Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember
2022
TINGKAT� PENGGUNAAN�
FAKTOR� PRODUKSI� KAKAO (Theobroma Cacao L) DI KECAMATAN DOLO
SELATAN
Risman, M.Anwar Nasaruddin, Musdayati
Universitas Tadulako, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Kabupaten Sigi, aktivitas ekonomi komoditi kakao tidak hanya
menjadi sumber pendapatan bagi sebagian besar petani di sentra produksinya
(dalam aspek mikro) akan tetapi sekaligus sebagai komoditas perdagangan yang
diharapkan mampu menjadi sumber devisa yang sangat potensial (dalam aspek
makro). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi apa yang harus
dilakukan dalam pengembangan komoditas kakao di Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi. Dalam menganalisis
masalah yang diajukan, digunakan analisis SWOT. Alat yang dipakai untuk
menyusun faktor strategi sadalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani. Berdasarkan hasil analisis
dapat disimpulkan bahwa : 1) Dari hasil
perhitungan berdasarkan analisis general
electri model nilai faktor internal 2,62, dan nilai fakktor eksternal 2,13
berada pada kuadran II. Artinya bahwa dalam pengembangan komoditi kakao
startegi yang perlu dilakukan adalah startegi menggunakan kekuatan dan
memanfaatkan peluang. 2) Dalam pengembangan komoditi kakao ada 4 (empat) faktor
kelemahan yang perlu mendapat perhatian yaitu produktivitas, pendidikan, modal
dan pemeliharaan.serta yang merupakan ancaman yaitu faktor; tengkulak dan
keamanan. Kekuatan yang mendukung adalah faktor lahan yang dimiliki, umur
kakao, tenaga kerja keluarga serta umur petani. Peluang yang perlu dimanfaatkan
adalah iklim, potensi lahan untuk digarap masih cukup luas, potensi tenaga
kerja yang dapat digunakan masih tersedia dan adanya lembaga yang mendukung seperti
koperasi unit desa �dan balai penyuluhan
pertanian.
Kata Kunci: �SWOT; kakao; kabupaten sigi
Abstract
In Sigi Regency,
the economic activity of the cocoa commodity is not only a source of income for
most farmers in their production centers (in the micro aspect) but also as a
trading commodity which is expected to be a very potential source of foreign
exchange (in the macro aspect). This study aims to determine what strategy
should be carried out in the development of cocoa commodities in Dolo Selatan
District, Sigi Regency. In analyzing the problems raised, a SWOT analysis is
used. The tool used to develop strategic factors is the SWOT matrix. This
matrix can clearly describe how the opportunities and threats faced can be
adjusted to the strengths and weaknesses of farmers. Based on the results of
the analysis it can be concluded that: 1) From the results of calculations
based on general electri analysis the internal factor value is 2.62, and the
external factor value is 2.13 in quadrant II. This means that in the
development of cocoa commodity the strategy that needs to be carried out is the
strategy of using strength and taking advantage of opportunities. 2) In the
development of cocoa commodity there are 4 (four) weak factors that need
attention, namely productivity, education, capital and maintenance. middlemen
and security. The supporting strengths are the land owned, the age of the
cocoa, the family workforce and the age of the farmer. Opportunities that need
to be exploited are the climate, the potential for land to be cultivated is
still quite extensive, the potential for manpower that can be used is still available
and the existence of supporting institutions such as village unit cooperatives
and agricultural extension centers.
Keywords: SWOT; cocoa; sigi district
Pendahuluan
Strategi
pembangunan wilayah Sulawesi Tengah pada Pembangunan Jangka Panjang (PJP) masih
tetap diprioritaskan pada pembangunan bidang ekonomi sebagai sektor kunci
dalam� menggerakan pilar-pilar
pembangunan wilayah (Heriawan, Las, Soedjana,
& Soeparno, 2018). Implikasi strategis kebijakan tersebut tidak hanya
diharapkan untuk semakin mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
seluruh lapisan masyarakat akan tetapi sekaligus diarahkan pada upaya untuk
semakin memperkokoh struktur perekonomian wilayah (Ulfa & Mulyadi, 2020).
Pada
era transformasi ekonomi dan sekaligus konstelasi perdagangan bebas dunia yang
semakin kompetitif, salah satu tantangan yang sekaligus merupakan masalah
mendasar pembangunan ekonomi adalah bagaimana terus memacu pertumbuhan ekonomi
wilayah dengan hasilnya yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat (Romarina, 2016). Salah satu strategi pembangunan ekonomi untuk memenuhi
syarat yang demikian adalah melalui pembangunan pertanian (Rozikin, 2012). Karena prinsip pembangunan dari-oleh-untuk masyarakat
merupakan prasyarat dalam pembangunan pertanian yang berorientasi pada manusia (Ardiwidjaja, 2018).
Sulawesi
Tengah sebagai salah satu daerah yang masih mengandalkan sektor pertanian
sebagai pendukung pembangunan ekonominya, strategi pembangunan sektor pertanian
dewasa ini tidak hanya diarahkan untuk peningkatan produksi untuk kebutuhan
penyediaan pangan dan gizi, tetapi juga diarahkan pada usaha tani yang berwawasan
agribisnis dan agroindustri untuk menunjang peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani (Iwan Hermawan et al., 2021).
Berkaitan
dengan strategi pemberdayaan sumberdaya di sektor pertanian, salah satu
komoditas pertanian yang� perlu� untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Sigi
adalah komoditi kakao. Komoditi kakao bagi daerah Kabupaten Sigi, berdasarkan
hasil penelitian, mempunyai prospek yang paling besar untuk dikembangkan karena
iklim dan tanah sangat mendukung (Pribadi, Laapo, & Asih,
2019).
Di
Kabupaten Sigi, aktivitas ekonomi komoditi kakao tidak hanya menjadi sumber
pendapatan bagi sebagian besar petani di sentra produksinya (dalam aspek mikro)
akan tetapi sekaligus sebagai komoditas perdagangan yang diharapkan mampu
menjadi sumber devisa yang sangat potensial (dalam aspek makro) (Rismawati M, 2019). Data statistik menunjukkan nilai ekspor yang berasal dari
komoditi kakao pada Tahun 1997 adalah US $ 20.635.771,83, pada Tahun 1998
meningkat menjadi US $ 31.812.342,45, kemudian pada Tahun 1999 US $
24.782.437,16 dan pada Tahun 2000 adalah sebesar US $ 29.612.124, 90 (Kantor
Statistik Kabupaten Sigi).
Mencermati
kondisi riil produktivitas kakao yang dicapai petani di wilayah ini perhektar
pertahun masih tergolong rendah dibanding dengan produktivitas optimum yang
seharusnya dapat dicapai menurut hasil penelitian 2.0 perhektar pertahun di
Kabupaten Sigi (Hakim, 2016). Kondisi ini menimbulkan pertanyaan faktor-faktor apa yang
menyebabkan, apakah karena penggunaan faktor produksi yang belum optimal atau
karena faktor kurangnya pemeliharaan yang dilakukan oleh petani. Pertanyaan-pertanyaan
ini perlu mendapat jawaban dalam kerangka pengembangan komoditi ini sebagai
pemberi penghidupan bagi petani dan penyumbang devisa bagi daerah Kabupaten
Sigi (Irmeilyana, Ngudiantoro,
& Maiyanti, 2022).
Menyikapi
kondisi riil petani tersebut di atas, maka untuk mengkaji masalah pengembangan
komoditi kakao sebagai salah satu komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan produsen serta�
menyumbangkan� devisa bagi
kepentingan pembangunan ekonomi
daerah, perlu dilakukan� penelitian awal
yang berkaitan dengan aspek petani dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan
faktor produksi lainya untuk menghasilkan kakao sebagai output akhir serta
aspek kelembagaan yang berkaitan dengan penyediaan sarana produksi dan sarana
kredit serta pembinaan. Didasari pada pemikiran tersebut, sehingga penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang dirumuskan dalam judul : Tingkat
Penggunaan Faktor produksi kakao (theobroma
cacao l) di Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui : Strategi apa yang harus dilakukan dalam
pengembangan komoditas kakao� di Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi.
Metode Penelitian
1. Obyek
Penelitian
Untuk memenuhi tujuan penelitian maka obyek
penelitian ini diarahkan terutama pada pengidentifikasian berbagai masalah yang
dihadapi petani kakao. Hasil identifikasi dipakai untuk mengkaji pengembangan
komoditas tersebut dengan mengarahkan sasaran pada beberapa variabel yang
mempengaruhi peningkatan produksi komoditas kakao di Kecamatan Dolo Selatan.
Pada akhirnya obyek penulisan akan menuju pada analisis penggunaan faktor
produksi dan analisis pengembangannya.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian ditetapkan pada Kecamatan Dolo Selatan Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun alasan sehingga penulis memilih
lokasi ini adalah Kecamatan Dolo Selatan merupakan satu kecamatan pengghasil
komoditi kakao di Kabupaten Sigi.Hal ini dapat ditunjukkan oleh data dari 11
Desa yang ada di Kecamatan Dolo Selatan adalah Desa ; Bangga 102 ha, Walatana
98 ha, Bulubete 100 ha, Baluase 99 ha, Rogo 63 ha, Pulu 40 ha, Poi 75 ha,
Balongga 100 ha, Sambo 100 ha, dan Jono 2 ha.
3. Jenis
Data
Jenis Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan komponen utama dari
penelitian ini yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada petani,
sedangkan data sekunder merupakan komponen penunjang yang erat kaitannya dengan
tujuan penelitian, yang diperoleh dari lembaga/instansi formal baik pemerintah
maupun swasta. Untuk memperoleh data penelitian pada kecamatan yang dijadikan
populasi sasaran, maka penulis menggunakan sampel. Sampel penelitian ini
diupayakan sedapat mungkin mencerminkan populasi, sehingga dalam menentukan
ukuran sampel dilakukan dengan penuh pertimbangan agar kesalahan atau bias
akibat penarikan sampel dapat ditekan sekecil mungkin.
Sesuai dengan maksud penelitian ini, maka teknik
pengambilan sampel yaitu berdasarkan Simple
Random Sampling. Penarikan sampel dilakukan pada seluruh Desa yang ada di
Kecamatan Dolo Selatan Kecuali Desa yang tidak memiliki jumlah resonden. Hal
ini dilakukan untuk memberi kesempatan seluruh desa yang ada di kecamatan untuk
menjadi sebagai sampel. Alasannya adalah seluruh desa yang ada di kecamatan
memiliki jumlah petani dan luas areal tanaman kakao.
4.
Populasi
Dan Sampel
Populasi
adalah semua obyek dan subyek penelitian yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Aprida,
Fitria, & Nurkhalis, 2020). Populasi bukan hanya orang tetapi juga
benda-benda alam yang bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek tau subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi karakteristik atau sifat-sifat yang dimiliki oleh
obyek ayau subyek (Sugiyono,
2015). Populasi sasaran dalam penelitian ini
adalah sebesar 626 rumah tangga petani yang berusahatani kakao di Kecamatan
Dolo Selatan Kabupaten Sigi.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2006), bahwa apabila subyek
yang diteliti kurang dari 100 maka lebih baik subyek tersebut diambil
seluruhnya, tetapi aabila subyek tersebut melebihi 100 maka yang boleh diambil
adalah sebesar 10% � 15% atau 20%�-� 25%. Adapun cara pengambilan
sampelnya adalah dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
Keterangan :
n = Ukuran sampel
d= Presisi yang ditetapkan
N= Ukuran Populasi
1= Konstanta
Karena populasinya melebihi
dari 100, maka presisi yang diambil dalam penarikan sampel dalam penelitian ini
adalah 15 persen. Artinya dengan tingkat keyakinan 85 persen dan kesalahan 15
persen sampel yang diambil sudah dapat mewakili populasi petani kakao di Kecamatan
Dolo Selatan. Adapun sampelnya adalah sebagai berikut:
Karena populasinya tersebar
pada 10 desa maka sampelnya berdasarkan 10 desa. Dengan demikian masing-masing
sampel setiap desa adalah proosional sesuai dengan jumlah populasi desa. Jadi
jumlah sampelnya untuk setiap desa adalah sebagai berikut:
1 |
Bangga |
|
2 |
Walatana |
|
3 |
Bulubete |
|
4 |
Baluase |
|
5 |
Rogo |
|
6 |
Pulu |
|
7 |
Poi |
|
8 |
Balongga |
|
9 |
Wisolo |
|
10 |
Sambo |
|
11 |
Jono |
|
5.
Model Analisis
Dalam menganalisis masalah yang diajukan, digunakan analisis SWOT. Alat
yang dipakai untuk menyusun faktor strategi sadalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani.�
Adapun tahapan dari kegiatan analisis SWOT sebagai berikut :
1)
Menentukan faktor-faktor strategis eksternal
(EFAS) yaitu faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)
dalam pengembangan komoditas kakao.
2)
Menentukan faktor-faktor strategis internal
(IFAS) yaitu faktor-faktor yang menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (Threat)
dalam pengembangan komoditas kakao.
3)
Merumuskan alternatif strategi dengan cara membuat matrik SWOT. Matrik ini dapat menghasilkan empat
sel kemungkinan alternatif yang disarankan dalam pengembangan komoditi kakao
seperti disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1
Matrik SWOT
IFAS EFAS |
STRENGTHS (S) Tentukan
faktor-faktor kekuatan internal |
WEAKNESSES (W) Tentukan faktor- faktor kelemahan
internal |
OPPORTUNIES
(O) Tentukan faktor peluang ekternal |
STRATEGI� SO Ciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang |
STRATEGI� WO Ciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemah-an untuk memenfaatkan peluang |
TREATHS (T) Tentukan ancaman eksternal |
STRATEGI
ST Ciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman |
STRATEGI
WT Ciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari
ancaman |
Hasil dan Pembahasan
Dalam menentukan strategi pengembangan komoditi
kakao di Kecamatan Dolo Selatan pada penelitian ini digunakan metode SWOT. Dari
penelitian yang dilakukan diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel sebagai
berikut ;
Tabel
2
Matrik
Faktor Stratgis Internal
Faktor Strategi Internal |
Bobot |
Rating |
Skor |
Kekuatan |
|
|
|
Lahan |
0,16 |
3 |
0,48 |
Umur Kakao |
0,16 |
3 |
0,48 |
Tenaga Kerja Keluarga |
0,11 |
2 |
0,22 |
Umur Petani |
0,09 |
2 |
0,18 |
Kelemahan |
|
|
|
Produktivitas |
0,16 |
3 |
0,48 |
Pendidikan |
0,06 |
2 |
0,12 |
Modal |
0,16 |
3 |
0,48 |
Pemeliharaan |
0,09 |
3 |
0,18 |
Total |
1,00 |
|
2,62 |
Tabel 3
Matrik faktor
stratgis Eksternal
Faktor Strategi Ekstrernal |
Bobot |
Rating |
Skor |
Peluang |
|
|
|
Iklim |
0,14 |
3 |
0,42 |
Potensi lahan |
0,14 |
4 |
0,56 |
Potnsi Tenaga Kerja |
0,12 |
2 |
0,24 |
KUD dan BPP |
0,11 |
3 |
0,33 |
Ancaman |
|
|
|
Harga produk lain |
0,15 |
1 |
0,15 |
Harga kakao turun |
0,15 |
1 |
0,15 |
Tengkulak |
0,10 |
1 |
0,10 |
Keamanan |
0,09 |
2 |
0,18 |
Total |
1,00 |
|
2,13 |
Hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya
skor untuk faktor strategis internal adalah 2,62. Sedangkan untuk faktor
strategis ekternal diperoleh skor 2,13. Dengan berdasarkan skor yang diperoleh
pada masing-masing faktor tersebut berada pada daerah atau kolom 5 (lima), maka
strategi yang terbaik untuk dilaksanakan adalah strategi pertumbuhan melalui
strategi horizontal. Artinya suatu kegiatan untuk memperluas usahatani dengan
cara ektensifikasi untuk emningkatkan produksi.
Agar produksi dapat ditingkatkan
dan kualitas dapat dipertahankan, para petani harus memperhatikan dan mengatasi
beberapa kelemahan dan anamatan serta memanfaatkan kekuatan dan peluang yang
ada. Secara lengkapnya pada tabel berikut:
Total Skor Faktor Strategis
Internal
����������������������������������� Total Skor
Faktor Strategis Eksternal
����������������������������������� Strategi SO
(Stengh- Opportunities)
Strategi penggunaan kekuatan yang
ada untuk memanfaatkan peluang melalui program dan kegiatan :
1.
Perbaikan teknologi peremajaan kakao meliputi
a)
Pemilihan varietas kakao
b)
Perbaikan metode peremajaan
2.
Ekstensifikasi lahan meliputi kegiatan:
a)
Pemanfaatan lahan tidur
b)
Tumpangsari kakao dan tanaman lain
3.
Mempebaiki kualitas SDM
Dengan melihat kondisi pendidikan petani yang ada di
Kecamatan Dolo Selatan masih ada yang berpendidikan rendah, maka untuk
menjadikan petani yang memiliki kemampuan, dibutuhkan:
a)
Penyuluhan
b)
Pelatihan-pelatihan
Strategi
ST (Strengh � Threats)
Strategi penggunaan
kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman melalui program dan kegiatan :
1.
Meningkatkan semangat kerja
Tujuan pembangunan pertanian bukan sekedar
meningkatkan produksi saja, akan tetapi yang terutama adalah meningkatkan
gairah dan ksejahteraan petani. Oleh karna itu sifat perangsang dapat
diciptakan dalam bentuk seperti ; penghargaan, penurunan harga sarana produksi,
perbaikan system tata-niaga, perbaikan pelayanan sarana harus benar-benar
dengan tepat sehingga merupakan daya tarik bagi petani.
2.
Menjalin hubungan baik dengan pihak berwajib
Untuk mengatasi gangguan keamanan pada setiap lokasi
usaha hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan sistem keamanan lingkungan
melalui ronda baik siang maupun malam hari serta membina hubungan baik dengan
dengan pihak yang berwajib yaitu POLRI maupun KAMRA setempat.
Statgi
WO (Weaknesses-Opportunities)
Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfatkan
peluang, melalui program dan kegiatan:
1.
Perbaikan budidaya melalui kegiatan:
a)
Melaksanakan petunjuk teknis budidaya dalam hal ini
meliputi; pemilihan varietas dan penentuan lahan yang sesuai serta pemupukan
dan pemberantasan hama
b)
Melaksanakan petunjuk peremajaan dalam hal ini
meliputi; kriteria peremajaan yang terdiri dari metode tebang bertahap dan
metode tebang habis.
2.
Meningkatkan pengetahuan petani melalui kegiatan:
a)
Pelatihan dan ketrampilan
b)
Pendampingan petani
3.
Meningkatkkan efisiensi biaya melalui kegiatan:
a)
Menyusun prosedur kerja
b)
Membuat rencana pembiayaan
c)
Melakukan pengawasan terhadap pembiayaan dan
pekerjaan yang dilaksanakan
4.
Meningkatkan semangat kerja melalui kegiatan:
a)
Menginventarisasi beberapa kelemahan
b)
Memotivasi diri sendiri
c)
Mampu melihat peluang yang dapat diraih
Strategi
WT (Weaknesses-Threats)
Strategi meminimalkan kelemahan dan mnghindari
ancaman, melalui program dan kegiatan:
1.
Memperbaikan kualitas produk
Dalam budidaya komoditi tanaman perkebunan,
pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang tidak kala pentingnya dalam
meningkatkan produksi. Pemeliharaan yang dilakukan secara teratur dan rutin
akan memberikan manfaat besar bagi petani terutama dalam meningkatkan produksi,
dan terawatnya tanaman dari berbagai serangan hama dan penyakit.
2. Menjalin
hubungan baik dengan lebaga keuangan pemerintah
Permasalahan yang terkait dengan produksi memang
merupakan permasalahan utama yang dihadapi oleh setiap petani. Untuk mengatasi
permasalahan ini petani kadangkala menjalin hubungan dengan para tengkulak
untuk meminjam uang. Akan tetapi ternyata upaya yang dilakukan oleh petani
telah menjebak mereka dalam ketergantungan dengan pihak tengkulak sekaligus
menempatkan pada posisi lemah. Menghadapi kenyataan ini tampaknya perlu
dibentuk suatu lembaga ekonomi formal apapun namanya yang jelas berfungsi
untuk; 1) menutup utang petani kepada tengkulak dan mengalihkan pinjaman itu
sebagai pinjaman kepada lembaga, 2) memberikan kredit kepada petani baik dalam
bentuk uang maupun barang, 3) mengadakan pembelian hasil dari usaha mereka.
Berdasakan
matrik SWOT, maka strategi SO menjadi strategi utama dalam upaya pengembangan
komoditi kakao di Kecamatan Dolo Selatan, yaitu strategi menggunakan kekuatan
untuk memanfatkan peluang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dikemukakan
pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang ditarik adalah sebagai berikut: 1) Dari
hasil perhitungan berdasarkan analisis general
electri model nilai faktor internal 2,62, dan nilai fakktor eksternal 2,13
berada pada kuadran II. Artinya bahwa dalam pengembangan komoditi kakao strtegi
yang perlu dilakukan adalah strategi menggunakan kekuatan dan memanfaatkan
peluang. 2) Dalam pengembangan komoditi kakao ada 4 (empat) faktor kelemahan
yang perlu mendapat perhatian yaitu produktivitas, pendidikan, modal dan
pemeliharaan.serta yang merupakan ancaman yaitu faktor; tengkulak dan keamanan.
Kekuatan yang mendukung adalah faktor lahan yang dimiliki, umur kakao, tenaga kerja
keluarga serta umur petani. Peluang yang perlu dimanfaatkan adalah iklim,
potensi lahan untuk digarap masih cukup luas, potensi tenaga kerja yang dapat
digunakan masih tersedia dan adanya lembaga yang mendukung seperti koperasi
unit desa (KUD) dan balai penyuluhan pertanian (BPP).
BIBLIOGRAFI
Aprida, Yopi, Fitria, Happy, & Nurkhalis,
Nurkhalis. (2020). Pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru
terhadap kinerja guru. Journal of Education Research, 1(2), 160�164.
Ardiwidjaja, Roby. (2018). Wisata Perdesaan: € �
Pelestarian Budaya Dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa €. Sosio
Informa: Kajian Permasalahan Sosial Dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 4(3).
Hakim, Lukman. (2016). Analisis Biaya Transaksi
Ekonomi Dan Faktor Determinan Penerapan Kemitraan Usaha Tani Tebu Rakyat Studi
Kasus: Mitra Tani PG Pandji, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo.
Heriawan, Rusman, Las, Irsal, Soedjana, Tjeppy D.,
& Soeparno, Haryono. (2018). Sinergi Sistem Penelitian dan Inovasi
Pertanian Berkelanjutan. IAARD Press.
Irmeilyana, Irmeilyana, Ngudiantoro, Ngudiantoro,
& Maiyanti, Sri Indra. (2022). Socialization of sustainable Pagar Alam
Coffee Farming using herbicide reductors. Abdimas: Jurnal Pengabdian
Masyarakat Universitas Merdeka Malang, 7(2), 309�318.
Iwan Hermawan, S. P., Izzaty Izzaty ST, M. E.,
Budiyanti, Eka, Rafika Sari, S. E., Sudarwati, Yuni, IP, S., Teja, Mohammad,
& Sos, S. (2021). Efektivitas Program Bantuan Pangan Nontunai di Kota
Yogyakarta. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 12(2), 131�145.
Pribadi, Andi, Laapo, Alimudin, & Asih, Dewi Nur.
(2019). Kontribusi Sub Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Di Kabupaten Sigi. Agroland:
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 26(1), 69�75.
Rismawati M, M. (2019). Peran Program Good
Agriculture Practice Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani Kakao. Institut
Agama Islam Negeri Palopo.
Romarina, Arina. (2016). Economic Resilience Pada
Industri Kreatif Gunamenghadapi Globalisasi Dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jurnal
Ilmu Sosial, 15(1), 35�52.
Rozikin, M. (2012). Analisis pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan di Kota Batu. Jurnal Review Politik, 2(2), 219�243.
Sugiyono, Prof. Dr. (2015). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In Alfabeta,cv.
Ulfa, Maria, & Mulyadi, Mohammad. (2020). Analisis
Dampak Kredit Usaha Rakyat pada Sektor Usaha Mikro terhadap Penanggulangan
Kemiskinan di Kota Makassar. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 11(1),
17�28.
Copyright holder: Risman, M.Anwar Nasaruddin,
Musdayati (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |