4 keatas dan telah memenuhi
kriteria penelitian. Partisipan dalam penelitian eksperimen ini merupakan
mahasiswa angkatan 2017, 2018 dan 2019. Mahasiswa angkatan 2017 sejumlah 5 orang, lalu angkatan 2018
sejumlah 31 orang dan angkatan 2019 sejumlah 48 orang. Berikut tabel yang
menunjukkan data demografis jumlah mahasiswa sesuai angkatan:
Tabel 4.1
Demografi Partisipan
Angkatan |
||
2017 |
2018 |
2019 |
5 orang |
31 orang |
48 orang |
����������
Sumber: Data diolah (2021)
Partisipan dalam penelitian
eksperimen ini dibagi menjadi 4 kasus eksperimen yang berbeda dan mempunyai kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi dalam eksperimen ini. Instrumen penelitian
eksperimen ini disebarkan secara acak dengan jumlah kasus A sebanyak 21
partisipan, kasus B sebanyak 22 partisipan, kasus C sebanyak 20 partisipan dan
kasus D sejumlah 21 pastisipan. 84 mahasiswa yang merupakan partisipan dalam 4
kasus eksperimen terdapat pada tabel berikut:
Tabel
4.2
Sebaran
Total Partisipan
Self Esteem |
Pemberian Insentif |
|
Slack Inducing |
Truth Inducing |
|
Rendah |
Sel A
= 25% 21 partisipan |
Sel C = 23,81% 20 partisipan |
Tinggi |
Sel B = 26,19% 22 partisipan |
Sel D
= 25% 21 partisipan |
����������� Sumber:
Data diolah (2021)
2. Deskripsi Data
Pada
penelitian eksperimen ini, jumlah keseluruhan partisipan sebanyak 84 mahasiswa.
Namun, dengan melalui uji manipulasi, data yang lolos untuk hipotesis pemberian
insentif sebanyak 73 partisipan sedangkan untuk hipotesis self esteem sebanyak 75 partisipan. Partisipan penelitian ini
merupakan mahasiswa Jurusan Akuntansi S-1 Fakultas Bisnis Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya yang memenuhi kriteria eksperimen ini yaitu mahasiswa
semester 4 keatas yang sudah atau sedang mengambil mata kuliah Akuntansi
Manajemen dan Penganggaran. Masing-masing pertisipan penelitian ini memiliki
kesempatan yang sama untuk mengerjakan soal skenario kasus yang dibagikan
secara acak.
Hasil
data demografis untuk umur partisipan menunjukkan bahwa mayoritas partisipan
berumur 21 tahun dengan jumlah 31 mahasiswa, lalu diikuti partisipan berumur 20
tahun dengan jumlah 30 mahasiswa, lalu partisipan berumur 19 tahun dengan
jumlah 18 mahasiswa dan yang terakhir berumur 22 tahun dengan jumlah 5 mahasiswa. Rata-rata data demografis untuk
umur partisipan dalam eksperimen ini adalah 20,27 tahun. Berikut tabel yang
menjelaskan data demografis umur partisipan:
Tabel 4.3
Tabel Umur Partisipan
Umur |
Sel A |
Sel B |
Sel C |
Sel D |
Total |
19 |
�������
4 |
6 |
4 |
������
4 |
18 |
20 |
�������
6 |
7 |
7 |
10 |
30 |
21 |
10 |
8 |
7 |
�������
6 |
31 |
22 |
�������
1 |
1 |
2 |
�������
1 |
���� 5 |
Total |
21 |
������ 22 |
������� 20 |
21 |
84 |
Rata-rata umur partisipan = 20,27 tahun |
���� Sumber: Data diolah (2021)
Hasil
data demografis untuk jenis kelamin partisipan dalam penelitian eksperimen ini
menunjukkan bahwa total partisipan
dengan jenis kelamin perempuan adalah 57 orang atau sebesar 67,86% dan
laki-laki sejumlah 27 orang atau sebesar 32,14%. Berikut tabel yang menjelaskan
data demografis jenis kelamin partisipan:
Tabel 4.4
Tabel Karakteristik Demografis
Jenis Kelamin |
Jumlah |
Persentase (%) |
Laki-laki |
27 |
32,14% |
Perempuan |
57 |
67,86% |
Total |
84 |
100% |
B. Pembahasan
1. Pengaruh
Pemberian Insentif terhadap Budgetary Slack
Salah
satu tujuan penelitian eksperimen ini adalah untuk menguji dan mengetahui
pengaruh variabel pemberian insentif terhadap budgetary slack. Hipotesis pertama menyatakan bahwa manajer tingkat
bawah yang menggunakan metode insentif slack
inducing cendarung melakukan slack dibandingkan
dengan manajer tingkat bawah yang menggunakan metode insentif truth inducing dalam penyusunan
anggaran. Metode pemberian insentif merupakan salah satu faktor organisasional
yang dipercaya dapat memotivasi individu lebih baik dalam bekerja. Dengan
pemberian insentif, perusahaan betujuan untuk memberikan tambahan motivasi
(dorongan) kepada individu di dalamnya untuk mencapai prestasi, salah satunya
dalam mencapai target anggaran yang telah ditetapkan. (Kwary et al., 2022) menjelaskan bahwa sikap karyawan dapat
mempengaruhi mereka dalam bereaksi terhadap target anggaran yang direncanakan karena anggaran dapat
mempengaruhi status keuangan dan karir mereka dengan adanya pemberian insentif
tersebut.
Umumnya
terdapat dua metode dalam pemberian insentif, yaitu metode slack inducing dan truth
inducing. Metode yang pertama, slack
inducing, bertujuan untuk memberikan motivasi kepada karyawan dengan cara
memberikan gaji pokok ditambah dengan insentif ketika berhasil mencapai target
anggaran dan jika tidak dapat mencapainya tidak diberi sanksi (punishment). Dengan metode pemberian
insentif ini, kemungkinkan partisipan yang menyusun anggaran mengaktifkan
penalaran moral mereka dan muncul konflik kepentingan dalam menyusun anggaran
dengan jujur (Efrilna, 2018). Metode kedua adalah truth inducing yang berbeda dengan
metode slack inducing dimana dalam
metode truth inducing karyawan akan
mendapatkan gaji ditambah dengan insentif ketika berhasil mencapai target
anggaran tetapi jika target anggaran tidak tercapai akan mendapatkan punishment. Terdapatnya sistem punishment dalam metode pemberian insentif ini membuat kemungkinan
partisipan yang menyusun anggaran dapat mengaktifkan penalaran moral mereka
kecil, sehingga cenderung membuat target anggaran dengan jujur sesuai kemampuan
mereka.
Teori
yang berhubungan dengan budgetary slack adalah
teori keagenan, yaitu ketika muncul konflik kepentingan antara pihak agen
(manajer) dengan pihak prinsipal (pemilik) dimana agen diberikan tugas terkait
dengan pengambilan keputusan. Pihak prinsipal tidak dapat selalu mengawasi dan
mengetahui kinerja pihak agen sudah maksimal atau tidak, sehingga sering
terjadi asimetri informasi dimana agen mendapatkan kesempatan untuk melakukan budgetary slack. (Efrilna, 2018) menjelaskan bahwa adanya perbedaan
kepentingan antara manajer tingkat bawah dengan manajer tingkat atas
menimbulkan kecenderungan terciptanya informasi yang bias yang dilakukan
bawahan serta berpotensi menimbulkan budgetary
slack. Konflik kepentingan muncul ketika terdapat perbedaan tujuan dan
pendapat antara pihak agen dan pihak prinsipal. Jika dihubungkan dengan dua
metode pemberian insentif yang dibahas diatas, kemungkinan partisipan melakukan
budgetary slack lebih besar pada
metode pemberian insentif slack inducing karena
dapat menciptakan konflik kepentingan dalam membuat anggaran dengan jujur. Sedangkan dalam metode
pemberian insentif truth inducing,
adanya sistem punishment membuat
partisipan cenderung menyusun anggaran dengan jujur.
Berdasarkan
hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama penelitian
eksperimen ini diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
pemberian insentif berpengaruh terhadap budgetary
slack dan dengan metode slack
inducing, manajer tingkat bawah cenderung melakukan slack lebih besar dibandingkan metode truth inducing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Puspita & Andriansyah, 2017) dimana pemberian insentif berpengaruh
terhadap budgetary slack. Penelitian
lainnya terkait pemberian insentif yang sejalan dengan hasil penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh (Sampouw, 2018) dimana hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pemberian insentif berpengaruh secara signifikan dan dengan metode slack inducing, karyawan cenderung
melakukan slack yang lebih besar
dibandingkan dengan metode truth inducing.
Pemberian
insentif seringkali berhubungan dengan timbulnya masalah budgetary slack. Sistem pemberian insentif membuat individu yang
ikut serta dalam penyusunan anggaran cenderung menciptakan slack dengan tujuan dapat dengan mudah mencapai target anggaran, sehingga
mendapatkan insentif dari atasan. Oleh karena itu biasanya manajer tingkat
bawah cenderung memilih melakukan budgetary
slack agar target anggaran mudah dicapai dan dengan metode slack inducing, slack yang dihasilkan lebih besar dibandingkan metode truth inducing.
2.
Pengaruh Self Esteem terhadap Budgetary Slack
Hipotesis kedua dari
penelitian eksperimen ini adalah manajer tingkat bawah dengan self esteem yang tinggi cenderung tidak
melakukan slack dibandingkan manajer
tingkat bawah dengan self esteem yang
rendah. Self esteem adalah faktor
dari dalam diri individu yang merupakan keyakinan pada diri sendiri atau
penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Self esteem sendiri juga merupakan rasa keyakinan akan potensi dan
kemampuan dalam setiap individu.
Dengan adanya self esteem, individu dapat termotivasi
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya serta memiliki keyakinan
bahwa mereka dapat mencapai target yang ditetapkan. (Langevin & Mendoza, 2013) menjelaskan
bahwa individu yang mempunyai self esteem
yang tinggi cenderung berusaha menggunakan kemampuannya dalam mencapai
target anggaran yang ditetapkan, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya budgetary slack.
Teori kontijensi yang
berhubungan dengan budgetary slack menjelaskan
bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen yang dapat diterapkan secara
universal dalam setiap kondisi pada semua jenis organisasi, tetapi sistem
akuntansi manajemen juga tergantung pada beberapa faktor situasional yang
mempengaruhi organisasi tersebut, salah satunya self esteem. Karyawan dengan self
esteem yang tinggi diharapkan dapat menyusun anggaran dengan jujur karena self esteem diperkirakan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang berhubungan dengan budgetary slack. Artinya, self esteem dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan karyawan terhadap penciptaan budgetary slack. Karyawan dengan self esteem yang tinggi cenderung berusaha menggunakan kemampuannya
dalam mencapai target anggaran yang telah ditetapkan, sehingga memiliki
kemungkinan yang lebih kecil dalam menciptakan budgetary slack. Sebaliknya, karyawan dengan self esteem yang rendah cenderung kurang percaya pada kemampuannya
dalam mencapai target anggaran yang telah ditetapkan, sehingga kemungkinan
melakukan budgetary slack lebih
besar.
Berdasarkan analisis data,
dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua penelitian ini diterima. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel self
esteem berpengaruh terhadap terciptanya budgetary
slack. Manajer tingkat bawah dengan self
esteem yang tinggi cenderung tidak melakukan slack dibandingkan manajer tingkat bawah dengan self esteem yang rendah. Hasil
penelitian eksperimen ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Netra & Damayanthi, 2017) yang
meneliti pengaruh karakter personal, reputasi, dan self esteem terhadap senjangan anggaran. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa individu dengan self
esteem yang tinggi cenderung tidak melakukan budgetary slack. Penelitian lainnya yang sejalan dengan hasil
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh (Dewi & Widanaputra, 2019) dimana
self esteem berpengaruh negatif yang
artinya ketika self esteem individu
semakin rendah, maka kecenderungan untuk melakukan slack semakin tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi self esteem individu, semakin kecil
kemungkinan ia melakukan budgetary slack.
Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa ketika menyusun anggaran, karyawan yang terlibat dalam
penyusunan anggaran tersebut menganggap bahwa atasan telah memberikan
kepercayaan dalam melakukan tugas tersebut. Hal ini membuat karyawan memiliki
rasa optimis terhadap kemampuan diri sendiri untuk melakukan pekerjaan dengan
jujur dan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, karyawan akan membuat target
anggaran sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga individu yang memiliki self esteem tinggi cenderung tidak
menciptakan budgetary slack.
Kesimpulan
Pemberian insentif merupakan variabel yang
berpengaruh terhadap budgetary slack dan
metode slack inducing cenderung
menghasilkan slack yang lebih besar
dibandingkan metode truth inducing.
Hasil pengujian dari kedua metode tersebut mempunyai selisih yang signifikan.
Oleh karena itu, manajer tingkat bawah yang menggunakan metode pemberian
insentif slack inducing akan
menciptakan slack yang lebih besar
dibandingkan metode truth inducing.
Hal ini dikarenakan pada metode slack
inducing tidak terdapat punishment,
sehingga manajer tingkat bawah lebih termotivasi untuk mendapatkan insentif
lebih.
Hasil penelitian selanjutnya mengenai self esteem menunjukkan bahwa self esteem berpengaruh terhadap
terciptanya budgetary slack. Dari
hasil yang diperoleh peneliti, manajer tingkat bawah dengan self esteem yang tinggi cenderung
menciptakan atau menghasilkan slack yang
lebih kecil, sedangkan manajer tingkat bawah dengan self esteem yang rendah cenderung menghasilkan slack yang lebih besar. Hal ini dikarenakan manajer tingkat bawah
dengan self esteem yang tinggi
cenderung berusaha menggunakan kemampuannya dalam mencapai target anggaran yang
ditetapkan, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya budgetary slack. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberian insenti terbukti berpengaruh terhadap terciptanya budgetary slack serta self esteem terbukti berpengaruh
terhadap budgetary slack.
Adisaputro, Gunawan, & Anggarini, Yunita. (2011).
Anggaran Bisnis. Yogyakarta: UPP Stim Ykpn Yogyakarta. Google
Scholar
Agatha, Reginacelli Veldhayanti. (2018). Pengaruh
Personal Values dan Moral Judgement terhadap Budgetary Slack. Widya Mandala
Catholic University Surabaya. Google
Scholar
Anggraeni, Anisa. (2016). Pengaruh Self Esteem, Etika,
Skema Kompensasi Slack Inducing dan Truth Inducing serta Asimetri Informasi
terhadap Budgetary Slack: Study Eksperimen pada Konteks penganggaran
Partisipatif. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Google
Scholar
Bastian, Indra. (2007). Akuntansi untuk LSM dan
partai politik. Erlangga. Google
Scholar
Clowes, Russell, & Scriven, Vic. (2015). Budgeting:
A Practical Approach. Pearson Higher Education AU. Google
Scholar
Dewi, I. Dewa Ayu Diah Nirmala, & Widanaputra, A.
A. Gde Putu. (2019). Pengaruh self esteem, kompleksitas tugas, dan
ketidakpastian lingkungan pada senjangan anggaran. E-Jurnal Akuntansi, 26(2),
1327�1356. Google
Scholar
Efrilna, Putri. (2018). Pengaruh Skema Pemberian
Insentif dan Tanggung Jawab Personal terhadap Budgetary Slack. Jurnal
Akuntansi, 6(1). Google
Scholar
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis multivariete
dengan program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan Ke VIII. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 96. Google
Scholar
Hartono, J. (2017). Metodologi Penelitian Bisnis
(edisi ke-6). Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta. Google
Scholar
Hobson, Jessen L., Mellon, Mark J., & Stevens,
Douglas E. (2011). Determinants of moral judgments regarding budgetary slack:
An experimental examination of pay scheme and personal values. Behavioral
Research in Accounting, 23(1), 87�107. Google
Scholar
Jensen, Michael C., & Meckling, William H. (2019).
Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure.
In Corporate Governance (pp. 77�132). Gower. Google
Scholar
Kwary, Deny Arnos, Fitriasari, Dewi, Hansen, Don R.,
& Mowen, Maryanne M. (2022). Akuntansi manajemen. Google Scholar
Langevin, Pascal, & Mendoza, Carla. (2013). How
can management control system fairness reduce managers� unethical behaviours? European
Management Journal, 31(3), 209�222. Google
Scholar
Lucyanda, Jurica, & Sholihin, Mahfud. (2016).
Peran Gender dan Kode Etik dalam Penilaian Moral atas Budgetary Slack. Simposium
Nasional Akuntansi, 19, 1�22. Google
Scholar
Nafarin, M. (2013). Penganggaran Perusahaan, Edisi
3, Salemba Empat. Jakarta. Google
Scholar
Nawawi, Hadari. (2001). Manajemen sumber daya
manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Google
Scholar
Netra, Ida Bagus Wiswa, & Damayanthi, I. Gst Ayu
Eka. (2017). Pengaruh Karakter Personal, Reputasi, dan Self Esteem terhadap
Senjangan Anggaran. E-Jurnal Akuntansi, 19(2), 1406�1435. Google
Scholar
Otley, David. (1999). Performance management: a
framework for management control systems research. Management Accounting
Research, 10(4), 363�382. Google
Scholar
Pearce, John A., & Robinson, Richard B. (2008).
Manajemen strategis: formulasi, implementasi, dan pengendalian. Jakarta:
Salemba Empat. Google
Scholar
Puspita, L. M. N., & Andriansyah, B. (2017).
Pengaruh Pemberian Insentif dan tanggung jawab personal terhadap Budgetary
Slack (Studi eksperimen pada mahasiswa jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan
bisnis Universitas Bengkulu). Simposium Nasional Akuntansi, XX. Google
Scholar
Sampouw, Chrishella Erlyn. (2018). Experimental study:
The influence of pay scheme and personal value to budgetary slack. Jurnal
Aplikasi Manajemen, 16(4). Google
Scholar
Sasongko, C., dan Parulian, S. R. (2015). Anggaran.
Jakarta: Salemba Empat. Google
Scholar
Sharma, Shraddha, & Agarwala, Surila. (2013).
Contribution of self-esteem and collective self-esteem in predicting
depression. Psychological Thought, 6(1). Google
Scholar
Siagian, Sondang P. (2007). Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM). Jakarta: Bumi Aksara. Google
Scholar
Stevens, Douglas E. (2002). The effects of reputation
and ethics on budgetary slack. Journal of Management Accounting Research,
14(1), 153�171. Google
Scholar
Supriyono, R. A. (2018). Akuntansi keperilakuan.
UGM PRESS. Google
Scholar
Copyright holder: Miranda Panata
(2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |