Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
2, Desember 2022
ALTERNATIF PENYEDIAAN
AIR BAKU PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA (STUDI KASUS PULAU PANJANG KABUPATEN
SERANG)
Agus Suwandi
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Tama Jaga Karsa
Email: [email protected]
Abstrak
Pulau panjang merupakan salah satu dari pulau-pulau� kecil yang berada di Teluk Banten, yang berada di kecamatan Pulo Ampel Kabupaten
Serang provinsi Banten. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, masyarakat di tempat ini mengambil� dari
sumur. Di pulau ini tidak ada
sumber air permukaan, seperti sungai,situ,
rawa, dan mata air. Air
yang berasal dari sumur tersebut� rata-rata airnya payau. Tentunya
air tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai air baku. Air untuk keperluan masak dan minum masyarakat harus mendatangkan dari luar pulau. Dengan
latar belakang tersebut diatas maka penulis merasa
perlu melaklukan kajian di lokasi ini. Macam Penelitian
yang dilakukan untuk menyelesaikan persoalan ini yaitu dengan
menghitung ketersediaan
air, melakukan perhitungan kebutuhan air penduduk setempat, serta menentukan macam teknologi yang cocok digunakan di tempat tersebut. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini� adalah
metode kuantitatif, yaitu dengan cara
melakukan survey di lokasi penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data kualitas air yang biasa digunakan penduduk setempat. Pengujian air dilakukan� dengan menggunakan alat ukur Electrical Conductivity (EC) Meter, untuk mengukur DHL dan TDS dalam larutan air yang berasal dari sumur-sumur
milik warga.
Kata kunci: pulau kecil, instrusi air laut, air payau, konservasi air
Abstract
Abstract Panjang Island is one
of the small islands in Banten Bay, which is located in Pulo
Ampel district, Serang
Regency, Banten province. In order to meet their daily water needs, the people
in this place take from the well. On this island there are no surface water
sources, such as rivers, situ, swamps, and springs. The water coming from the
well is brackish on average. Of course, the water does not meet the
requirements as raw water. Water for cooking and drinking purposes must be
brought in from outside the island. With the background mentioned above, the
author felt the need to conduct a study in this location. The kinds of research
carried out to solve this problem are by calculating water availability,
calculating the water needs of local residents, and determining the types of
technology that are suitable for use in the place. The research method used in
this study is a quantitative method, namely by conducting a survey at the
research site which aims to collect water quality data commonly used by local
residents. Water testing is carried out using an Electrical Conductivity (EC)
Meter measuring instrument, to measure DHL and TDS in water solutions coming
from wells owned by residents.
Keywords:�small island, seawater intrusion,
brackish water, water conservation
Pendahuluan
Hingga saat ini masih terdapat penduduk di
Kabupaten Serang yang belum mendapatkan pelayanan air baku dan penyehatan
lingkungan yang memadai. Sebagian besar masyarakat yang belum mendapat
pelayanan adalah masyarakat yang bertempat di kawasan perdesaan (Suryani, 2018). Guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat maka pemerintah dalam dekade ini memberikan perhatian khusus
terhadap penyediaan air baku, khususnya masyarakat berpendapatan rendah (Wattimena, 2021). Sesuai dengan arah kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah maka pemerintah pusat memberikan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan penyediaan air baku kepada
masyarakat sesuai dengan kondisi dan keinginan masyarakat (Suryani, 2018) dan (Haris, 2005).
Agar peningkatan pelayanan air baku khususnya di
Kabupaten Serang pada kawasan rawan air dapat tercapai dan tepat sasaran sesuai
dengan keinginan masyarakat, maka sebagai langkah awal yang dilakukan adalah
survey investigasi dan menentukan macam penyediaan air baku untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari masyarakat (Lindawaty, Dharmaningtias, Ardiyanti, &
Katharina, 2018). Adapun permasalah pokok penyediaan air baku di
pedesaan adalah :
1. Kesulitan/kekurangan
air baku pada setiap musim kemarau sudah�
merupakan isu nasional dan menjadi materi publikasi di media masa.
2. Merupakan
prioritas penanganan penyediaan air baku yang merupakan program mendesak dan
jangka pendek.
Salah satu daerah yang terpencil� yang mengalami kekurangan air baku adalah Pulau
Panjang yang secara administrastif� termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang Provinsi Banten (Khairani,
2017). Di� pulau ini terdapat sebuah
Desa yaitu Desa Pulo Panjang Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang. Di pulau ini� tidak memiliki air permukaan seperti sungai, danau, situ, rawa, dan mata air. Sumber air bagi warga untuk
memenuhi kebutuhan sehari harinya diambil dari sumur
(air tanah) dengan airnya yang payau, yang tentunya tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk
penyediaan air minum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
air untuk keperluan memasak dan minum diambil dari Kota Cilegon melalui pelabuhan Grenyang yang diangkut dengan kapal kecil dengan
waktu penyebrangan kurang lebih 30 menit, selain dari
Kota Cilegon bisa juga dari Kota Serang melalui Pelabuhan Karangantu dengan waktu tempuh
kurang lebih 45 menit. Tentunya hal ini sangat memberatkan warga yang berada di Pulau Panjang. Maka dengan latar
belakang seperti diatas, saya tertarik
dan bermaksud untuk melakukan penelitian terkait dengan Penyediaan Air Baku di Pulau
Panjang ini.
Sampai dengan saat ini
desa Pulo Panjang masih belum terlayani
oleh PDAM kabupaten Serang,
baik menggunakan sumber air yang berasal dari luar Pulau
Panjang maupun sumber air
yang berasal dari Pulau Panjang sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu maka jumlah penduduk
pun bertambah banyak, kebutuhan air khususnya air baku untuk berbagai
keperluan semakin meningkat, akibatnya ekploitasi air tanah semakin meningkat, yang bisa menyababkan intrusi air laut semakin jauh masuk
ke daratan.�
Metode Penelitian
Pada bagian ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi�� pengumpulan data, survey pendahuluan, survey detail, dan analisis data (Pakpahan et al., 2021).� Metode penelitian merupakan hal yang harus dilakukan sebagai pedoman dalam suatu penelitian dan merupakan langkah-langkah yang sistematis dalam suatu rangkaian kegiatan penelitian (Priadana & Sunarsi, 2021) dan (Rukajat, 2018).
Data
dalam kegiatan penelitian terdiri dari data sekunder dan data
primer (Martono, 2010). Yang termasuk data sekunder antara lain data curah hujan, peta, laporan
terdahulu dan lain sebagainya (Simarmata, Armagustini, & Bisara, 2012). Sedangkan data primer didapat
dari hasil kegiatan survey dan investigasi, seperti inventarisir letak sumber air eksisting, inventarisir kualitas air dari sumber air eksisting, dan
lain-lain (Kalyvas & Albertson, 2015).
Tahapan Pekerjaan pada penelitian
ini dikelompokkan pada 4 (empat) tahapan, keempat tahapan adalah sebagai
berikut (Rahardjo, 2011) :
1. Pengumpulan
Data Sekunder :
Pada
tahap Pengumpulan Data Sekunder ini diantaranya meliputi pengumpulan peta,
laporan terdahulu dan lain-lain.
2. Survey
Pendahuluan :����
Kegiatan
pada tahapan survey Pendahuluan ini diantaranya melakukan orientasi lapangan,
dan persiapan untuk survey detail, dan lain-lain.
3. Survey
Detail�����
Kegiatan
pada Survey Detail ini antara lain :
a.
Menginventarisir sumber air yang biasa dimanfaatkan
warga,� untuk mengetahui daya hantar
listrik dengan menggunakan alat EC meter dan TDS.
b.
Menginventarisir luas atap bangunan rumah warga yang
berada di� daerah penelitian, sebagai
area tangkapan air hujan bagi setiap sumur. Hal ini diperlukan untuk menghitung
volume air hujan yang jatuh pada atap bangunan rumah, dengan melalui pipa
dialirkan ke dalam bangunan Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) atau ke
dalam sumur (Sumur Resapan dan Pemanfaatan)
c.
Menginventarisir jumlah penduduk, hal ini untuk menentukan
kebutuhan air baku di daerah tersebut.
d.
Analisis Data�����������
Pada tahapan Analisis Data ini meliputi diantaranya :
1. Menganalisis
kualitas air yang ada di lokasi penelitian, apakah air yang ada memenuhi
persyaratan atau tidak.
2. Menganalisis
data curah hujan dan luas atap masing-masing bangunan rumah untuk mengetahui
air hujan yang tersedia yang akan dimanfaatkan sebagai sumber air baku.
3. Dari
data jumlah penduduk, kemudian dihitung kebutuhan air baku warga warga yang
berada di daerah penelitian.
4. Menentukan
teknologi pengelolaan sumber daya air, yaitu dengan mengkaji sumber air yang
tersedia yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air baku, dan teknologi
digunakan adalah teknologi yang sesuai dengan kondisi masyarakat di lokasi
studi dan merupakan teknologi pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Hasil dan Pembahasan
Pulau Panjang termasuk pulau kecil dengan lahannya yang datar (tidak ada perbukitan) (Tarumingkeng, 2004). Seperti pada umumnya pulau-pulau keci pulau Panjang tidak memiliki mata air yang bersifat perenial maupun yang intermittent (tidak perenial), tidak memiliki air permukaan seperti�� sungai, danau, situ, embung dan rawa (Marsudi & Lufira, 2021).
Survey inventarisir (Kuntadi, Retnoningsih, & Finlandia, 2022) yang dilakukan di Pulau Panjang ini� tujuannya yaitu untuk mengamati kondisi sumber daya air eksisting yang biasa dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan air sehari-harinya dan sumber daya air lainnya� yang berpotensi untuk dimanfaatkan di pulau ini. Dari hasil survey inventarisasi ini� diharapkan mendapatkan gambaran tentang kuantitas dan kualitas air dari sumber air eksisting, serta mendapatkan konklusi tentang kemungkinan penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi di daerah tersebut.
Dari data hasil survey inventarisasi yang dilakukan oleh
peneliti di Pulau Panjang dapat diketahui sebagai berikut �:
1. Kualitas Air Di
Wilayah RW 01
��������� Dibawah ini adalah data kualitas air hasil survey inventarisasi dari sumur-sumur yang berada di lingkungan RW 01 yang diklasifikasikan
berdasarkan nilai DHL dan
TDS.�
Tabel 1 Klasifikasi Air Berdasarkan DHL
di RW 01
NO |
RW |
KOORDINAT |
JENIS
SUMUR |
KEDALAMAN
MUKA AIR TANAH (M) |
DIAMTER
SUMUR (M) |
DHL
(s�/cm) |
KLASIFIKASI
AIR |
KET |
|
GARIS LINTANG |
GARIS BUJUR |
||||||||
A |
01 |
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
|
-5.9420177 |
106.155513 |
Sumur
Gali |
1 |
0.8 |
1637 |
1500≤1637≤3000 |
Air
agak payau |
2 |
|
-5.9419686 |
106.1563126 |
Sumur
Gali |
0.7 |
1 |
3338 |
3000<3338≤5000 |
Air
payau |
3 |
|
-5.94201 |
106.1563673 |
Sumur
Gali |
0.7 |
0.8 |
4363 |
3000<4364≤5000 |
Air
payau |
4 |
|
-5.9423535 |
106.1565685 |
Sumur
Gali |
0.7 |
0.8 |
3988 |
3000<3988≤5000 |
Air
payau |
5 |
|
-5.9427272 |
106.1564246 |
Sumur
Bor |
60 |
|
1490 |
1490<1500 |
Air
tawar |
6 |
|
-5.9428683 |
106.1561560709 |
Sumur
Gali |
0.5 |
0.8 |
3107 |
3000<3107≤5000 |
Air
payau |
7 |
|
-5.9407266 |
107.1557095 |
Sumur
Gali |
0.7 |
0.8 |
3642 |
3000<3642≤5000 |
Air
payau |
8 |
|
-5.9407266 |
108.1561282 |
Sumur
Gali |
0.7 |
0.7 |
2534 |
1500≤2534≤3000 |
Air
agak payau |
9 |
|
-5.9405733 |
109.1562546 |
Sumur
Gali |
0.6 |
0.7 |
3122 |
3000<4364≤5000 |
Air
payau |
10 |
|
-5.9437601 |
106.1567005 |
Sumur
Bor |
60 |
|
1486 |
1486<1500 |
Air
tawar |
11 |
|
-5.9438983 |
107.1565412 |
Sumur
Gali |
0.7 |
0.8 |
5734 |
3000<4364≤5000 |
Air
payau |
Sumber hasil survey dan analisis
2. Kualitas Air Di Wilayah RW 02
Tabel 3 Klasifikasi Air Berdasarkan DHL
di RW 02
NO. |
RW |
KOORDINAT |
JENIS SUMUR |
KEDALAM MUKA AIR
TANAH (M) |
DIAMETER SUMUR (M) |
DHL (s�/cm) |
KLASIFIKASI AIR |
KET |
|
GARIS LINTANG |
GARIS BUJUR |
||||||||
B |
02 |
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
|
-5.944029 |
106.1554774 |
Sumur Gali |
0.7 |
0.7 |
4500 |
1500≤4500≤30000 |
Air payau |
2 |
|
-5.9443735 |
106.1553272 |
Sumur Gali |
0.6 |
0.8 |
4968 |
3000<4968≤5000 |
Air payau |
3 |
|
-5.9442814 |
106.1554264 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
3348 |
3000<3348≤5000 |
Air payau |
4 |
|
-5.9441566 |
106.1550676 |
Sumur Gali |
0.6 |
0.7 |
3304 |
3000<3304≤5000 |
Air payau |
5 |
|
-5.944105 |
106.1552415 |
Sumur Gali |
0.7 |
0.8 |
3558 |
3000<3558≤5000 |
Air tawar |
6 |
|
-5.9441399 |
106.1553763 |
Sumur Gali |
0.8 |
1 |
2594 |
1500≤2594≤3000 |
Air payau |
7 |
|
-5.9440313 |
106.1552189 |
Sumur Bor |
60 |
|
1460 |
1460<1500 |
Air tawar |
8 |
|
-5.9435835 |
106.1551044 |
�Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
2760 |
1500≤2760≤3000 |
Air agak payau |
9 |
|
-5.9436817 |
106.1549677 |
Sumur Gali |
0.8 |
1 |
4470 |
3000<4364≤5000 |
Air payau |
10 |
|
-5.9434207 |
106.1548952 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.8 |
1752 |
1500≤1752≤3000 |
Air tawar |
11 |
|
-5.9437775 |
106.155159 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
3526 |
3000<4364≤5000 |
Air payau |
12 |
|
-5.9437775 |
106.154474 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
4620 |
3000<4620≤5000 |
Air payau |
13 |
|
-59435845. |
106.1543403 |
Sumur Gali |
0.9 |
0.8 |
3566 |
3000<3566≤5000 |
Airpayau |
14 |
|
-5.9434366 |
106.1539483 |
Sumur Gali |
0.9 |
0.8 |
1960 |
1500≤1960≤3000 |
Air agak payau |
15 |
|
-5.9438876 |
106.1533757 |
Sumur Gali |
0.9 |
0.8 |
3632 |
3000<3632≤5000 |
Air payau |
16 |
|
-5.9439577 |
106.1536458 |
Sumur Bor |
60 |
|
1496 |
1496<1500 |
Air tawar |
17 |
|
-5.9441961 |
106.1540277 |
Sumur Gali |
0.9 |
0.7 |
1946 |
1500≤1946≤3000 |
Air agak payau |
18 |
|
-5.9435988 |
106.1444166 |
�Sumur Gali |
0.7 |
0.9 |
4189 |
3000<4189≤5000 |
Air payau |
19 |
|
-5.9420725 |
106.1542557 |
Sumur Gali |
0.6 |
1 |
1899 |
1500≤1899≤3000 |
Air agak payau |
Sumber hasil survey dan analisis
3. Kualitas Air Di Wilayah RW 03
Tabel
5 Klasifikasi Air Berdasarkan DHL di RW 03
NO. |
RW |
KOORDINAT |
JENIS
SUMUR |
KEDALAMAN
KUKA AIR TANAH (M) |
DIAMETER
SUMUR (M) |
|
DHL (s�/cm) |
KLASIFIKASI
AIR |
KET |
|
GARIS LINTANG |
GARIS BUJUR |
|
||||||||
C |
03 0303 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
|
-5.9317483 |
106.14569 |
Sumur Gali |
1.2 |
0.7 |
|
1284 |
1284<500 |
Air tawar |
2 |
|
-5.9317416 |
106.1456617 |
Sumur Galii |
1.2 |
0.7 |
|
1486 |
1486<1500 |
Air tawar |
3 |
|
-5.93112649 |
106.1455158 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
|
1344 |
1344<1500 |
Air tawar |
4 |
|
-5.9303827 |
106.1453513 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
|
1266 |
1266<1500 |
Air tawar |
5 |
|
-5.9292491 |
106.1455074 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
|
1126 |
1126<1500 |
Air tawar |
6 |
|
-5.9290733 |
106.1458718 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
|
1034 |
1034<1500 |
Air tawar |
7 |
|
-5.9289184 |
106.1463207 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
|
912 |
912<1500 |
Air tawr |
8 |
|
-5.9285235 |
106.1469319 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.8 |
|
974 |
974<1500 |
Air tawar |
9 |
|
-5.9285349 |
106.146776 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.8 |
|
1034 |
1034<1500 |
Air tawar |
Sumber hasil survey dan analisis
Tabel� 6 Klasifikasi
Air Berdasarkan Nilai TDS di RW 03
NO. |
RW |
KOORDINAT |
JENIS SUMUR |
KEDALAMAN KUKA AIR
TANAH (M) |
DIAMETER SUMUR (M) |
TDS (PPM) |
KLASIFIKASI AIR |
KET |
|
GARIS
LINTANG |
GARIS
BUJUR |
||||||||
C |
03 0303 |
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
|
-5.9317483 |
106.14569 |
Sumur Gali |
1.2 |
0.7 |
610 |
600<610<900 |
Cukup |
2 |
|
-5.9317416 |
106.1456617 |
Sumur Galii |
1.2 |
0.7 |
775 |
600<775<900 |
Cukup |
3 |
|
-5.93112649 |
106.1455158 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
551 |
300<551<600 |
Baik |
4 |
|
-5.9303827 |
106.1453513 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
448 |
300<448<600 |
Baik |
5 |
|
-5.9292491 |
106.1455074 |
�� Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
543 |
300<543<600 |
Baik |
6 |
|
-5.9290733 |
106.1458718 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
435 |
300<435<600 |
Baik |
7 |
|
-5.9289184 |
106.1463207 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.7 |
364 |
300<364<600 |
Baik |
8 |
|
-5.9285235 |
106.1469319 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.8 |
401 |
300<401<600 |
Baik |
9 |
|
-5.9285349 |
106.146776 |
Sumur Gali |
1.6 |
0.8 |
515 |
300<515<600 |
Baik |
1)
Kualitas Air Di Wilayah RW 04
Tabel 7 Klasifikasi
Air Berdasarkan DHL di RW 04
��������������������������������������������������
NO |
RW |
KOORDINASI |
JENIS SUMUR |
KEDALAMAN MUKA AIR TANAH (M) |
DIAMETER SUMUR (M) |
DHL (s�/cm) |
KLASIFIKASI AIR |
KET |
|
GARIS LINTANG |
GARIS BUJUR |
|
|||||||
D |
04 |
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
|
-5.9352645 |
106.1407209 |
Sumur Bor |
60 |
|
1492 |
1492<1500 |
Air tawar |
2 |
|
-5.9350756 |
106.1406727 |
Sumur Gali |
0.7 |
0.6 |
4735 |
3000<4735≤5000 |
Air payau |
3 |
|
-59350955 |
106.1411895 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.8 |
3145 |
3000<3145≤5000 |
Air payau |
4 |
|
-5.9344247 |
106.1419195 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.8 |
3470 |
3000<3470≤5000 |
Air payau |
5 |
|
-5.9343628 |
106.1416785 |
�Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
3179 |
1500<3179≤3000 |
Air agak payau |
6 |
|
-5.9335596 |
106.1425836 |
�Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
1943 |
1500<1943≤3000 |
Air agak payaw |
7 |
|
-5.933925 |
106.1429978 |
Sumur Bor |
60 |
|
1486 |
1486<1500 |
Air tawar |
8 |
|
-5.9339919 |
106.142981 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.8 |
4675 |
3000<1484≤5000 |
Air payau |
9 |
|
-5.9333856 |
106.141012 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
1677 |
1500<1677≤3000 |
Air agak payau |
10 |
|
-5.9329477 |
106.1458967 |
Sumur Bor |
60 |
|
1484 |
1484<1500 |
Air tawar |
11 |
|
-5.9328597 |
106.1459224 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
1571 |
1500<1571≤3000 |
Air agak payau |
Sumber� hasil survey dan analisis
Tabel 8 Klasifikasi Air Berdasarkan Nilai
TDS di RW 04
NO |
RW |
KOORDINASI |
JENIS SUMUR |
KEDALAMAN MUKA AIR TANAH (M) |
DIAMETER SUMUR �(M) |
TDS (PPM) |
KLASIFIKASI AIR |
KETERANGAN |
|
GARIS LINTANG |
GARIS BUJUR |
||||||||
D |
04 |
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
|
-5.9352645 |
106.1407209 |
Sumur Bor |
60 |
|
941 |
900<941<1200 |
Kurang baik |
2 |
|
-5.9350756 |
106.1406727 |
Sumur Gali |
0.7 |
0.6 |
2868 |
2868>1200 |
Tidak Layak Digunakan Untuk Air
Minum |
3 |
|
-59350955 |
106.1411895 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.8 |
1252 |
1252>1200 |
Tidak Layak Digunakan Untuk Air
Minum |
4 |
|
-5.9344247 |
106.1419195 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.8 |
2300 |
2300>1200 |
Tidak Layak Digunakan Untuk Air
Minum |
5 |
|
-5.9343628 |
106.1416785 |
�Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
1047 |
900<1047<1200 |
Tidak Layak Digunakan Untuk Air
Minum |
6 |
|
-5.9335596 |
106.1425836 |
�Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
2017 |
2017>1200 |
Tidak Layak Digunakan Untuk Air
Minum |
7 |
|
-5.933925 |
106.1429978 |
Sumur Bor |
60 |
|
872 |
600<872<900 |
Cukup Baik |
8 |
|
-5.9339919 |
106.142981 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.8 |
6943 |
6943>1200 |
Tidak Layak Digunakan Untuk Air
Minum |
9 |
|
-5.9333856 |
106.141012 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
6849 |
6849>1200 |
Tidak Layak Digunakan Untuk Air Minum |
10 |
|
-5.9329477 |
106.1458967 |
Sumur Bor |
60 |
|
736 |
600<736<900 |
Cukup Baik |
11 |
|
-5.9328597 |
106.1459224 |
Sumur Gali |
0.8 |
0.7 |
2151 |
2151>1200 |
Tidak Layak Digunakan Untuk Air
Minum |
Sumber� hasil survey dan analisis
Jumlah penduduk desa
Pulo Panjang adalah 3760 jiwa yang tersebar di 4 (empat) RW, kebutuhan air baku di Pulau Panjang yaitu :
Tabel 9 Kebutuhan Air Baku di Pulau
Panjang
NO |
RW |
JUMLAH PENDUDUK |
KEBUTUHAN AIR BAKU PER ORANG (L/O/H) |
KEBUTUHAN AIR BAKU (L/H) |
1 |
01 |
884 |
60 |
53040 |
2 |
02 |
946 |
60 |
56760 |
3 |
03 |
863 |
60 |
51780 |
4 |
04 |
583 |
60 |
34980 |
|
KEBUTUHAN AIR BAKU DI PULAU PANJANG |
196560 |
Sumber Perhitungan
Kebutuhan air baku di Pulau Panjang seperti pada tabel 9 adalah 196560 l/h atau 196.56 m3
per hari.
Sesuai dengan kondisi alamnya maka alternatif
penyediaan air baku di Pulau Panjang, peneliti menyarankan agar memanfatkan teknologi yang sumber airnya tidak berasal
dari dalam tanah, tujuannya supaya tidak menambah
besar� instrusi air
laut, selain itu teknologi yang digunakan harus yang berkelanjutan dengan pemeliharaannya yang sederhana
dan tidak mahal sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar. Dalam hal ini
teknologi yang direkomendasikan
yaitu bangunan ABSAH.
Air hujan yang jatuh pada atap bangunan yang mengalir menuju gutter kemudian secara grafitasi air hujan tersebut dialirkan melalui pipa ke dalam Bangunan
ABSAH. Sebelum ke ruang tampungan pada bangunan ABSAH,
air hujan tersebut disaring, dan mendapatkan mineral
yang berasal dari batuan seperti yang terjadi di alam.
����������������������� Pada
penelitian ini Perhitungan dimensi ABSAH dengan luas atap bangunan rumah 154 m2 (milik warga setempat)
yang terletak pada titik koordinat -5.9343628 � 106.1416785 dan luas
atap bangunan sekolah SDN Pulo Panjang dengan luas atap 500 m2, seperti dibawah ini.���
Tabel 10 Perhitungan Dimensi Absah Dengan Luas Atap Bangunan Rumah 154 m2
������������������������� Sumber hasil perhitungan
Dimensi ABSAH dengan luas atap bangunan 154 m2 adalah 10 x 2.5 x
2.5� (panjang 10 m, lebar 2.5 m, tinggi 2.5 m). jumlah orang yang terlayani oleh bangunan ABSAH ini yaitu 9 orang. Dimensi ABSAH dengan luas atap bangunan 500 m2 adalah 10 x 8.4 x 2.5. bangunan ini bisa melayani
kebutuhan air bersih untuk 29 orang.
Tabel 10 Perhitungan
Dimensi ABSAH Dengan Luas
Atap Bangunan Rumah 500 m2
Sumber hasil survey dan analisis
Dimensi ABSAH dengan luas atap bangunan 500 m2 adalah 10 x 8.4 x
2.5. bangunan ini bisa melayani kebutuhan
air bersih untuk 29 orang.
Kesimpulan
Kualitas
air baku di Pulau Panjang yang berada dekat dengan pantai seperti lingkungan RW
01, RW 02, dan RW 04 air yang bersumber dari sumur gali Pada umumnya agak payau
sampai dengan payau. Air yang berasal dari sumur bor pada umumnya tawar.
Kawasan yang relatif lebih jauh dari pantai seperti wilayah RW 03 airnya tawar
baik air yang berasal dari sumur gali maupun air yang berasal dari sumur
bor.Kebutuhan air baku di Pulau Panjang sesuai dengan jumlah penduduk yang ada
sekarang yaitu 3760 jiwa adalah 196560 lt/h atau 196.560 m3 per hari. Sesuai dengan kondisi
alam di Pulau Panjang, teknologi yang cocok untuk diterapkan adalah teknologi
penyediaan air baku yang bukan bersumber dari dalam tanah, dan bukan bersumber
dari air permukaan karena tidak ada air permukaan. Jadi teknologi yang cocok
adalah teknologi yang memanfaatkan air hujan seperti bangunan ABSAH, yang
berfungsi sebagi sumber daya air dan konsrvasi air hujan.
BIBLIOGRAFI
Haris, Syamsuddin. (2005). Desentralisasi
Dan Otonomi Daerah: Desentralisasi, Demokratisasi & Akuntabilitas
Pemerintahan Daerah. Yayasan Obor Indonesia.
Kalyvas, James R., & Albertson, David R. (2015). A
Big Data Primer For Executives. Big Data: A Business And Legal Guide. CRC
Press, Boca Rat�n, 1.
Khairani, Nadhira. (2017). Gambaran Spasial Kasus
Diare Pada Anak Balita Berdasarkan Faktor Lingkungan Di Kabupaten Serang Tahun 2013-2015.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmukesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
Kuntadi, Cris, Retnoningsih, Arum Indri, & Finlandia,
Dian Asri. (2022). Literature Review: Pengaruh Inventarisasi Aset, Legal Audit
Aset Dan Penilaian Aset Terhadap Optimalisasi Aset. Jurnal Ekonomi Manajemen
Sistem Informasi, 3(4), 414�425.
Lindawaty, Debora Sanur, Dharmaningtias, Dewi
Sendhikasari, Ardiyanti, Handrini, & Katharina, Riris. (2018). Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik Di Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Marsudi, Suwanto, & Lufira, Rahmah Dara. (2021). Morfologi
Sungai. CV. AE MEDIA GRAFIKA.
Martono, Nanang. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif: Analisis Isi Dan Analisis Data Sekunder (Sampel Halaman Gratis).
Rajagrafindo Persada.
Pakpahan, Andrew Fernando, Prasetio, Adhi, Negara, Edi
Surya, Gurning, Kasta, Situmorang, Risanti Febrine Ropita, Tasnim, Tasnim, Sipayung,
Parlin Dony, Sesilia, Ayudia Popy, Rahayu, Puspita Puji, & Purba, Bonaraja.
(2021). Metodologi Penelitian Ilmiah. Yayasan Kita Menulis.
Priadana, M. Sidik, & Sunarsi, Denok. (2021). Metode
Penelitian Kuantitatif. Pascal Books.
Rahardjo, Mudjia. (2011). Metode Pengumpulan Data
Penelitian Kualitatif.
Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan Penelitian
Kuantitatif: Quantitative Research Approach. Deepublish.
Simarmata, Oster Suriani, Armagustini, Yetti, & Bisara,
Dina. (2012). Determinan Kejadian Komplikasi Persalinan Di Indonesia (Analisis
Data Sekunder Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007). Indonesian
Journal Of Health Ecology, 11(1), 79711.
Suryani, Anih Sri. (2018). Pengaruh Kualitas
Lingkungan Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Di Provinsi Banten. Jurnal
Aspirasi, 9(1), 35�63.
Tarumingkeng, Ir Rudy C. (2004). Wikanti
Asriningrum.
Wattimena, Josina Augusthina Yvonne. (2021). Pemenuhan
Hak Atas Air Bersih Dan Sehat, Serta Hak Menggugat Masyarakat. Balobe Law
Journal, 1(1), 1�16.
Copyright holder: Agus Suwandi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |