Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

EVALUASI KEBIJAKAN DAMPAK PTM TERBATAS TERHADAP CAPAIAN BELAJAR SISWA SMP DI KOTA MOJOKERTO

 

Galoh Putra Pamungkas

Program Studi Strata Dua Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak Pembelajaran Tatap Muka Terbatas siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Mojokerto, secara spesifik terhadap capaian belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak Pembelajaran Tatap Muka Terbatas terhadap capaian belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama di Kota Mojokerto. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penilitian deskriptif. Adapun penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Kota Mojokerto, SMP Taruna Nusa Harapan, SMP Mambaul Ihsan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan informan yang terdiri dari tiga kepala sekolah, dua wali murid, dan tiga siswa serta satu Kepala Bidang Pendidikan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto. Selain itu, observasi dan studi dokumen juga dilakukan untuk memperkuat penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan kebijakan PTM terbatas terhadap capaian belajar siswa mengalami perubahan sejak pembelajaran daring dilakukan. Perubahan capaian belajar mengalami kenaikan karena pada masa pembelajaran daring siswa melakukan pembelajaran yang kurang efektif dibandingkan pada masa PTM terbatas. Temuan lain yaitu perubahan capaian belajar menunjukkan penurunan karena ada indikasi kecurangan yang dilakukan siswa pada saat melakukan pembelajaran daring berlangsung sehingga terjadi perubahan capaian belajar yang terlihat pada masa PTM terbatas. Dampak yang timbul adalah meningkatnya kembali motivasi siswa untuk bersekolah karena proses sosialisasi yang terjadi antarsiswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan warga sekolah lain kembali terjadi. Selain itu, dengan adanya pelaksanaan PTM terbatas, inovasi dalam pembelajaran lebih berkembang sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan meningkat.


Kata Kunci: � Evaluasi Dampak, Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Sekolah Menengah Pertama, Capaian Belajar.

 

 

Abstract

This study aims to evaluate the impact of Limited Face-to-Face Learning for junior high school students in Mojokerto City, specifically on student learning outcomes. The formulation of the problem in this study is how is the impact of Limited Face-to-Face Learning on student learning outcomes in junior high schools in Mojokerto City. This study used a qualitative research method with a descriptive research type. The research was conducted at SMP Negeri 2 Kota Mojokerto, SMP Taruna Nusa Harapan, SMP Mambaul Ihsan and the Department of Education and Culture of Mojokerto City. The data collection technique was carried out by means of in-depth interviews with informants consisting of three school principals, two student's parents, and three students as well as one Head of the Junior High School Education Department of the Mojokerto City Education and Culture. Apart from that, observation and document study were also carried out to strengthen the research. The results of the study show that the implementation of the face-to-face learning policy to student learning outcomes, which have changed since online learning was carried out. Changes in learning achievement have increased because during the online learning period students did less effective learning compared to the face-to-face learning period. Another finding is that changes in learning achievement show a decrease because there are indications of cheating by students when online learning takes place so that changes in learning achievement are seen during the face-to-face learning period. The impact that arises is that students' motivation to attend school increases again because the socialization process that occurs among students, students with teachers, and students with other school members is re-occurring. In addition, with the implementation of face-to-face learning, innovation in learning is more developed so that students' understanding of the subjects increases.

 

Keywords: Impact Evaluation, Face-to-Face Learning, Junior High School, Student Learning Outcome

 

Pendahuluan

Coronavirus disease (COVID-19) ialah penyakit menular karena adanya virus baru yakni korona. Banyak orang terkena virus COVID-19 akan alami penyakit pernapasan ringan sampai sedang dan sembuh tanpa membutuhkan perawatan khusus. Orang tua, dan mereka yang miliki masalah medis semacam penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih mungkin untuk kembangkan penyakit serius. Virus COVID-19 menyebar terkhusus lewat tetesan air liur atau cairan dari hidung ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin (WHO, 2020a).

����������������������� Pandemi yang awalnya dari Wuhan, Hubei, Tiongkok ini sudah menimbulkan banyak tantang baru untuk kesehatan masyarakat di bermacam negara. Sejarah memperlihatkan wabah COVID-19 bukan pandemi pertama yang dunia alami. Sejak Abad Pertengahan di tahun 1347-1351, pandemi sudah ditemukan, saat bubonic plague (�black death��) dialami di Eurasia yang menelan korban 30 sampai 50% populasi Eropa. Dunia juga pernah alami pandemi yang menelan korban jutaan orang saat Spanish Flu pada 1918. Pada sejarah kontemporer, pasca-Perang Dunia II, pandemi yang ancam jutaan manusia serta berefek serius pada kehidupan sosial dan ekonomi juga terjadi, yakni HIV-AIDS. Avian Influenza, SARS, MERS, Ebola dan lain-lain (Madhav, 2018). Namun dari semua itu, COVID-19 hadirkan tantangan baru dan kompleks.

����������������������� Di samping itu, COVID-19 ada saat dunia tengah galami kemajuan yang luar biasa pada teknologi informasi. Keadaan ini menuntut kemampuan komunikasi publik pemerintah sebuah negara di tengah masyarakat yang makin terbuka pada kemajuan teknologi informasi. COVID-19 juga hadir pada dinamika politik global yang terlihat dari perang dagang AS dan Tiongkok, dan kecenderungan proteksionisme perdagangan yang sebabkan koordinasi dan kerjasama antar negara lebih sulit dijalankan. Keadaan ini hadirkan tantangan tersendiri untuk pengelolaan pandemi di tingkat global (Winanti, 2020).

Kasus terjangkit COVID-19 secara global per tanggal 10 Januari 2023 tercatat sebanyak 659.108.952 kasus dengan angka kematian mencapai 6.684.756 jiwa di seluruh dunia. Dalam cakupan Regional, Eropa menempati peringkat pertama dengan 270.518.301 kasus, diikuti dengan Amerika dengan 186.408.289 kasus, Pasifik Barat dengan 108.753.265 kasus, Asia Tenggara dengan 60.744.418 kasus, Mediterania Timur dengan 23.227.543 kasus, dan Afrika dengan 9.456.372 kasus. (WHO, 2022).

�

Gambar 1

Data Kasus Terkonfirmasi dan Meninggal di Seluruh Dunia

Sumber: (WHO, 2023)

 

Di Indonesia, per tanggal 18 Januari 2023 tercatat sebanyak 6.727.007 kasus dengan 6.515 kasus aktif, 6.559.736 kasus sembuh, dan kematian mencapai 160.756 jiwa. Kasus pertama menimpa dua orang yakni seorang ibu dan putrinya di Depok, Jawa Barat. Keduanya diperkirakan tertular virus sebab sebelumnya melakukan kontak langsung bersama warga negara Jepang yang datang ke Indonesia (Kompas.com, 2020).

�

 

 

 

 

 

Gambar 2

Data Kasus COVID-19 di Indonesia

Sumber: 1,25 (Satgas COVID-19, 2023)

 

Pada Juni 2020, Indonesia mulai longgarkan beberapa langkah pembatasan. DKI Jakarta memulai fase transisi dari pembatasan sosial skala besar (PSBB) pada 5 Juni 2020 serta berikutnya longgarkan pembatasan pada mal (pada 15 Juni 2020) dan taman serta area rekreasi (pada 20 Juni 2020). Tapi, DKI Jakarta sudah memperpanjang fase transisi dari PSBB sampai 10 September 2020 dengan tidak adanya penurunan berkelanjutan pada kasus virus baru tiap hari. Pada 9 September 2020, Gubernur Jakarta umumkan, PSBB akan diperketat guna menekan� virus tersebar (IMF, 2020).

Selama 2021, Indonesia alami bermacam dinamika serta rintangan guna mengelola pandemi COVID-19. Ini dimulai lewat peningkatan pertama di bulan Januari, lalu ada lonjakan kedua di bulan Juli-Desember. Pada peningkatan pertama di bulan Januari, butuh waktu 15 minggu untuk berhasil menekan penyebaran dengan menggunakan kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Mikro dan posko di setiap desa atau kelurahan. Kebijakan ini mampu menekan jumlah kasus sampai 70,5% dari puncak kenaikan pertama pada 25 Januari 2022, dan titik nadir pada pertengahan Mei 2022.

Peningkatan kedua di bulan Juli dibarengi dengan varian Delta yang menawarkan peluang penyebaran lebih besar karena mobilitas yang meningkat selama musim Idul Fitri 2021. Kasus telah meningkat tajam menjadi 1.200 persen hanya dalam sembilan minggu dari level terendah di bulan Mei. Saat itu, penghapusan mudik tidak cukup membatasi mobilitas penduduk. Namun, berkat kerja keras semua pihak, terutama peran aktif masyarakat, gelombang kedua berhasil dilalui dan menurun selama 23 minggu berturut-turut. Selain itu, kasus menurun sekitar 99,6%, lebih sedikit dari jumlah kasus positif pada Januari 2022 atau lebih sedikit dari periode pertama.

Progres persentase kasus aktif, persentase sembuh serta� jumlah kematian juga baik. Sebagai persentase kasus aktif, puncaknya capai 18,84% pada peningkatan kedua dan turun menjadi 0,11%. Meski persentase kesembuhan menyentuh paling rendah dari 79,28% menjadi 96,51%. Tingkat kematian harian capai titik tertinggi selama peningkatan kedua, yang merenggut 2.048 nyawa per hari. Tapi pada Desember 2021, turun drastis jadi 8 orang per hari. Lalu pada 28 November 2021, angka harian mencapai level terendah 1 kematian per hari.

Perkembangan baik berikutnya adalah angka positivity rate, yakni angka yang memperlihatkan banyaknya orang yang terdeteksi positif dari keseluruhan orang yang di tes. Pada Desember 2021 berada di angka 0,07% meski sebelumnya sempat mencapai 33,25% di lonjakan kedua. Untuk angka testing, pada akhir 2020, jumlah angka testing dipenuhi masyarakat yang berkepentingan skrining semacam guna syarat perjalanan. Ini memperlihatkan kebijakan testing menjadi syarat perjalanan efektif mendukung aktivitas masyarakat yang produktif aman dari COVID-19. Maka bisa hindarkan penularan antar wilayah. Namun, tahun ini angka testing patut ditingkatkan lewat cakupan orang yang dites guna tracing kontak erat dan testing pada orang bergejala.

Pada tahun 2021 dilakukan beberapa upaya antara lain: Peningkatan jumlah RS rujukan, laboratorium rujukan, fasilitas isolasi terpusat dan posko tingkat desa/kelurahan. Lebih spesifiknya, tes pertama dilakukan di tempat tidur di ruang isolasi dan di ruang perawatan intensif rumah sakit rujukan. Pada tahun 2021 terdapat total 45.000 tempat tidur, dan pada akhir tahun meningkat dua kali lipat menjadi 81.000. Dilihat dari tingkat hunian tempat tidur (BOR), BOR isolasi adalah 2,24% sedangkan BOR ICU adalah 3,88%. Jumlah laboratorium rujukan COVID-19 sebanyak 510 laboratorium pada Januari 2021 dan hampir dua kali lipat menjadi 902 laboratorium pada akhir tahun. Selain itu, tingkat pengujian laboratorium ini secara signifikan melampaui target pengujian WHO sebesar 503 persen, dibandingkan 85 persen pada awal tahun lalu. Tempat tidur isolasi terpusat Per Juli 2021, terdapat 20.000 tempat tidur isolasi terpusat di seluruh Indonesia. Posko di desa/kelurahan selama 2021 meningkat menjadi 29.000 posko. Berarti, 35,81% dari seluruh desa/kelurahan di Indonesia sudah miliki posko.

 

Metode Penelitian

Bogdan (2015) mengatakan, analisis data ialah tahap sistematis mempelajari dan mensintesiskan data yang didapat dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumen lainnya, maka mudah dipahami dan hasilnya relevan. Analisis data libatkan pengorganisasian data, memecahnya jadi unit-unit, mensintesis data, menyusun data menjadi pola, memilih data mana yang penting dan data mana yang akan dipelajari juga, seperti menarik kesimpulan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Sedangkan berdasarkan Susan Stainback, analisis data sangat penting pada� proses penelitian kualitatif. Analisis dipakai guna pahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis bisa� dikembangkan dan dievaluasi. Miles, Huberman dan Sadana mengatakan, dalam analisis data kualitatif, tiga aliran kegiatan berlangsung secara bersamaan. Kegiatan analisis data kualitatif dilaksanakan interaktif dan berlangsung terus menerus hingga selesai, sehingga datanya cukup atau jenuh. Miles, Huberman dan Sadana menyatakan bahwa kegiatan dalam analisis data tersusun dari 3 komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing) (Matthew B. Miles & Michael Huberman, 2014). Komponen-komponen analisis data model interaktif dijabarkan:

1.      Reduksi Data

Yakni tahap pemilihan dan penyederhanaan data yang didapat� di lapangan. Reduksi data ini guna mengarahkan, menyederhanakan, serta� mengorganisasi data guna menyesuaikan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian. Data yang sudah direduksi akan memberi gambaran yang jelas sehingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi.

2.      Penyajian Data

Lewat menyajikan data maka akan permudah guna mempertajam pemahanan penelitian terhadap apa yang terjadi, maka bisa merencanakan kerja berikutnya sesuai apa yang sudah dipahami itu. Miles, Huberman, dan Sadana mengatakan, Selain itu penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk teks singkat, bagan, hubungan antar kategori, tabel, flowchart, dan sejenisnya. Di studi ini, data akan disajukan pada bentuk bagan, tabel, uraian singkat, serta akan disajikan sesuai dengan klasifikasi pertanyaan yang diajukan kepada informan.

3.      Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan berdasarkan variabel masalah penelitian ini dilakukan sepanjang proses penelitian, baik pada saat penggalian data maupun penyajian data, dan pengujian terhadap data yang diperoleh. Kegiatan ini dilakukan untuk dapat memenuhi rumusan masalah yang jadi pokok bahasan penelitian ini. Sesuai dengan rumusan masalah, kesimpulan yang disampaikan akan menjelaskan tentang evaluasi dampak sosial program PTM Terbatas.

 

Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisikan data dan informasi yang berhasil peneliti kumpulkan selama berada di lapangan. Data dan informasi dikumpulkan melalui berbagai metode seperti in-dept interview dengan berbagai informan, observasi lapangan, dan studi literatur serta dokumentasi. Setelah data berhasil dikumpulkan oleh peneliti, kemudian dijelaskan melalui proses data condentation dan data display yang diarahkan untuk menjawab research question yaitu bagaimana dampak Pembelajaran Tatap Muka Terbatas terhadap capaian belajar siswa di tengah pandemi COVID-19 di tingkat Sekolah Menengah Pertama di Kota Mojokerto.

����������������������� Bab ini memiliki tiga subbab yang mendukung untuk menjelaskan dampak Pembelajaran Tatap Muka Terbatas terhadap capaian belajar siswa di tengah pandemi COVID-19 di tingkat Sekolah Menengah Pertama di Kota Mojokerto. Responden merupakan Kepala Sekolah, Wali Murid, dan Siswa dan masing-masing berasal dari sekolah negeri, swasta, dan madrasah. Subbab pertama merupakan penyajian dan analisis data dari kepala sekolah. Subbab kedua merupakan penyajian dan analisis data dari wali murid. Subbab ketiga merupakan penyajian dan analisis data dari siswa.

1.      Capaian Belajar Siswa menurut Kepala Sekolah

Menurut keterangan dari Ahmad Muthi Jailani, selaku kepala sekolah SMP Manbaul Ihsan Kota Mojokerto, sekolah melakukan berbagai aturan dalam menjalankan PTM terbatas seperti misalnya mengimplementasikan protokol kesehatan ketat yang terdiri dari wajib memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum masuk ke kelas.

 

Diagram 1

Capaian Belajar Siswa SMP Manbaul Ihsan

Sumber: SMP Manbaul Ihsan

 

����������������������� Berdasarkan diagram batang di atas, data capaian belajar dari siswa SMP Manbaul Ihsan menunjukkan kecenderungan hasil yang positif. Namun, untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan penurunan. Pada masa pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), rata-rata nilai Seni Budaya mencapai 91.75, Bahasa Indonesia 93.68, Ilmu Pengetahuan Alam 89.25, Ilmu Pengetahuan Sosial 92.15, dan Matematika 89.97. Sementara pada� masa PTM terbatas, rata-rata nilai Seni Budaya mencapai 92.87, Bahasa Indonesia 90.15, Ilmu Pengetahuan Alam 91.68, Ilmu Pengetahuan Sosial 90.27, dan Matematika 90.42.

Hal serupa juga disampaikan oleh Abdul Mulib, selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Kota Mojokerto, bahwa dampak umum yang timbul pada saat berlangsungnya PTM terbatas terhadap sekolah adalah berubahnya aturan yang berhubungan dengan penggunaan gawai. SMP Manbaul Ihsan adalah SMP berbasis pondok, sehingga secara prinsip, penggunaan gawai sangat diatur.

Pada SMPN 2 Kota Mojokerto, ketika PTM terbatas mulai diwajibkan, sekolah menyambut hal ini dengan baik. Interaksi antara guru dan siswa menunjukkan perbaikan daripada waktu pembelajaran daring. Selain itu interaksi antarsiswa juga menjadi dampak positif yang timbul pada saat PTM terbatas diimplementasikan. Hal ini sangat bagus untuk semua pihak termasuk siswa, guru, dan sekolah secara keseluruhan.

Tolak ukur capaian belajar siswa yang digunakan di SMP Manbaul Ihsan dan SMPN 2 Kota Mojokerto adalah dengan penilaian sumatif dan formatif, hasil rapor sekolah, nilai dari tugas-tugas dan ujian penilaian harian sampai ujian sekolah. Pada saat pembelajaran daring berlangsung, mayoritas capaian belajar siswa cenderung menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Namun pada saat PTM terbatas berlangsung, capaian belajar yang diperoleh siswa menunjukkan perbedaan. Hasil capaian belajar tiap siswa memiliki keragaman nilai tergantung pada minat mata pelajaran tiap siswa. Siswa yang memiliki kemampuan rata-rata juga menunjukkan penurunan capaian belajar. Sementara siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata menunjukkan hasil yang stabil atau cenderung tetap memuaskan pada model pembelajaran yang berbeda.

Menurut Mulib, pembelajaran daring yang dilakukan SMPN 2 Kota Mojokerto sangat tidak efektif karena kurang bisa mengawasi proses belajar siswa secara langsung dan terjadi hal demikian. Walaupun secara kuantitatif capaian belajar siswanya menunjukkan tren negatif pada saat PTM terbatas, namun secara kualitatif, menunjukkan tren positif. Artinya, secara motivasi belajar dari pembelajaran daring ke PTM terbatas menjadi lebih baik.

Pada saat PTM terbatas berlangsung, Pak Muthi melakukan penyelidikan dan mendapat laporan bahwa pada saat pembelajaran daring berlangsung, terdapat indikasi kecurangan pada beberapa siswa dalam bentuk kerja sama antarsiswa. Fakta ini juga dibuktikan pada saat ujian di masa PTM terbatas berlangsung. Capaian belajar siswa dengan kemampuan rata-rata mengalami penurunan dari pada saat pembelajaran daring. Akan tetapi bagi siswa yang memiliki kemampuan yang di atas rata-rata, tidak ada perubahan capaian belajar yang signifikan.

Sementara di SMPN 2 Kota Mojokerto, tidak ada suatu penyelidikan khusus terkait perbedaan hasil belajar siswa pada masa pembelajaran daring dengan PTM terbatas atau terhadap adanya indikasi kecurangan yang dilakukan oleh siswa. Pak Mulib selaku kepala sekolah hanya berasumsi bahwa ada potensi siswanya melakukan tindakan kecurangan.

Sekolah terus mendorong siswanya untuk tetap mandiri dalam hal menuntaskan kewajibannya sebagai seorang siswa. Pak Mulib menerangkan bahwa sampai saat ini, orientasi siswa dan wali murid yang bersekolah di SMPN 2 masih terpaku pada nilai, bukan pada prosesnya. Hal yang paling penting menurut Pak Mulib adalah kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi dan minatnya masing-masing. Faktor yang memengaruhi beberapa siswa yang memiliki kemampuan akademik di atas rata-rata untuk tetap mempertahankan nilainya adalah karena pembiasaan.

 

Diagram 2

Capaian Belajar Siswa SMP Negeri 2 Kota Mojokerto

Sumber: SMP Negeri 2 Kota Mojokerto

Berdasarkan diagram batang di atas, data capaian belajar dari siswa SMP Negeri 2 Kota Mojokerto menunjukkan kecenderungan hasil yang negatif. Namun, untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika menunjukkan kenaikan. Pada masa pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), rata-rata nilai Seni Budaya mencapai 91.28, Bahasa Indonesia 94.78, Ilmu Pengetahuan Alam 92.68, Ilmu Pengetahuan Sosial 92.5, dan Matematika 91.93. Sementara pada� masa PTM terbatas, rata-rata nilai Seni Budaya mencapai 87.84, Bahasa Indonesia 89.38, Ilmu Pengetahuan Alam 93.28, Ilmu Pengetahuan Sosial 88.65, dan Matematika 92.72.

Inovasi yang dilakukan oleh guru di SMP Manbaul Ihsan juga menjadi faktor meningkatnya tren capaian belajar siswa. Keragaman metode belajar seperti praktikum dan kegiatan luar kelas menjadi penyemangat siswa untuk belajar dan mencintai mata pelajaran.

����������������������� Sementara di SMPN 2 Kota Mojokerto, cara meningkatkan capaian belajar siswa adalah lebih meningkatkan perhatian dan interaksi kepada siswa. Selain itu, sekolah juga menjembatani hubungan dengan wali murid agar terus memberikan perhatian kepada siswa pada masa pandemi dengan membentuk suatu grup antara wali murid dengan wali kelas siswa supaya siswa tetap mendapatkan perhatian dari orang tua dan tidak sepenuhnya pasrah terhadap sekolah dalam membimbing anaknya. Sekolah juga memfasilitasi perpustakaan daring 24 jam agar bisa diakses oleh siswa dimanapun dan kapanpun.

����������������������� Pada SMP Taruna Nusa Harapan, para guru secara terpaksa beradaptasi dengan situasi pandemi dengan mempelajari perangkat teknologi untuk mendukung pembelajaran secara daring. Pelaksanaan PTM terbatas di sekolah ini mendapat tantangan yang justru dari wali murid. Para wali murid masih ketakutan terhadap kondisi pandemi yang terjadi dan khawatir apabila anaknya akan tertular virus COVID-19 di sekolah.

 

Diagram 3

Capaian Belajar Siswa SMP Taruna Nusa Harapan

Sumber: SMP Taruna Nusa Harapan

 

Berdasarkan diagram batang di atas, data capaian belajar dari siswa SMP Taruna Nusa Harapan menunjukkan kecenderungan hasil yang negatif. Namun, untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika menunjukkan kenaikan. Pada masa pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), rata-rata nilai Seni Budaya mencapai 92.4, Bahasa Indonesia 90.64, Ilmu Pengetahuan Alam 93.55, Ilmu Pengetahuan Sosial 94.75, dan Matematika 93.35. Sementara pada� masa PTM terbatas, rata-rata nilai Seni Budaya mencapai 86.81, Bahasa Indonesia 88.25, Ilmu Pengetahuan Alam 94.64, Ilmu Pengetahuan Sosial 89.75, dan Matematika 94.47

Berbeda dengan dua sekolah sebelumnya, SMP Taruna Nusa Harapan memiliki bukti otentik dalam menanggapi adanya indikasi kecurangan yang dilakukan oleh siswa pada saat melaksanaan ujian. Pihak SMP Taruna Nusa Harapan melalui guru yang bersangkutan melakukan pemanggilan terhadap siswa dengan indikasi melakukan kecurangan dan meminta untuk siswa tersebut mengerjakan ulang secara langsung. Hasilnya menunjukkan perbedaan. Nilai pada tes pertama sangat bagus, tetapi pada tes kedua menurun secara signifikan. Indikasi kecurangan yang di lakukan oleh siswa tersebut adalah penggunaan alat peramban lain saat berlangsungnya ujian dan bekerjasama dengan teman melalui sosial media.

2.      Capaian Belajar Siswa menurut Wali Murid

����������� ����������� Menurut keterangan dari responden yang bernama Susilo Utomo, dampak umum yang diterima bagi wali murid pada saat dilakukannya PTM terbatas adalah dapat merasakan semangat positif yang dikeluarkan dari anaknya karena anak merasa senang dapat bersosialisasi kembali dengan teman sebayanya secara normal.

Sementara menurut keterangan dari responden yang bernama Blasius Purwa, dampak umum yang dirasakan pada saat PTM terbatas berlangsung adalah senang dan sangat menyambut karena sebelumnya pada waktu pembelajaran daring, anak cenderung pasif ketika berada di rumah.

����������� ����������� Pada saat PTM terbatas berlangsung, terjadi perbedaan capaian belajar dari anak Pak Susilo karena menurutnya proses sosialisasi yang terjadi juga ikut berubah sehingga metode pembelajaran yang disampaikan para guru ikut berubah. Perubahan metode pembelajaran membawa dampak besar terhadap kesuksesan capaian belajar siswa. Kegiatan diluar akademik sekolah yang diikuti oleh anak juga menjadi faktor kesuksesan capaian belajar.

����������� Menurut Pak Blasius, terjadi sedikit peningkatan capaian belajar anaknya pada saat pembelajaran daring ke PTM terbatas. Wali murid merasa lega karena pada akhirnya PTM terbatas berlangsung dan seiring berjalannya waktu, nilai dari anaknya juga berangsur membaik.

Berbeda pada saat PTM terbatas berlangsung, proses pembelajaran yang diterima juga berbeda sehingga anak lebih bisa mengerti tentang materi-materi sulit dan menghasilkan nilai yang memuaskan pada saat ujian berlangsung.

����������� Kedua responden juga memiliki kepekaan terhadap indikasi kecurangan yang terjadi diantara siswa-siswa lain pada saat pembelajaran daring berlangsung. Kedua responden khawatir apabila tindakan kecurangan ini terus berlangsung karena kemampuan anak tidak akan terlihat secara nyata. Responden mengamati capaian belajar teman sejawat dari anaknya dan menemukan bahwa pada saat pembelajaran daring berlangsung, nilai yang didapat cenderung tinggi dan mengalami penurunan signifikan pada waktu PTM terbatas berlangsung. Tetapi bagi anaknya sendiri, dan menurut nilai yang diajarkan oleh responden kepada anaknya, tindakan kecurangan tersebut sangat dihindari karena anak responden dibekali dengan sikap kejujuran yang tinggi.

3.      Capaian Belajar Siswa menurut Siswa

Menurut keterangan dari responden yang bernama Sabrina Naysa, terdapat perbedaan capaian belajar mereka pada waktu mengikuti pembelajaran secara daring dengan pada saat PTM terbatas. Pengalaman siswa pada saat melaksanakan pembelajaran daring dinilai kurang bisa melakukan proses sosialisasi dengan baik karena adanya jarak. Naysa mengeluhkan buruknya proses sosialisasi sehingga menyebabkan gangguan mental.

Disisi yang lain, responden yang bernama Berlian Cindy, memiliki pengalaman yang berbeda. Ia menghadapi pandemi dengan menghasilkan karya tangan seperti menggambar dan� membuat miniatur rumah dari stik es krim. Secara emosional, Cindy merasa senang karena bisa menggunakan gawai dengan waktu yang lama. Namun pada saat pembelajaran daring berlangsung, ia mengalami kesulitan.

Responden ketiga yang bernama Gusti Ayu Kalula merasa kaget pada waktu ia tiba-tiba harus belajar di rumah dalam waktu yang lama karena pandemi. Secara pribadi ia kurang merasa paham dalam penggunaan gawai untuk pembelajaran karena sebelumnya pembelajaran dilakukan dengan media bukan dan praktikum secara langsung. Ia merasakan kesepian karena harus belajar tanpa adanya kehadiran teman-teman sekelasnya secara langsung. Hambatan jaringan juga menjadi masalah sendiri bagi Kalula dan teman-teman sekelas dalam menjalani pembelajaran daring.

Dampak umum yang timbul pada saat PTM terbatas terhadap tiga responden diantaranya adalah kecanggungan komunikasi dengan teman sekelas. Pada waktu awal masuk sebagai siswa SMP, semua berjalan secara daring. Pada waktu PTM terbatas berjalan, siswa perlu menyesuaikan lagi cara berkomunikasi dengan teman dan gurunya. Tetapi dalam keterangannya, ketiga responden masih tetap suka cara berkomunikasi langsung dengan teman atau dengan gurunya daripada berkomunikasi melalui sosial media saja. Selain itu, siswa juga mengadaptasi kebiasaan baru di sekolah seperti mencuci tangan menggunakan sabun, dan mengecek suhu tubuh sebelum masuk ke kelas.

Dampak dari PTM terbatas terhadap capaian belajar siswa justru memperlihatkan tren yang positif. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran secara langsung dinilai lebih bisa dimengerti oleh siswa. Menurut Naysa, tidak ada permasalahan jaringan yang dapat menjadi penghalang komunikasi dua arah antara guru dengan siswa.

Hal ini yang menjadikan Naysa memperoleh tren yang positif atas hasil capaian belajarnya. Naysa menilai bahwa keragaman metode belajar berdampak langsung terhadap capaian belajar. Adapun cara Naysa untuk meningkatkan capaian belajar siswa yaitu dengan tetap tenang, mengikuti semua pembelajaran dengan perasaan senang, dan melakukan kegiatan yang disukai sehingga menimbulkan motivasi yang dapat meningkatkan capaian belajarnya.

Hasil yang agak berbeda dialami oleh Kalula, pada awal PTM terbatas, capaian belajarnya menunjukkan tingkat rata-rata dan berangsur membaik sampai di pertengahan masa PTM terbatas. Semangat belajar dari Kalula juga menunjukkan tren positif. Ia merasa karena semakin terbiasanya melakukan PTM terbatas dan semakin sering bertemu dengan teman-teman sekelasnya, banyak melakukan kolaborasi dengan guru dan siswa lain menjadikan hasil capain belajarnya menunjukkan tren positif.

Hasil berbeda juga di kemukakan oleh Cindy. Pada waktu pembelajaran daring, capaian belajarnya mengalami penurunan karena sebagian besar soal-soal ujian mayoritas berasal dari penjelasan guru. Sementara pada saat pembelajaran berlangsung, ia kurang bisa menangkap penjelasan dari guru sehingga menyebabkan capaian belajarnya kurang maksimal. Pada waktu PTM terbatas dilaksanakan, capaian belajar Cindy mengalami peningkatan. Guru sempat mengulas kembali materi yang pernah diajarkan pada saat daring dan ia dapat mengerti kembali tentang materi tersebut. Selain itu, guru juga sangat memotivasi siswanya sehingga mendapatkan capaian belajar yang memuaskan. Menurut keterangannya, guru sangat peka terhadap keadaan mental dan motivasi siswanya pada saat pembelajaran daring berlangsung sehingga berusaha memperbaiki pada saat PTM� terbatas berlangsung.

Cindy juga menyebutkan bahwa ia memanfaatkan waktu belajar di rumah untuk melakukan kecurangan pada saat ujian dengan cara bertanya kepada kakak mengenai soal yang tidak bisa ia jawab. Orang tuanya juga mengetahui apa yang dilakukan oleh Cindy tetapi tetap menghimbau agar jangan melakukan terlalu sering dan harus lebih mengandalkan kemampuannya sendiri dalam mengerjakan ujian. Menurut kesaksiannya, beberapa teman juga melakukan kecurangan serupa.

Hasil capaian belajar dari melakukan kecurangan tersebut dinilai cukup membantu dia dan temannya untuk mendapatkan nilai yang cukup di atas batas minimal. Bahkan, ia menilai kalau kecurangan tidak dilakukan, akan berdampak pada kemerosotan nilai yang signifikan yang mengakibatkan ia dan temannya harus mengulang mata pelajaran tersebut.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kalula. Pada waktu pembelajaran daring, ia juga sempat melakukan kecurangan pada waktu mengerjakan tugas. Bentuk kecurangan yang dilakukan oleh Kalula berupa bertanya kepada saudara yang dianggap lebih paham akan materinya. Lambat laun ia menyadari bahwa hal tersebut menjadi bumerang bagiKalula, karena dengan terus menerus bertanya kepada orang lain, ia tidak bisa menyerap materi yang diajarkan atau diujikan sehingga pada akhirnya ia berhenti melakukan tindakan kecurangan. Ia menganggap setiap latihan soal dan ujian adalah sarana untuk mengetahui kemampuan diri terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan. Ia juga bersaksi bahwa beberapa temannya melakukan kecurangan dalam bentuk yang serupa dan dengan bentuk yang lain seperti menggunakan dua gawai sebagai media mirroring terhadap soal ujian yang dikerjakan. Hasil yang didapatkan oleh Kalula dengan melakukan kecurangan ini juga tidak terlalu signifikan atau bahkan cenderung sama dengan ketika ia mengerjakan ujian dengan cara yang jujur.

4.      Capaian Belajar Siswa menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Menurut keterangan dari Kepala Bidang Pendidikan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto, Lucky Harianti, implementasi yang dilakukan oleh Dinas P&K dalam penyelenggaraan pembelajaran daring adalah dengan membagikan paket internet gratis ke siswa-siswi di kota Mojokerto.

Selain itu, dinas P&K menyelenggarakan rapat koordinasi dengan semua kepala sekolah yang ada di kota Mojokerto. Rapat koordinasi bertujuan untuk menyosialisasikan metode pembelajaran yang efektif ketika pembelajaran daring. Guru dituntut menciptakan metode belajar kreatif agar siswa-siswi tetap termotivasi walaupun berada di masa pandemi COVID-19. Monitoring dan evaluasi juga dilakukan oleh dinas dalam lingkup pembelajaran pada masa pandemi ke setiap sekolah. Namun tidak hanya dalam lingkup pembelajaran, sisi kesehatan juga diperhatikan. Monitoring dan evaluasi dari Dinas P&K dilakukan dengan kolaborasi berbagai pihak seperti Polres, Kodim, dan Puskesmas yang ada di Kota Mojokerto.

Mengenai capaian belajar, Dinas P&K mendapat laporan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa dari masa pembelajaran daring ke PTM terbatas, terutama di tingkat SMP.

Responden tidak mengetahui secara pasti mengapa bisa terjadi hal demikian karena tidak adanya bukti yang mendukung. Dinas P&K juga tidak melakukan penelusuran terkait fenomena ini dan diserahkan seluruhnya kepada sekolah terkait. Hal yang penting adalah bagaimana cara agar menaikkan kembali tren positif dari capaian belajar siswa SMP di Kota Mojokerto. Selain itu, pelaksanaan kurikulum Merdeka juga menjadi fokus utama bagi Dinas P&K.

Sekolah juga dituntut untuk lebih memperhatikan siswa-siswinya agar motivasi mereka kembali pada saat melaksanakan PTM terbatas. Bapak ibu guru menyapa siswa-siswinya di pagi hari sebelum masuk ke lingkungan sekolah, mendampingi siswa yang bermasalah, dan membimbing siswa dengan kemampuan yang kurang menjadi beberapa contoh konrit yang diajukan oleh Dinas P&K untuk setiap satuan pendidikan di Kota Mojokerto. Kompetensi dari guru juga perlu ditingkatkan agar siswa mendapatkan pembelajaran yang beragam dan meningkatkan motivasinya dalam belajar.

5.      Capaian Belajar Siswa menurut Guru

Kumbini Kundaliniwati atau kerap disebut Bu Wati mempunyai pengalaman mengenai pembelajaran di masa pandemi. Bu Wati sendiri mempersiapkan perangkat yang akan menunjang pembelajaran, seperti buku dan lembar kerja siswa elektronik, baru mulai fokus dengan mempersiapkan konten pembelajaran dan pembangunan mental siswa dalam pembelajaran.

Akan tetapi pada kenyataannya, para siswa masih saja mengabaikan kelas yang berlangsung. Ketika pembelajaran, siswa memang berada di dalam room Zoom Meeting, namun mereka tidak merespon apabila diajak berkomunikasi. Hal ini yang menjadi keresahan dari para guru, khususnya Bu Wati.

Sementara pada waktu PTM terbatas, Bu Wati merasa kesulitan dalam mengembalikan semangat para siswa setelah sekian lama melakukan pembelajaran daring.

Capaian belajar yang diperoleh dari siswa yang diampu oleh Bu Wati dalam mata pelajaran Bahasa Inggris pada saat pembelajaran daring dengan PTM terbatas mengalami perubahan. Pada saat pembelajaran daring, nilai siswa menunjukkan angka yang memuaskan. Namun pada saat PTM terbatas, nilai mengalami penurunan, khususnya pada nilai keterampilan menulis dan berbicara.

Dampak sosial dan psikologis yang diungkapkan oleh Bu Wati mengenai PTM terbatas ini agak berbeda dengan keterangan informan sebelumnya. Pada masa awal PTM terbatas, siswa masih cenderung individualis karena sudah terbiasa melakukan aktivitasnya sendiri dengan gawai pintar sehingga proses sosialisasi antarsiswa cenderung lambat. Motivasi siswa juga sulit dikembalikan pada pembelajaran biasa seperti sebelum pandemi karena masih terbawa suasana santai seperti di rumah. Akan tetapi, dengan berjalannya waktu, kedua dampak tersebut menunjukkan perbaikan. Proses sosialisasi berjalan cepat dan motivasi dalam belajar kembali muncul.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Erlin Permana, guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam menghadapi pandemi yang baru pertama kali terjadi, sangatlah luar biasa. Guru di tuntut untuk lebih kreatif dalam pemanfaatan IT dan penggunaan metode pembelajaran yang efektif di tengah keterbatasan jam pembelajaran maupun pertemuan yang ada, sehingga secara garis besar, tujuan pembelajaran dapat tersampaikan kepada siswa serta tercapai meski tidak 100% seperti sebelum pandemi.

Pengalaman Bu Erlin dalam menghadapi PTM terbatas adalah sangat melelahkan karena harus bisa lebih fokus dan berlaku adil saat mendidik siswa. Selain itu guru juga harus mampu menarik perhatian siswa yang terkadang bisa dengan mudah teralihkan akibat jenuh. Di sisi lain, capaian belajar pada saat pembelajaran daring dengan PTM terbatas mengalami perbedaan.

Selain itu, pada saat PTM terbatas, siswa dapat lebih mudah untuk bertanya langsung, berdiskusi, berinteraksi dengan gurunya sehingga dalam hal materi anak menjadi lebih paham atau hafal materi. Pembelajaran saat pandemi umumnya juga bergantung pada koneksi internet. Jika internet terkendala, maka guru dan siswa akan kesulitan dalam melakukan pembelajaran. Hal ini juga berpengaruh pada capaian pembelajaran.

Sementara bagi Fajar Putra Iqomaddin atau yang kerap dipanggil Pak Fajar yang mengajar mata pelajaran Seni Rupa mengungkapkan bahwa pengalaman pembelajaran yang dialami pada saat pembelajaran di era pandemi sangat seru, karena banyak sekali yang harus disiapkan dan dipelajari.

Menurutnya, PTM terbatas memiliki tantangan untuk menghilangkan gagap bersosial dan komunikasi secara langsung, sehingga lebih banyak memberikan motivasi pada peserta didik. Ketika pembelajaran daring, yang paling sering terjadi adalah salah tangkap dalam mengerjakan tugas karena komunikasi yang terbatas, tapi tugas yang dikerjakan lebih cepat selesai. Pada saat PTM karena waktu belajar yang relatif singkat dan lebih sering digunakan untuk memotivasi belajar, beberapa anak mengalami kemerosotan nilai.

 

 

 

 

Diagram 4

Before-After Pembelajaran Jarak Jauh dengan PTM Terbatas

 

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Dampak Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Terhadap Capaian Belajar Siswa di Tingkat Sekolah Menengah Pertama Di Kota Mojokerto, capaian belajar siswa di tiga jenis sekolah yang berbeda yaitu SMP Taruna Nusa Harapan, SMP Negeri 2, dan SMP Manbaul Ihsan Kota Mojokerto menunjukkan peningkatan hasil belajar. Faktor yang memengaruhi meningkatnya hasil capaian belajar tersebut adalah siswa dari ketiga sekolah tersebut mendapatkan kembali motivasi belajarnya karena sosialisasi yang terjadi di sekolah kembali timbul. Interaksi yang dibangun kepada teman dan guru menjadi lebih baik sehingga siswa juga merasa nyaman dalam melaksanakan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tidak lagi hanya terpaku pada penyampaian teori secara klasik dan penggunaan berbagai metode belajar lain seperti praktikum dan kegiatan luar kelas menjadikan siswa lebih merasa punya alternatif lain dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Disisi lain, penurunan capaian belajar beberapa siswa juga masih terjadi. Hal ini disampaikan oleh beberapa informan bahwa terdapat indikasi kecurangan yang dilakukan oleh beberapa siswa. Ini dikarenakan pada saat mereka melakukan pembelajaran secara daring di rumah masing-masing, mereka merasa tidak ada guru yang mengawasi sehingga ada potensi untuk melakukan tindakan curang. Hasil dari tindakan kecurangan ini membawa capaian belajar mereka menjadi sangat memuaskan. Akan tetapi, pada saat PTM terbatas mulai dilaksanakan, capaian belajar mereka menurun karena sudah mulai ada pengawasan dari guru pada saat melakukan ujian tertentu.

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Anderson, J. E. (1997). Public Policy Making: Third Edition. New York: Rinchart And Winston.

 

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Azzahra, N. F. (2020). Addressing Distance Learning Barriers In Indonesia Amid The Covid-19 Pandemic. Cips.

 

Bps Kota Mojokerto. (2022, Desember 13). Angka Melek Huruf. Retrieved From Bps Kota Mojokerto: Https://Mojokertokota.Bps.Go.Id/Indicator/26/82/1/Angka-Melek-Huruf.Html

 

Bps Kota Mojokerto. (2022). Kota Mojokerto Dalam Angka. Mojokerto: Bps Kota Mojokerto.

 

Bungin, B. (2011). Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

 

Creswell, J. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif Dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Dedi Robandi, M. (2020). Dampak Pembelajaran Dari Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Motivasi Belajar Siswa Smpdi Kota Bukittinggi. Jurnal Pendidikan Tambusai.

 

Denzim, N. (1978). Sociological Methods. New York: Mcgraw-Hill.

Department Of Education Usa. (2021). Ed Covid-19 Handbook. Department Of Education Usa.

 

Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Mojokerto. (2019). Profil Pendidikan Tahun 2019 Kota Mojokerto. Mojokerto: Ppid Kota Mojokerto.

 

Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Mojokerto. (2022, Januari 3). Ptm Siswa Sd Dan Smp Masuk 100 Persen. Retrieved From Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Mojokerto: Https://Disdikbud.Mojokertokota.Go.Id/Berita/221332140-Ptm-Siswa-Sd-Dan-Smp-Masuk-100-Persen.Html

 

Dunn, W. N. (1999). Analisis Kebijakan Publik I (Edisi Kedua). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Dunn, W. N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Elly Fitriyani, H. P. (2022). Evaluasi Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (Ptm) Terbatas Di Masa Pandemi Covid-19 : Studi Kasus Pada Smp Negeri 2 Telukjambe Timur, Karawang. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan.

 

Faridha Nurhayati, S. W. (2022). Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Daring Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Olahraga Kesehatan & Rekreasi.

 

G20. (2020). Extraordinary G20 Leaders� Summit Statement On Covid-19.

 

Hadi, S. P. (1995). Aspek Sosial Amdal. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Hoffman, K. S. (2021). Cross-National Variation In School Reopening Measures During The Covid-19 Pandemic. Aera Open.

 

Imf. (2020, November 19). Policy Responses To Covid-19. Retrieved From International Monetary Fund: Https://Www.Imf.Org/En/Topics/Imf-And-Covid19/Policy-Responses-To-Covid-19#I

 

 

Copyright holder:

Galoh Putra Pamungkas (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: