�Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober
2022
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN
FLUKTUASI HARGA KOMODITAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN
2011-2021
Agung Yusuf Nugroho, Siti Aisyah
Unibersitas muhammadiyah surakarta, Indonesia
E-mail: [email protected].
Abstrak
Kondisi perekonomian Indonesia
sangatdipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan harga komoditas di pasar global
karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan eksportir komoditas
terbesar di dunia.� Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui arah dan besarnya pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga pinjaman,
nilai tukar, harga komoditas minyak mentah, minyak sawit dan batu bara terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia
selama kurun waktu kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal pertama tahun 2021.
Penelitian ini menggunakan data sekuder time
series, yang dimulai dari kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal pertama
tahun 2021 (t = 41). Analisis data menggunakan alat analisis regresi dinamik yaitu
Partial Adjustment Model (PAM). Hasil
menunjukkan bahwa suku bunga pinjaman dan harga batu bara berpengaruh positif
dan signifikan. Harga minyak sawit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu kuartal pertama tahun 2011
hingga kuartal pertama tahun 2021. Sedangkan jumlah uang beredar, nilai tukar
dan harga minyak sawit tidak berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah bersama Bank Indonesia perlu menjaga tingkat suku bunga yang responsif
terhadap situasi pasar untuk mendapatkan dampak positif pada pertumbuhan
ekonomi. Selain itu pemerintah juga sebaiknya menjaga supply dan keberlanjutan
produksi beberapa komoditas unggulan Indonesia.
Kata Kunci: kebijakan moneter; partumbuhan ekonomi; harga batu bara; minyak mentah; minyak sawit; PAM.
Abstract
The condition of the
Indonesian economy is greatly influenced by government policies and commodity
prices in the global market because Indonesia is one of the largest commodity
producing and exporter countries in the world. The purpose of this study is to determine
the direction and magnitude of the influence of the money supply, loan interest
rates, exchange rates, commodity prices of crude oil, palm oil and coal on
economic growth in Indonesia during the first quarter of 2011 to the first
quarter of 2021. This study uses secondary data arranged in a time series,
which starts from the first quarter of 2011 to the first quarter of 2021 (t =
41). Data analysis used a dynamic regression analysis tool, namely the Partial
Adjustment Model (PAM). The results show that loan interest rates and coal
prices have a positive and significant effect. The price of palm oil has a
negative and significant effect on economic growth in Indonesia during the
first quarter of 2011 to the first quarter of 2021. Meanwhile, the money
supply, the exchange rate and the price of palm oil have no significant effect
on economic growth. The government and Bank Indonesia need to maintain
responsive interest rates to market conditions to have a positive impact on
economic growth. In addition, the government should also maintain the supply
and continuity of production of some of Indonesia's leading commodities.
Keywords:
monetary policy; economic growth;
coal prices; crude oil; Palm oil; PAM
Pendahuluan
Pertumbuhan
ekonomi selalu menjadi salah satu tujuan terpenting dari pengelolaan ekonomi
makro setiap negara, dan juga menjadi topik utama yang ditempatkan oleh
pemerintah dan pembuat kebijakan sebagai pertanyaan prioritas dalam beberapa
dekade (Srithilat et al, 2022). Pertumbuhan ekonomi merupakan proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Suatu perekonomian dikatakan
mengalami suatu perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi
daripada yang dicapai pada masa sebelumnya. Menurut (Sukirno, 2016) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi
ialah proses kenaikan output per
kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian,
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula kesejahteraan
masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan
Pembangunan ekonomi mempunyai makna peningkatan kapasitas ekonomi untuk
meningkatkan kemampuan perekonomian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
(Yuliadi, 2012).
Pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National
Product (GNP) tanpa meninjau apakah peningkatan tersebut lebih besar atau kecil
dari tingkat pertumbuhan penduduk serta apakah terjadi perubahan struktur
ekonomi (Asnawi, 2018). Pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang.
Hal ini berarti dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan
output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi
barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat (Syahputra, 2017). Dalam konsep dasar ekonomi makro
indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan pertumbuhan ekonomi adalah
produk domestik bruto (PDB) (Pujoalwanto, 2014).
Secara
umum pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu
perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa (Hadiyanti, 2013). Menurut
Jhingan (2016) pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam
kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi
kepada penduduknya. Pertumbuhan ekonomi
merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan, pertama, penduduk selalu bertambah, kedua, selama keinginan
dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus selalu mampu
memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
tersebut, ketiga, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui distribusi pendapatan (income
distribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi
Indonesia dua tahun terakhir. Keberhasilan pembangunan yang dicapai
suatu negara diukur dengan perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai
oleh suatu negara yaitu Produk Nasional Bruto(PNB) atau Produk Domestik Bruto
(Naf�an, 2014).
Tabel 1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun
2019‒2020
Tahun/ Triwulan |
Pertumbuhan Ekonomi
(%) |
|
2019T1 |
|
5,06 |
2019T2 |
|
5,05 |
2019T3 |
|
5,01 |
2019T4 |
|
4,96 |
2020T1 |
|
2,97 |
2020T2 |
‒ |
5,32 |
2020T3 |
‒ |
3,49 |
2020T4 |
‒ |
2,19 |
����������������������������������� ��������� Sumber: BPS, 2021
Tabel 1
memperlihatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia cenderung menurun selama kurun
waktu 2019T1 hingga 2020T2. Penurunan ini disebabkan karena beberapa faktor,
terutama faktor eksternal yaitu kondisi perekonomian dunia yang tidak stabil.
Konflik perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat yang masih berlanjut
hingga tahun 2019 menyebabkan kinerja ekspor Indonesia menurun terutama ekspor
komoditas industri manufaktur ke negara‒negara maju. Kinerja ekspor
komoditas unggulan yaitu minyak kelapa sawit (CPO) dan batu bara juga melemah
sebagai akibat pemberlakuan tarif impor CPO oleh India dan pembatasan impor
batu bara oleh Tiongkok. Pandemi coronavirus
disease (COVID‒19) yang muncul pada akhir tahun 2019 di provinsi
Wuhan negara Tiongkok menyebabkan interaksi ekonomi maupun non‒ekonomi
antar negara di dunia dibatasi secara masif. Hal tersebut tentu menyebabkan
pertumbuhan ekonomi negara‒negara di dunia termasuk Indonesia menurun
secara drastis bahkan hingga akhir tahun 2020. Pada triwulan ketiga tahun 2020
pertumbuhan ekonomi di Indonesia mulai membaik walaupun nilainya masih negatif.
Pembaikan ekonomi tersebut ditopang oleh kebijakan ekonomi yang akomodatif,
baik fiskal maupun moneter seperti peningkatan belanja pemerintah dan penurunan
tingkat suku bunga kredit.
Untuk
menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang maupun jangka pendek,
maka pemerintah perlu menentukan kebijakan ekonomi baik dari sisi fiskal maupun
moneter. Menurut Karim (2014) sistem moneter sepanjang zaman telah
mengalami banyak perkembangan, sistem keuangan inilah yang paling banyak
dilakukan studi empiris maupun historis bila dibandingkan dengan disiplin ilmu
ekonomi yang lain. Menurut (Budiono, 2013) kebijakan moneter adalah kebijakan otoritas
moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk
mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam praktek,
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut adalah stabilitas
ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (rendahnya
laju inflasi), membaiknya perkembangan output
riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnya lapangan atau kesempatan kerja
yang tersedia. kebijakan moneter pada dasarnya digunakan untuk mencapai enam
tujuan pokok yaitu menciptakan kesempatan kerja (high employment);
menciptakan pertumbuhan ekonomi (economic growth); stabilisasi harga (price
stability); stabilisasi tingkat bunga (interest rate stability);
stabilisasi di pasar keuangan (stability of financial market) dan
stabilisasi di pasar uang (stability in foreign exchange markets)
(Sutawijaya dan Lestari, 2013). Kebijakan moneter yang
disebutkan di atas merupakan bagian integral atau turunan dari kebijakan ekonomi makro, yang pada umumnya
dilakukan dengan mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian
suatu negara tertutup atau terbuka, serta faktor-faktor fundamental ekonomi
lainnya. Dalam pelaksanaannya, strategi kebijakan moneter dilakukan berbeda-beda
dari suatu negara dengan negara lain, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dan mekanisme transmisi yang diyakini berlaku pada perekonomian yang
bersangkutan. Berdasarkan strategi dan trasmisi yang dipilih, maka dirumuskan
kerangka operasional kebijakan moneter.
Salah
satu saluran atau channel transmisi
kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara
adalah uang beredar atau M2, yang komponennya meliputi uang kartal, uang giral,
uang kuasi, dan surat berharga bank sentral. Jumlah uang beredar adalah hasil
kali uang primer dengan pengganda uang. Besarnya uang beredar dalam masyarakat
dapat digambarkan sebagai proses pasar (Ambarwati et al, 2021).
Pengertian jumlah uang beredar dalam arti sempit merupakan uang dalam bentuk uang
giral dan uang kartal yang dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat
transaksi pembayaran sehari � hari (Budiono, 2013). Menurut (Mishkin F.S, 2012) posisi uang beredar (M2) dalam kerangka
operasional kebijakan moneter berada pada sasaran antara (intermediate), sehingga berpengaruh secara langsung terhadap
sasaran akhir yaitu inflasi dan pertumbuhan output.
Melalui beberapa instrumen seperti operasi pasar terbuka atau tingkat bunga
diskonto, uang beredar sangat efektif dalam mengendalikan kinerja ekonomi suatu
negara baik pada kondisi ekspansi atau boom
maupun kontraksi atau bust.
Selain
jumlah uang beredar, naik turunnya pertumbuhan ekonomi suatu negara juga
ditentukan oleh tingkat bunga, baik bunga pinjaman (lending interest rate) maupun bunga simpanan (deposit interest rate). Menurut Rompas (2018) suku bunga merupakan
sejumlah rupiah yang dibayar akibat telah mempergunakan dana sebagai balas
jasa. Perubahan suku bunga merupakan perubahan dalam permintaan uang (kredit). (Mishkin F.S, 2012) menyatakan bahwa tingkat bunga merupakan salah
satu saluran mekanisme transmisi kebijakan moneter yang terpenting karena
posisinya berada di sasaran antara (intermediate)
sehingga langsung mempengaruhi sasaran akhir yaitu pertumbuhan ekonomi. Suku
bunga yang digunakan adalah suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
yang berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga (Prihatin, 2019). Jika
bunga pinjaman naik maka biaya untuk meminjam uang di bank menjadi lebih besar
sehingga konsumsi dan investasi akan turun. Hal yang sama juga terjadi jika
bunga simpanan meningkat, di mana masyarakat lebih memilih untuk menyimpan
dalam bentuk deposito atau giro daripada membelanjakan uangnya karena imbalan
yang diperoleh lebih besar. Dengan demikian, tingkat bunga yang lebih tinggi
dapat menyebabkan kinerja ekonomi suatu negara melambat atau bahkan menurun.
Pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh volatilitas nilai tukar atau kurs, yaitu harga
mata uang asing terhadap mata uang domestik. Nilai tukar mata uang suatu negara biasa mampu
mengindikasikan keadaan perekonomian suatu negara, karena nilai mata uang yang
relative stabil akan menggambarkan bahwa keadaan perekonomian suatu negara
tersebut secara makro masih stabil (Salim, 2018). (Mankiw, 2010) menyatakan bahwa setiap negara yang sistem
perekonomiannya terbuka, nilai tukar adalah variabel makroekonomi yang dapat
menentukan tinggi rendahnya produksi output
karena berhubungan dengan aktivitas perdagangan internasional dan aliran modal
asing. Kurs/ Nilai tukar mata uang adalah harga/nilai mata uang suatu negara
dibandingkan dengan mata uang negara lain (Ilmi, 2017). Jika nilai tukar suatu negara melemah
(depresiasi) maka dampaknya adalah peningkatan ekspor neto, karena harga barang
di dalam negeri lebih murah dari sudut pandang bukan penduduk atau penduduk
negara lain sehingga mereka akan melakukan pembelian lebih banyak. Selanjutnya,
jika ekspor neto meningkat maka output
juga akan meningkat karena dalam pendekatan pengeluaran ekspor neto (ekspor
dikurangi impor) adalah komponen terakhir pembentuk output. Nilai tukar mengacu pada pasar keuangan saat ini karena
mencerminkan elemen daya saing, dan evaluasinya sangat penting karena
menyertakan pengaruh dari banyak faktor, tetapi pada saat yang sama
perubahannya memiliki banyak implikasi pada daya saing eksternal, ekonomi riil,
dan pasar keuangan (Bostan et al, 2018).
Sebagai
salah satu negara yang menerapkan sistem perekonomian terbuka (open economy), fluktuasi harga komoditas
di pasar internasional juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Komoditas-komoditas tersebut antara lain minyak mentah atau crude petroleum oil, minyak kelapa
sawit, dan batu bara. Sebagai bahan baku tidak langsung (indirect materials), tiga komoditas tersebut sangat menentukan
aktivitas produksi di suatu negara. Menurut Alfred (2008), komoditas
adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan
atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi permintaan konsumen. Jika
harganya naik maka pertumbuhan ekonomi negara produsen juga akan naik seperti
fenomena Oil Boom yang terjadi pada
tahun 1970an. Hal ini sesuai dengan hukum penawaran yang diungkapkan oleh (Mankiw, 2010) di mana ketika harga naik maka jumlah barang
yang ditawarkan juga akan naik karena salah satu faktor yang mempengaruhi
penawaran adalah profit motive. Namun
bagi negara konsumen, ketika harga tiga komoditas tersebut naik maka biaya
produksi menjadi lebih mahal karena biaya yang digunakan untuk meng-impor bahan
baku dari negara produsen juga mahal. Hal tersebut tentunya menyebabkan tekanan
terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Berdasarkan
uraian perkembangan data‒data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perekonomian dunia yang tidak stabil karena adanya perang dagang dan kasus
geopolitik menyebabkan kondisi ekonomi makro di Indonesia mengalami tekanan
yang cukup berat. Hal tersebut diperparah dengan pandemi COVID-19 yang melanda
semua negara di dunia pada awal tahun 2020, sehingga pemerintah menerapkan
kebijakan pembatasan mobilitas penduduk dan kegiatan ekonomi baik antar wilayah
maupun antar negara. Dengan demikian, kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh
pemerintah harus bersifat akomodatif agar kondisi ekonomi di Indonesia kembali
stabil. Menurut Salim (2018) sisi moneter merupakan bagian yang sangat
penting dalam sebuah perekonomian, pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa
dianalisis tanpa melibatkan persoalan moneter. Sehingga penelitian ini akan
menganalisis pengaruh kebijakan moneter yang diterapkan oleh pemerintah dan
pengaruh beberapa harga komoditas di pasar internasional terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia selama kurun waktu 2011‒2021.
Tujuan
dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui arah dan besarnya pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga
pinjaman, nilai tukar, harga komoditas minyak mentah, minyak sawit dan batu
bara terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia selama kurun waktu kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal pertama
tahun 2021. Alat analisis regresi dinamis digunakan untuk mengkonfirmasi
hasil penelitian yang tidak konsisten dari beberapa penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya.
Metode Penelitian
Pada
penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Penelitian1kuantitatif adalah pendekatan
penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya (Sumiharyati & Arikunto, 2019). Penelitian ini menggunakan
data sekuder yang tersusun secara time
series atau deret waktu, yang dimulai dari kuartal pertama tahun 2011
hingga kuartal pertama tahun 2021 (t = 41). Data-data yang digunakan antara
lain pertumbuhan PDB, jumlah uang beredar, suku bunga pinjaman, nilai tukar,
harga minyak mentah, harga batu bara, dan harga minyak sawit. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi pustaka
dari berbagai macam instansi yang terkait dan juga dengan cara mengunduh data
secara langsung pada website-website lembaga yang berwenang, BPS Republik
Indonesia, Bank Indonesia, dan Bloomberg.
Hasil dan Pembahasan
A. Uji validitas time series
1.
Uji stasioner
Uji stasioneritas dilakukan untuk
mengetahui sifat data yang digunakan dalam penelitian, dimana diharapkan data
memiliki variance yang tidak terlalu besar dan memiliki kecendrungan untuk
mendekati nilai means nya.
Bagan 1. Uji stasioner JUB ��������������� Bagan 2. Uji stasioner SBP
Bagan 3. Uji stasioner NT ����������������� Bagan 4. Uji stasioner HMM
Bagan 5. Uji stasioner HMS ������������� Bagan 6. Uji stasioner HBB
Bagan 7. Uji stasioner PE
Hasil pengujian stationeritas
data dapat ditunjukan dalam bagan-bagan di atas, yang dapat disimpulkan bahwa
semua data berada pada kondisi stationer. Data dikatakan stasioner dalam
rata-rata apabila plot PACF terpotong maksimal 3 lag, terlihat bahwa hasil log
pada plot PACF terlihat bahwa terpotong pada lag 1 saja, sehingga data sudah
dikatakan stasioner dalam rata-rata.
2.
Uji kointegrasi
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam uji
kointegrasi (hubungan keseimbangan jangka panjang) adalah metode johansen
(Ajija, 2011). Uji kointegrasi Johansen menggunakan analisis statistik uji
nilai eigen maksimum dan nilai kritis pada tingkat kepercayaan = 5 %. Berikut
hasilnya:
Tabel 1
Uji Kointegrasi
Total Variance Explained |
|||||||||
Component |
Initial Eigenvalues |
Extraction Sums of Squared
Loadings |
Rotation Sums of Squared
Loadings |
||||||
Total |
% of Variance |
Cumulative % |
Total |
% of Variance |
Cumulative % |
Total |
% of Variance |
Cumulative % |
|
1 |
4.579 |
65.410 |
65.410 |
4.579 |
65.410 |
65.410 |
3.078 |
43.974 |
43.974 |
2 |
1.160 |
16.575 |
81.985 |
1.160 |
16.575 |
81.985 |
2.661 |
38.011 |
81.985 |
3 |
.782 |
11.177 |
93.162 |
|
|
|
|
|
|
4 |
.276 |
3.949 |
97.110 |
|
|
|
|
|
|
5 |
.124 |
1.775 |
98.886 |
|
|
|
|
|
|
6 |
.069 |
.990 |
99.876 |
|
|
|
|
|
|
7 |
.009 |
.124 |
100.000 |
|
|
|
|
|
|
Extraction Method: Principal Component Analysis. |
|
Tabel total variance explained diatas menunjukkan
nilai masing-masing variabel yang di analisis. Dalam penelitian ini ada 7
variabel berarti ada 7 component yang di analisis. Pada initial eigenvalues
menunjukkan faktor yang terbentuk. Apabila semua faktor dijumlahkan menunjukkan
jumlah variabel. Berdasarkan tabel output total variance explained pada
bagian initial eigenvalues, maka ada 2 faktor yang dapat terbentuk dari 7
variabel yang di analisis. Dimana syarat untuk menjadi sebuah faktor, maka
nilai eigenvalues harus lebih besar 1/ Nilai eigenvalue component 1 sebesar
4,579 atau > 1 maka menjadi faktor 1 dan mampu menjelaskan 65,41% variasi.
Sedangkan nilai eigenvalue component 2 sebesar 1,160 atau > 1 maka menjadi
faktor 2 dan mampu menjelaskan 16,57% variasi.
B. Uji Asumsi Klasik
1.
Uji multikolinearitas
Uji
multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada tidaknya korelasi yang tinggi
antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda pada
penelitian ini. Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel
bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya
menjadi terganggu. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF
(Varian Inflation Factor). Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 maka model
terbebas dari multikolinearitas.
Tabel 2.
Hasil Uji multikolinearitas
Variabel |
Tolerance |
VIF |
JUB |
.016 |
61.496 |
SBP |
.072 |
13.833 |
NT |
.024 |
40.953 |
HMM |
.220 |
4.546 |
HMS |
.177 |
5.659 |
HBB |
.494 |
2.024 |
Berdasarkan
tabel di atas diketahui bahwa pada variabel jumlah uang beredar, suku bunga
pinjaman, dan nilai tukar memperoleh nilai VIF > 10, sehingga tidak terbebas
dari multikolinearitas. Kemudian untuk
variabel harga minyak mentah, harga minyak sawit, dan harga batu bara
memperoleh nilai VIF < 10, sehingga terbebas dari multikolinearitas.
2.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian
Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model terjadi
ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam
penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan model
Breusch�Pagan Godfrey yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas (Obs*) R
Square harus lebih besar dari probabilitas sigbifikasi 5 persen maka dapat
dikatakan dalam model tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam model diperoleh
nilai Obs* R Square sebesar 0.249 lebih besar dari taraf nyata 5 persen artinya
model yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengandung heteroskedastisitas.
3.
Uji autokorelasi
Uji
autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang terjadi
diantara anggota atau data observasi yang terletak berderetan. Untuk mendeteksi
adanya autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW), diperoleh hasil
nilai DW pada penelitian ini adalah 1,166. Karena 1,166 berada diantara -2
sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi ((Wiratna, 2008)
4.
Hasil Regresi Metode
PAM (Partial Adjustment Model)
Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi dinamik yaitu Partial Adjustment Model (PAM). Partial Adjustment Model (PAM) dapat
diturunkan dari fungsi biaya kuadrat tunggal (Basuki dan Prawoto, 2019). Pada
penelitian ini akan dilakukan analisis serta pembahasan terhadap pengaruh
kebijakan moneter yang diterapkan oleh pemerintah dan pengaruh beberapa harga
komoditas di pasar internasional terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
selama kurun waktu 2011‒2021.
Tabel 3
Estimasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu 2011‒2021
Variabel |
Coefficient |
T statistic |
Sig |
JUB |
.001 |
.981 |
.333 |
SBP |
2.186 |
2.789 |
.009 |
NT |
-.001 |
-1.518 |
.138 |
HMM |
.011 |
.583 |
.564 |
HMS |
-.010 |
-3.657 |
.001 |
HBB |
.070 |
4.688 |
.000 |
Constant =-11.509 R Square = 0,749 |
F Statistic = 16,951 Sig = 0,000 |
Hasil
analisis statistik yang dirangkum dalam tabel diatas dapat disimpulkan secara
simultan variabel jumlah uang beredar, suku bunga pinjaman, nilai tukar, harga
minyak mentah, harga minyak sawit, dan harga batu bara berpengaruh siginifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang dapat dijelaskan melalui nilai F
hitung (16,951) > F tabel (2,33) dan nilai sig 0.000 < taraf nyata 0.05.
Hasil ini didukung dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.749 yang
memiliki arti bahwa 74,9 persen variasi dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia
dijelaskan oleh jumlah uang beredar, suku bunga pinjaman, nilai tukar, harga
minyak mentah, harga minyak sawit, dan harga batu bara tahun sebelumnya
sedangkan siasanya 25,1 persen dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukan
dalam model.
Berdasarkan
hasil regresi dengan metode pendekatan PAM (Partial Adjusment Model),
maka model ekonometrika yang dihasilkan dalam jangka pendek, yaitu sebagai berikut:
Pertumbuhant = 11,509�+ 0,001JUB�+ 2,186SBP�- 0,001NT + 0,011HMM � 0,010lnHMS
+ 0,070HBB+
0,592pertumbuhant-1 + e
Interpretasi
hasil regresi metode PAM (Partial Adjusment Model) dalam jangka pendek,
yaitu sebagai berikut: Nilai koefisien (�1) = 0,001, koefisien bernilai positif
artinya dalam jangka pendek pada saat jumlah uang beredar naik maka pertumbuhan
ekonomi di Indonesia juga akan mengalami kenaikan. Begitu pula pada saat jumlah
uang beredar turun maka pertumbuhan ekonomi juga akan turun. Kenaikan jumlah
uang beredar sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,001.
Nilai
koefisien (�2) = 2,186, koefisien bernilai positif artinya dalam
jangka pendek pada saat suku bunga pinjaman naik maka pertumbuhan ekonomi di
Indonesia juga akan mengalami kenaikan. Begitu pula pada saat suku bunga
pinjaman turun maka pertumbuhan ekonomi juga akan turun. Kenaikan suku bunga
pinjaman sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar
2,186.
Nilai
koefisien (�3) = -0,001, koefisien bernilai negatif artinya dalam jangka pendek
pada saat nilai tukar naik maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan mengalami
penurunan. Begitu pula pada saat nilai tukar turun maka pertumbuhan ekonomi
akan naik. Kenaikan nilai tukar sebesar 1 satuan maka akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,001.
Nilai
koefisien (�4) = 0,011, koefisien bernilai positif artinya dalam jangka pendek
pada saat harga minyak mentah naik maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga
akan mengalami kenaikan. Begitu pula pada saat harga minyak mentah turun maka
pertumbuhan ekonomi juga akan turun. Kenaikan harga minyak mentah sebesar 1
satuan maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,011.
Nilai
koefisien (�5) = -0,010, koefisien bernilai negatif artinya dalam jangka pendek
pada saat harga minyak sawit naik maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan
mengalami penurunan. Begitu pula pada saat harga minyak sawit turun maka
pertumbuhan ekonomi akan naik. Kenaikan harga minyak sawit sebesar 1 satuan
maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,010.
Nilai
koefisien (�6) = 0,070, koefisien bernilai positif artinya dalam jangka pendek
pada saat harga batu bara naik maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga akan
mengalami kenaikan. Begitu pula pada saat harga batu bara turun maka
pertumbuhan ekonomi juga akan turun. Kenaikan harga batu bara sebesar 1 satuan
maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,070.
Interpretasi
hasil regresi metode PAM (Partial Adjusment Model) dalam jangka panjang,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 4
Interpretasi
Hasil Regresi Metode PAM
(Partial
Adjusment Model) Dalam Jangka Panjang
Variabel |
Rumus |
Nilai
koefisien |
Konstanta |
β0/
(1- β7) = |
28,2083 |
JUB |
β1/
(1- β7) = |
0,0024 |
SBP |
β2/
(1- β7) = |
5,3578 |
NT |
β3/
(1- β7) = |
-0,0024 |
HMM |
β4/
(1- β7) = |
0,0269 |
HMS |
β5/
(1- β7) = |
-0,0245 |
HBB |
β6/
(1- β7) = |
0,1715 |
Berdasarkan
hasil perhitungan diatas maka diperoleh nilai koefisien dalam jangka panjang
yaitu 28,2083 artinya dalam jangka panjang ketika semua variabel independen
dianggap konstan maka pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 28,2083. Untuk
variabel X1 diperoleh nilai koefisien dalam jangka panjang yaitu 0,0024 artinya
dalam jangka panjang ketika terjadi kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia
sebesar 1% maka akan terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
jangka panjang sebesar 0,0024 dengan suatu anggapan variabel independen lainnya
dianggap konstan. Untuk variabel X2 diperoleh nilai koefisien dalam jangka
panjang yaitu 5,3578 artinya dalam jangka panjang ketika terjadi kenaikan suku
bunga pinjaman sebesar 1% maka akan terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dalam jangka panjang sebesar 5,3578 dengan suatu anggapan variabel
independen lainnya dianggap konstan.
Untuk
variabel X3 diperoleh nilai koefisien dalam jangka panjang yaitu -0,0024
artinya dalam jangka panjang ketika terjadi kenaikan nilai tukar sebesar 1%
maka akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang
sebesar 0,0024 dengan suatu anggapan variabel independen lainnya dianggap
konstan.
Untuk
variabel X4 diperoleh nilai koefisien dalam jangka panjang yaitu 0,0269 artinya
dalam jangka panjang ketika terjadi kenaikan harga minyak mentah di Indonesia
sebesar 1% maka akan terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
jangka panjang sebesar 0,0269 dengan suatu anggapan variabel independen lainnya
dianggap konstan.
Untuk
variabel X5 diperoleh nilai koefisien dalam jangka panjang yaitu -0,0245
artinya dalam jangka panjang ketika terjadi kenaikan harga minyak sawit sebesar
1% maka akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka
panjang sebesar 0,0245 dengan suatu anggapan variabel independen lainnya
dianggap konstan. Untuk variabel X6 diperoleh nilai koefisien dalam jangka
panjang yaitu 0,1715 artinya dalam jangka panjang ketika terjadi kenaikan harga
batu bara sebesar 1% maka akan terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
dalam jangka panjang sebesar 0,1715 dengan suatu anggapan variabel independen
lainnya dianggap konstan.
C. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia
Selama Kurun Waktu Kuartal Pertama Tahun 2011 Hingga Kuartal Pertama Tahun 2021
Dari
hasil regresi diperoleh bahwa nilai thitung = 0,981 sehingga
diperoleh hasil thitung (0,981) < ttabel (2,03) dengan
nilai signifikansi 0,333 > 0,05, maka keputusannya adalah positif tidak
signifikan. Hasil dari uji t tersebut menyatakan bahwa jumlah
uang beredar berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia selama kurun waktu kuartal pertama tahun 2011 hingga
kuartal pertama tahun 2021. Hasil pada penelitian ini mendukung penelitian
yang telah dilakukan oleh (Akalpler & Duhok, 2018) yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun hasil pada
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Winarto, Nurhidayah, & Sukirno, 2021) yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar
berpengaruh signifikan terhadap produk domestik bruto.
D. Pengaruh Suku
Bunga Pinjaman Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Selama Kurun Waktu
Kuartal Pertama Tahun 2011 Hingga Kuartal Pertama Tahun 2021
Dari
hasil regresi diperoleh bahwa nilai thitung = 2,789 sehingga
diperoleh hasil thitung (2,789) > ttabel (2,03) dengan
nilai signifikansi 0,009 > <,05, maka keputusannya adalah positif dan
signifikan. Hasil dari uji t tersebut menyatakan bahwa suku
bunga pinjaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia selama kurun waktu kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal
pertama tahun 2021. Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan
pernyataan (Mishkin F.S, 2012) yang menyatakan bahwa �jika bunga simpanan
meningkat, masyarakat lebih memilih untuk menyimpan dalam bentuk deposito atau
giro daripada membelanjakan uangnya karena imbalan yang diperoleh lebih besar,
dengan demikian, tingkat bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan kinerja
ekonomi suatu negara melambat atau bahkan menurun�.
E.
Pengaruh Nilai Tukar
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Selama Kurun Waktu Kuartal Pertama
Tahun 2011 Hingga Kuartal Pertama Tahun 2021
Dari
hasil regresi diperoleh bahwa nilai thitung = -1,518 sehingga
diperoleh hasil thitung (-1,518) < ttabel (2,03)
dengan nilai signifikansi 0,138 > 0,05, maka keputusannya adalah negatif
tidak signifikan. Hasil dari uji t tersebut menyatakan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif namun tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu kuartal pertama
tahun 2011 hingga kuartal pertama tahun 2021. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh (Shrivastava, Soon, Idris, & Mekhilef, 2019) yang menyatakan bahwa nilai tukar berpengaruh
negatif terhadap produk domestik bruto.
F.
Pengaruh Harga Minyak
Mentah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Selama Kurun Waktu Kuartal
Pertama Tahun 2011 Hingga Kuartal Pertama Tahun 2021
Dari
hasil regresi diperoleh bahwa nilai thitung = 0,583 sehingga
diperoleh hasil thitung (0,583) < ttabel (2,03) dengan
nilai signifikansi 0,564 > 0,05, maka keputusannya adalah positif tidak
signifikan. Hasil dari uji t tersebut menyatakan bahwa harga
minyak mentah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia selama kurun waktu kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal pertama
tahun 2021. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
telah dilakukan oleh (Arifin, Weta, & Ratnawati, 2016) yang menyatakan bahwa harga minyak dunia
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
G. Pengaruh Harga Minyak Sawit Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia
Selama Kurun Waktu Kuartal Pertama Tahun 2011 Hingga Kuartal Pertama Tahun 2021
Dari
hasil regresi diperoleh bahwa nilai thitung = -3,657 sehingga
diperoleh hasil thitung (3,657) > ttabel (2,03) dengan
nilai signifikansi 0,001 < 0,05, maka keputusannya adalah negatif
signifikan. Hasil dari uji t tersebut menyatakan bahwa harga
minyak sawit berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia selama kurun waktu kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal pertama
tahun 2021. Hasil pada penelitian ini mendukung penelitian yang telah
dilakukan oleh (Isfihani & Andriyani, 2019) yang menyatakan bahwa ekspor minyak kelapa
sawit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
H. Pengaruh Harga
Batu Bara Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Selama Kurun Waktu Kuartal Pertama Tahun 2011 Hingga Kuartal Pertama Tahun 2021
Dari
hasil regresi diperoleh bahwa nilai thitung = 4,688 sehingga
diperoleh hasil thitung (4,688) > ttabel (2,03) dengan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka keputusannya adalah positif
signifikan. Hasil dari uji t tersebut menyatakan bahwa harga batu bara
berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama
kurun waktu kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal pertama tahun 2021.
Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui arah dan besarnya
pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga pinjaman, nilai tukar, harga komoditas
minyak mentah, minyak sawit dan batu bara terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun
waktu kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal pertama tahun 2021.
Penelitian ini menggunakan data sekuder time
series, yang dimulai dari kuartal pertama tahun 2011 hingga kuartal pertama
tahun 2021 (t = 41). Analisis data menggunakan alat analisis regresi dinamik
yaitu Partial Adjustment Model (PAM).
Hasil menunjukkan bahwa suku bunga pinjaman dan harga batu bara berpengaruh
positif dan signifikan. Harga minyak sawit berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu kuartal pertama
tahun 2011 hingga kuartal pertama tahun 2021. Sedangkan jumlah uang beredar,
nilai tukar dan harga minyak sawit tidak berpengaruh signifikan pada
pertumbuhan ekonomi. Pemerintah bersama Bank Indonesia perlu menjaga tingkat
suku bunga yang responsif terhadap situasi pasar untuk mendapatkan dampak
positif pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu pemerintah juga sebaiknya menjaga
supply dan keberlanjutan produksi beberapa komoditas unggulan Indonesia.
BIBLIOGRAFI
Ajija S.R. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews.
Jakarta: Salemba Empat
Akalpler, Ergin, & Duhok, Dilgash. (2018). Does
monetary policy affect economic growth: evidence from Malaysia. Journal of
Economic and Administrative Sciences.
Alfred P. (2008). Comodity Online Trading In Future
and Options. Jakarta:PT Elex Media Komputindo.
Ambarwati, A, D., Sara, I, M., Aziz, I, S. (2021).
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), BI Rate dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia Periode 2009-2018
Arifin, MHBM, Weta, I. Wayan, & Ratnawati, NLKA.
(2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok
lanjut usia di wilayah kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung tahun
2016. E-Jurnal Medika, 5(7), 1395�2303.
Asnawi, & Fitria, H. (2018). Pengaruh Jumlah Uang
Beredar, Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia. Ekonomika Indonesia, 7(1), 24�32.
Basuki A T & Prawoto N. (2019). Analisis Regresi
Dalam Penelitian Ekonomi & Bisnis : Dilengkapi Aplikasi SPSS & EVIEWS.
Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Bostan, I., Toderasu, C., and Firtescu, B. (2018).
Exchange Rate Effects on International Commercial Trade Competitiveness.
Journal of Risk and Financial Management. Vol 11(19): 1-11.
doi:10.3390/jrfm11020019
Budiono, Budiono. (2013). Analisis Keuntungan Maksimum
Usaha Tambak Udang Dalam Pasar Persaingan Sempurna Di Kampung Pegat Betumbuk
Kecamatan Pulau Derawan. Jurnal Eksekutif, 10(2).
Hadiyanti, Sofia Ulfa. (2013). External Variables in
the Expansion of Employment Opportunities. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol. 14 (2): 234-245
Ilmi, Maisaroh Fathul. (2017). Pengaruh kurs/nilai
tukar rupiah, inflasi dan tingkat suku bunga SBI terhadap indeks harga saham
gabungan LQ-45 periode tahun 2009-2013. Nominal: Barometer Riset Akuntansi
Dan Manajemen, 6(1), 93�108.
Isfihani, Isfihani, & Andriyani, Devi. (2019).
pengaruh inflasi dan ekspor minyak kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi di
indonesia menggunakan model dinamis regression. jurnal ekonomika indonesia,
8(1), 8�18.
Jhingan M.L. (2014). Ekonomi Pembangunan Dan
Perencanaan. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.
Karim A. A. (2014). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
Mankiw. (2010). Makroekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Mishkin F.S. (2012). Macroeconomics Policy and
Practice (Pearson, ed.). Boston, Mass.
Naf�an. (2014) Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Prihatin W. A., Arintoko, & Suharno. (2019).
Analisis Pengaruh Variabel-Variabel Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi (JEBA), 21(03), 1-12
Pujoalwanto B. (2014). Perekonomian Indonesia Tinjauan
Historis, Teoritis, Dan Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rompas, Wensy. 2018. Analisis Pengaruh Tingkat Suku
Bunga Dan Nilai Tukar Terhadap Permintaan Kredit Pada Perbankan Di Kota Manado.
Jurnal Berkala Ilmial Efisiensi. Vol. 18(2):204-215.
Salim, Jul Fahmi. (2018). Pengaruh kebijakan moneter
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ekombis: Jurnal Fakultas Ekonomi,
3(2).
Shrivastava, Prashant, Soon, Tey Kok, Idris, Mohd
Yamani Idna Bin, & Mekhilef, Saad. (2019). Overview of model-based online
state-of-charge estimation using Kalman filter family for lithium-ion
batteries. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 113, 109233.
Srithilat, K., Samatmanivong, T., Lienpaserth, V.,
Chanthavixay, P., Boundavong, V., and Douangty, V. (2022). The Effect of
Monetary Policy on Economic Growth in Lao PDR. International Journal of
Economics and Financial Issues. Vol 12(1): 67-74
Sukirno S. (2016). Makroekonomi Teori Pengantar
Edisi Ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sumiharyati, Sumiharyati, & Arikunto, Suharsimi.
(2019). Evaluasi program in-service training guru SMK di BLPT Yogyakarta. Jurnal
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 7(2), 160�173.
Sutawijaya, A., dan Lestari, E. (2013). Penerapan
Metode Vector Auto Regression Dalam Interaksi Kebijakan Fiskal Dan Moneter Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 14(1):66-77.
Syahputra, Rinaldi. (2017). Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jurnal Samudra Ekonomika,
1(2), 183�191.
Winarto, Wahid Wachyu Adi, Nurhidayah, Tri, &
Sukirno, Sukirno. (2021). Pengaruh Green Banking Disclosure Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. Velocity: Journal of Sharia
Finance and Banking, 1(2), 12�22.
Wiratna, S. (2008). Belajar Mudah SPSS untuk
Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Umum. Yogyakarta: Ardana Media
Yuliadi, Imamudin. 2012. Kesenjangan Investasi Dan
Evaluasi Kebijakan Pemekaran Wilayah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol. 13(2): 276-287
Copyright holder: Agung Yusuf Nugroho, Siti Aisyah |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |